Islam dan Marshall McLuhan di Surabaya
tas, tidak lebih dari 300 orang saja, untuk mereka yang disedia kan tempat duduk. Sedangkan untuk puluhan ribu pengunjung lainnya, mereka membawa sendiri tikar/koran bekas sebagai alas duduk serta botol air untuk mereka minum sendiri, tanpa mendapat undangan untuk hadir. Selama 43 tahun, muballigh kondang alm. KH. Yasin Yusuf dari Blitar, berpidato dalam acara haul tersebut, tanpa mendapatkan undangan dari panitia. Yang penting, ia dan rakyat pengunjung tahu hari dan tanggal acara haul tersebut, dan mereka datang atas dasar kesadaran mereka sendiri. Ternyata, dalam hal-hal yang terjadi tanpa disiapkan ma tang-matang terlebih dahulu, pengamatan Marshall McLuhan itu terjadi. Happening itu terdapat di seluruh dunia dalam ben tuk dan ragam yang beraneka warna. Apakah implikasi dari hal tersebut? Mudah saja pertanyaan itu untuk dapat dijawab: se lama hal-hal itu dianggap membawa berkah Tuhan dan terbuk tikan, maka selama itu pula kesuka-relaan akan menjadi pen dorongnya. Ini terjadi, dalam banyak bidang kehidupan yang memperagakan kekayaan kultural suatu kelompok, tanpa ada yang dapat melarangnya. Dengan kata lain, kesukarelaan atas dasar keagamaan itu, adalah sesuatu yang menghidupi masyarakat kita. Apa yang ti dak diuraikan penulis dalam acara peringatan maulid Nabi Saw. itu, karena keterbatasan waktu, adalah keharusan bagi kita un tuk menerapkan secara lebih luas prinsip kesukarelaan di atas. Terutama dalam kehidupan politik kita, perlu dipikirkan adanya sebuah sistem politik yang sesuai dengan ajaran agama tentang keikhlasan, kejujuran/ketulusan dan keterbukaan. Menjadi nya ta bagi kita, bahwa pembentukan sebuah sistem politik yang me miliki kandungan sangat beragam, benar-benar diperlukan saat ini. Jelaslah bahwa aspek kesukarelaan dan keterbukaan sis tem politik itu sangat diperlukan dalam sikap dan landasan ke hidupan kita sebagai bangsa. Sementara itu, happening seba gaimana yang diamati McLuhan itu ternyata memiliki arti yang mendalam bagi peneropongan akan fungsi ajaran agama terse but. Hal ini berlaku pula dalam politik. Pengingkaran terhadap kesukarelaan di bidang politik, hanya akan menghasilkan sistem politik yang memungkinkan seseorang berbohong kepada rakyat. h g 279 h