Banjarmasin Post edisi cetak Rabu, 18 Juli 2012

Page 12

12 Nusantara

Banjarmasin Post

RABU 18 JULI 2012

Denty Pulang Kampung dan Menebus Dosa

KOMPAS.COM/YATIMUL AINUN

LOKALISASI Suko, di Kabupaten Malang, Jawa Timur tampak sepi. Saat razia, polisi tak satupun menemukan PSK di lokalisasi tersebut, Selasa (17/7)

DENGAN penuh semangat puluhan anggota Polres Malang mendatangi lokalisasi Suko, Desa Sumberpucung, Kecamatan Sumberpucung, Selasa (17/7). Mereka ingin razia. Namun sesampainya, aparat harus gigit jari karena saat polisi ke lokasi, tak satupun menemukan pekerja seks komersial (PSK) di kawasan itu. Dari 26 wisma yang ada, tak satupun berpenghuni. Hanya tinggal beberapa pemilik wisma alias mucikarinya. “Wah, sudah kabur duluan. Pasti bocor razia ini,” celetuk salah satu anggota polisi, mengetahui pintu wisma sudah terkunci. Salah seorang penghuni membantahnya. “Bukan kabur pak. PSK-nya sudah pulang semua sejak Senin pagi. Mau puasa di kampungnya. Jadi, sekarang sudah kosong,” ujar Sarmi. Hal yang sama juga terjadi di lokalisasi Kalibiru, Desa Selorok, Kecamatan Kromengan. Lokasinya yang tak

jauh dari lokalisasi Suko, sekitar 6 kilometer, juga didapati sudah kosong. Para pemilik wisma juga tak tampak. “Mungkin sudah kabur duluan. Atau ada di dalam rumah,” kata anggota polisi. Polisi yang merazia itu tak bisa masuk ke wisma karena pintunya sudah terkunci. Walau di dua lokalisasi tak menemukan pekerja seks komersial dan pemilik wisma, puluhan polisi terus melanjutkan razianya ke lokalisasi lain, yakni Kebobang di Dusun/Desa Kebobang, Kecamatan wonosari. Di lokalisasi yang terdapat puluhan wisma itu, terlihat masih ada beberapa orang PSK. Namun, mayoritas sudah pulang kampung. “Sudah banyak pulang kampung. Puncaknya, hari ini akan pulang kampung. Jelang puasa memang tidak buka. Habis lebaran, baru kembali lagi ke sini, bagi yang akan kembali,” aku

Marsini, pemilik wisma Kenanga. Kasubag Humas Polres Malang AKP Gaib Djumargo, mengaku operasi ini bukan sebagai razia. Pihaknya hanya menyosialisasikan dan mengimbau agar saat puasa, PSK tidak melayani tamu. Menjadi PSK sebenarnya bukan keinginan hati mereka. Namun desakan ekonomi membuat mereka melakoni perbuatan haram tersebut. Punya impian bisa hidup tenang dan bahagia bersama keluarga, itulah dambaan salah satu PSK yang mengaku bernama Denty (35), penghuni Wisma Karaoke Cinta, lokalisasi Suko. Perempuan asal Kabupaten Lumajang ini juga mengaku segera pulang kampung. “Sebentar lagi saya pulang kampung. Karena di sini jelang puasa ditutup. Menghormati bulan suci Ramadan,” ujarnya sembari menghisap rokok. Denty sudah dua tahun menghuni

wisma di lokalisasi Suko. “Saya punya satu anak yang masih sekolah. Harus saya biayai. Saya cerai dengan suami saya karena ketahuan dia selingkuh. Saya tak mau melanjutkan dan memilih cerai,” akunya. Dia berharap Ramadan ini bisa sadar dan mencari pekerjaan lain. “Saya juga punya Tuhan, punya agama,” kata perempuan yang sempat kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Surabaya ini. Tahun sebelumnya Denty mengaku mampu melaksanakan puasa sebulan penuh. Sebab, baginya puasa adalah jalan untuk menebus dosa. Selain taat puasa, Denty juga mengaku tak lepas membaca Alquran di rumahnya. “Ya itu tadi. Tujuannya ingin sadar dan untuk menebus dosa. Menangis kalau meratapi nasib saya sendiri. Apalagi, kalau tetangga dan keluarga tahu saya bekerja di sini,” katanya. (kps)

