Kemiksinan, Kaum Muslimin, dan Partai Politik
S
erombongan orang mendatangi kantor penulis pada suatu siang. Singkatan nama mereka adalah R, S, H dan F. R menjadi kontraktor dan supplier sebuah perusahaan nega ra yang besar, si S semula bekerja di sebuah perusahaan swasta dan sekarang menjadi supplier bagi pemerintah daerah di se buah propinsi. H dan F juga pengusaha yang aktif, tapi penulis tidak bertanya tentang jenis kegiatan mereka. Dua hal penting yang penulis lihat dalam kiprah mereka adalah: pimpinan dae rah sebuah parpol, dan dengan demikian menjadi “anak buah” penulis; dan mereka mempunyai SPK (surat perintah kerja) pelaksana bisnis dari Pemerintah Daerah tempat mereka tinggal, untuk menjadi supplier agrobisnis bagi rakyat di tempat mereka tinggal. Yang menarik perhatian penulis, adalah cara berpikir mere ka. Di satu sisi, mereka tidak mengandalkan diri pada cara-cara politik lama seperti pembagian kaos oblong dan sejenisnya, da lam meraih perolehan suara melalui pemilu akan datang; dan di pihak lain, mereka langsung menghubungkan masalah politik dengan kesejahteraan masyarakat. Dengan kata lain, mereka me lihat politik sebagai sebuah proses, dan tidak mendasarkan ke giatan politik atas cara-cara usang, melainkan dengan pendekat an menghilangkan kemiskinan. Dalam bahasa klise, yang mereka perbuat bukanlah memberikan ikan kepada rakyat, melainkan memberikan kail pada mereka untuk mencari ikan sendiri. Ini berarti, tingkat kesejahteraan rakyat, ditentukan oleh masyara kat sendiri, bukan orang lain. Pendekatan baru ini, katakanlah g 213 h