Banjarmasin Post - 14 Februari 2009

Page 17

Banjarmasin Post

SABTU, 14 FEBRUARI 2009

Produksi Senjata Rakitan di Hutan

HALAMAN 17

TIM Buser Polres Kapuas, mengamankan Eban (28) dan Dd (13). Dari kedua warga Dusun Sungaigawing, Desa Danaurawah Kecamatan Mantangai itu, polisi mendapati empat pucuk senjata api rakitan laras pendek dan panjang. Senjata itu diproduksi di dalam hutan.

halaman

BANJARMASIN BANJARBARU KAB. BANJAR TANAH LAUT KOTA BARU/TANBU BATOLA

BERAWAN-HUJAN BERAWAN-HUJAN BERAWAN-HUJAN BERAWAN-HUJAN BERAWAN-HUJAN BERAWAN-HUJAN

23-31 23-31 24 -31 24 -31 24 -31 24 -31

TAPIN HSS H ST HSU TABALONG

BERAWAN-HUJAN BERAWAN-HUJAN BERAWAN-HUJAN BERAWAN-HUJAN BERAWAN-HUJAN

23-31 23-31 23-31 23-31 23-31

Garuda City Link Mandala Mandala Lion

06 .20 Wita 16 .5Wita 13.15Wita 16 .25Wita 06 .05 Wita

Jakarta Surabaya Surabaya Jogjakarta Jakarta

Wings Air Wings Air Wings Air Batavia Batavia

07 .00 Wita 10.05Wita 13.25Wita 07 .00 Wita 09.4 5Wita

Surabaya Surabaya Surabaya Jakarta Balikpapan

Batavia Sriwijaya Sriwijaya Riau Air Kal Star

14 .35Wita 07 .00 Wita 13.15Wita 07 .30 Wita 12.4 5Wita

26

Surabaya Surabaya Jakarta Kotabaru Sampit

Satu Per Satu Dipukul Kayu ■ Lima Murid Lebam di Kaki KUALAKAPUAS, BPOST - Kekerasan terhadap anak didik kembali terjadi di Kabupaten Kapuas. Kali ini, dialami 12 murid SDN Tambun Raya I Kecamatan Basarang.

METRO BANJAR/DONNY SOPHANDI“

PENGHASIL IKAN - Desa Tiwingan Lama, Kecamatan Aranio, merupakan salah satu desa penghasil ikan di Kabupaten Banjar. Mayoritas warga desa yang terletak di pinggiran waduk PLTA Riam Kanan ini, menjadi petani ikan karamba.

Warga Pertanyakan Keseriusan Dewan ■ Surat Peringatan Kedua Beredar BANJARBARU, BPOST Meski ada kesempatan bernegosiasi dengan Kodim 1006/Mtp selaku pelaksana pengosongan lahan, sebagian warga Kelurahan Landasan Ulin Barat, Kecamatan Liangganggang Banjarbaru masih diliputi kekhawatiran. Mereka mempertanyakan keseriusan dewan untuk memperjuangkan nasib tanah dan rumah mereka yang terancam digusur oleh Tim Penertiban aset TNI AD. Pasalnya, Kamis (12/2), sekitar 40 orang warga yang merasa memiliki hak atas kepemilikan tanahnya dan menolak menandatangi aset TNI AD, kembali menerima surat peringatan. Surat itu berisi peringatan kedua pengosongan lahan. Perkembangan itu, tak pelak membuat warga kembali resah, setelah sebelumnya sempat tenang karena dijanjikan negosiasi dengan TNI AD. “Kami kembali mendapat surat peringatan kedua. Ini membingungkan dan mengkhawatirkan. Padahal dijanjikan

ada toleransi, tapi kenapa ada surat peringatan kedua. Lalu di mana janji perjuangan dari dewan,” ucap seorang tokoh warga setempat, mempertanyakan keseriusan dewan yang berjanji memperjuangkan nasib mereka. Dia pun meluruskan, adanya anggapan yang menyebutkan bahwa warga yang menolak menandatangani klaim aset TNI hanya satu orang atau sedikit jumlahnya, tapi ada 40 KK. “Kalau yang masih bertahan menolak mengakui aset tanah yang diklaim TNI AD, ada 40 KK. Bukan satu atau dua orang saja. Kami bertahan karena ada alasan legalitas,” tambahnya minta tak dicantumkan nama. Dalam surat yang dibubuhi tanda tangan Komandan Kodim 1006/Mtp, Lekol Tirton Nefianto Ssos selaku Ketua Tim Penertiban, poin dua yang menjadi kekhawatiran karena dinilai melakukan penekanan secara sepihak. Isinya, warga diminta se-