Santri Sandera Wakapolres ■ Tuntut Kapolres Minta Maaf SUMENEP, BPOST - Wakapolres Sumenep Kompol Fadil tak bisa kemana-mana, apalagi meninggalkan kantornya. Dia disandera ribuan santri dan alumni santri dari Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-guluk, Pondok Pesantren Sukorejo, dan Robin, serta beberapa pondok pesantren lain di Sumenep, Selasa (17/7) siang. Itu dilakukan karena kecewa Kapolres Sumenep AKBP Dirin tidak menemui mereka. “Tidak ada alasan kapolres tidak datang menemui kami. Di polda ada helikopter. Kapolres bisa segera datang dengan helikopter. Kami akan menunggu kapolres untuk minta maaf,” kata Etto, salah satu orator. Dia mengatakan permintaan maaf itu penting karena keluarga besar Annuqayah merasa dilecehkan. Lulusannya ditolak saat mendaftar sebagai anggota bintara Polri. “Kami akan menunggu kedatangan Kapolres. Dengan helikopter hanya butuh waktu 20 menit. Kalau tidak datang, jangan salahkan kami

kalau para santri melakukan sesuatu,” ujarnya. Fadil yang menemui para santri, berusaha menerangkan jika kapolres tengah berada di polda. “Saat diberitahu, kapolres langsung meminta izin kepada kapolda untuk kembali. Entah menggunakan helikopter ataupun mobil. Mohon sabar menunggu,” katanya. Namun siapa sangka, penjelasan tersebut justru berbuntut pada penyanderaan. “Kawan-kawan, kalau memang kapolres masih di polda, bagaimana kalau wakapolres kita sandera saja sebagai jaminan, sampai kapolres datang. Kalau kita berpanaspanas, maka wakapolres juga harus ikut panas-panas de-

ngan kita. Gimana? Setuju?” ujar Etto. Tak urung, Fadil pun terpaksa menaiki pick up dan bergabung bersama korlap aksi di tengah-tengah massa. Sementara beberapa perwira lain tidak bisa berbuat apa-apa melihat ‘drama penyanderaan’ tersebut, demi menghindari emosi massa. Aksi ribuan santri dengan penjagaan ratusan polisi berlangsung damai. Massa kemudian bergerak dari polres ke gedung DPRD Sumenep. Dirin akhirnya datang dan meminta maaf kepada alumni Ponpes Annuqayah Gulukguluk. “Sebagai Muslim, saya minta maaf kepada semua alumni Ponpes Annuqayah atas munculnya persoalan ini,” katanya di hadapan massa. Dirin mengucapkan permintaan maaf secara pribadi itu hingga tiga kali. “Saya juga minta kesalahpahaman ini jangan sampai melebar. Terima kasih juga atas kesediaan alumni Ponpes Annuqayah menunggu saya hingga sore ini,” katanya. Setelah mendapatkan apa yang dituntutnya, massa pun membubarkan diri. (brj/sry)

