Majalah Bumi Gadjah Mada edisi 3

Page 1

MEMAHAMI BUMI INDONESIA -Dari Sabang Sampai Merauke-


DAFTAR ISI FOKUS ______________5-14 GUNUNG BAGINDE 5 [Pesona Granit Raksasa di Selatan

INTERAKSI

______________23-33

23 EKSPEDISI RINJANI

Belitung]

PUNTHUK SETUMBU

JALUR SESAR NAIK 7 PEGUNUNGAN TENGAH PAPUA PESONA GRANIT di EKOR

27 [Menikmati Borobudur dari Tepian Telaga Purba]

DESA KANDANGSERANG

29 [Perbukitan Lapuk dalam Kondisi Menyerang]

9 KALIMANTAN

MENGEJAR MATAHARI di 13 GUNUNG API PURBA NGLANGGERAN

MUTIARA YANG

31 TERLUPAKAN DI UJUNG

BARAT INDONESIA

SELAYANG PANDANG

______________15-16 15 SUNGAI KAPUAS

33 TANJUNG KELAYANG

GEOWISATA

[Kelok Kehidupan di Tanah Borneo]

______________34-38

GEOPARK KALDERA

35 TOBA

INOVASI

______________17-22

AIR TERJUN

36 NUNGNUNG

[Sisi Lain Pesona Bali]

TRANSFORMER JACOB

17 [Jacob Berteknologi Laser dan Digital Klinometer]

KALSIT BERLAPIS DESA

19 JARI

GEOWISATA,

37 Membumikan Warisan

Geologi

______________39-41

SOSOK

[Prospekkah Menjadi Tambang Endapan Logam?]

Rovicky Dwi Putrohari

39 [Bincang Bersama Pakdhe Rovicky] 21 MENGENAL LEBIH DEKAT

BATUAN KARBONAT di BAYAT

ORGANISASI ______________42-49 SPE

International R

Universitas Gadjah Mada SPE Student Chapter


DARI REDAKSI Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan memiliki lebih dari 17.000 pulau. Pulau-pulau di Indonesia ini memiliki karakteristik morfologi yang berbeda-beda, terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi, perbukitan, dan pegunungan. Indonesia juga merupakan negara yang secara geologis memiliki posisi yang unik karena berada pada pusat tumbukan Lempeng Tektonik Hindia-Australia di bagian Selatan, Lempeng Eurasia di bagian Utara dan Lempeng Pasifik di bagian Timur Laut. Hal ini mengakibatkan Indonesia mempunyai tatanan tektonik yang kompleks, sehingga menjadikan Indonesia kaya akan potensi sumber daya geologi. Setiap daerah di Indonesia memiliki kondisi geologi yang khas dan menarik, misalnya saja terdapat batuan granit di daerah Belitung dan Kalimantan, adanya gunungapi aktif di sekitar zona subduksi dan jalur sesar naik di pegunungan tengah Papua. Keberagaman kondisi geologi di masing-masing ini menjadi tema utama dalam Bumi Gadjah Mada edisi ke-tiga. Pembahasan mengenai informasi geologi, termasuk aspek lain di berbagai daerah pada edisi ke-tiga ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat umum, khususnya untuk mahasiswa Teknik Geologi. Dengan terbitnya majalah Bumi Gadjah Mada edisi ke-tiga diharapkan pembaca dapat mengenal lebih jauh tentang keindahan Indonesia dan kondisi geologinya sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta kepada Tanah Air.

Eka Nofiana K. PENASIHAT PEMBINA PENANGGUNGJAWAB PEMIMPIN UMUM PEMIMPIN REDAKSI EDITOR Nadia Sekarlangit Setia Prihatin Nurul Yulanda S. REDAKTUR Rendy Defriza F. Hafizh Fatah Nur A. Ilham Bayu Nur A. Josephine Karenina Taufiq Bakhtiar Nico Andreas N. Imadudin Yazid Winner Janis S. K. M. Anzja C. I.

Dr. Sugeng Sapto S. Dr. Agung Setianto Hafizhan Abidin S. Eka Nofiana K. M. Riyo Hanafi Mayang Pinasthi M. Rivaldi Anwar P. Maghfira Abida

DESAIN DAN LAYOUT Ghaneswari Yugamaris Radifan Tamjidi Fitra Annurhutami Rheva Dwiky Aditya ILUSTRATOR FOTOGRAFER IKLAN DAN PROMOSI

Ferralda Talitha Amir Riefky Prajasa M. Rizki Sudirman Yacobus Ekakrismi N. M. Dwiki Satrio W. Rafael Kartika J. D. Ryan Syahputra Egy Erzagian Endah Sulistiani

Departemen Teknologi Informasi dan Multimedia Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi UGM Jalan Grafika No.2, Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta 55281 Email: bumigadjahmada@gmail.com

PRODUKSI Berli Sahala S. Aldaka Wiguna M. Ilyasa Satyadharma KONTRIBUTOR M. Isnain Al-Rizki Sistien Adhaena Bramantio Haryo K. Kresna Kustrianugroho

M. Riyo Hanafi

Ganang Ikhwanushova Imam Supriyadi M. Rizki Legi H. M. Riyo Hanafi M. Zarfan Bimantoro Ivy Nur Arinii Ramadhani Rindra Y. Arvida Noviana M. Firdaus Rafqi Luthfi Haritsah Izzudin Fathan A. Rr. Diny Putri Yustisiana Tika H. Arjuna Lubis M. Krisno M.. Luthfi Maulana H.

Clorenda Donella Yeftamikha Putra Herianto Taslim Maulana

Sampul Depan Rumah adat yang berkamu lase dengan alam di Pegunungan Tengah Papua Foto : Winner Janis S. Kambu Sampul Belakang Pemandangan berhiaskan batuan granit di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia Foto: Egy Erzagian


Hilangnya air pada batupasir karbonatan saat kemarau menyebabkan fenomena mud crack, sedangkan batugamping foraminifera tersingkap dengan kokoh. Lokasi: Polaman, Desa Sendangharjo, Kecamatan Kota Blora, Blora, Jawa Tengah Foto: Kwan William


Batuan contoh setangan pada gambar merupakan batupasir kuarsa, litologi khas yang ditemukan pada Formasi Ngrayong, Zona Rembang. Batuan ini memiliki potensi sebagai reservoar untuk minyak bumi. Lokasi: Polaman, Desa Sendangharjo, Kecamatan Kota Blora, Blora, Jawa Tengah Foto: Ghaneswari Yugamaris


Kenampakan Gunung Agung Lokasi: Banjar Iseh, Kec. Sidemen, Kab. Karangasem, Bali Foto: Muhammad Riyo HanaďŹ


Kawah, merupakan pusat kegiatan suatu gunungapi, biasanya berupa lubang di puncak. Bila muncul di lereng disebut kawah parasit. Garis tengah kawah bervariasi, antara puluhan meter hingga ratusan meter. Lokasi: Kawah Gunung Papandayan, Jawa Barat Foto: Yuli Nurjanah


FOKUS

Artikel: Imaduddin Yazid, Rafael Alexander K.J., dan Ryan Syahputra W. Foto: Imaduddin Yazid.

“Pulau Belitung, negeri laskar pelangi, terkenal dengan obyek wisata pantai dengan granit-granit yang tersusun indah. Keindahan granit tersebut tidak hanya dapat ditemukan di pantai, namun juga di 'Gunung'.� Gunung Beginde, begitulah orang menyebut sepasang singkapan granit berukuran raksasa yang tinggi menjulang di Pulau Belitung ini. Walaupun oleh masyarakat disebut gunung, namun secara geomorfologi singkapan granit ini belum tepat bila disebut demikian karena hanya memiliki ketinggian hingga sekitar 120 m di atas permukaan laut. Situs ini merupakan salah satu obyek wisata yang terletak di Desa Padang Kandis, Kecamatan Membalong, Kabupaten Belitung, Propinsi Bangka Belitung. Dari Tanjung Pandan, ibukota Kabupaten Belitung, situs ini berjarak sekitar 70 km ke arah selatan dengan waktu tempuh sekitar 2,5 – 3 jam. Perjalanan menuju situs ini hanya dapat dilakukan dengan menggunakan mobil atau motor pribadi karena tidak ada kendaraan umum yang melewati situs tersebut. Mendaki puncak Beginde Seperti yang telah disebutkan, situs ini terdiri dari dua buah singkapan granit raksasa yang oleh masyarakat disebut sebagai Gunung Beginde Perempuan dan Gunung Beginde Laki-laki. Keduanya dari segi bentuk memiliki perbedaan yakni gunung laki-laki lebih tinggi dan memiliki puncak dengan geometri yang membulat, sedangkan gunung perempuan lebih pendek dengan puncak yang berbentuk lebih pipih. Dari kedua gunung tersebut, hanya Gunung Beginde Perempuan yang memiliki akses jalan dan dapat didaki, sedangkan gunung satunya hanya dapat dinaiki dengan memanjat tebingnya menggunakan peralatan wall climbing. Perjalanan menuju puncak Gunung Beginde Perempuan dilakukan dengan berjalan kaki sekitar 15 menit dengan dua tahapan perjalanan. Tahap pertama adalah berjalan menanjak melewati jalan setapak di tengah hutan dengan trek yang tidak berat namun cukup melelahkan bagi orang yang tidak terbiasa mendaki. Sepanjang perjalanan kita tidak a-

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 5

kan bosan karena melewati pepohonan yang rimbun dan indah, serta ditemani kicauan burung-burung liar. Tahap kedua adalah memanjat batu granit raksasa. Tahap yang cukup mendebarkan ini dilakukan dengan bantuan seutas tambang dan tangga buatan dari kayu yang telah tersedia di sana. Meskipun cukup mudah, kita tetap harus berhati hati serta fokus agar tidak tergelincir. Tiba di puncak, rasa lelah selama perjalanan akan sirna ketika kita disuguhi pemandangan yang sangat mempesona. Tengoklah berkeliling, hijaunya hamparan perkebunan sawit serta pepohonan hutan tergelar luas menyejukkan mata. Warna biru kehijauan dari laut menjadi batas kontras dengan warna hijau pepohonan tadi. Tambahan warna dari birunya langit yang berpadu dengan putihnya gumpalan awan, membuat pemandangan dari puncak batu ini begitu luar biasa. Adanya Gunung Beginde Laki-laki yang berdiri kokoh menjulang diseberang juga menjadi daya tarik keindahan tersendiri yang sangat istimewa. Selain pemandangan, puncak Gunung Beginde juga menyajikan beberapa spot-spot unik. Pertama adalah adanya beberapa jejak kaki manusia berwarna putih seukuran telapak kaki orang dewasa, yang konon katanya merupakan jejak kaki Raja Belitung jaman dahulu kala. Selanjutnya ada genangan air tawar yang kadang ada kadang tidak, namun sering muncul walaupun tanpa adanya hujan di tempat ini. Air ini boleh diminum langsung oleh pengunjung yang ingin mencicipinya. Ada juga batu goyang, yaitu sebuah batu yang dapat digoyangkan dengan mudah dan berada di pinggir tebing yang hampir vertikal, namun tidak bisa dijatuhkan ataupun diangkat walaupun dilakukan oleh beberapa orang dewasa sekaligus.


Geologi Beginde Secara regional, Pulau Belitung merupakan bagian dari Sundaland dan Tin Island yang memiliki batuan penciri berupa granit. Pada Peta Geologi Lembar Belitung, Gunung Beginde termasuk pada Formasi Adamelit Baginda. Umur mutlak formasi ini berdasarkan dating adalah sekitar 160-208 juta tahun. Formasi ini termasuk dalam granit tipe “I�, yang berarti tidak berpotensi sebagai tambang timah karena ketiadaan kandungan mineral kasiterit. Namun demikian, sebetulnya Gunung Beginde sangat berpotensi untuk ditambang granitnya karena volumenya yang luar biasa besar. Secara petrologi, Gunung Beginde tersusun atas granit tipe adamelit. Bila dideskripsikan, batuan ini memiliki warna putih keabu-abuan, keseluruhan batuannya disusun oleh kristal (holokristralin), dengan ukuran kristal-kristal yang seragam (equigranular). Teksturnya porfiritik dengan butir yang berukuran kasar. Komposisi batuan ini antara lain adalah plagioklas, kuarsa, biotit, hornblenda, feldspar, dan oksida besi. Di tubuh granit Beginde, banyak ditemukan xenolith yang berwarna hitam. Xenolith ini menunjukkan batuan samping yang diintrusi oleh magma hancur dan bercampur namun tidak ikut meleleh sehingga terlihat seperti fragmen. Morfologi Gunung Beginde sangat unik, yakni situs ini terlihat seperti sebuah intrusi raksasa yang kemudian tersingkap. Dari morfologi yang unik tersebut, dapat diperkirakan proses morfogenesa yang mengontrol morfologinya adalah erosi. Singkapan ini diperkirakan terbentuk dari hasil intrusi magmatik bersifat asam yang selama melewati batuan samping terjadi proses partial melting yang mengubah sifat magma menjadi lebih felsik. Intrusi i-

ni kemudian mengalami pengangkatan, dan terjadilah proses denudasional yang menyebabkan batuan di sekitarnya yang tidak resisten mengalami proses erosi dan yang tersisa hanya intrusi granitnya yang resisten. Lokasi sakral masyarakat Belitung Masyarakat Belitung menganggap situs ini sebagai 'pasak'nya Pulau Belitung, sehingga masyarakat menyakralkannya. Konon ketika zaman penjajahan, Pulau Belitung aman dari bombardir penjajah dengan tidak tampak dari atas pesawat karena pulau ini dilindungi oleh kekuatan dari Gunung Beginde. Menurut penuturan masyarakat, sejak dahulu banyak pihak-pihak yang ingin menambang gunung ini karena merupakan granit dengan volume yang luar biasa besar, namun tidak ada yang berhasil melakukannya. Konon peralatan yang digunakan untuk menambang selalu rusak dan para pekerjanya selalu tertimpa musibah. Masyarakat percaya hal tersebut karena penunggu gunung tersebut tidak senang rumahnya diganggu dan dirusak. Setiap tahun, menjelang datangnya bulan Ramadhan, diadakan upacara penyucian diri di gunung ini. Semua masyarakat di desa tempat gunung ini berada wajib ikut, temasuk pendatang yang hanya singgah sementara. Orang yang tidak ikut upacara ini atau mengikutinya namun tidak dengan hikmat akan tertimpa musibah. Menurut penuturan warga, seorang mahasiswa UGM yang melaksanakan KKN di desa tersebut di tahun 2013 ada yang kerasukan dan digentayangi banyak roh halus akibat tidak mengikuti upacara tersebut dengan hikmat.


Artikel dan foto: Winner Janis S. Kambu

KONDISI GEOLOGI

JALUR SESAR NAIK NEW GUINEA (JSNNG)

Ada dua bagian kerak utama yang terlibat di Papua, yaitu Kraton Australia dan Kerak Pasifik. Kerak pertama, yaitu Kraton Asutralia yang mengalasi bagian selatan, sedangkan yang kedua merupakan Kerak Pasifik dan menjadi alas pantai utara (termasuk Teluk Cendrawasih, Dow, drr,. 1982). Daerah Badan Burung merupakan jalur memanjang dari timur ke barat yang telah mengalami perlipatan. Jalur ini disebut Sesar Naik Pegunungan Tengah (JSNPT). Geologi Papua dibedakan dalam tiga kelompok batuan penyusun utama yaitu : 1. Batuan Kraton Australia, tersusun oleh batuan alas, batuan metamorf, dan berumur Paleozoikum akhir. 2. Batuan Lempeng Pasifik, tersusun oleh batuan ultrabasa, tuf, dan batuan sedimen laut yang berumur Jura. 3. Batuan campuran dari kedua lempeng.