gera mengosongkan atau membongkar dan memindahkan bangunannya yang berada di atas tanah aset TNI AD di Kecamatan Lianganggang. Apabila tidak melakukan pengosongan atau pembongaran dalam waktu yang telah ditentukan, akan dilakukan pembongaran secara paksa oleh tim dari Korem 101/Ant. Bila ada yang mengakui tanah tersebut tanah TNI AD, diminta supaya menandatangani surat penyataan dan berkoordinasi dengan pihak korem 101/Ant. Lahan yang diklaim sebagai asset TNI AD ini sekitar 90 hektare berada di sekitar Bundaran Liangganggang dan 154 hektare di sekitar gudang pupuk, di Jalan A Yani Km 20-21,5. Terpisah, Ketua DPRD Banjarbaru, Arie Sophian menjelaskan, dewan sudah berkoordinasi dengan TNI AD. Hasilnya, disepakati ada kesempatan menyelesaikan masalah secara persuasif. Namun, tambahnya, itu perlu proses, dan warga di-

Tiap Hari Dijemput Warga ■ Bidan Minta Jukung Dinas MARTAPURA, BPOST - Desa Munggu Raya, Kecamatan Astambul memang bukan termasuk desa terpencil. Namun, akibat banjir yang terusmenerus warga memanfaatkan transportasi jukung untuk bisa keluar desa. Lisnawati (30) bidan desa yang bertugas di Munggu Raya, tiap hari dijemput warga setempat agar bisa masuk ke desa untuk memberikan pelayanan. Dia sendiri, saat ini menetap di Sungai Ulin, Banjarbaru karena rumah dinas bidan belum selesai. Namun dia bertekad bisa naik jukung sendiri sehingga tidak merepotkan warga setempat dalam menjalankan tugasnya sebagai bidan. Karena itu, kehadiran Bupati Banjar Gusti Khairul Saleh beserta rombongan untuk menyerahkan bantuan bagi korban banjir di Desa Munggu Raya, tak disia-siakannya. Dengan penuh harap, Lilis -sapaannya- meminta bantuan jukung dinas ke bupati guna menunjang operasionalnya sebagai bidan di Desa Munggu Raya. “Kalau bidan lain mungkin minta kendaraan dinas, tapi saya berharap ada bantuan jukung dinas dari Bapak Bupati,” ujarnya saat berdialog dengan bupati beberapa waktu lalu. Bupati Banjar dan sejumlah pejabat yang hadir hanya bisa tersenyum dengan istilah jukung dinas yang dilontarkan Lilis. Menurut Bupati Banjar, banjir memang diprediksikan masih berlangsung

METRO BANJAR/DONNY SOPHANDI“

ANTAR ORANGTUA - Seorang bocah, warga Pingaran Ilir, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar mengantarkan kedua orangtuanya yang akan berangkat kerja menggunakan perahu, Jumat (13/2).

hingga akhir Februari. Soal permintaan jukung dinas untuk operasional akan ditindaklanjuti ke Dinas Kesehatan Banjar. Dalam kesempatan yang sama, Lilis juga mengaku heran karena sebelum banjir pembangunan rumah dinasnya dihentikan. Akibatnya selama empat bulan terakhir harus bolak-balik Banjarbaru-Desa Munggu Raya atau ke Puskesmas Astambul. Dari pengakuan para tukang, kendala penyelesaian rumah dinas karena kekurangan bahan. Jadi bukan semata-mata akibat banjir karena pembangunan dihentikan sebelum banjir berlangsung. “Bahannya belum ada, jadi kami tidak bekerja. Sebelum banjir, pembangunannya

