Islamku-Islam Anda-Islam Kita - Gus Dur

Page 337

Bersumber dari Pendangkalan

P

ada sebuah diskusi beberapa tahun yang lalu di Masjid Sun­ da Kelapa, Jakarta, penulis dikritik oleh Dr. Yusril Ihza Ma­ hendra. Kata Bang Yusril, ia kecewa dengan penulis karena bergaul terlalu erat dengan umat Yahudi dan Nasrani. Bukankah kitab suci al-Qur’ân menyatakan salah satu tanda-tanda seorang muslim yang baik ada­lah “bersikap keras terhadap orang kafir dan bersikap lembut terhadap sesama muslim (asyiddâ’u ‘alâ alkuffâr ruhamâ bayna­hum)” (QS al-Fath [48]:29). Menanggapi hal itu, penulis menjawab, sebaiknya Bang Yusril mempelajari kem­bali ajaran Islam, dengan mondok di pesantren. Karena ia tidak tahu, bahwa yang dimak­sud al-Qur’ân dalam kata “kafir” atau “kuffar” adalah orang-orang musyrik (polytheis) yang ada di Mekkah, waktu itu. Kalau hal ini saja Bang Yusril tidak tahu, ba­gaimana ia berani menjadi mubaligh? Dengan masih adanya pendangkalan pemahaman seperti itu, penulis jadi tidak begitu heran kalau terjadi kekerasan di Ma­ luku, Poso, Aceh dan Sampit. Penulis mengutuk peledakan bom di Legian, Bali, karena itu berarti pem­bu­­nuhan atas begitu ba­ nyak orang yang tidak bersalah. Walau mengutuk, tidak berarti Peristiwa ini terjadi pada acara Ta’aruf & Bedah Buku “Islam Demokra­ si Atas Bawah: Polemik Strategi Perjuangan Umat Model Gus Dur & Amien Rais” pada Minggu (1/12/1996) dan diadakan oleh Perhimpunan Mahasiswa Islam Indonesia. Bertindak sebagai pembicara selain Gus Dur dan Yusril adalah Amien Rais, Nurcholish Madjid, Mohammad Sobary, dengan moderator Emha Ainun Nadjib.

g 299 h


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.