JSNNG merupakan Jalur Lasak Irian (Jalasir) yang sangat luas, terutama di daerah tengah-selatan Badan Burung. Jalur ini melintasi seluruh zona yang ada di daerah sebelah timur New Guinea yang menerus ke arah barat dan dikenal sebagai Jalur Sesar Naik Pegunungan Tengah (JSNPT). Zona JSNNG-JSNPT merupakan zona interaksi antara lempeng Australia dan Pasifik. Lebih dari setengah bagian selatan New Guinea ini dialasi oleh batuan yang tak terdeformasi dari kerak benua. JSNPT merupakan jalur sesar sungkup yang berarah timur-barat dengan panjang 100 km, menempati daerah Pegunungan Tengah Papua. Batuannya dicirikan oleh kerak benua yang terdeformasi sangat kuat. Sesar sungkup telah menyeret batuan alas yang berumur Permian, batuan penutup berumur Mesozoikum, dan batuan sedimen laut dangkal berumur Tersier Awal ke arah selatan. Di beberapa tempat, kelompok batuan ini terlipat kuat.Satuan litologi yang paling dominan di JSNPT ialah batu gamping New Guinea dengan ketebalan mencapai 2000 m. Sesar sungkup JSNPT dihasilkan oleh gaya kompresi yang sangat intensif dan kuat dengan komponen utama berasal dari arah utara. Gaya ini juga menghasilkan beberapa jenis antiklin yang curam bahkan sampai mengalami pembalikan (overturned). Proses ini juga menghasilkan sesar naik yang bersudut lebar (reverse fault). Penebalan batuan kerak yang diduga terbentuk pada awal Pliosen ini memodifikasi bentuk daerah JSNPT.

Litologi pada Batuan Kraton Australia dan Batuan Lempeng Pasifik, termasuk batuan bentukan dari Oregen Melanesia. Batuan yang berasal dari Kraton Australia terutama tersusun oleh batuan alas, batuan metamorf berderajat rendah dan tinggi sebagian telah diintrusi oleh batuan granit di sebelah barat, batuan ini berumur Paleozoikum Akhir, secara selaras ditindih oleh Sedimen Paparan Mesozoikum dan batuan sedimen yang lebih muda, batuan vulkanik, dan batuan metamorf hingga Tersier Akhir (Dow, dkk., 1985). Singkapan yang baik dan menerus dapat diamati sepanjang daerah batas tepi utara dan Pegunungan Tengah.

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 7


Lokasi: Kampung Kurulu, Kabupaten Wamena, Papua. Waktu pengambilan foto: 12 Agustus 2013, Pukul 13:14:44

Foto ini salah satu bukti bahwa Jalur Sesar Naik Pegunungan Tengah (JSNPT). JSNPT merupakan jalur sesar sungkup yang berarah timur-barat dengan panjang 100 km, menempati daerah Pegunungan Tengah Papua. Batuannya dicirikan oleh kerak benua yang terdeformasi sangat kuat. Sesar sungkup telah menyeret batuan alas yang berumur Permian, batuan penutup berumur Mesozoikum dan batuan sedimen laut dangkal berumur Tersier Awal ke arah selatan. Di beberapa tempat kelompok batuan ini terlipat kuat. Satuan litologi yang paling dominan di JSNPT ialah batu gamping New Guinea dengan ketebalan mencapai 2000 m. Foto tersebut juga menunjukan kenampakan Bentang Alam Karst. Kenampakan tersebut menunjukan telah terjadi proses karstiďŹ kasi lanjut, ditandai dengan bentukan-bentukan tabular yang relatif meruncing. Kamera menghadap timur laut. Morfologi di sebelah timur berupa dataran berelief rendah, di sebelah selatan berupa perbukitan karst yang memanjang dari arah timur ke barat.

Lokasi : Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua Waktu pengambilan foto: 3 Agustus 2014, Pukul 15:11:08

Pegunungan Kelabu merupakan salah satu bukti bahwa adanya keterlibatan Kraton Australia pada Jalur Sesar Naik Pegunungan Tengah (JSNPT). Batuan Kraton Australia tersusun oleh batuan alas, batuan metamorf yang berumur Paleozoikum Akhir. Pada Pegunungan Kelabu, tampak dengan sangat jelas batuan metamorf dengan derajat sedang-tinggi. Sedangkan di sebelah timur berupa perbukitan berelief curam, di sebelah selatan berupa perbukitan berelief sedang-curam dengan litologi penyusunnya berupa batugamping (Kelompok Batugamping Nugini dalam Peta Geologi Lembar Beoga – 3212 , Skala 1 : 250.000) sangat dominan. Pengaruh struktur sangat dominan pula dalam membentuk pegunungan di sekitar Pegunungan Kelabu.


“Hamparan fragmen granit di Pantai Temajuk yang berpadu dengan laut, pasir, dan langit saat senja�


Artikel dan foto: Egy Erzagian


Desa Temajuk, merupakan desa yang terletak di ekor Kalimantan dan berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia. Secara administratif, desa ini berada di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. Desa ini merupakan garda terdepan bagi bangsa Indonesia dengan segala potensi alamnya. Potensi alam yang disajikan di ujung negeri ini meliputi keindahan panorama dengan hamparan pasir pantai dan perbukitan yang menjulang, keanekaragaman florafauna di hutan tropis, serta potensi sumberdaya geologi yang memiliki nilai ekonomis. Selain itu, faktor sosial-budaya juga turut memberikan kekayaan pada desa ini. Desa Temajuk memiliki adat istiadat melayu yang masih kental dengan keramahan yang luar biasa dalam menyambut pendatang dan juga rasa nasionalisme yang tinggi untuk membela negeri.

Lokasi Batu Nenek

Diperlukan perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan untuk dapat mencapai desa Temajuk ini. Apabila perjalanan dimulai dari ibukota Pontianak, maka rute yang akan dilalui adalah Pontianak-Singkawang-Sambas. Pada umumnya perjalanan dapat ditempuh sekitar 5-6 jam dengan menggunakan mobil atau motor. Perjalanan tidak hanya terhenti sampai di situ saja. Masih ada waktu tempuh sekitar 5 jam lagi untuk dapat benar-benar mencapai desa yang jauh dari pusat kota tersebut. Penyeberangan sungai dan jalan bertanah merah adalah sesuatu hal yang harus dilalui oleh pendatang. Menurut sejarahnya, desa Temajuk merupakan markas besar bagi para komunis. Oleh sebab itu, kata “Temajuk� sebenarnya merupakan singkatan dari Tempat Masuk Jalur Komunis. Dalam perkembangan kependudukannya, TNI AD juga membangun markas secara diam-diam di daerah Temajuk untuk menjadi agen rahasia dan memberantas para komunis tersebut. Seiring dengan

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 11

berjalannya waktu, anggota TNI AD mulai hidup di daerah Temajuk dengan memanfaatkan segala sumberdaya alam yang ada sehingga berkembang menjadi sebuah desa. Granit Pueh Batu Nenek Keberadaan granit di desa Temajuk menjadi obyek geologi yang menarik. Granit di Indonesia hanya dapat dijumpai di tempat tertentu, salah satunya yaitu di desa Temajuk. Granit adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma berkomposisi asam yang membeku pada kedalaman tertentu di bawah permukaan bumi. Granit termasuk ke dalam batuan beku dalam atau batuan beku intrusif. Umumnya granit bersifat masif dan keras, terdiri atas mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas, biotit dan hornblende. Berdasarkan peta geologi lembar Sambas-Siluas (Rusmana, E., dkk., 1993), granit yang ada di desa Temajuk tergolong ke dalam granit Pueh yang berumur Kapur Akhir. Granit Pueh merupakan salah satu jenis granit yang termasuk ke dalam jalur granit orogen kapur di pulau Kalimantan, yaitu dengan tipe granit Kaledonia. Jenis granit ini merupakan granit yang memiliki afinitas kalk-alkali. Granit tersebut merupakan granit tipe-S, yang memberikan dugaan bahwa batuan tersebut terbentuk oleh proses pelelehan sebagian di kerak benua dengan batuan sumber berupa batuan sedimen. Salah satu lokasi ditemukannya granit Pueh di desa Temajuk adalah Batu Nenek. Apabila dipandang dari kejauhan, sekilas batuan yang ada di tengah-tengah laut tersebut terkesan begitu rapi dengan bentuknya yang pipih. Batu Nenek bagaikan sebuah pulau kecil dengan hiasan dua pohon kelapa dan pasir pantai di bagian dasarnya. Meskipun bentuknya seperti pulau kecil, Batu Nenek dapat didatangi ketika laut sedang surut, biasanya pada siang hari. Pada waktu surut, karang-karang yang disembunyikan oleh air laut ketika pasang akan terlihat dan jalan menuju Batu Nenek juga akan terbuka. Menurut informasi dari warga sekitar, Batu Nenek merupakan pusat dari kerajaan gaib yang ada di Kecamatan Paloh. Nama Batu Nenek itu sendiri berasal dari mitos yang menceritakan bahwa ada nenek (gaib) yang menunggu di wilayah tersebut, sehingga apabila pendatang memasuki wilayahnya harus izin terlebih dahulu dengan berkata “Nek, numpang lewat�. Batu Nenek masih dianggap sebagai tempat yang keramat bagi warga desa Temajuk.


Bagaimana Batu Nenek dapat terbentuk? Pada awalnya diduga bahwa granit yang ada di Batu Nenek merupakan intrusi batuan beku dan tersingkap di permukaan. Namun setelah melihat kembali granit dengan kondisi air laut saat surut, ternyata granit tersebut merupakan fragmen-fragmen lepas dan bukan merupakan produk intrusi, sehingga proses transportasi menjadi faktor penting dalam proses pembentukannya. Diperlukan energi yang sangat besar untuk dapat membawa bongkahan granit yang besar itu dan terakumulasi di satu tempat. Adanya aliran sungai di daerah sekitar Batu Nenek menunjukkan bahwa proses transportasi memang pernah terjadi. Tidak ada penjelasan yang lebih rinci mengenai pembentukan Batu Nenek karena masih belum banyak penelitian di daerah tersebut.

Selain di Batu Nenek, granit Pueh juga dapat ditemukan di pesisir pantai lainnya dan di Gunung Melano yang menjadi batas antara negara Indonesia dan Malaysia. Di gunung itu terdapat granit yang menjulang tinggi atau yang disebut penduduk sebagai Batu Bajulang. Kehadiran granit di Desa Temajuk ini membawa potensi sumberdaya geologi lainnya seperti, emas, timah dan lain-lain. Diperlukan penelitian lebih lanjut di daerah ini untuk dapat memastikan keberadaan potensi sumberdaya geologi secara nyata sehingga nantinya dapat memberikan manfaat kepada masyarakat di sekitarnya.

Kenampakan Batu Nenek pada Pantai Tamajuk, yang terletak di Desa Tamajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.

Granit Pueh memiliki komposisi kuarsa, ortoklas, plagioklas, biotit, muskovit dan hornblende. Bongkahan fragmen granit terakumulasi akibat proses transportasi dan tersebar di berbagai pesisir Pantai Temajuk.

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 12 Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 46


Mengejar Matahari di Gunungapi Purba Nglanggeran Artikel dan Foto: HaďŹ z Fatah Nur Aditya Kabut tidak datang sepekat biasanya selepas subuh pagi itu. Langit bersih tanpa mendung meski masih tampak gelap. Jalanan berkelok basah oleh embun. Kami tiba di kaki Gunung Nglanggeran saat menyadari semburat tipis sinar matahari pertama mulai tampak di ufuk timur. Tidak ada pilihan selain mendaki dengan setengah berlari jika masih ingin menyaksikan matahari terbit dari puncak Gunung Nglanggeran. Kami mengunjungi Gunung Nglanggeran di sela-sela kegiatan kuliah lapangan mandiri Ramadhan 2013 lalu. Target menikmati suasana terbitnya matahari di puncak Gunung Nglanggeran telah kami wacanakan sejak minggu pertama kedatangan namun baru terlaksana di penghujung kegiatan KL mandiri saat seluruh rangkaian kegiatan sudah kami selesaikan. Berangkat dari basecamp di Sepat yang merupakan desa sebelah dari Nglanggeran, hanya perlu waktu sepuluh menit naik motor untuk mencapai titik awal pendakian di ujung barat Gunung Nglanggeran. Gunung Nglanggeran dinamakan sesuai dengan nama desa lokasinya berada, termasuk wilayah Kecamatan Patuk, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tempat yang sudah sangat terkenal di kalangan wisatawan ini memiliki akses yang mudah dengan waktu tempuh sekitar 45 menit dari kota Jogja.

Lokasinya dapat dijangkau dengan menyusuri jalan provinsi ke arah Wonosari dan memperhatikan papan penunjuk jalan yang banyak ditera dengan jelas di tepi kiri jalan. Jalan kampung pun cukup memadai dan mulus untuk dilewati. Tenang suasana perkampungan dengan rumah-rumah sederhana dan sawah yang menghijau seolah mengantarkan kita bersiap menikmati pesona alami yang ditawarkan Gunung Nglanggeran. Dari kejauhan sudah terlihat tebing-tebing batu terjal dinding gunung yang menjulang membentuk kontras morfologi dengan bukit bergelombang yang lebih rendah di sekitarnya. Hijau pepohonan tumbuh di atas bukit asri berpadu dengan hitam bebatuan besar yang tampak kokoh menyusun tubuh gunung. Kesan alami dan kearifan lokal di lokasi dapat terasa dari pesanpesan sederhana yang disampaikan pengelola wisata di papanpapan kayu seperti larangan membuang sampah dan corat-coret serta info mengenai titik-titik tempat tertentu di Gunung Nglanggeran berikut pernik kisah yang menyertainya. Dengan ketinggian yang hanya 700 meter, Gunung Nglanggeran adalah gunung yang sangat ramah bagi siapapun. Jalan setapak naik sudah berupa tangga buatan. Terdapat alat-alat bantu di sepanjang jalur pendakian untuk mempermudah perjalanan ke puncak seperti tali atau jembatan buatan dari kayu. Perjalanan dari tempat parkir ke puncak dapat ditempuh dalam waktu sekitar 40 menit.

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 13


Namun sensasi berpetualangnya masih cukup terasa karena

erupsi yang menjadi sumber utama bagi keberadaan batuan yang

adanya tanjakan bebatuan yang terjal serta terbentuknya lorong

menyusun daerah Nglanggeran dan sekitarnya. Dengan kata

sempit pada jalur pendakian dari himpitan dua batu besar.

lain, beliau belum menyimpulkan bahwa Gunung Nglanggeran

Kesiapan fisik dan pemanasan tetap diperlukan agar tidak terjadi

merupakan pusat erupsi dari sebuah gunungapi purba. Satu lagi yang menarik tentang Gunung Nglanggeran

hal-hal yang tidak diinginkan saat menjalani pendakian. Meski memaksakan mendaki dengan kecepatan

adalah kondisinya dahulu waktu aktif diduga sebagian berada di

tinggi, kami gagal menyambut matahari terbit dari puncak

bawah laut dengan ditemukannya fragmen koral pada endapan

gunung. Matahari sudah beranjak melewati batas horizon timur

breksi epiklastiknya. Dapat dibayangkan jika kondisi gunung

saat kami terengah-engah mengambil nafas di pos pertama. Pos

dulu mirip dengan Gunung Krakatau di Selat Sunda. Sebuah

ini sendiri sudah memberikan keleluasaan memandang ke nun

letusan maha dahsyat yang tak tercatat dalam sejarah

jauh di segala arah. Di arah utara kita dapat melihat Gunung

menghilangkan bentuk asli dari tubuh gunung serta menutup

Merapi yang tingginya menjulang menembus awan, seakan

periode vulkanisme Tersier di Pulau Jawa dan kemudian

teman yang setia mendampingi geliat kehidupan kota Jogja yang

membentuk endapan vulkanik yang menyusun daerah

menjadi pemandangan di sebelah barat dari pos pertama.

