Kelas X, Bahasa Indonesia

Page 89

Soal Pemahaman Pelajaran 4 Kerjakanlah soal-soal berikut. 1. a. Bacalah cerpen berikut ini.

Mabuk Karya Raisal Kahfi

"Ayo! Buruan dong jalannya! Lama banget sih? Please degh!" teriak Vicky sambil memegang-megang pentungan imitasi yang terbuat dari gagang pengki sodokan sampah. "Ayo, ayo! Matanya jangan belanja! Ini bukan pasar baru woi!" Rahmi tidak mau kalah. Sementara itu, di mulut tenda, Raisal malah asyik dengan handphone-nya. Di alam pegunungan seperti ini memang sering terjadi krisis sinyal. Siasia saja membawa handphone ke tempat ini. "Uh! tahu gini sih engga usah bawa-bawa handphone segala," gerutu Raisal sambil mengayunayunkan handphone-nya. "Sal, Rani sama Yudi ke mana? Kok dari tadi nggak keliatan sih?" tanya Rahmi sambil mengolesi wajah adik-adik tingkatnya dengan arang. "Iya nih, udah acara kita padet banget, seniorsenior kita belum pada dateng, eh, si Rani sama Yudi malah ngilang gitu aja. Masa sih cuma kita yang kerepotan." "Ya udah deh, aku nyari mereka dulu ya?" ujar Raisal. "O, tapi jangan lama-lama, udah sore nih!" ujar Vicky sambil terus mengerjai adik-adik tingkatnya. "Oks!" *** Semburat ungu menghias di langit jingga. Hari sudah senja. Tak lama lagi gemerlap bintang akan singgah di lanskap langit. Raisal masih sibuk mencari Yudi dan Rani, temannya sesama panitia penerimaan anggota baru ekstrakurikuler kabaret. Ya, ini adalah kali kedua bagi mereka singgah di bumi perkemahan Rancaupas Ciwidey. Tahun lalu mereka pun berada di sini. Hanya saja saat itu mereka masih jadi junior yang harus menikmati gemblengan dari seniorsenior mereka. Raisal belum juga berhasil menemukan Yudi dan Rani. Kemudian tanpa sengaja Raisal sampai di sebuah tempat yang membawa ingatannya ke masa lalu, tepatnya setahun lalu. Saat itu Raisal dan Rani mencuri-curi kesempatan untuk beristirahat. Mereka capek karena terus-terusan dibombardir oleh omelan para senior. "Sal, ngumpetnya di sini aja ya? Capek nih!" ujar Rani terengah-engah.

"O ya udah. Aku juga capek banget tau!" ujar Raisal sambil menyemprotkan parfum Aqua di Gio ke lehernya. "Lho? Hare gene sempet-sempetnya bawa parfum? Buseeet!" ujar Rani sambil menyikut lengan Raisal. "Kenapa? Mau? Niiih….." Raisal me­nyemprot­ kan parfumnya pada Rani. "Iihhh…apaan sih…eh…kok wanginya enak ya? Wah, beli di mana, Sal?" "Ada deh…yah lumayanlah biar nggak bau, soalnya dari kemaren nggak mandi gitu loh!" Raisal memasukkan botol parfum mininya itu ke dalam saku. "Halah, itu kan kamu, kalo aku sih engga usah mandi dan pake parfum juga tetep aja wangi, emangnya kamu, hehehe…" ledek Rani. Tiba-tiba mata Rani tertuju pada sesuatu di atas kepalanya. "Ih, ya ampun! Bunga apaan tuh? Serem amat, mirip pocong!" ujar Rani asal. Raisal segera menengadahkan kepala. "Oh, itu bunga kecubung Ran, bagus yah? Eh, tapi jangan salah lho, bunga itu bisa bikin mabuk lho!" Rani beranjak dari duduknya. Dia mengamati bunga berwarna putih itu dengan saksama. "Ih, ternyata lucu juga ya? Tapi masa iya sih bunga cantik gitu bikin mabuk? Sal, mau dong.Tolong ambilin satu aja, pliz," pinta Rani. Raisal pun segera memetik salah satu bunga itu. Dia lalu memberikan bunga itu pada Rani. Mendadak muncul euforia dalam hatinya. Dadanya berdegup kencang. Kelebat angin lalu-lalang di sekitar mereka. Rambut panjang Rani melayang ringan terbawa angin. Benar-benar mirip adegan romantis dalam sinetron! Sejak itulah muncul sebuah perasaan dalam diri Raisal. Perasaan yang entah datang dari mana dan entah apa namanya. Senja melatari munculnya benih-benih cinta Raisal pada Rani. Kemilau jingga berpadu dengan aroma Aqua di Gio yang bertebaran bersama angin sore itu. Semua seakan berpadu menyaksikan bangkitnya cinta dalam diri Raisal. Ternyata bunga kecubung memang memabukkan. Bunga itu telah membuat Raisal mabuk cinta. ***

Kegiatan

79


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.