Kelas X, Bahasa Indonesia

Page 107

8. Tuberkulosis Paru (TBC) Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K). DTM&H, MARS, dari Departemen Pulmonologi & Kedokteran Respirasi FKUI/RS Persahabatan, menyebutkan bahwa merokok juga terkait dengan kejadian TBC.

Sumber: Dokumentasi pribadi

Studi pada pekerja perkebunan di California, AS, menemukan hubungan bermakna antara pra­ valensi reaktivitas tes tuberkulin dan kebiasaan me­ rokok. Pada bekas perokok, hubungan ini lebih kuat daripada pada mereka yang masih merokok. Data lain menunjukkan hubungan antara kebiasaan merokok dengan tubuerkulosis aktif, hasilnya hanya bermakna pada mereka yang telah merokok lebih dari 20 tahun lamanya. Di AS, para perokok yang telah merokok 20 tahun atau lebih ternyata 2,6 kali lebih sering menderita TBC daripada yang tidak merokok. Ke­ biasaan merokok meningkatkan mortalitas akibat TBC sebesar 2,8 kali. Angka ini cukup tinggi jika dibandingkan de­ ngan rasio mortalitas pada penyakit jantung iskemik (1,6 kali) dan penyakit serebrovaskular (1,5 kali), walaupun memang jauh lebih rendah dari rasio mortalitas akibat kanker paru, yang 15 kali lebih sering pada perokok dibandingkan bukan perokok. Kaitan ini bisa dijelaskan sebagai berikut. Dengan racun yang dibawanya, rokok merusak mekanisme pertahanan paru-paru. Bulu getar dan alat lain dalam paru-paru yang berfungsi menahan infeksi rusak akibat asap rokok. Asap rokok meningkatkan tahanan pelan napas (airway resistance). Akibatnya, pembuluh darah di paru mudah bocor. Juga merusak sel pemakan bakteri pengganggu dan menurunkan respons

terhadap antigen, sehingga jika benda asing masuk ke dalam paru-paru, tidak ada pendeteksinya. 9. Kanker Paru Penelitian WHO ini mengisyaratkan bahwa kanker paru merupakan penyebab kematian ter­ besar di dunia dan bertanggung jawab atas 18,7 persen kematian akibat kanker. Data dari Dr. Elisna Syahruddin, Sp.P, Ph.D, di RS Persahabatan, Jakarta Timur, setidaknya dalam sehari ada lebih dari satu kasus kanker. Di tahun 2004 dilaporkan terjadi sekitar 451 kasus keganasan rongga toraks. Meski sampai saat ini belum diketahui pe­ nyebabnya. "Risiko kanker paru meningkat erat dengan rokok, entah perokok aktif, perokok pasif, atau mereka yang terpajan dengan bahan-bahan karsinogen seperti asbes dan polusi udara," kata Dr. Elisna. Sekitar 80 persen insiden kanker paru terkait dengan persoalan merokok. Menurut Dr. Elisna, banyak orang tidak tahu bahwa efek negatif rokok tak hanya dari nikotin. Dimulai dari asap yang membuat iritasi di saluran napas yang dapat mengakibatkan gangguan pada mekanisme pertahanan paru sampai efek negatif lebih dari 45 bahan yang bersifat karsinogen (pemicu kanker). 10. Penyakit Jantung Prof. DR. Dr. Dede Kusmana, Sp.Jp, FACC, me­­­nyebutkan bahwa asap rokok merusak dinding pembuluh darah. Nikotin asap rokok akan merangsang hormon adrenalin. Akibatnya, metabolisme lemak akan berubah dan menyebabkan kadar HDL atau kolesterol baik menurun. Adrenalin akan menyebabkan per­angsangan kerja jantung dan menyempitkan pembuluh darah (spasme). Di samping itu, adrenalin menyebabkan terjadinya pengelompokan trombosit, sehingga pro­ ses penyempitan akan terjadi, entah di pembuluh darah arteri otak atau jantung, yang menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner. Intinya, orang yang merokok lebih dari 20 batang rokok per hari memiliki risiko enam kali lipat terkena infark miokard dibandingkan dengan perokok pasif. 11. Gangguan Saluran Pencernaan Masih menurut Prof, Dede, rokok meningkatkan asam lambung yang mengakibatkan terjadinya sakit tukak lambung dan usus dua belas jari. Pada perokok, kejadian ini dua kali lebih tinggi dibanding pada yang bukan perokok. Sumber: Tabloid Senior, 6 Juni 2006

Kehidupan Sosial

97


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.