Nglanggeran dan sekitarnya saat ini, serta menyisakan bentukan

Memandang ke arah selatan akan tampak naik-turunnya

yang kokoh mengagumkan yang kita kenal sebagai Gunung

topografi daerah Gunungkidul yang hijau berkabut di beberapa

Nglanggeran. Berkunjung ke Gunung Nglanggeran membuat

tempat.

imajinasi kami berlesatan antar dimensi waktu dengan Nama “Gunungapi Purba Nglanggeran” mulai

membayangkan kondisi alam nan indah permai ini merupakan

dikenalkan secara masif pada khalayak umum sekitar 2011

hasil dari proses yang menakjubkan pada suatu hari di masa

sebagai branding tempat wisata ini. Di kalangan ilmuwan

lampau.

geologi sendiri status gunungapi purba bagi gunung

Sebagai tempat wisata, Gunung Nglanggeran dengan

Nglanggeran masih dalam batas teori atau dugaan yang bisa

pemandangan surgawinya merupakan salah satu tempat terbaik

diperdebatkan. Batuan yang menyusun tubuh gunung menjadi

untuk berburu foto. Pada kesempatan itu kami mengambil foto

lokasi tipe bagi Formasi Nglanggeran yang terdiri dari produk

siluet memanfaatkan momen matahari yang baru sejengkal naik

endapan hasil aktivitas gunungapi pada Miosen Awal atau

dari puncak gunung. Puncak Gunung Nglanggeran terletak di

sekitar 20 juta tahun yang lalu (Toha dkk, 1992). Berbeda

bagian tengah gunung dengan jurang dalam di sisi timurnya

dengan batuan pada Formasi Semilir yang bersifat asam, batuan

yang membagi gunung menjadi dua bagian barat dan timur.

yang menyusun Formasi Nglanggeran lebih bersifat intermediet

Luasnya pandangan ke setiap penjuru menjadi satu hal yang

hingga basa. Hipotesis mengenai asal mula jadi Gunung

dapat membuat betah untuk berlama-lama di atas puncak.

Nglanggeran sebagai sebuah pusat erupsi purba dimunculkan

Terdapat area camping ground satu tanjakan sebelum

karena pertimbangan morfologinya yang kontras dengan

puncak untuk memanjakan pengunjung yang ingin menikmati

sekitarnya padahal masih dalam satu formasi dengan batuan

malam di atas ketinggian vulkanisme purba. Setelah puas

yang sama.

mencoba berbagai macam pose dan sudut pengambilan foto dan

Peta topografi daerah Nglanggeran juga

matahari semakin terasa teriknya, kami turun dari puncak

memperlihatkan pola kontur tertutup yang khas pada fitur

dengan lebih menikmati perjalanan. Mengucapkan salam

geologi gunungapi atau intrusi. Wartono Rahardjo dari Teknik

perpisahan pada sang gunungapi purba yang di setiap interaksi

Geologi UGM pada tahun 2000 melakukan penelitian yang

antar fragmen dan matriks butir batuannya seolah sambil

menghasilkan pengelompokan 12 fasies endapan vulkanik

membisikkan gemuruh letusan dan gerakan aliran debris masa

Nglanggeran yang terdiri dari tipe piroklastik, lava autoklastik,

lampau. Membelah batas pemikiran menerima pemahaman

hingga epiklastik dengan dominasi pengaruh gaya berat pada

dinamika alam dan kehidupan ketika kemudian hasil proses

material berbutir kasar, menunjukkan lokasi lingkungan

dahsyat itu melahirkan legenda rakyat yang hidup sejak jaman

pengendapan yang tak jauh dari pusat erupsi serta memiliki

penduduk pertama menghuni kampung Nglanggeran hingga

kelerengan yang cukup terjal. Dalam bagian kesimpulan paper

saat ini masyarakat mencari berkah dari keistimewaan alam

yang ditulisnya, Pak Wartono menyatakan bahwa masih

mereka dengan mengembangkan potensi pariwisata daerahnya.

diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan pusat


APLIKASI

SUNGAI KAPUAS,

KELOK KEHIDUPAN DI TANAH BORNEO Artikel: Hafiz Fatah Nur Aditya

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki kekayaan air tawar dari curah hujan yang tinggi. Di Pulau Kalimantan, curah hujan yang tinggi ini tertampung di sungai-sungai yang umumnya berukuran panjang dan lebar jika dibandingkan dengan sungai-sungai di pulau lainnya. Sungai Kapuas adalah salah satunya. Sungai yang terletak di Kalimantan Barat ini merupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang aliran mencapai 1143 km. Alirannya bermula dari mata air di Pegunungan Muller di bagian tengah Kalimantan dan mengarah ke barat bermuara di Selat Karimata. Sungai Kapuas memiliki badan sungai sepanjang 1.143 km dan mengalir melintasi kabupaten Kapuas Hulu, Melawi, Sintang, Sekadau, Sanggau, Landak, Kubu Raya, hingga membelah kota Pontianak, ibukota Kalimantan Barat. Ditilik dari dimensi sungai yang ratarata berukuran besar, menarik untuk melihat faktor apa sajakah yang berperan dalam sejarah perkembangan salah satu jenis bentang alam yang banyak dijumpai di Pulau Kalimantan ini. Kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh sejarah panjang pembentukan Sungai Kapuas yang dimulai sejak puluhan juta tahun yang lampau. Selama jutaan tahun berlalu Sungai Kapuas setia menjalankan tugasnya dalam proses peneplainisasi daratan Kalimantan hingga memasuki era stadium tua. Dua faktor yang paling berpengaruh dalam perkembangan morfologi sungai adalah faktor iklim dan gradien dataran.

Pulau Kalimantan dalam pembagian iklim menurut Wladimir Koppen 1918 termasuk ke dalam iklim Af atau iklim hutan hujan tropis yang dicirikan dengan kelembaban udara dan curah hujan yang sangat tinggi. Curah hujan yang tinggi ini berdampak langsung terhadap debit air yang masuk ke sungai. Debit air yang besar tersebut selama puluhan juta tahun aktif mengerosi batuan penyusun di bawahnya hingga kemudian ketika gradien daratan telah mengecil, sungai ini berkembang membentuk morfologi sungai meander. Perlu untuk diketahui bahwa titik tertinggi di Pulau Kalimantan yang mempengaruhi morfologi Sungai Kapuas terletak di Puncak Bukit Raya (2.278 mdpl), lebih rendah jika dibandingkan dengan titik tertinggi di Pulau Jawa yang terletak di Puncak Mahameru dengan ketinggian 3676 m. Kondisi geografis yang demikian diakibatkan oleh perbedaan kondisi tektonik di antara kedua pulau, dimana Pulau Jawa berasosiasi dengan tektonik aktif yang menyebabkan daratan terus terangkat dan terjadi vulkanisme aktif, sedangkan Pulau Kalimantan terletak dalam tatanan tektonik yang stabil, tidak ada pengangkatan oleh gaya tektonik, dan tidak ada kegiatan vulkanisme aktif. Selain sebagai suatu bentang alam yang berpengaruh dalam dinamika perubahan morfologi daratan Kalimantan, sungai-sungai ini juga memiliki peran yang seakan tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat yang hidup di sekitar alirannya. Aliran sungai-sungai di Kalimantan dalam skala besar telah menjadi tulang punggung perekonomian sejak dulu. Sungai-sungai tersebut


umumnya berfungsi sebagai sarana untuk menjangkau daerah pedalaman yang belum tersentuh sarana transportasi darat. Selain penumpang, komoditas hasil perkebunan, hasil hutan, dan barang-barang pokok didistribusikan dengan mengandalkan tranportasi melalui sungai yang menghubungkan daerah-daerah di Pulau Kalimantan. Hal ini membantu upaya pemerataan ekonomi antara daerah perkotaan dan pedesaan. Selain itu, sungai di Kalimantan juga memiliki fungsi ekonomi lain sebagai sumber mata pencaharian nelayan ikan tawar hingga lahan pusat kegiatan seperti lokasi pasar terapung. Kota Pontianak yang terbelah oleh aliran Sungai Kapuas menjadikan sungai sebagai bagian dari gaya hidup dan simbol kekhasan kota tersebut. Dari asimilasi antara budaya manusia dengan alam bahkan telah tercipta beberapa produk budaya yang berkaitan dengan sungai tersebut. Salah satu contohnya adalah lagu daerah berjudul “Ae’ Kapuas� yang menceritakan tentang keistimewaan Kota Pontianak. Sungai Kapuas sebagai sarana pariwisata juga telah dikembangkan oleh masyarakat dengan menampilkan sisi romantisme Kapuas di waktu malam hari. Konsep rumah ma-

kan terapung dibangun di atas kapal yang akan bergerak melintasi sungai selama selang waktu tertentu ketika pengunjung makan. Menikmati temaram lampu-lampu Kota Pontianak, mengamati riak kehidupan warga di tepian sungai, sambil bersantai di atas aliran sungai terpanjang di Indonesia adalah satu hal yang sangat menarik untuk dicoba jika kita berkesempatan mengunjungi Pontianak. Sebagai suatu bagian dari alam, Sungai Kapuas tidak terlepas dari ancaman lingkungan. Beberapa di antaranya yang perlu diperhatikan adalah adanya pendangkalan sungai di beberapa tempat tertentu akibat proses sedimentasi yang terus berlanjut. Pendangkalan pada dasar sungai menyebabkan gangguan pada aktivitas pelayaran yang mengandalkan kedalaman minimal enam meter untuk dapat hilir mudik dan berlabuh dengan lancar. Selain itu, permasalahan pada Sungai Kapuas juga disebabkan oleh pencemaran yang terjadi akibat pembuangan limbah industri maupun rumah tangga ke dalam aliran sungai. Suatu hal yang harus sejak dini kita pikirkan solusinya agar kehidupan masyarakat dapat senantiasa lestari dan harmoni bersenandung bersama alam.

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 16 Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 46


INOVASI TRANSFORMER-JACOB Jacob Berteknologi Laser dan Digital Klinometer Transformer Jacob, salah satu alat yang berhasil mengantarkan Arkanu Andaru (Teknik Geologi UGM 2010) dan Hafizhan Abidin Setyowiyoto (Teknik Geologi 2012) beserta timnya meraih medali perak pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-27 yang diselenggarakan di Universitas Diponegoro pada tanggal 25-29 Agustus 2104. Teknologi TRANSFORMER-JACOB melibatkan unit accelerometer, unit mikrokontroler sebagai pengolah data, dan unit laser daya rendah. Ketiga unit tersebut diintegrasikan ke badan fisik yang tangguh dan bisa dilipat (retractable), sehingga lebih praktis dibawa ke mana-mana. Adapun tujuan dari diciptakannya alat ini yaitu untuk mempermudah pekerja lapangan dalam melakukan akuisisi data lapangan, penelitian, ataupun pembelajaran di lapangan bagi bidang geologi, arkeologi dan mountaineering, selain itu juga membantu pekerja lapangan untuk mendapatkan data yang berkualitas dengan waktu seefisien mungkin.

TIM PIMNAS UGM

1. Tongkat Jacob Tongkat Jacob merupakan tongkat yang berfungsi untuk mengukur kedudukan perlapisan batuan sedimen. Tongkat Jacob memiliki peranan vital dalam bidang geologi/geofisika dan arkeologi sebagai alat untuk mengambil data pengukuran stratigrafi dimana artefak, fosil, dan mineral/batuan tambang didata dan dipetakan. Akan tetapi, Tongkat Jacob biasa mengandalkan mata manusia dalam mengestimasi kedudukan batuan dalam sistem bandul-busur, sehingga error yang dihasilkan cukup tinggi. 2. Accelerometer Untuk mengetahui kemiringan dari tempat, digunakan accelerometer. Accelerometer adalah alat untuk mengukur percepatan. Ketika accelerometer diletakkan dalam posisi yang statis, maka percepatan yang terukur adalah percepatan accelerometer terhadap gravitasi bumi. 3. Unit Pengolah Data (Mikrokontroler) Menurut Fisher (2011), mikrokontroler adalah komputer dalam bentuk kecil yang sudah berbentuk dalam sirkuit terpadu (chip). Dalam mikrokontroler sudah terdapat prosesor, memory, dan saluran inputoutput yang dapat diprogram.

Ilustrasi Oleh: TIM PIMNAS UGM 2014


b)

c)

Pameran Transformer-Jacob Pada PIMNAS ke 27

4.

Laser Laser adalah alat yang memancarkan cahaya melewati proses penguatan optik berdasarkan emisi dari radiasi elektromagnetik. Laser berbeda dari sumber cahaya lainnya berdasarkan titik persebarannya. Persebaran dari sinar laser sangat kecil, sehingga dapat difokuskan pada sebuah titik (Townes, 2003).

Arkeologi Arkeologi merupakan ilmu yang mempelajari peninggalan-peninggalan sejarah maupun fosil masa lampau (Taylor, 1967). Peninggalan sejarah dan fosil tersebut lazimnya berada di dalam perlapisan batuan dan untuk mempelajarinya perlu dilakukan pendataan perlapisan batuan. Pendataan perlapisan batuan tersebut menggunakan Tongkat Jacob sebagai alat untuk mengukur strike dan dip serta tebal batuan. Mountaineering Mountaineering meliputi kegiatan untuk mengeksplorasi morfologi gunung dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan hidup di alam bebas. Dalam mountaineering, terkadang dilakukan studi/pengamatan dalam bidang geologi, sehingga Tongkat Jacob akan digunakan.

Jadi, dengan adanya modifikasi TRANSFORMER-JACOB ini, pengukuran kedudukan batuan dan ketebalan batuan menjadi lebih cepat dan akurat. TRANSFORMER-JACOB ini juga dapat menjadi tongkat lipat bagi pelaku mountaineering yang membantu dalam mendaki gunung dan juga berguna ketika ingin melakukan pengamatan geologi. Fitur lasernya juga membantu ketika anggota tim mountaineering membutuhkan sinyal di keadaan gelap/berkabut.

Ditinjau dari segi penggunanya, TRANSFORMER - JACOB dapat digunakan oleh 3 bidang keilmuan, antara lain: a)

Geologi/Geofisika Ilmu geologi/geofisika menggunakan Tongkat Jacob dalam pengukuran stratigrafi. Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi (Boggs, 1995). Tongkat Jacob digunakan untuk mengambil data kedudukan perlapisan batuan sedimen dalam penggambaran kolom perekaman section batuan (measured section).

Gambar Prototip Transformer Jacob Oleh: TIM PIMNAS UGM 2014.

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 18 Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 46


KALSIT BERLAPIS DESA JARI Prospekkah Menjadi Tambang Endapan Logam? Artikel dan Foto: Yacobus Ekakrismi Nugraha

Penambangan Kalsit Berlapis oleh Warga Desa Jari Kalsit merupakan mineral yang sangat umum dikenali oleh seorang geologist. Mineral yang memiliki rumus kimia CaCO3 ini bisa kita temui pada daerah dengan litologi gampingan atau karbonatan. Secara umum, kalsit banyak dijumpai di batuan karbonat, batugamping atau bisa juga hadir sebagai urat pada batuan dengan bentuk yang beragam. Jika hadir sebagai urat, umumnya kalsit berbentuk kristal yang tumbuh dari sisi rekahan batuan. Sedangkan pada batuan karbonat, kalsit ini berbentuk butir-butir sebagai komponen penyusun batuan tersebut. Ada hal menarik yang terjadi di salah satu Kabupaten di Jawa Timur, tepatnya di Desa Jari, Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro. Pada daerah ini, kita dapat menemukan kalsit dalam bentuk yang berbeda, dimana kalsit berbentuk menyerupai lapisan-lapisan pada batuan sedimen. Mungkin diantara kita ada yang sudah pernah melihat, ada juga yang belum dan mungkin masih bertanya-tanya, bagaimana cara terbentuknya kalsit berlapis ini? Setelah ditelusuri lebih lanjut, proses terbentuknya kalsit berlapis ini kemungkinkan tergolong dalam proses epitermal. Desa Jari terletak

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 19

di sisi timur laut Gunung Pandan, yang secara regional banyak terdapat spot-spot intrusi magma yang ditemukan di lapangan. Salah satu lokasi intrusi tersebut berada di Desa Jari. Batuan permukaan yang berupa batugamping yang berasal dari Formasi Klitik diintrusi oleh magma yang kemungkinan berasal dari Gunung Pandan. Intrusi tersebut menyebabkan naiknya larutan hidrotermal. Larutan hidrotermal ini bertindak sebagai pelarut batugamping di atasnya, sehingga menghasilkan larutan karbonat. Kemudian larutan karbonat terpresipitasi secara periodik membentuk lapisanlapisan kalsit seperti yang terlihat di Desa Jari tersebut. Lokasi ini dikenal warga sekitar sebagai lokasi tambang rakyat yang berupa tambang marmer. Marmer sangat mungkin dijumpai pada daerah ini, karena batuan karbonat terutama batugamping telah mengalami metamorfosa kontak sehingga menyebabkan batugamping terubah menjadi marmer. Lalu bagaimana dengan keberadaan kalsit berlapisnya? Apakah itu sebagai marmer atau sebagai kalsit? Mungkin bisa keduanya, tergantung dari hasil pengamatan batuan pada sayatan tipis.


