DPS 14 November 2012

Page 4

4

DENPOST z RABU, 14 NOVEMBER 2012

DenPost/sugik

GALON - Akibat air PDAM ngadat tiga bulan, warga Jl. Melasti, Ungasan, termasuk Bendesa Adat Ungasan, Ketut Marcin, terpaksa beli air menggunakan galon.

Air Ngadat Tiga Bulan, Warga Jl. Melasti Mengeluh Ungasan, DenPost Warga yang tinggal di kawasan Jl. Melasti, Desa Ungasan, mengeluh karena sudah tiga bulan terakhir tidak menikmati air PDAM. Keluhan ini bahkan sudah disampaikan ke pihak PDAM, namun hingga kini belum tertangani. Itu dikatakan Bendesa Adat Ungasan, Ketut Marcin, yang juga tinggal di Jl. Melasti, Selasa (13/11) kemarin. Dikatakan, air PDAM di Jalan Melasti sudah 3 bulan total tidak hidup. Padahal warga yang tinggal di kawasan ini sekitar 30 KK. Dia mengaku sudah banyak menerima pengaduan dan keluhan dari warganya yang ada di sana. Dia sendiri terpaksa harus membeli air menggunakan galon. “Setiap hari saya harus membeli 8 galon air untuk keperluan sehari-hari,” ujar Marcin didampingi istrinya saat mengakat air galon dibawa ke dalam rumahnya.

Bagaimana dengan di tempat lain? Kalau di tempat lain, kata Marcin ada yang mengalir walaupun agak kecil atau malam. Dia terpaksa beli air pakai galon karena tidak punya bak penampungan air. Ditambahkannya, keluhan masyarakat sudah banyak dan sudah koordinasi dengan kades Ungasan termasuk juga anggota dewan di Ungasan. Dia berharap segara dicarikan jalan keluarnya karena masyarakat sudah lama tidak mendapat air sama

sekali. Lebih jauh Marcin memaparkan, sekitar 6 bulan lalu dia sempat menyampaikan keluhan ini dan diperoleh alasan kalau resorvoar terbakar. Tiga bulan berikutnya alasannya ada satu pompa rusak. “Namun ternyata sampai sekarang tambah parah. Bahkan tidak ada sama sekali sudah tiga bulan,” tegasnya. “Harapan saya biar segera mengalir, agar ada pemerataan. Walaupun hanya beberapa jam tidak masalah,”

imbuhnya. Karena untuk mandi dan cuci warga kebingungan. Ditambahkannya, kalau kurang lancar atau kecil bisa dimengerti. “Kalau alasannya karena ketinggian lokasi kenapa Mekar Sari dan Kutuh justru airnya lancar. Apa penyebebnya ini mesti dijelaskan,” paparnya. Dia juga sudah cukup sabar selama ini, namun dia mohon maaf karena keluhan masyarakat dan kondisi ini sudah lama terpaksa angkat bicara. “ Bahkan ada warga yang mengancam bergerak dan berkata lebih baik penjara dari pada tidak punya air, namun saya larang,” tegasnya. Dia selaku tokoh masyarakat sudah mengupayakan jalan yang terbaik. Diharapkannya pihak terkait bisa mencari jalan keluar. (113)

Suda Arsa Usulkan Semua Pasar Tradisional Direvitalisasi Jimbaran, DenPost Rencana Pemkab Badung yang akan merevitalisasi Pasar Kuta 1 disambut positif anggota DPRD Badung dari Fraksi Demokrat, I Ketut Suda Arsa, SE, M.SI. Namun politisi asal Jimbaran, Kuta Selatan ini mendesak agar revitaliasi dilakukan terhadap seluruh pasar tradisional di Badung. “Saya lebih cenderung mengusulkan agar semua pasar tradisional di Badung direvitalisasi,” ujar anggota Komisi C DPRD Badung ini, Selasa (13/11) kemarin. Menurut Suda Arsa, pasar tradisional merupakan urat nadi aktivitas perekonomian masyarakat. Bahkan tidak menutup kemungkinan pasar tradisional ini diyakini menjadi cikal bakal dari pasar modern yang berkembang pesat saat ini.

Lebih-lebih pasar tradisional, selain merupakan urat nadi perekonomian masyarakat juga berfungsi sebagai aktivitas warga untuk bisa bertahan hidup dan bersaing secara ekinomi. Oleh sebab itu, dia lebih cenderung mengusulkan ke pemerintah daerah untuk merevitaslisasi seluruh pasar tradisional di Badung. Lebih jauh pria yang juga pengusaha ini memaparkan, pasar tradisional ini merupakan pusat perekonomian masyarakat yang aktivitasnya setiap hari. Selain sebagai media kegiatan perkonomaian juga bisa berfungsi sebagai daya tarik pariwisata. “Berbicara daya tarik pariwisata seluruh wilayah di Badung mempunyai andil sebagai daya tarik pariwisata,” tegasnya. Oleh sebab itu, kata dia, sebaiknya