Azhari Ditolak Jadi Polisi DEMO santri dan mantan santri dari berbagai penjuru Sumenep berawal ketika, Moh Azhari, alumni Madrasah Aliyah 2 Annuqayah Guluk-guluk, ditolak saat mendaftar menjadi calon bintara Polri di Polres Sumenep. Penolakan itu diduga akibat adanya poin persyaratan yang berbunyi: Khusus untuk lulusan pondok pesantren, sesuai dengan Surat Departemen Pendidikan Nasional, yang diakui setara dengan SMU dan diperbolehkan mendaftar menjadi anggota Polri antara lain Ponpes Gontor Ponorogo, Ponpes Al-Amin Prenduan Sumenep, Ponpes Mathabul Ulum Sumenep, dan Ponpes Modern Al- Barokah Patianrowo Nganjuk. Sedangkan nama Annuqayah yang dikenal sebagai pesantren besar di Sumenep, tidak tercantum. Padahal ijazah Moh. Azhari, tertulis dengan

kop Kementerian Agama, dan menerangkan jika yang bersangkutan merupakan lulusan Madrasah Aliyah 2 Annuqayah Guluk-guluk, bukan pondok pesantren Annuqayah Gulukguluk. Dalam ijazah tersebut, juga tertera nilai sejumlah mata pelajaran, termasuk juga tertulis nilai ujian nasional yang diselenggarakan Pemerintah. Kementerian Agama Sumenep menyatakan jika ijazah Madrasah Aliyah 2 Annuqayah tersebut merupakan ijazah yang diakui negara dan setara dengan SMA. “Ini tindakan diskriminatif. Alumni Annuqayah tidak boleh mendaftar Polri. Padahal yang mendaftar itu alumni Madrasah Aliyah 2 Annuqayah yang ijasahnya diakui negara. Kapolres harus minta maaf,” kata Etto, salah satu orator demo. (brj/sry)

ANTARA/FACHROZI AMRI

GARUDA TERGELINCIR - Pesawat Boeing 737-800 milik maskapai Garuda Indonesia bernomor penerbangan GA 174 800 yang bertolak dari Jakarta tergelincir saat mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru, Riau, Selasa (17/7) sekitar pukul 15.32 WIB. Insiden tersebut terjadi saat hujan deras. Petugas langsung mengevakuasi penumpang. Tidak ada korban dalam kejadian tersebut. Berita terkait halaman 6.

Mahasiswa Papua Telantar di AS CINCINNATIO - Ketidakberuntungan menghinggapi puluhan anggota paduan suara Universitas Cendrawasih (Uncen), Papua. Tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali. Semula para mahasiswa Indonesia itu bermaksud mengikuti kejuaraan paduan suara dunia, World Choir Games di Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat. Namun mereka mengalami masalah dengan tiket dan keterlambatan di Jakarta sehingga baru tiba di Cincinnati hanya beberapa saat sebelum seremoni penutupan acara pada Sabtu, 14 Juli waktu setempat. Dengan kata lain, mereka baru tiba lebih dari sepekan dari jadwal mereka tampil pada 6 dan 7 Juli. Akibatnya, ke-49 anggota paduan suara Gema Chandra tersebut batal mengikuti ke-

juaran dunia tersebut. Apesnya lagi, mereka pun kehabisan uang untuk membeli tiket pesawat dari Cincinnati ke San Francisco. Kelompok tersebut memang telah memesan tiket pulang pergi Jakarta-San Francisco. Namun mereka tak punya uang untuk membeli tiket pesawat dari Cincinnati menuju San Francisco. Padahal dari San Francisco inilah, mereka akan terbang kembali ke Indonesia. Menyadari betapa jauhnya jarak yang telah ditempuh kelompok tersebut untuk bernyanyi, pihak pengelola acara World Choir Games terketuk hatinya. Mereka mengatur agar paduan suara tersebut bisa tampil pada Minggu, 15 Juli waktu setempat di sebuah gereja juga di lobi gedung konvensi pusat kota.