Lokasi tambang marmer (kalsit) Desa jari oleh warga sekitar. Tampak ada truk yang siap mengangkut batuan hasil tambang

Desa Jari merupakan satu-satunya lokasi tambang marmer yang berada di Kecamatan Gondang. Tambang yang berada di lokasi lainnya hanya berupa tambang batuan beku, atau biasa disebut warga setempat sebagai tambang watu kali. Marmer ini ditambang oleh warga sekitar, namun pengolahannya dilakukan di luar Desa Jari. Marmer dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk membuat bermacam-macam furniture rumah dan sebagian dimanfaatkan sebagai material bahan pertanian dari marmer yang sudah dihancurkan. Lalu, apakah hanya seperti itu? Tentu saja tidak. Ada satu hal yang menarik di daerah ini. Memang, adanya marmer di Desa Jari ini bisa menjadi barang ekonomis bagi warga sekitar untuk ditambang. Namun, sebagai geologist, kita harus bisa melihat dari segi lainnya. Ketika kita menemukan suatu sistem epitermal dimana ada larutan hidrotermal yang bekerja, tentunya kita dapat memastikan bahwa kita akan menemukan endapan logam di daerah tersebut. Mengapa? Karena

larutan hidrotermal merupakan agen pembawa logamlogam yang kemudian akan diendapkan di permukaan pada urat-urat batuan atau diendapkan dalam bentuk lainnya. Dimanakah endapan logam-logam tersebut dapat kita temukan? Kemungkinan besar, endapan logam-logam tersebut akan menempel di bagian batas lapisan pada presipitasi kalsit. Setelah dilihat lebih teliti oleh penulis, pada bagian batas lapisan kalsit tersebut memperlihatkan warna yang sedikit keruh, dan sebagian ada yang berwarna kehijauan. Kemungkinan ada sesuatu di batas lapisan tersebut. Apa isinya? Bisa saja logamlogam yang dibawa larutan hidortermal seperti logam Au, Ag, Pb, Zn, Cu, dll. Kemudian, bagaimana prospek lokasi ini menjadi tambang logam?. Hal ini masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan logam-logam yang terdapat di daerah ini. Karena sejauh yang penulis ketahui, belum ada orang yang membahas dan meneliti lebih detail mengenai kanduungan logamnya.

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 20 Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 46


Gunung kampak Foto: Dokumentasi fieldtrip Prinsip Stratigrafi, 2013

Mengenal Lebih Dekat: Batuan Karbonat Bayat – Pegunungan Selatan Artikel: Ferralda Talitha Amir Sahabat Bumi Gadjah Mada masih kebingungan

Waktu tempuh: ± 45 menit dari Kota Yogyakarta ke arah

memahami batuan karbonat? Ingin ke lapangan untuk bisa

Timur Laut dengan kendaraan bermotor.

lebih mendalaminya? Sekarang sahabat tidak perlu

Rekomendasi materi fieldtrip: petrologi batuan

kebingungan lagi karena di rubrik ini akan diberikan

karbonat, stratigrafi sekuen pada batuan karbonat.

rekomendasi tujuan fieldtrip khusus batuan karbonat! Tidak

Watuprau dan Sekarbolo Watuprau dan Sekarbolo berada di Kecamatan Bayat,

main-main, rekomendasi ini diberikan langsung oleh Moch. Indra Novian, dosen Teknik Geologi UGM yang telah

Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Watuprau terkenal dengan

menekuni seluk-beluk batuan karbonat. Mari kita simak

bentuknya yang menyerupai perahu terbalik. Di kedua tempat ini,

beberapa lokasi singkapan batuan karbonat di sekitar

batugamping yang dijumpai merupakan batuan yang berasal dari

Yogyakarta.

Formasi Wungkal-Gamping (Eosen). Namun, di Sekarbolo akan

Gunung Kampak

tampak adanya slump yang mengindikasikan lokasi tersebut

Secara administratif, Gunung Kampak terletak di

dulunya berada di tepian lereng. Batuan yang berumur Eosen ini

Padukuhan Koplak, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat,

umumnya tersusun oleh banyak cangkang foraminifera yang

Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Lokasi ini memiliki daya

menyerupai kepingan disc. Reservoar minyak bumi di Timur

tarik tersendiri, yaitu adanya bangunan yang berdiri di atas

Tengah ternyata banyak yang berasal dari batuan berumur Eosen

bukit sisa penambangan batugamping. Secara geologi,

yang memiliki porositas moldic akibat larutnya cangkang-

daerah Gunung Kampak juga memiliki kisah yang tak kalah

cangkang ini, lho!

menarik. Gunung Kampak tersusun oleh perlapisan

·

Waktu tempuh: ± 60 menit dari Kota Yogyakarta ke arah

·

Rekomendasi materi fieldtrip: petrologi batuan

Timur Laut dengan kendaraan bermotor.

batugamping yang menunjukkan endapan progradasi, retrogradasi, maupun agradasi. Sehingga kenampakan perlapisan horizontal dari batugamping ditemukan berdekatan dengan perlapisan yang miring! Hmm.. Mengapa bisa demikian ya?

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 21

karbonat, paleontologi, soft-sediment deformation.


Gunung Temas

Bedoyo

Seperti tidak ada habisnya, daerah Bayat masih

Jangan bosan untuk berhenti jika melihat ada aktivitas

menyimpan singkapan batuan karbonat lainnya yang tidak

penambangan karena bisa jadi ada fakta baru terungkap. Sama

kalah menarik yaitu Gunung Temas. Lokasi ini hanya

halnya dengan singkapan di Gunung Temas, singkapan di Bedoyo

berjarak sekitar 1 km ke arah Timur dari Watuprau.

berada di lokasi pengerukan (quarry). Pada lokasi ini, dapat

Penggalian yang terus berlangsung di lokasi ini mengungkap

ditemukan batugamping dengan struktur silang siur termasuk

berbagai macam fakta baru yang dapat merubah pandangan

struktur hummocky. Bagian yang diambil pada proses pengerukan

lama terhadap kondisi geologi Gunung Temas. Batuan yang

tersebut adalah chalky limestone. Batuan jenis ini jika terawetkan

dijumpai di Gunung Temas tidak murni batugamping saja

dengan baik di bawah permukaan berpotensi menjadi reservoar

namun ada yang bercampur dengan material vulkanik. Hal

minyak dan gas bumi yang baik, lho!

lainnya yang menarik adalah banyaknya slump akibat adanya

·

Waktu tempuh: ± 60 menit dari Kota Yogyakarta ke arah

soft sediment deformation.

Tenggara dengan kendaraan bermotor.

·

Waktu tempuh: ± 60 menit dari Kota Yogyakarta ke

Rekomendasi materi fieldtrip: petrologi batuan

arah Timur Laut dengan kendaraan bermotor.

karbonat, carbonate reservoir, struktur silang siur pada

Rekomendasi materi fieldtrip: petrologi (batuan

batuan karbonat.

karbonatan), soft sediment deformation.

Lokasi yang telah disebutkan di atas hanya beberapa saja dari sekian banyak lokasi di dekat Yogyakarta yang menarik untuk

Mulo Jauh ke arah pantai selatan, jika sahabat Bumi

dikunjungi, apalagi untuk melihat batuan karbonatnya. Masih ada

Gadjah Mada ingin ke deretan pantai di Gunung Kidul,

Panggang, Kali Plembutan, dan lain-lain. Bahkan, jika ingin

cobalah menyempatkan diri ke Mulo. Lokasi yang

sekaligus berwisata, sahabat Bumi Gadjah Mada bisa berkunjung

belakangan ini menjadi lokasi wisata ternyata dari sisi

ke Kalisuci maupun Gua Pindul, di sana tersedia fasilitas cave

geologi sangat menarik. Jika jeli, akan tampak adanya inti

tubing atau caving, tetapi harus menyiapkan dana ekstra, ya!

dari pertumbuhan terumbu dan hancuran terumbu yang membentuk perlapisan di kedua sisi inti (flank). ·

Waktu tempuh: ± 60 menit dari Kota Yogyakarta ke

·

Rekomendasi materi field trip: petrologi batuan

arah Tenggara dengan kendaraan bermotor. karbonat, carbonate factory, fasies batuan karbonat.

[1]

Tim UGM, 2006, Field Trip on Reservoir Characterization: West Progo-Bayat-Wonosari Field Trip, Yogyakarta: tidak dipublikasikan. [2] Hehuwat, Fred., Siregar, M.S., Ascaria, N.A., 2004, Nanggulan – Bayat Eocene and Southern Mountains Miocene Carbonate Sedimentation Models from the Yogyakarta Area: Possible Analogues for the Tertiary of the North East Java Basin, v.2, Yogyakarta: tidak dipublikasikan.

Sodong Jika sahabat Bumi Gadjah Mada ingin melihat rekaman perkembangan terumbu di masa lampau, Sodong adalah tempatnya. Pada lokasi ini terdapat fasies boundstone dengan terumbu yang berbagai macam bentuk, mulai dari pipih, bercabang, hingga bulat. Perkembangan ini dapat diamati dari bawah ke atas sehingga sahabat dapat menentukan jenis perkembangannya. Kira-kira termasuk fase start-up, catch-up, keep-up, atau give-up, ya? ·

Koordinat UTM: 446540 – 9113298

·

Waktu tempuh: ± 50 menit dari Kota Yogyakarta ke arah Tenggara dengan kendaraan bermotor. Rekomendasi materi fieldtrip: petrologi batuan karbonat (khususnya aneka ragam boundstone), carbonate factory, fase pertumbuhan karbonat.

Foto : Josephine Karenina, 2014


INTERAKSI

Ekspedisi Rinjani Artikel dan Foto: Josephine Karenina

Mendaki sebuah gunung merupakan salah satu

Tertarik untuk menaklukkan gunung indah tersebut,

kegiatan yang ada dalam “bucket list� saya. Yap, gunung apapun,

saya beserta 3 orang perempuan dan 13 laki-laki dari tim KKN

bukan naik Jeep atau hanya menaiki tangga seperti Gunung

saya melakukan pendakian pada tanggal 24–27 Agustus 2014.

Bromo atau tracking pemetaan di Gunung Konang Bayat, namun

Perjalanan dimulai dengan menuju basecamp Bawak Nao di kaki

sungguh-sungguh mendaki gunung-gunung yang besar dan

gunung dengan menggunakan mini bus, dan kami bermalam di

tinggi. Saat KKN (Kuliah Kerja Nyata, red.), saya sengaja

basecamp tersebut. Keesokan harinya pukul 11 pagi, setelah

memilih tempat yang jauh dari Pulau Jawa. Berawal dari ikut-

semua siap kami berdoa bersama dan siap untuk

ikutan teman yang mendaftar KKN di Lombok, saya diterima

Awalnya kami sungguh bersemangat, jalan dengan langkah yang

mendaki.

dan menjadi berniat sepenuhnya untuk KKN di sana karena

mantap dan cepat, bahkan sambil bernyanyi. Namun hanya

tertarik untuk jalan-jalan ke pantai dan pulau yang sangat

sekitar setengah jam kami sudah kelelahan dan kelompok pun

terkenal disana yaitu Gili Trawangan. Kemudian saya sadar, di

mulai terbagi dari yang kuat di depan hingga kelompok yang

Lombok ada gunung ke-3 tertinggi di Indonesia, dengan

banyak beristirahat dibagian belakang. Hal ini dikarenakan

ketinggian 3726 mdpl, sebuah gunung yang cantik dan indah

hanya beberapa orang yang pernah mendaki gunung, selebihnya

bernama Rinjani.

adalah para pendaki pemula (itupun tanpa melakukan latihan ďŹ sik, hanya bermodal nekat, hal yang sangat tidak boleh ditiru!)

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 23


Kami berjalan dan terus berjalan menyusuri sungaisungai kering, hutan, serta bukit-bukit dan padang rumput yang indah, melewati pos satu dan langsung menuju pos dua. Tiba di pos 2, kami beristirahat, makan perbekalan dan mengisi stok air, karena mata air hanya ada di pos 2. Setelah beristirahat, kami melanjutkan perjalanan. Kabut mulai turun dan cuaca semakin dingin, namun karena terus berjalan, tubuh tetap terasa hangat. Jalan menuju pos 3 mulai sedikit sulit, tanjakan berbatu dan harus memanjat sedikit. Sore hari akhirnya kami tiba di di pos 3. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya kami memutuskan untuk membangun kemah di pos 3. Pagi hari kami disambut oleh sunrise yang indah. Dinginnya hawa pagi di Gunung Rinjani diimbangi dengan cahaya kuning-jingga dan pancaran sinar matahari menyelimuti tubuh kami, hangat dan nyaman. Suasana yang hening, asri dan menenangkan jiwa. Setelah menikmati pagi, kami bersiap-siap, briefing, berdoa, berkemas dan melanjutkan perjalanan. Ini dia perjalanan yang paling ditakuti, perjalanan menuju Plawangan Sembalun, melewati 7 bukit penyesalan dan penyiksaan. Mengapa dinamakan Bukit Penyesalan? Karena bukit ini merupakan track naik dan turun terus menerus sebanyak 7 kali Kami memulai perjalanan dengan semangat di hari yang

Foto bersama sang merah putih di puncak tertinggi Gunung Rinjani

baru. Ritme berjalan dan nafas kami lebih stabil dari hari kemarin, namun tetap saja, perjalanan ini sangat melelahkan. Kami mulai lelah dan “menyesal” pada bukit ketiga. Namun yang ada di pikiran kami bukan “baru bukit ketiga” tetapi “tinggal empat bukit lagi”. Ya, semangat yang menggebu-gebu diawal tidaklah cukup, perlu stabilitas semangat yang kuat. Selama perjalanan pun kami ditemani oleh berbagai perbekalan yang manis seperti madu, cokelat pasta, wafer, gula jawa, semua yang manis-manis. Cemilan ringan seperti itu sangat membantu. Hari semakin siang, kami semakin lelah dan tibalah kami di bukit terakhir. Bukit terakhir sebelum Plawangan Sembalun (pos 4) sangat terjal dan berpasir, sehingga kami hampir merangkak untuk menaikinya. Tetapi di tengah perjuangan itu, ketika menolah ke belakang...kami sudah di atas awan! Pertama kalinya saya di atas awan, pemandangan yang luar biasa. Semangat kami pun terpacu kembali. Hingga akhirnya tiba di Plawangan Sembalun 1. Pemandangannya luar biasa, setiap tetes keringat kembali terbayar disini. Kami benar-benar sudah berada diatas awan! Kami mengabadikan momen indah ini sambil beristirahat, kemudian melanjutkan perjalanan ke Plawangan Sembalun 2, tempat berkemah. Tiba di Plawangan Sembalun 2, hari sudah menjelang sore hari dan tepat sekali dengan waktunya sunset.