seluruh pasar tradisional di wilayah Badung direvitalisasi, sehingga bisa menjadi tempat kegiatan ekonomi yabg sehat, manusiawi dan nyaman. Serta mempunyai daya tarik pariwisata. Apakah Badung mampu? Dia merasa kalau dan percaya Pemkab Badung bisa melakukan itu. “Saya harapkan usulan revitalisasi ini dilakukan secara serentak. Kalau sepotong-potong maka akan masyarakat yang belum terevitalisasi akan kehilangan waktu banyak untuk mengejar,” usulnya. Menurutnya, hal ini jadi PR dan dia sangat berharap agar Pemkab melakukan revitalisasi ini, sehingga unsur keadilan dan kenyamanan bisa dirasakan masyarakat luas. ‘’Karena dari sisi finansial pemda sudah memperkuat eksistensi LPD, saatnya sekarang media kegiatan

DenPost/sugik

Suda Arsa

ekonominya juga direvitalisasi. Tentu kita mengapresiasi jawaban pemerintah untuk merevitaslisasi Pasar Kuta I yang akan dilaksanakan pemerintah,” ujarnya. (113)

Lagi, Kedonganan Gelar Ngaben Massal Anggaran Sepenuhnya Didukung LPD

DenPost/sugik

Ketut Madra

Made Sukada

Kedonganan, DenPost Untuk ketiga kalinya, Desa Adat Kedonganan menggelar ngaben massal. Puncak upacara pitra yadnya akan dilaksanakan, Minggu (18/11) mendatang. Ketua Panitia Ngaben Massal Desa Adat Kedonganan, I Made Sukada didampingi Sekretaris Panitia, Wayan Sukadana, Selasa (13/11) kemarin, memaparkan anggaran untuk upacara ngaben massal ini sepenuhnya didukung LPD Kedonganan sebesar Rp 12

juta per keluarga. Rentetan upacaranya sudah berlangsung sejak, Sabtu (10/11) lalu. Upacara ini diikuti 81 keluarga. Ditambahkannya, dalam upacara ini nantinya akan dipuput oleh Ida Rsi Bujangga dari Griya Sesetan, Ida Pedanda Putra Tlaga dari Gria Sanur, dan Ida Pandita Jaya Wijaya Ananda dari Gria Kutuh, Kuta. Sukada didamping Kepala LPD Kedonganan, Ketut Madra, SH.,

memaparkan anggaran ngaben massal ini sejatinya , sudah menjadi program LPD dan Desa Adat Kedonganan untuk mengenakan tabungan wajib tiap bulannya yang disebut Sipadat (Simpanan Upacara Adat). Jumlah simpanan wajib ini sebesar Rp 1000 per nasabah. Selain itu, juga ada juga tabungan pengendapan masing-masing warga Rp 200.000 per kepala keluarga. “Jadi dari Sipadat inilah banyak program kegiatan yang tercetus. Misalkan setiap penampahan Galungan, masingmasing KK mendapat 3 kg daging babi. Begitu juga bila ada upacara piodalan di masingmasing merajan atau pura keluarga, mendapat sumbangan Rp 1 juta. Termasuk juga untuk anggaran ngaben massal ini,” kata Sukada, seraya mempertegas bahwa setiap upacara adat tidak perlu harus merepotkan campur tangan pemerintah, terlebih lagi soal anggaran. Dikatakan, Jumat (17/11) malam, atau sehari sebelumnya puncak upacara akan dipentaskan Wayang Ceblong. Upacara puncak yang nantinya akan dilangsungkan pada, Minggu (18/11) ini melibatkan

32 sawa, 42 ngelungah, dan 79 nyekah. Secara keseluruhan ada 81 keluarga yang ikut dalam upacara tradisi yang sudah digelar setiap tahunnya, sejak tahun 2010 lalu. Disinggung t soal bantuan dari provinsi terkait kegiatan adat ngaben massal yang sempat menjadi polemik, baik Sukada maupun Madra mempertegas, ada atau tidak ada anggaran tersebut, pelaksanaan upacara ngeben massal ini tetap terselenggara. Bahkan menurut desa adat sudah punya program tersendiri dalam menyiapkan anggaran. Baik untuk upacara dewa yadnya maupun upacara pitra yadnya. “Memang pada kesempatan sebelumnya sempat disampaikan untuk mengajukan proposal bila ingin mendapat anggaran dalam upacara adat. Namun kami tidak tahu apakah anggaran tersebut dimasukkan dalam APBD atau tidak. Jadi kami berpendapat, ada atau tidak anggaran tersebut, upacara harus tetap dilaksanakan,” kata Sukada. Bahkan Madra menegaskan justru keberadaan LPD menjadi seperti ‘’dewa penyelamat” ketika muncul permasalahan seperti saat ini. (113)

C.1278


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.