THE CINCINNATI ENQUIRER

TAMPIL - Gema Chandra saat tampil di Fountain Square di pusat kota Cincinnati, Senin (16/7)

Media sosial pun ikut menyebarkan info mengenai acara tersebut. Konser itu dilakukan agar kelompok tersebut bisa mendapatkan sumbangan yang diperlukan untuk biaya akomodasi mereka selama di Cincinnati. Dan keberuntungan berpihak bagi para mahasiswa Papua tersebut. Ratusan orang hadir untuk mendengarkan suara emas mereka. Mereka pun dengan sukarela merogoh kocek mereka untuk “menyawer” kelompok tersebut. Begitu pula saat mereka kembali bernyanyi di Fountain Square di pusat kota Cincinnati pada Senin, 16 Juli waktu setempat, ratusan orang datang untuk mendengarkan olah vokal mereka. Kemurahan hati warga setempat membuat mereka mendapatkan sumbangan ribuan dolar AS. “Mereka sangat bersyukur atas semuanya. Sangat senang. Yang mereka inginkan memang tampil bernyanyi,” kata Anastasia Ross, relawan yang mengajukan diri menjadi penterjemah kelompok tersebut. “Saya pikir mereka sangat terkejut,” imbuhnya kepada media lokal The Cincinnati Enquirer, Selasa (17/7). Kini mereka bisa pergi de-

ngan bus menuju San Francisco, California. Mereka berangkat dengan bus Greyhound pada Selasa, 17 Juli waktu setempat. Perjalanan dari Cincinnati ke California memakan waktu 54 jam sehingga mereka akan tiba cukup waktu untuk penerbangan mereka ke Indonesia yang dijadwalkan pada Jumat, 20 Juli sore waktu setempat. Juru bicara World Choir Games, Julie Calvert mengatakan, warga Cincinnati telah menunjukkan kepedulian dan kemurahan hati bagi para anggota paduan suara Papua tersebut. “Masyarakat telah menunjukkan kemurahan hati yang sangat besar dan kepedulian bagi paduan suara ini,” kata Calvert. “Untuk itu, kami sangat berterima kasih dan menghargai,” imbuhnya. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia sudah mendapat laporan soal anggota paduan suara Uncen tersebut. KJRI di Chicago pun sudah bergerak menuju Cincinnati untuk memberi bantuan. “Staf dari Konjen sudah berangkat ke Cincinnati. Sekarang sedang dalam perjalanan. Staf itu akan membantu saudara-saudara kita,” kata juru bicara Kemlu, Michael Tene. (dtc/vvn)

Diterkam Harimau di Depan Orangtua PEKANBARU, BPOST - Duru (18) asyik bekerja di perkebunan sawit. Pria lajang buruh harian PT Seberida Subur, yang berlokasi di Kecamatan Batang Gangsal, Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau, itu tidak memperhatikan sekelilingnya. Dia hanya tahu di dekatnya ada orangtua. Orangtuanya juga bekerja sebagai buruh di perkebunan tersebut. Ternyata didekat Duru juga ada seekor harimau yang secara tiba-tiba menerkamnya. “Saat kejadian korban membersihkan areal perkebunan sawit. Tanpa diketahui, tiba-tiba muncul seekor harimau dan langsung menerkam leher Duru,” kata Kepala Tehnik Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBK1807/B12

SDA) Riau, Syaimin, Senin (16/7). “Informasi yang kita himpun, saat kejadian, korban sempat berteriak minta tolong. Malah orangtuanya juga menyaksikan langsung anaknya diterkam harimau,” kata Syaimin. Melihat peristiwa itu, lanjutnya, orangtua korban juga berteriak minta tolong kepada para pekerja lainnya. Tak berapa lama, beberapa karyawan perkebunan berdatangan. “Harimau baru melepas korbannya, setelah banyak karyawan berdatangan. Harimau pun pergi meninggalkan lokasi tersebut,” kata Syaimin. Setelah harimau pergi, para karyawan lantas membawa korban ke rumah sakit

NET

terdekat. Namun nyawa Duru tidak tertolong lagi karena kehabisan darah. “Kami sudah menurunkam tim untuk memantau lokasi tersebut. Kami berusaha agar tidak terjadi konflik lagi di lahan perkebunan itu,” kata Syaimin. (dtc/ant)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.