Warna oranye indah menyembul dibalik bibir gunung, cahayanya menyinari hamparan awan putih yang luas. Langit nya berwarna jingga indah, dibarengi dengan udara segar sore hari yang sangat teduh. Kami menikmati sore hingga matahari benar-benar tenggelam dan akhirnya malam pun tiba. Gelap gulita, hanya lampu-lampu dari perkemahan pendaki lain dan cahaya bintang. Cahaya bintang di gunung sangatlah indah, Milky Way terlihat jelas. Sayang sekali itu semua hanya dapat ditangkap memori, tidak dapat ditangkap oleh kamera. Betapa bersyukurnya saya menjadi manusia yang dapat melihat keindahan itu. Kami lalu melakukan briefing dan pembagian kelompok serta barang bawaan untuk menuju puncak, kemudian segera beristirahat. Hari yang melelahkan namun kami tetap semangat. Sedikit lagi, batin kami. Sedikit lagi mencapai puncak Rinjani. Pukul 1 pagi kami bangun dan bersiap-siap. Cuacanya sangat dingin, tangan membeku, gigi bergemelutuk, hidung berair. Kami tidak membawa tas carrier kami, hanya beberapa sleeping bag, tas dan minum, serta air panas untuk mengantisipasi apabila ada yang mengalami hipotermia. Setelah semuanya siap, kami berdoa lalu mulai menuju puncak. Keadaan sangat gelap, kami memakai headlamp namun tidak dapat melihat kejauhan, sehingga kami selalu berdekatan.

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 24 Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 46


Keadaan gelap dan persedian minum yang minim,

Dengan kelerangan seperti itu, jalan kami semakin lambat dan

ditambah sulitnya track yang berpasir dan berkerikil

banyak beristirahat. Bahkan sudah ada orang-orang yang turun dari

membuat kami sering terpeleset serta mengharuskan kami

puncak, namun kami masih saja belum sampai.

untuk saling menunggu. Kami sudah merasa berjalan sangat

Setelah perjalanan yang panjang, akhirnya kami tiba di

jauh, sudah berjam-jam namun tidak juga sampai. Dari

puncak sekitar pukul 8 pagi. Saya dan teman-teman saya yang tiba

kejauhan mulai terlihat barisan lampu didekat puncak,

dipuncak berpelukan dan menangis, tangis haru, tangis lelah,

menandakan bahwa perjalanan masih cukup panjang. Hingga

tangis bangga. Sambil menyemangati yang masih dibawah, kami

tiba salah satu teman kami megajak untuk sholat subuh.

melihat keindahan Lombok dari Puncak Gunung Rinjani. Terlihat

Ternyata sudah hampir pagi namun kami masih cukup jauh.

Danau Sagara Anak yang indah dan kami tidak hentinya

Kami berjalan terlalu lambat dan banyak istirahat, sepertinya

mengabadikan momen-momen ini.

tidak akan sampai puncak tepat saat sunrise, batin kami. Tapi

Setelah menikmati Puncak Rinjani, akhirnya kami turun.

ya sudahlah, dalam pendakian seperti ini, we leave no man

Jalan turun ternyata lebih sulit dan licin. Akhirnya saya dan teman

behind. Akhirnya kami berjalan kembali setelah rombongan

saya turun sambil bergandengan dan itu sangat memudahkan, kami

selesai sholat. Lereng semakin terjal, pasir yang

jadi berjalan lebih cepat dan saling memegangi. Kami berpencar

berterbangan karena pendaki lain mulai menyesakkan dada,

dengan teman-teman lain dan turun lebih dulu ke Plawangan

ditambah oleh cuaca dingin. Tapi kami terus berjalan. Hingga

Sembalun. Kami sampai di Plawangan Sembalun kemudian

dari kejauhan, tampaklah segaris cahaya jingga. Perlahan

menunggu teman-teman lain sambil beristirahat sambil masak dan

cahaya jingga itu menyeruak dari kegelapan. Saya berhenti,

makan siang. Tadinya kami berencana untuk turun ke Segara Anak

tersenyum, dan menangis. Menangis sambil tertawa.

setelah memuncak, namun ternyata rombongan kami terlalu lelah

Tidak pernah saya merasa seperti orang gila yang

dan memutuskan untuk menginap semalam lagi di Plawangan

bisa tersenyum dan tertawa kecil hingga menangis hanya

Sembalun sambil menunggu beberapa teman kami yang masih

karena melihat sebuah pemandangan, tapi cahaya jingga itu

belum turun dari puncak.

menimbulkan sensasi baru pada diri saya. Ditengah

Menjelang sore hari, salah satu teman saya menyeletuk

kelelahan dan kedinginan, cahaya itu muncul sebagai terang

dan menantang untuk turun ke Segara Anak. Hanya beberapa orang

dalam kegelapan, secercah harapan dalam keputusasaan.

yang merespon dan kebanyakan terlalu lelah dan takut tidak

Matahari semakin naik, kami mendaki sambil

kembali tepat waktu untuk turun gunung keesokkan harinya. Tapi

menikmati sunrise. Danau Segara Anak mulai terlihat, dan

ternyata teman saya kekeuh untuk ke Segara Anak dan saya

indahnya luar biasa. Danaunya memiliki air yang biru dan

tertantang untuk ikut, mendaki Gunung Rinjani namun tidak ke

sangat tenang, dan sangat indah. Setelah menikmati semua

Segara Anak sangat disayangkan, batin saya. Akhirnya saya

keindahan tersebut hingga matahari benar-benar terang, kami

berempat turun ke Segara Anak dengan hanya membawa

masih dijalur menuju puncak. Setelah terang rombongan

headlamp, kompor, nesting, mie instan, gelas, kopi, air, sebuah

kami mulai terpencar. Ada yang jauh lebih dulu, ada yang

sleeping bag dan sebuah matras. Kami hanya membawa sedikit

tertinggal dibelakang. Lereng semakin terjal, sekitar 45° atau

barang dengan pertimbangan kami akan segera naik setelah

mugkin lebih, track-nya sangat melelahkan karena berpasir

menikmati sunset di Segara Anak. Betapa sombongnya kami

dan berkerikil. Lebih nyaman merangkak daripada berjalan

mengira perjalanan yang ditempuh akan semudah itu.

dengan dua kaki.

Sunrise mengiringi perjalanan kami saat menuju puncak Gunung Rinjani

BUMI GADJHA MADA Vol. ‘X’ - 1


Kami baru mulai berjalan sekitar setengah empat sore

Gunung Rinjani sangat dihormati oleh masyarakat

dengan harapan dapat melihat sunset. Kami berlari dan berjalan

Lombok, bahkan alang-alang pada gunung ini pun tidak

dengan cepat. Dua teman saya bahkan sampai berjalan jauh

dicabuti untuk menjadi atap rumah karena dianggap tidak

didepan, saya dan satu teman saya tertinggal. Hari mulai gelap,

menghormati Dewi Anjani.

dua teman saya sudah tidak tampak, kami meneriaki mereka

Kami kemudian menangkap ikan dan diberi beberapa

namun tidak ada yang menyahut. Saya dan teman saya mulai

ikan juga dari camper lain. Kami tidak memiliki minyak goreng

panik dan takut salah jalan, dan akhirnya memutuskan untuk

dan meminta dari porter yang berkemas akan pergi. Kami

kembali naik ke Plawangan Sembalun. Persis saat kami akan

diberikan opor kalengan dan sambal dari camper yang akan

bersiap-siap balik arah, kedua teman kami meneriaki kami.

turun gunung, untuk meringankan beban mereka. Sungguh

Akhirnya kami mengikuti kode dari senter mereka dan menyusul

menyenangkan dapat berbagi dan bercerita dengan camper lain

mereka. Ketika kami sudah menyusul mereka, ternyata ada jalan

yang sangat bersahabat, yang ternyata camper tersebut juga

bercabang dan mereka tidak tahu harus lewat mana. Kami

mahasiswa UGM.

memutuskan untuk menunggu orang yang lewat karena tadi kami

Selesai masak-masak dan berkemas, kami menuju

melewati pendaki lain kemudian mengikuti mereka. Hari sudah

hotspring yang hanya berjarak sekitar 5 menit dari danau.

gelap dan kami tidak dapat lagi melihat Segara Anak, dan

Pemandangan yang luar biasa kami temukan ketika menuju ke

akhirnya kami baru tiba disana sekitar pukul 10 malam. Kami

hotspring. Dinding-dinding tebing yang tinggi dan indah.

sangat lelah dan kedinginan. Karena tidak membawa tenda, kami

Ketika kami tiba, disana masih cukup sepi dan tidak banyak

berkeliling mencari apa yang dapat digunakan untuk tempat

yang berendam sehingga kami dapat berenang dengan leluasa.

berkemah, dan suatu kebetulan yang luar biasa kami menemukan

Hotspring ini mengandung sulfur, airnya hangat berwarna

terpal bekas dan tali raďŹ a bekas yang cukup panjang sehingga

kuning keruh. Setelah puas berenang, kami ganti baju dan

kami dapat membuat bivak. Sebelum tidur kami membuat mie

mengambil air di mata air dekat dengan hotspring untuk

dan menghangatkan badan dengan membakar sampah dan

perjalanan kembali ke Plawangan Sembalun.

ranting-ranting pohon. Malam itu dingin sekali, terlebih bivak

Kami tiba di Plawangan Sembalun sekitar pukul

tadi tidak tertutup sempurna. Kami tidur sambil bergemetaran

15.00 WITA dan pulang melewati jalur berangkat. Awalnya

dan sering terbangun, berharap segera pagi.

kami berencana turun lewat jalur yang berbeda yaitu jaur

Pagi yang ditunggu pun tiba, kami melihat sunrise dari

Senaru, tapi tidak memungkinkan karena kami akan pulang ke

danau Segara Anak. Mataharinya memang tidak terlihat namun

Yogyakarta esok paginya, serta kami belum mengetahui medan

cahayanya menyinari bibir kaldera dan memantulkan

di jalur Senaru. Ternyata sebagian teman sudah turun terlebih

pemandangan indah. Udara segar dan pemandangan yang asri

dahulu sejak pukul 12.00 WITA. Kami turun hampir tanpa

sungguh mendamaikan. Danau Segara Anak ini merupakan

berhenti, hanya berhenti beberapa kali dan sekitar 5-10 menit

kawah dari hasil letusan Gunung Rinjani pada tahun 1257, yang

lalu berjalan lagi. Hari semakin gelap, bintang mulai

dahulu dikenal dengan nama Gunung Samalas. Gunung Samalas

bermunculan, beberapa headlamp mulai redup, namun kami

memiliki ketinggian sekitar 4200 mdpl kemudian meletus, dan

terus berjalan. Kami melewati pos demi pos yang kemarin kami

sekarang dikenal sebagai Gunung Rinjani yang memiliki

lewati dan akhirnya tiba di pos pertama. Jalan dari pos pertama

ketinggian 3726 mdpl. Bayangkan seberapa besar letusan

menuju basecamp cukup jauh, terlebih hari mulai gelap dan

tersebut hingga ketingiannya berkurang sekitar 500 m. Letusan

jalurnya sudah tidak setapak lagi. Disitu batas ďŹ sik saya, kaki

Gunung Samalas merupakan letusan yang sangat besar,

sangat pegal dan bahkan berhenti sejenak tidak membuat

mengalahkan letusan Gunung Tambora dan Krakatau. Material

keadaan membaik. Kami melewati lagi sungai kering kemarin

yang dikeluarkan sangatlah banyak hingga mencapai lebih dari

dan akhirnya sampai di basecamp. Rombongan sebelumnya

40 km3 batuan dan abu. Material letusan tersebut tersebar ke

sudah tiba dan menunggu. Kami disambut oleh mereka dengan

seluruh dunia dalam jumlah yang signiďŹ kan untuk dilacak sampai

pelukan dan ucapan selamat, dan ya, saya menangis. Tangis

ke Greenland dan lapisan es Antartika. Letusan ini juga berakibat

lelah dan lega serta bahagia. Rinjani telah saya taklukan dalam

cukup besar terhadap iklim saat itu. Hasil dari letusan inilah

4 hari dan 4 malam. Setelah semua personil lengkap, kami naik

menyebabkan puncak Gunung Samalas hilang dan menjadi

bus dan pulang. Kami tidak sempat tidur di basecamp KKN,

Kaldera Rinjani. Karena aktiďŹ tas Gunung Rinjani yang terus

kami berbenah lalu langsung berangkat ke terminal dan menuju

aktif, terbentuklah gunung baru ditengah kawah tersebut yaitu

Yogyakarta.

Gunung Barujari.Terdapat mitos bahwa Danau Segara Anak ini merupakan tempat bersemayamnya Dewi Anjani.

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 26 Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 46


PUNTHUK SETUMBU -Menikmati Borobudur dari Tepian Telaga PurbaArtikel: HaďŹ z Fatah Nur Aditya Pada sekelabatan masa kemarin dalam hitungan skala waktu geologi, seorang arsitek besar menjadikan sebuah bukit di ujung utara Pegunungan Kulonprogo sebagai tempatnya melempar pandang merasai alam dan lantas memberi sentuhan pada karyanya dengan harmoni yang terindera olehnya. Gunadharma, nama sang arsitek itu, tengah menggarap sebuah mahakarya yang akan mengabadi sepanjang masa, Candi Borobudur.

Bukit yang sekarang dikenal dengan nama Punthuk Setumbu ini terletak sekitar 4 km di sebelah barat dari Candi Borobudur. Lokasinya dapat ditempuh dari Kota Yogyakarta dalam waktu 45 menit menggunakan kendaraan pribadi. Sebagai tempat wisata, bukit ini menawarkan pengalaman menikmati Candi Borobudur dari sisi lain, yaitu dari kejauhan. Candi bercorak Budha yang dibangun pada abad ke-9 itu tampak tenang dan indah di antara rerumpun hijau pepohonan sehingga memunculkan kesan adanya bayangan teratai di atas sebuah danau. Waktu berkunjung terbaik untuk menyaksikan eksotisme candi berbalut kabut dan berlatar semburat jingga cahaya matahari pertama itu adalah saat matahari terbit. Dari jalan provinsi Yogyakarta-Magelang, Punthuk Setumbu Foto: dapathttp://siskanurifah.ďŹ les.wordpress.com dicapai dengan mengambil arah ke Candi Borobudur, gapura besar di jalan masuk cukup jelas memberikan petunjuk lokasi bangunan yang pernah menjadi satu keajaiban dunia tersebut. Setelah sampai di lokasi Candi Borobudur, perjalanan ke Punthuk Setumbu masih terus berlanjut ke barat. Jalanan selanjutnya akan melewati perkampungan dan dapat dituju dengan mengikuti petunjuk arah yang mencantumkan nama Punthuk Setumbu Nirwana Sunrise. Tiket seharga Rp 15.000 perlu ditebus dulu agar bisa naik ke lokasi gardu pandang. Tak perlu banyak tenaga dan waktu untuk mencapai titik pandang

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 27

yang dimaksud karena letaknya memang tidak jauh dan tidak terlalu tinggi. Jalan setapak yang dilalui sudah rapi tersusun bebatuan membentuk anak-anak tangga pendakian. Hari masih gelap saat kami tiba di titik pandang Punthuk Setumbu. Gerimis sempat turun di perjalanan memasuki Magelang. Sesampainya di sana kabut tipis menyambut kedatangan kami, berarak perlahan menyelimuti bukit dan bentangan alam seluas mata memandang. Udara subuh terasa cukup sejuk namun masih dalam taraf normal karena ketinggian bukit yang hanya 300 meter di atas permukaan laut. Langit masih gelap, begitupun beberapa tinggian di belantara perbukitan bergelombang yang satu di antaranya bertahta teratai nirwana masih serupa bayang-bayang hitam di kejauhan. Melaksanakan shalat subuh dapat dilakukan di lokasi titik pandang karena sudah terdapat surau kecil yang dibangun pengelola di atas bukit. Bukit Punthuk Setumbu terletak di bagian ujung utara dari Gunung Menoreh yang merupakan satu di antara tiga gunungapi tersier yang membentuk Pegunungan Kulonprogo. Tidak tersingkap batuan segar di sekitar bukit, namun tanah berwarna coklat kekuning-kuningan yang terlihat di beberapa tempat kuat dapat diperkirakan sebagai lapukan dari batuan yang menyusun Formasi Andesit Tua. Formasi ini terdiri dari lava dan breksi produk aktivitas vulkanisme berumur 30 juta tahun.