sudah dihentikan,” ujar seorang tukang. Sementara itu, sebagai bidan yang masih bestatus pegawai tidak tetap (PTT), Lilis tak mau dibilang makan gaji buta. Karena itu, meski tak melakukan pelayanan kesehatan di Desa Munggu Raya, tetap hadir di Puskesmas Astambul. “Nanti dikira saya hanya makan gaji saja tanpa menjalankan tugas. Karena itu, meski tidak ke Desa Munggu Raya, saya tetap hadir di Puskesmas Astambul,” tambahnya. Sebagai PTT di lingkungan Dinkes Banjar, Lilis menerima honor Rp 550 ribu per bulan, ditambah tunjangan operasional dan uang domisili Rp 350 ribu. (mia)

minta bersabar. Dewan meyakinkan, eksekusi lahan tidak akan dilakukan selama proses tersebut belum selesai. “Begitu ada pengaduan warga, dewan sebenarnya sudah bergerak untuk menindaklanjuti masalah itu secara bertahap,” ucap Arie. (sar)

Sutarjo, nama guru itu. Dia dilaporkan oleh 11 orangtua murid ke kepolisian setempat karena keberatan atas perlakuannya terhadap anakanak mereka. “Laporan dari orangtua murid kami terima pada Kamis (11/2),” ujar Kapolsek Basarang, AKP Suranto, Jumat (13/2). Kepada BPost, Sutarjo mengaku, peristiwa itu terjadi pada Kamis saat jam pelajaran olah raga berlangsung sekitar pukul 08.00 WIB. Ketika itu, dia bermaksud akan mengajarkan materi praktik tentang atletik kepada para murid di halaman sekolah tersebut. Sebelum materi disampaikan, dia meminta agar anak didiknya membentuk lingkaran. Tapi tidak semua murid menuruti perintahnya, bahkan banyak yang masih bermain tanpa mengindahkan ucapan Sutarjo. “Karena dongkol, saya ambil sebatang kayu ulin yang ada di tempat itu. Tapi tujuan saya memukul hanya untuk

mendidik, tidak ada tujuan menyakiti,” ujar Sutarjo. Pukulan kayu berukuran sekitar 50 sentimeter ditujukan ke bagian kaki para bocah. Satu per satu murid yang dianggap tidak mematuhi perintah untuk membentuk lingkaran tadi kebagian ‘jatah’. Selain Aji Maulana yang tidak lain putra Sutarjo sendiri, para murid yang mendapat pukulan kayu itu adalah Akbar Suhaimi, Dimas Saputra, Yoga Pangestu, Koriansyah, Doni Prasetyo, Fredi Eko Wahyunata, Sendi Melandia, Taufik Rahman, Amat, Niko Juliannur Candra, serta Rio Yudanus. Menurut kapolsek, pihaknya telah meminta pihak medis dari puskesmas setempat untuk melakukan visum terhadap lima korban. Karena pada kaki dari kelima anak itu terdapat lebam yang diduga akibat pukulan Sutarjo. Sedangkan anak-anak lainnya dimintai keterangannya sebagai saksi.

Kasus dugaan pemukulan terhadap anak didik itu sendiri, telah disikapi pihak sekolah bersama komite. Menurut Kepala SDN Tambun Raya I Suliono, mereka telah melakukan pertemuan dengan para orangtua murid yang menjadi korban. Hasilnya, disepakati penyelesaian dilakukan secara kekeluargaan dalam bentuk selamatan atau tampung tawar. Untuk selamatan tersebut, Sutarjo siap mengeluarkan uang Rp 2 juta. “Selama 15 tahun bertugas sebagai guru, Sutarjo tidak pernah memukul murid dan dia juga dikenal sebagai guru yang baik. Hal itu terjadi karena khilaf. Dia juga manusia dan bisa marah. Tapi masalah ini telah diselesaikan secara kekeluargaan,” ujar Suliono. Kapolsek Basarang menyatakan, sejauh ini masih melakukan pendalaman pemeriksaan terhadap para saksi, termasuk Sutarjo dalam kapasitas sebagai terlapor. Namun adanya perdamaian dengan pihak orangtua murid, bukan berarti proses hukum tidak dapat dijalankan karena telah dilaporkan kepada pihak berwajib. (ami)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.