Kelas XII, Bahasa Indonesia

Page 55

"Benar, Juragan! Tunjuk lurus, kelingking berkait." "Tetapi mengapa sekarang baru teringat olehnya akan berkirim surat sedemikian?" tanya patih, seraya menggelangkan kepalanya. "Nasib SuriaÂ…," katanya pula dalam hatinya. Sekarang Kosim lagi yang jadi batu penarung baginya! Ya, benar kata Akang tadi," ujarnya kuat-kuat. "Baik disegerakan kerja itu. Tentang surat itu, lebih baik dipandang sebagai tak ada saja. Robek atau bakar, jangan sampai diketahui orang lain. Tunggu sebentarÂ…." Ia bangkit berdiri dari kursinya, lalu masuk ke dalam. Sejurus antaranya ia pun ke luar duduk pula. Keduanya berdiam diri. Patih memandang ke samping, lalu kelihatan olehnya Raden Kosim datang dari belakang. Pada air mukanya terbayang kesenangan hatinya, suka, sebagai sudah mendapat sesuatu yang diharap-harapkannya. Ia tersenyum simpul, naik ke langkah dan memberi salam kepada Haji Junaedi dengan takzim. Sesudah itu ia pun tegak berdiri. Patih memberi isyarat, supaya ia duduk di kursi di antara kedua mereka itu. "Kosim," kata R. Atmadi Nata dengan perlahan-lahan. "Emang Haji datang sekali ini sengaja hendak menentui rundingan tempo hari. Bagaimana pikiranmu sekarang? Sudahkah engkau terima jawab dari ibumu?" "Saya, juragan," sahut orang muda itu, antara kedengaran dengan tiada. "Kebetulan ada saya menerima sepucuk surat dari Garut tadi, tengah hari." Ia pun minta izin akan mengambil surat itu ke kamarnya. Ketika ia datang kembali, diserahkannyalah surat itu ke tangan patih. "Nah, selesai sudah," kata patih, sesudah membaca surat itu. "Kehendak Akang Haji telah berlaku dan berkenan. Ia sudah beroleh izin dari ibunya." "Alhamdulillah!" Dengan segera Patih menyuruh Kosim memanggil ibunya ke belakang. Setelah istri patih duduk, demikian pula Kosim, keempatempatnya pun mulai memperundingkan cara dan waktu perkawinan Kosim dengan Fatimah akan dilangsungkan. Tentang perkara tempat, lama istri patih bertegang-tegang dangan Haji Junaedi. Masing-masing mengeraskan di rumahnya. Akan tetapi, akhirnya istri patih terpaksa mengalah. "Apa boleh buat," katanya dengan senyumnya. "Benar, tentu tak enak bagi Mak Fatimah, kalau beralat di sini. Jadi bila waktunya?" Tiga pasang mata memandang kepada Kosim. Dengan kemalumaluan orang muda itu pun berkata, ujarnya, "Apabila ibuku datang dari Garut, Ibu." "Di Rancapurut sudah sedia sekaliannya, bukan?" kata Patih. "Sudah, Juragan. Bila saja dapat dilangsungkan Â…." "Kalau begitu," kata istri patih pula, "sekarang ini tanggal lima belas. Tanggal 2Â….., tanggal 3 bulan di muka jatuh pada hari Minggu bagaimana kalau hari ini?" Kegiatan yang Menumbuhkan Kreativitas

45


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.