Munculnya kembali aktivitas vulkanik pada zaman Kuarter yang ditandai dengan terbentuknya Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah timur serta Gunung Sumbing dan Sindoro di sebelah barat laut menjadikan lembah Borobudur yang merupakan bagian dari dataran Kedu Selatan dihampari material batuan dengan kadar kesuburan tinggi. Sungai Progo yang mengalir memisahkan antar tinggian di sekitarnya menjamin kenyamanan daerah ini sebagai tempat tinggal manusia. Maka menjadi hal yang mudah dimaklumi ketika pada tahun 825 M Sri Maharaja Shmarattungga yang berkuasa di Mataram membangun sebuah mahakarya peradaban di tempat ini. Daerah daratan yang sekarang menjadi bagian dari wilayah kecamatan Borobudur disebutkan dulu pernah berupa bentangalam danau. Penganut Buddha mempercayai adanya Maitreya, yaitu Buddha yang akan hadir ke dunia. Buddha akan lahir dari tengah bunga teratai yang dalam kepercayaan Buddha merupakan lambang dari kesucian. Hipotesis mengenai morfologi purba kawasan Borobudur yang berupa danau pertama kali diungkapkan oleh Niewunkamp yang menyadari bahwa desain arsitektur Candi Borobudur menyerupai teratai dan meyakini bahwa penentuan lokasi pembuatan candi ini tidak akan dilakukan dengan sembarangan. Pada tahun 1966, Helmy Murwanto seorang ahli geologi dari UPN Veteran Yogyakarta mengadakan penelitian di Borobudur dan menyatakan bahwa ditemukan alur sungai yang bermuara di daerah sekitar Candi Borobudur dari analisis geomorfologi. Teori ini semakin dikuatkan dengan analisis pollen (fosil serbuk sari) pada endapan batulempung hitam di sekitar candi yang menunjukkan kondisi lingkungan pengendapan berupa rawa. Geolog senior M.M. Purbo Hadiwijoyo menuturkan bahwa danau yang terdapat di sekitar Candi Borobudur terbentuk sekitar 22.000 tahun yang lalu akibat merosotnya dinding Merapi sebelah barat ke arah barat daya sejauh 17-20 km. Peristiwa longsoran ini mengakibatkan material penyusunnya terserak di beberapa tempat, menjadi gundukan tinggian-tinggian yang dapat diamati di sekitar Candi

Hampir sepuluh abad tahun setelah dibangun, Candi Borobudur ditemukan di era modern dalam keadaan terkubur, seperti yang ditera oleh Rafles, seorang gubernur pemerintahan kolonial yang bertugas di Jawa pada tahun 1811-1815 dalam catatannya, History of Java. Ahli geologi besar Van Bemmelen pun menuliskan bahwa kondisi Candi Borobudur pada tahun 1814 ialah tertimbun dan tertutupi semak belukar. Ia berpendapat bahwa letusan Gunung Merapi pada tahun 1006 menggelontorkan material yang menutupi bangunan candi dan menimbun danau di sekitarnya menjadi daratan. Peristiwa bencana gunungapi ini pula yang diperkirakan menjadi faktor utama ditinggalkannya candi di kaki-kaki Gunung Merapi dan berpindahnya pusat kerajaan Mataram ke Jawa Timur. Dari sisi kedalaman memaknai sebuah perjalanan, di Punthuk Setumbu kita dapat mencoba mencari tahu sudut pandang Gunadarma saat merancang Candi Borobudur. Alam dengan keteraturannya yang menakjubkan banyak memberikan ilham padanya dalam pembangunan candi terbesar di Asia Tenggara tersebut. Demikian pula penempatan dua candi yang berada di sebelah timur Candi Borobudur, yaitu Candi Pawon dan Candi Mendut. Kesegarisan terbentuk di antara ketiga candi yang menggambarkan tahapan menuju nirwana tersebut. Arahnya tidak lurus ke timur segaris dengan jalur edar matahari, melainkan agak miring ke utara. Pada papan informasi wisata di Punthuk Setumbu dicantumkan bahwa kesegarisan tersebut disejajarkan dengan garis lurus yang terbentuk antara letak bintang Alnitak, Alnilam, dan Mintaka pada konstelasi Orion, yaitu jajaran bintang yang oleh orang Jawa dikenal sebagai Rasi Waluku penanda musim bertanam akan segera tiba. Sebagai sebuah tempat wisata, Punthuk Setumbu menawarkan sensasi dan pengalaman yang mengesankan. Kombinasi antara menikmati keindahan alam dan mengagumi mahakarya pendahulu bangsa yang dipenuhi nilai dan falsafah pengetahuan memberikan cita rasa yang eksotis dan memikat.

Kabut pada pagi hari menutupi sebagian besar Punthuk Setumbu yang membuat kenampakan lembah ini menjadi lebih indah.


DESA KANDANGSERANG PERBUKITAN LAPUK DALAM KONDISI MENYERANG Artikel dan Foto: M. Rizki Sudirman Desa Kandangserang, salah satu desa di Kabupaten

ngaruhi kestabilan lereng. Faktor tersebut yaitu geomorfologi,

Pekalongan (bagian utara Jawa Tengah) yang mempunyai

litologi / tanah, struktur geologi, hidrogeologi, dan tata guna lahan.

panorama geologi yang tidak biasa. Desa Kandangserang ini

Longsor bisa terjadi jika batas kritis kestabilan lereng sudah

menurut mitos merupakan suatu daerah yang diserang oleh

terlampui. Beberapa hal yang bisa memicu terjadinya longsor

para dewa melalui kenampakan perbukitan yang seolah-olah

tersebut adalah getaran, air, dan manusia.

dalam posisi menyerang, oleh sebab itu diberi nama “Serang”

Longsor yang terjadi pada periode awal pada tahun 2014

sedangkan nama “Kandang” di ambil dari salah seorang

di Desa Kandangserang dipicu oleh aktivitas hujan (air) yang

penemu pertama daerah tersebut, yaitu Ki Gede Kendang.

menyebabkan tanah mengalami proses pelapukan intensif. Di sisi

Desa Kandangserang sendiri mempunyai luas 2

lain, pengaruh struktur geologi yang kompleks di tempat tersebut

wilayah sebesar 60,55 km dan berada pada ketinggian antara

berupa sesar dan lipatan menyebabkan daerah ini sangat rapuh

428 mdpl hingga 1075 mdpl dengan kelerengan berkisar

terhadap longsor.

antara 5o – 60o dan memiliki jenis tanah latosal 50%, andosal 30% dan gromosal 20%. Jika dilihat dari sisi geomorfologi di Desa

Longsor jenis pertama terjadi pada tanah hasil lapukan breksi andesit, dengan pelamparan mencapai 200 meter dan ketinggian 100 meter. Warna merah yang mendominasi daerah ini

Kandangserang, perbukitan dengan kemiringan 5–60 derajat

merupakan hasil pelapukan intensif dan dimanfaatkan sebagai

mengindikasikan suatu litologi resisten (breksi dan

daerah persawahan. Akan tetapi, karena rendahnya vegetasi

batulempung karbonatan) yang ternyata sebenarnya rapuh.

pepohonan di tempat tersebut, air hujan dalam jumlah besar

Hal menarik yang akan dibahas dari daerah tersebut adalah

kemudian tidak mampu terserap dengan baik dan menyebabkan

fenomena tanah longsor yang seolah menjadi hantu

pengembangan tanah yang diperkirakan mencapai 6 kali volume

penunggu akibat rapuhnya litologi di tempat tersebut. Pada

sebelumnya. Akan tetapi, ketika tidak terjadi hujan dan tanah

rentang waktu Januari tahun 2014 hingga Agustus 2014,

menjadi kering, banyak retakan (crack) yang mulai terbentuk. Longsor jenis kedua terjadi pada hasil lapukan

terjadi dua kali bencana longsor di tempat yang berbeda, namun masih dalam satu kecamatan.

batulempung pasiran (karbonatan) yang mengalami pensesaran

Secara teoritis, longsor merupakan suatu gerakan

dan pengkekaran. Pada litologi ini terdapat kekar-kekar hasil

tanah pada lereng melalui bidang gelincir lurus atau

aktivitas tektonik yang menyebabkan batuan menjadi mudah

lengkung. Jika dilihat dari materialnya, longsor bisa terdiri

hancur. Ketika kondisi lereng sudah mulai tidak stabil, ditambah

dari 3 jenis penyusun berbeda, yaitu batuan, debris, atau soil.

massa batuan yang semakin bertambah akibat pengaruh air hujan,

Sedangkan untuk cara pergerakannya, longsor itu sendiri bisa

maka terbentuk suatu debris aliran yang menyebabkan daerah

berupa aliran (flows) atau jatuhan (fall).

tersebut longsor ke arah dip lapisannya.

Beberapa hal lain yang harus diperhatikan terkait dengan kejadian longsor adalah faktor-faktor yang mempe-

Soil merah yang berasal dari lapukan breksi andesit. Soil tersebut mengalami liquefaction sehingga menyebabkan massa tanah menjadi mengembang dan memicu terjadinya longsor di desa Kandangserang

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 29


Dari fenomena geologi di atas, bumi selalu ingin mengajarkan pelajaran yang berharga bagi manusia. Bahwa kita harus bisa bersahabat dengan bencana. Bersahabat di sini artinya adalah mampu mengenali, mengklasiďŹ kasi (mengelompokkan), dan membuat suatu prosedur mitigasi. Bencana sendiri pada dasarnya terjadi karena ada manusia di dalamnnya. Oleh sebab itu, dari pelajaran tanah longsor yang ada di Desa Kandangserang, manusia harus bisa meminimalisir efek kerugian yang ditimbulkan oleh bencana tersebut. Batulempung pasiran (karbonatan) yang mengalami aktivitas tektonik kuat berupa pengkekaran. Akibat struktur geologi tersebut, batulempung menjadi sangat rapuh dan mudah hancur.

Lapukan batuserpih berwarna abu-abu dengan kekar dan sesar yang sangat intensif sehingga menghancurkan batuan tersebut. Jalan ini menghubungkan Pekalongan dengan Purwokerto, akan tetapi semenjak terjadinya bencana longsor jalan tersebut tidak bisa digunakan kembali.


Foto: Ramadhani Rindra Yudhanto

MUTIARA YANG TERLUPAKAN DI UJUNG BARAT INDONESIA Artikel: Riefky Prajasa Desa Jaboi yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kota Sabang merupakan salah satu desa yang berada di pulau paling barat wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pulau Weh. Mungkin hanya sedikit orang yang mengenal baik desa ini, bahkan mungkin mendengarnya saja belum pernah. Tetapi seperti kebanyakan pulaupulau di Indonesia, Pulau Weh adalah salah satu pulau yang menyimpan harta karun misterius yang sangat menggoda untuk dijelajahi oleh para pencinta jalan-jalan. Saya adalah pejalan Indonesia yang tergoda oleh pesona itu. “Gampong (re: Desa) Jaboi, salah satu desa di Kota

barat dan utara terdapat tinggian perbukitan, sedangkan

Sabang, memiliki banyak keindahan alam yang bisa kamu

disebelah timur dan selatan berbatasan langsung dengan laut.

lihat. Ada pantai dengan terumbu karang yang baik, ada

Pulau Weh sendiri adalah pulau yang diperkirakan terangkat

gunungapi yang mengeluarkan air panas dan bau belerang, dan

akibat adanya proses subduksi yang terjadi disepanjang

tentu ada kopi yang selalu setia menemani disaat apapun

wilayah Indonesia. Proses subduksi, secara sederhana,

keadaanmu,” ujar Keuchik (re: Kepala Desa) Gampong Jaboi

merupakan peristiwa penunjaman satu lempeng ke bawah

panjang lebar. Saya lupa, kami sedang berbincang dengan

lempeng lainnya akibat perbedaan densitas atau faktor lainnya.

Keuchik yang eksentrik itu untuk sekian waktu. “Dengan

Pada kasus Pulau Weh, Lempeng Indo-Australia menunjam ke

potensi wisata sebesar itu, sewajarnya Gampong Jaboi menjadi

bawah Lempeng Eurasia.

tujuan wisata yang dikenal oleh kalangan pencinta jalan-jalan

Fenomena subduksi ini secara sederhana dapat diketahui

baik itu turis domestik maupun turis mancanegara,”

dengan melihat bukti aktivitas magma di dalam bumi yaitu

tambahnya dengan semangat. Saya dan kawan-kawan

gunungapi dan terbentuknya palung di lautan. Di Pulau Weh,

mengangguk setuju, lalu kami semua menyeruput kopi

dalam hal ini Gampong Jaboi, ditemukan adanya bukti

bersama.

aktivitas magma aktif yaitu gunungapi. Gunungapi yang

Gampong Jaboi adalah salah satu desa yang berada di

dimaksud bukan merupakan gunungapi berbentuk gundukan

Kecamatan Sukajaya, Kota Sabang, Pulau Weh. Di sebelah

kerucut tinggi seperti Gunungapi Merapi atau lainnya.

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 31


Gunungapi yang dimaksud berupa manifestasi panasbumi

pengetahuan kebumian dapat ditemukan pada satu tempat

dengan ditemukannya hasil proses alterasi batuan, mineral

wisata yang sayang untuk dilewatkan. Untuk orang-orang

hidrotermal seperti sulfur, dan kepulan uap yang sepanjang

yang tidak terlalu mendalami ilmu kebumian tidak perlu

waktu keluar dari dalam bumi terlebih jika dilihat pada pagi

khawatir, tetap datangi tempat ini dan masukkan kedalam

hari.

daftar tempat yang ingin anda kunjungi. Pemandangan yang Selain keindahan sekaligus kedahsyatan yang ada pada

disuguhkannya tidak kalah dengan gunungapi sejenis yang

gunungapi, Gampong Jaboi juga memiliki keindahan lain yang

berada di Pulau Jawa.

bersembunyi di bawah air laut yang tenang. Siapa sangka, di

Surga yang Berada di Bawah Permukaan Laut

bawah laut yang tenang itu, terdapat kehidupan aneh yang kita

Masyarakat sekitar menyebutnya Pantai Batee Tamon.

sebut terumbu karang. Memang kondisi di pesisir tersebut

Secara sederhana dapat diterjemahkan, batee yang berarti batu

sangat memenuhi syarat agar terumbu karang dapat terbentuk.

atau kerikil dan tamon yang berarti banyak atau berserakan,

Sinar matahari yang cukup, air laut yang jernih, suplai sedimen

sehingga Batee Tamon dapat berarti pantai dengan batuan-

yang tidak membuat air laut keruh, dan jumlah nutrisi yang

batuan berukuran besar maupun kecil yang banyak dan

berlimpah. Kondisi karang tersebut sangat indah, tidak heran

berserakan disekitarnya. “Nama yang sangat tepat,” pikir saya.

teman saya mempunyai ungkapan yang sangat tepat, dan harus

Saat saya mengunjungi tempat itu, memang terlihat

saya akui saya sependapat dengannya. Ungkapan tersebut

banyak batuan yang berserakan. Tidak ada pasir pantai

berbunyi 'saat surga tidak berada di atas awan, tetapi di bawah

berwarna putih menghampar luas. Tidak ada penjual minuman

permukaan laut'.

segar serupa es kelapa muda yang berjualan. Hanya tempat

Gunungapi yang Berwarna Putih Pagi itu saat saya membuka mata, telinga saya langsung

sepi, terpencil. Berada di ujung jalan, dan saat saya mengatakan ujung jalan, kenyataannya memang ujung jalan,

mendengar angin yang terus-menerus dengan cepat membawa

jalan buntu yang langsung menantang laut. Sangat mungkin

awan mendung sehingga tidak sempat menjatuhkan titik-titik

bagi pengunjung pemula awalnya berpikir bahwa penampilan

air yang dibawanya. Sedangkan suara kokok ayam dan sinar

pantai itu sangat buruk, tidak menarik, atau kata-kata

matahari bercampur-aduk menggoda indra pendengaran dan

merendahkan lainnya yang dapat dipikirkan. Hal tersebut pula

pengelihatan. Pagi itu terasa berbeda dari hari-hari sebelumnya

yang saya pikirkan. Dan ketidak-tertarikan saya adalah hal

selama saya hidup di ujung Indonesia. Saya dan teman-teman

yang akan saya sesali untuk beberapa saat setelahnya.

akan menyusuri jejak batuan berwarna putih menuju puncak

Di bawah hamparan laut berwarna biru cerah,

gunungapi. “Jika kalian ingin ikut menyusuri jalan menuju

tersembunyi harta karun lain yang disembunyikan oleh alam

puncak gunungapi, kalian harus mulai berjalan di pagi hari,

Gampong Jaboi. “Sepotong surga ada disini,” ucap salah satu

agar siangnya kita sudah dapat kembali ke rumah,” pesanku

teman yang ikut melakukan snorkelling disana. Dia tidak

sehari sebelumnya pada teman-teman yang ingin mengikuti

berlebihan. Di bawah permukaan laut itu, tumbuh subur

perjalanan.

terumbu karang yang tidak terganggu oleh manusia.

