Perdamian Belum Terwujud Di Timur Tengah
Untuk memungkinkan tercapainya hal tersebut di atas, yaitu “menolong posisi” Israel dan Amerika Serikat-Inggris da lam percaturan politik internasional, maka diperlukan seorang penengah yang bersedia mondar-mandir ke AS, Inggris, Israel, Palestina, Libya, Irak dan negara-negara lain di Timur Tengah. Dengan demikian, sikap untuk menentang atau mendukung po sisi Israel dan Amerika Serikat-Inggris dalam kedua hal tersebut, harus dibaca sebagai sikap permulaan (initial attitudes), yang dapat saja berubah karena perkembangan keadaan. Sedangkan peranan “negotiator” (juru runding) itu, kalau tidak dilakukan oleh seseorang secara pribadi (seperti disebutkan di atas), dapat saja dilakukan oleh sekelompok orang (institusi/group). Hal itu telah dilakukan dalam kasus Aceh oleh Henry Dunant Center, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) internasional yang berkedudukan di Geneva. Agar tercapai perdamaian abadi di kawasan itu, kesungguh an sikap negara-negara yang terlibat, maupun kegigihan sang negosiator sangatlah diperlukan. Karenanya, negosiator tersebut haruslah memperoleh dukungan kuat dari siapapun, dalam ben tuk bantuan logistik maupun kemudahan-kemudahan yang lain. Kalau tugas itu dibebankan pada seseorang, haruslah dipastikan orang tersebut memiliki stamina yang sangat prima, dibantu oleh dua orang asisten yang bekerja terus-menerus selama beberapa bulan. Tentu saja, peranan seperti itu akan sangat menarik hati siapapun, hingga banyak yang ingin melakukannya. Tetapi, tentu saja tidak setiap orang (termasuk para diplomat dan para negara wan) mampu untuk melaksanakannya. Ada sebuah persyaratan lain yang sangat penting dalam hal ini; negosiator itu haruslah dipercaya oleh semua pihak yang terlibat, yang juga membawa “kelayakan” bagi seorang muslim untuk tugas tersebut. Itulah sebabnya, mengapa penulis bergairah untuk datang ke Washington DC. Pertama, untuk mengemukakan pendapat nya, bahwa sampai titik terakhir sekalipun, harus diupayakan pe nyelesaiaan damai (peaceful settlement) yang bersifat permanen untuk kawasan Timur Tengah. Kedua, untuk bertemu dan me nyampaikan beberapa hasil pemikiran pada negosiator yang di pilih atau ditunjuk oleh konferensi di ibu kota negara tersebut. Konferensi yang diselenggarakan di sebuah hotel di Washington, yang dari dalam ruangannya masih dapat terlihat bekas-bekas se rangan ke gedung Pentagon pada tragedi 11 September 2001 itu, g 363 h