Selama perjalanan itu, saya melihat banyak sekali

Hamparannya sangat luas hingga saat saya berenang kesegala

fenomena geologi menarik. Batuan teralterasi berwarna putih,

arah, saya tidak menemukan ujung kompleks terumbu karang

mungkin bertipe argilik hingga argilik lanjut, tersebar luas

tersebut. Terumbu di Batee Tamon memiliki bentuk yang

menyelimuti kompleks gunungapi. Selain itu, terdapat pula

beragam, ada yang membulat, berbentuk bilah pipih, dan

mineral-mineral hidrotermal seperti sulfur yang umum

beberapa memiliki bentuk bercabang-cabang. Kebanyakan

ditemukan pada kompleks manifestasi panasbumi. Ditemukan

berwarna abu-abu kecoklatan, tidak sedikit pula yang

pula adanya bukti hasil aktivitas tektonik yang tersingkap

berwarna hijau, merah, dan sebagainya. Selain itu biota laut

dipermukaan. Bukti tersebut berupa struktur geologi yaitu

lainnya seperti ikan karang, anemon, kerang, bulu babi, dan

kekar-kekar pada batuan teralterasi yang pecah akibat gaya

ikan-ikan laut berwarna-warni lainnya berkumpul merayakan

tekan yang telah melebihi batas ketahanan batuan. Sehingga

indahnya kehidupan bawah laut ini. Saya terdiam, ya, surga

wajar, jika pada daerah ini terdapat manifestasi panasbumi

ada disini.

yang muncul dipermukaan akibat aktivitas magma yang

Untuk para pencinta wisata bawah laut, tidak salah jika

memanaskan akuifer airtanah dan uapnya muncul

anda menyisihkan waktu anda untuk mengunjungi tempat ini.

dipermukaan melalui retakan-retakan atau pori-pori pada

Tidak dikenakan tarif untuk bisa menjelajahi dunia bawah laut

batuan.

Batee Tamon, dengan kata lain, gratis. Bagaimana, menarik

“Ini adalah surga untuk orang-orang geologi,” pikir saya.

bukan?

Bagaimana tidak, fenomena-fenomena menarik seputar

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 32 Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 46


Foto: RL Adepa dan Muh. Dwiki SW.

Sunrise Pantai Tanjung Kelayang dari UPTD Tanjung Kelayang

SELAYANG PANDANG, TANJUNG KELAYANG Desa Keciput, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung Artikel: Muh. Dwiki Satrio Wicaksono Belitung, pulau yang terkenal dengan sebutan “Negeri

mampu terangkat hingga jauh ke permukaan.

Laskar Pelangi�, menyimpan sejuta keindahan di dalamnya. Baik

Berdasarkan hasil dating yang dilakukan, granit yang

berupa pemandangan alam yang luar biasa hingga kondisi sosial

berada di Pulau Belitung mempunyai kisaran umur

masyarakat yang mengagumkan. Pulau Belitung sendiri mulai

Trias hingga Kapur (65-200 juta tahun lalu) di mana

dikenal oleh masyarakat luas, baik lokal maupun mancanegara,

granit tertua ditemukan di bagian Barat Laut Pulau

setelah munculnya film Laskar Pelangi pada tahun 2008. Pengaruh

Belitung.

film tersebut terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat

Salah satu ahli geologi Indonesia, Awang

Belitung sungguh luar biasa besar, terutama di bidang pariwisata

Harun Satyana, dalam tulisannya pada milis IAGI

yang mana salah satunya adalah wisata pantai dengan tumpukan

tahun 2009 mengenai perbedaan granit Bangka dan

bebatuan granit yang khas. Pantai Tanjung Kelayang dan Pantai

Belitung, mengungkapkan bahwa batu-batu granit

Tanjung Tinggi sendiri merupakan objek pantai wisata utama

yang saat ini muncul di permukaan merupakan hasil

Pulau Belitung yang wajib untuk dikunjungi.

dari tumbukan antara 2 terrane, yaitu terrane kontinen East Malaya dan terrane kontinen Sibumasu. Terrane

SEKILAS CERITA GEOLOGI BELITUNG DAN G R A N I T PA N TA I TA N J U N G K E L AYA N G

karakter tertentu secara regional dan dapat dibedakan

Bebatuan granit yang terdapat di Pulau Belitung

dengan karakter terrane lain di sebelahnya. Apabila 2

sendiri adalah suatu provinsi geologi yang memiliki

sejatinya merupakan sebuah tubuh batolith yang seharusnya

terrane kontinental saling berbenturan, maka akan

terdapat jauh di bawah permukaan bumi pada kedalaman puluhan

merusak kerak oseanik yang semula ada di antara

kilometer. Namun pada kenyataannya batuan granit tersebut saat

kedua terrane tersebut melalui proses subduksi hingga

ini tersingkap di permukaan jauh dari lokasi awal terbentuknya.

kemudian mencapai proses kolisi dan mengangkat

Beberapa ahli geologi berpendapat bahwa tubuh batuan granit

bebatuan ke permukaan yang sebelumnya berada jauh

terangkat ke permukaan oleh suatu proses tektonik kuat sehingga

di bawah.

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 33


Pulau Burung Garuda

WISATA ALAM PULAU BELITUNG

EKSOTISME GRANIT PANTAI TANJUNG KELAYANG Salah satu ciri khas utama yang ditampilkan oleh Pulau Belitung adalah tumpukan bebatuan granit yang terdapat di permukaan. Granit sendiri merupakan batuan penyusun utama di Pulau Belitung. Granit tersebut diyakini sebagai bagian dari tubuh batolit raksasa yang menjadi batuan dasar atau basement di sebagian wilayah Indonesia Bagian Barat. Keterdapatan granit ini tidak hanya ditemukan di Pulau Belitung saja, melainkan dapat

PULAU LENGKUAS Pemandangan alam yang ditawarkan di Pulau Lengkuas sungguh mengagumkan. Dari atas Mercusuar, pengunjung dapat melihat hamparan laut luas dan bebatuan granit yang memiliki orientasi. Orientasi tersebut menunjukkan bahwa batu granit tersebut mengalami proses tektonik yang cukup intensif. Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati keindahan bawah laut Belitung dengan melakukan snorkeling di sekitar Pulau Lengkuas.

ditemukan hingga Semenanjung Malaysia dengan arah kelurusan relatif Barat Laut – Tenggara. Tersingkapnya granit ke permukaan oleh proses tekonik menyebabkan bebatuan tersebut menjadi rentan terkena proses eksogenik seperti pelapukan, erosi, dan abrasi. Tumpukan bebatuan granit tersebut saat ini mengalami proses eksogenik yang bekerja secara intensif yang hasilnya dapat dilihat langsung pada beberapa pulau di sekitar Pantai Tanjung Kelayang. Proses eksogenik tersebut seakan mengukir kerasnya granit Belitung menjadi bentuk-bentuk yang mengagumkan. Beberapa objek

Pulau Batu Berlayar

wisata yang dapat dikunjungi di sekitar Pantai Tanjung Kelayang antara lain : Pulau Burung Garuda, Pulau Batu Berlayar, dan Pulau Lengkuas.

PULAU BATU BERLAYAR Pulau Batu Berlayar merupakan salah satu tujuan wisata di sekitar Pantai Tanjung Kelayang. Pulau ini mendapat julukan batu berlayar karena bebatuan pada pulau tersebut memiliki dimensi vertikal yang lebih dominan sehingga menyerupai layar,

Pemandangan granit dari atas

terlebih ketika air laut sedang pasang.

Mercusuar L.I. Einthoven, Pulau Lengkuas


GEOWISATA

GEOPARK

“KALDERA�

TOBA

Artikel dan Foto: Nico Andreas Nainggolan

Kenampakan Kaldera Toba dipandang dari Menara Pandang Tele.Terlihat bagian paling kiri adalah Pulau Samosir dan bagian perbukitan sebelah kanan adalah perbukitan vulkanik. Bicara tentang Sumatera Utara, tempat wisata yang diingat

75.000 tahun yang lalu. Konon katanya letusan gunung Toba

adalah danau Toba. Tahukah Anda bahwa danau Toba

hanya menyisakan 15.000 manusia di muka bumi. Dari

tersebut adalah sebuah Kaldera? Apa itu Kaldera?

aspek biologi, kawasan danau Toba memiliki keunikan

tersendiri, yaitu adanya pohon Hariara (sejenis pohon Kaldera merupakan istilah yang digunakan untuk

beringin) yang hanya tumbuh di kawasan danau Toba itu

mengartikan sebuah kawah yang berukuran sangat besar

sendiri. Dari aspek budaya, kawasan danau Toba ditempati

(>1km). Danau Toba adalah salah satu contohnya. Kawasan

oleh manusia yang terkenal dengan sikap lugas, cekatan, dan

danau Toba telah diresmikan sebagai Geopark Nasional

pekerja keras yaitu suku Batak. Sejarah dan budaya suku

oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersamaan

Batak terlihat jelas di kawasan danau Toba, yaitu mulai dari

dengan peresmian Bandara Internasional Kualanamu, di

rumah adat, tarian tradisional yang dikenal dengan tari tor-

Sumatera Utara.

tor, alat musik, dan lain sebagainya.

Suatu daerah dikatakan sebuah geopark apabila

Oleh karena itu, pantaslah jika danau Toba

memiliki 3 aspek yaitu Geologi, Biologi, dan Budaya. Dari

diresmikan menjadi sebuah geopark dengan harapan

aspek geologi, danau Toba menyimpan sejarah yang

nantinya aspek geologi, biologi, dan budayanya dapat

terkenal yaitu letusan gunung api Toba atau sering juga

dimanfaatkan dan dijadikan pelajaran bagi manusia pada

disebut sebagai Super Volcano Toba. Danau Toba dikelilingi

umumnya.

oleh bukit-bukit hasil letusan gunung Toba yang terjadi

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 35


AIR TERJUN NUNGNUNG -SISI LAIN PESONA BALIArtikel: Rendy Defriza F.

http://picture.triptrus.com/image/2014/06/nungnung.jpeg

Pulau Bali acap kali dianggap sebagai surga,

Setibanya di sana, usaha yang telah dilakukan untuk

terutama bagi para peselancar, sehubungan dengan jumlah

menuruni tangga demi melihat Air Terjun Nungnung ini akan

pantainya yang sangat melimpah. Selain jumlahnya yang

terbayar. Hal ini karena air terjun setinggi sekitar 50 meter ini

banyak, ombak di sepanjang pantai Bali sangat bagus dan

sangat indah, dikelilingi pemandangan khas alam yang hijau.

cocok untuk berbagai tingkatan peselancar, mulai dari pemula

Tidak jarang pula pengunjung bermain air di sekitar air terjun

hingga ahli. Namun, ditengah gempuran para turis untuk

ini untuk merasakan kesegarannya secara langsung.

datang ke pulau ini, tidak banyak yang tahu bahwa Bali

Air terjun ini dapat terbentuk akibat adanya

memiliki banyak tempat wisata lainnya, salah satunya yaitu Air

penyatuan dari pola-pola penyaluran yang ada. Akibat arah

Terjun Nungnung. Air terjun yang berada di wilayah Badung,

aliran yang menyatu menurut topografi yang ada, maka jumlah

tepatnya di dusun kecil bernama Nungnung, Desa Plaga,

dan debit air akan bertambah. Disaat itulah pola penyaluran

Kecamatan Petang.

yang telah bersatu itu akan bertemu dengan tebing yang sangat

Tidak sulit untuk mencapai tempat ini, aksesnya pun

terjal sehingga air akan terjun dengan kuat dan dengan jumlah

terbilang cukup baik. Untuk mencapai dasar dari air terjun,

yang banyak. Hasil erosi dari pola-pola penyaluran tersebut

dibutuhkan tenaga yang cukup besar dibarengi dengan niatan

juga dapat menambah kecepatan dari air.

yang besar pula. Selain itu, diperlukan juga kehati-hatian yang

Perjalanan yang penuh perjuangan harus kembali

ekstra. Hal ini karena pengunjung harus menuruni ratusan

dilanjutkan saat telah menikmati keindahan dan kesegaran air

tangga yang sebagian besar sangat curam dengan jarak

terjun, yaitu dengan menaiki tangga yang sama saat turun,

perjalanan mencapai 2 kilometer atau sekitar 20 menit. Namun,

dengan jumlah yang sama, dan jarak yang sama pula, namun

kelelahan pada saat turun ke dasar air terjun sedikit berkurang

dengan tenaga yang telah terkuras setelah menuruni tangga.

lantaran tersedia sebuah gazebo pada dua titik untuk

Butuh perjuangan yang tidak mudah memang, namun

melepaskan lelah sejenak. Pengunjung juga akan dimanjakan

sesampainya di atas, akan ada warung sederhana yang dapat

dengan suasana alam yang indah sepanjang perjalanan, seperti

dijadikan tempat untuk melepas dahaga.

pemandangan, suara gemercik air, dan udara yang sejuk.

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 36


GEO WISATA

MEMBUMIKAN WARISAN GEOLOGI Artikel: M. Anzja Chabbani Ista’la

Foto: Wisnu

Stone Garden Padalarang “Menyongsong era baru geowisata, upaya penyelamatan keragaman geologi, flora, fauna, dan budaya untuk kelangsungan anak cucu di masa yang akan datang.”

Ruangan sederhana itu menjadi awal langkah kami melaksanakan Pendidikan Geowisata di Pusdiklat Geologi KESDM, Bandung. Pak Agus mulai memainkan perannya sebagai seorang widyaiswara*, membuat permainan kecil, meminta kami berbaris rapi tiga banjar, menguji kami dengan permainan konsentrasi. Hari ini kami belajar tentang dinamika kelompok. Berdinamika layaknya lempeng bumi, harus seimbang, harus ada keselarasan, harus mengerti satu sama lain, kenal, bukan sekedar tahu. Begitulah semestinya mengenal satu sama lain, seperti mengenal alam, seperti mengenal batuan, detail. Pariwisata dan Geowisata, materi baru ini tersaji sebagai hidangan pertama kami. Geotourism is synergistic, melihat keindahan alam tentu semua orang bisa merasakan, tetapi mengerti bagaimana alam itu tercipta adalah anugerah yang tak ternilai. Disitulah arti penting geowisata, menciptakan pengalaman wisata hingga orang terpesona, melirik dengan sudut pandang berbeda, merasakan keajaiban semesta, karena keindahan itu bukanlah sekedar indah, dimulai dari sebuah proses panjang, proses geologi. Soal geologi ini orang mesti tahu, orang mesti mengerti, hingga keindahan hakiki itu bisa muncul di lubuk hati. “Bumi ini selau dinamis, ada proses endogen dan eksogen. Tanpa proses endogen, mungkin bumi ini hanya akan terlihat datar, tak indah. Tanpa proses eksogen bisa jadi gununggunung di dunia ini hanya berbentuk kerucut lancip, tajam, menyolok mata. Keindahan itu muncul akibat perpaduan keduanya, layaknya memadu kasih, alam ini menciptakan pegunungan, lembah, bukitbukit, danau, pantai dan lautan. Disanalah manusia datang saling berkasih, membuka cakrawala, me-

ngagumi alam di muka bumi ini.” Itulah yang disampaikan Pak Hilman dan Pak Asep, widyaiswara kami di jamuan hari kedua. Bapak T. Bahtiar, seorang ahli geowisata yang sudah tak asing di telinga kita, menjamu kami di hari ketiga dengan materi pengembangan geotrek. Pada dasarnya geotrek merupakan kegiatan wisata untuk mengenal gejala-gejala geologi yang dapat memberikan kontribusi positif bagi konservasi warisan geologi, melalui jalur geowisata yang telah dirancang sebelumnya. Melalui geotrek, objek geologi, hayati, dan budaya dirangkai menjadi satu sebagai pembelajaran geologi. Sehingga geotrek menjadi salah satu alternatif untuk memanfaatkan sumberdaya alam secara aman dan lestari, tanpa merusak, sebagai upaya konservasi objek geologi. Melalui kegiatan ini pula, sosialisasi materi kebumian dan kebencanaan geologi menjadi menarik dan menyenangkan. Teknik fotografi dan interpretasi untuk geowisata menjadi jamuan terakhir kami di kelas. Pak Alex, mengajarkan kami bagaimana mengambil objek geowisata di lapangan secara menarik serta dapat melakukan interpretasi objek geowisata secara sederhana, menjelaskan kepada yang awam menjadi paham. Teknik public speaking yang tidak semua orang mampu melakukannya, perlu latihan dan pengalaman. Menyederhanakan bahasan geologi rumit menjadi sangat sederhana, berbobot, berisi, membuat orang-orang mengangguk-angguk tanda sudah mengerti. Perjamuan di hari terakhir melaksanakan geowisata ke daerah Lembang dan daerah Padalarang. Situs Gunung Batu, merupakan situs pertama yang kami kunjungi. Tepat di atas patahan

*widyaiswara : istilah untuk pengajar di lingkungan Pusdiklat Geologi Bandung

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 37


Lembang kami berdiri. Ditiup semilir angin, menatap keserasian pemandangan Gunung Tangkubanparahu di utara, Gunung Burangrang di sebelah barat Tangkubanparahu, dan Gunung Tunggul di timurnya. Cekungan Bandung tampaklah di selatan, menganga, laksana danau purba. Bentukan geomorfologi yang tak bisa lepas dari kearifan lokal, sejarah dan budaya. Salah satunya Kisah Sangkuriang dan Dayang Sumbi, misteri yang tak lekang oleh peradaban, di antara pencakar langit Kota Bandung.

Situs geologi kedua adalah Guha Pawon dan Geopark Stone Garden Padalarang, situs geowisata morfologi kars Formasi Rajamandala. Menyuguhi kita akan beragam bentang alam kars, fosil manusia gua, dan “tambang� batugamping. Sebuah ironi, geowisata menyajikan kehidupan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan, dapat diwariskan. Tambang... menghabisi paru-paru perbukitan kars, suatu saat akan berhenti bernafas, pasti. Ekonomi berbasis tambang pun berhenti, mati.

A

B

C

D

A. Pemberian materi geowisata di kelas oleh widyaiswara Pusdiklat Geologi Bandung B. Speleothem di Guha Pawon, Padalarang, Bandung C. Interpretasi geowisata di Gunung Batu, Lembang, oleh T. Bachtiar D. Foto bersama peserta Diklat Geowisata di Kawasan Kars Stone Garden Padalarang

Pemandangan Gunung Tangkubanparahu dan Gunung Putri dari atas Gunung Batu, Lembang (foto menghadap utara)

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 38


SOSOK Bincang bersama Pakdhe Rovicky Wawancara Oleh: Endah Sulistiani Pakdhe Rovicky -begitu beliau disapa- adalah salah satu alumni Departemen Teknik Geologi UGM angkatan 1981. Beliau lahir pada tanggal 12 Maret 1963. Sebagai seorang geologist beliau cukup terkenal dengan “Dongeng Geologi� serta karir beliau di bidang geologi di Indonesia. Pakdhe Rovicky adalah mantan Keua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) periode 2012 - 2014. Dibalik kesuksesan dari pakdhe kita yang satu ini, ada beberapa fakta yang mungkin tidak banyak diketahui oleh khalayak umum. Berikut adalah hasil bincang bersama Pakdhe Rovicky.

1.

Pakdhe Rovcky, pertama kali tahu tentang geologi darimana atau dari siapa Pakdhe?

2.

Apa alasan Pakdhe Rovicky dulu memilih kuliah di Departemen Teknik Geologi? Ada unsur paksaan dari orang lain atau memang sudah keinginan Pakdhe sendiri?

Saya dari kecil suka petualangan ke alam. Kemudian ketika SMA kelas 3 kenal dengan salah satu mahasiswa Teknik Geologi UGM yang saat itu sedang kos di rumah kawan.

Sebenernya kepinginnya Teknik Elektro, tetapi nggak bisa matematika. Jadinya masuk Fakultas Teknik yang matematikanya paling sedikit. Akhirnya memilih Departemen Teknik Geologi karena tetep kepingin jadi insinyur. Hahahaha

3.

Kenapa Pakdhe memilih kuliah di UGM? Kenapa bukan Universitas lain Pakdhe?

4.

Selama kuliah di Teknik Geologi UGM Pakdhe Rovicky aktif dalam organisasi apa saja? Apabila ada, Pakdhe menjabat sebagai apa dan bagaimana cara Pakdhe membagi waktu antara berorganisasi dan kuliah? Menurut pendapat Pakdhe Rovicky, seberapa penting sih ikut organisasi itu?

Di Jogja ada beberapa Teknik Geologi, memilih UGM karena keren lah. Waktu itu di SMA berlomba masuk Proyek Perintis 1, proses selesksi mahasiswa di univ ranking 1.

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 39

Sumber Foto : Koleksi Pribadi Pak Rovicky

Saya dahulu pernah menjadi salah satu pengurus HMTG, juga menjadi anggota beberapa anak organisasinya HM, misalnya Wentworth English Club, Magmagama, dan Nebula, Majalah HMTG. Kalau di tingkat fakultas saya menjadi Bendahara di Senat Mahasiswa Fakultas Teknik UGM. SM FT UGM, itu mirip BEM kalau sekarang. Berorganisasi itu salah satu latihan social life, banyak mengorbankan waktu dan tenaga. Berorganisasi itu penting, bagaimanapun kita hidup berorganisasi walaupun hanya sekedar di RT. Kita harus belajar untuk menjadi pemimpin ataupun menjadi pengurus bahkan bagaimana menjadi warga (anggota) yang baik. Termasuk dalam memberikan usulan, mengkritisi dan lainnya. Berorganisasi selama mahasiswa itu memberikan pandangan atau pengalaman realitas nantinya setelah lulus.


Saya tidak sekedar membagi waktu tetapi malah banyak menciptakan waktu-waktu khusus. Misalnya kalau di rumah nganggur, saya sering ke kampus untuk urusan berorganisasi, misalnya rapat. Namun seringkali saya datang terlalu cepat dan disempatkan main ke perpustakaan untuk membaca, atau berdiskusi dengan kakak kelas. Justru waktu belajar tercipta karena kesibukan organisasi tadi, bukan sebaliknya.

5.

Selama kuliah di Teknik Geologi UGM adakah prestasi-prestasi yang pernah Pakdhe raih? Atau sebaliknya Pakdhe pernah melakukan kenakalan yang membuat Pakdhe mendapat sanksi? Boleh diceritakan sedikit Pakdhe tentang pengalaman yang paling berkesan selama kuliah. Hehe :)

Gandrik! Saya harus menjelaskan apa coba? Yang tentu saja akhirnya mengerti maksud pertanyaan Pak Ton. Bahwa seorang ahli geologi harus mampu menjelaskan hal rumit penuh jargon ke orang awam yang nantinya akan memanfaatkan ilmunya. Menerangkan di depan mahasiswa itu mudah, menjelaskan di depan bupati itu bikin keder.

6.

Dulu setelah lulus S1 Teknik Geologi UGM Pakdhe lanjut kuliah S2 atau kerja dulu? Apa alasan Pakdhe memilih lanjut kuliah/ kerja dulu? Saya kepingin melanjutkan S2 sejak masih sekolah. Namun saya hanya anak guru. Ibu saya guru TK bapak saya guru SMP, jadi bukan anak orang kaya, jadi saya setelah lulus mencari pekerjaan dulu kemudian ambil kuliah S2 sambil bekerja. Jadi kalau pagi-sore bekerja, malamnya kuliah di UI. Sekolah petang. Saat ini banyak perusahaan migas yang mensyaratkan pegawainya harus S2 untuk menjadi seorang ahli geologi (interpreter). Kalau hanya S1 (Bsc) hanya boleh mejadi technical assistant saja.

Haddduh, kok tahu saya dapat sanksi akibat kenakalan. Kok tahu darimana? Saya memang termasuk suka usil. Pernah melakukan hal tidak terpuji. Yaitu melarikan diri dari kuliah lapangan karena ada kawan seangkatan yang meninggal akibat kecelakaan. Memang ini sebuah pelajaran terbaik buat saya, bahwa meninggalkan lapangan saat sedang KL itu bukan hal yang baik. Tentu saja saya kena sanksi “indisipliner”. Yang pasti saya sudah menjalani hukuman ini, dan menerima sanksi ini secara konsekuen. Banyak hal yang mengesankan dalam perkuliahan, terutama saat menjadi asisten praktikum. Bahkan saya dulu diberi kepercayaan mengisi kuliah Geologi Struktur oleh Pak Sudarno, termasuk saat KL. Ini pengalaman mengajar pertama kali di kampus. Dan akhirnya keterusan sering mengajar keliling kampus. Yang berkesan itu ditanya Pak Ton, “Apa yang disebut breksi vulkanik itu? Tapi anggap saya seorang bupati yang hanya lulus SMA.”

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Pakdhe Rovicky kan terkenal dengan “Dongen Geologi”nya. Nah, apa sih yang melatarbelakangi Pakdhe untuk menulis di blog? Sejak kapan Pakdhe menulis Dongen Geologi itu Pakdhe? Boleh nih Pakdhe dikasih tips-tips buat kami, para maasiswa, supaya mau dan rajin menulis :)

7.

Saya menulis “Dongeng Geologi” karena kesukaan mengajar. Hanya saja ketika bekerja saya tidak mungkin tiap hari berhadapan dengan “murid”. Sehingga melalui media website (BLOG) saya bisa berhadapan dengan “murid-murid” saya. Awalnya sih dulu sewaktu ada internet pertama kali saya membuat website untuk internal kantor, kemudian setelah ada koneksi internet mulai

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 40


membuat web, dan akhirnya keterusan menulis dalam web blog, saat ini dikenal dengan BLOG. Saya menulis di blog ini sudah lebih dari 15 tahun. Yang ditulis bukan ilmu yang canggih. Barangkali ini hanya ilmunya anak geologi di tahun pertama atau tahun kedua kuliah. Jadi hal-hal sederhana dan mudah untuk mahasiswa geologi. Modalnya kan baca buku Geologi Dasar. Dulu bukunya Pak Soetoto yang mengajar. Kemudian ditambah bukubuku “Geologi Fisik” atau geologi dasar dalam bahasa inggris. Coba-coba menerjemahkan sekalian belajar bahasa inggris. Jadi jangan berpikir rumit lah. Pikirkan saja dasarnya. Yang rumit biar dikerjakan yang sudah jadi doktor-doktor itu.

8.

Juga akan terjadi gap knowledge di tahun 2016 karena akan banyak pekerja migas yang pensiun. Ini merupakan tantangan bagi industri sekaligus peluang untuk lulusan baru yang berminat untuk bekerja di industri migas. Namun tentu saja tidak hanya industri migas tempatnya ahli geologi. Masih banyak posisi lain yang perlu diisi oleh ahli-ahli geologi. Termasuk pertambangan, lingkungan serta kebutuhan birokrat dan lembaga penelitian, serta jangan lupa perlu juga yang menjadi dosen untuk meneruskan pengajaran ilmu geologi.

Menurut Pakdhe Rovicky, bagaimana sih keadaan Indonesia saat ini ditinjau dari sudut pandang “geologist”? Mungkin dari kondisi SDA, SDM, dan prospek bagi calon “geologist” nanti di dunia kerja. Kalau dari SDMnya khususnya geologi, terlihat tren masa pada nanti yang dibutukan di oil and gas industry adalah yang berpendidikan Master, ini hasil dar riset yang dilakukan American Geosciences Institute. Gambar terlampir menunjukkan hal itu.

9.

Sejauh ini pencapaian apa sih yang paling membanggakan buat Pakdhe Rovicky? Bisa diceritakan alasannya Pakdhe. Belum banyak yang bisa saya banggakan dari pencapaian selama ini. Menjadi ketua IAGI barangkali memang membanggakan namun karena belum banyak kiprah sewaktu menjadi ketua IAGI justru menyisakan PR yang belum terselesaikan. Satu hal misalnya saya membentuk Forum Geoscientist Muda Indonesia, ini baru akan membanggakan bila kumpulan anak muda geologi ini berkiprah nantinya. Barangkali baru akan terlihat 5 tahun lagi.

10.

Pakdhe, pertanyaan terakhir, motto/kata mutiara apa sih yang selama ini Pakdhe pegang atau bahkan untuk memotivasi orang lain? Khususnya untuk kami para calon “geologist” Pakdhe, hehe :)) Saya baru akan merasa sukses kalau generasi di bawah saya MELAMPAUI apa yang telah saya capai.

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 41


ORGANISASI

HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA Desa Binaan

M

inggu, 20 September 2015, Departemen Sosial Teknik Geologi UGM mengadakan acara tahunan

“Desa Binaan” bersama warga di

Dusun Purwosasono, Desa Beluk, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Acara yang diketuai Muhammad Arba A. (2013) ini bertujuan untuk menjalin hubungan persaudaraan dan sebagai rasa terima kasih kepada warga Bayat. Kegiatan diawali dengan pembukaan dan sambutan oleh wakil ketua Panitia

Kegiatan bersama warga di desa binaan HMTG

(Favian A. B.), ketua HMTG (Hafizhan Abidin S.), dan ketua RT

setempat (Ibu Joko), dilanjutkan rangkaian kegiatan inti berupa: Lomba Masak, Pengobatan Gratis dari TBMM FK UGM, Games Anak, Sembako Murah, Bazaar Pakaian, Pengumuman Juara, dan ditutup dengan Doa Bersama. Antusias warga terlihat ketika acara di mulai hingga penutupan. (Rr. Diny N. Putri)

Company Visit HMTG ke ConocoPhillips

T

ahun ini HMTG ada yang berbeda, yaitu HMTG FT

UGM melaksanakan company visit ke ConocoPhilips.

Acara ini dilaksanakan pada tanggal 30 September

2015 dengan peserta berjumlah 20 orang yang terdiri dari perwakilan himpunan angkatan 2012, 2013 dan 2014. Disana kami ternyata tidak sendiri, telah hadir teman – teman dari SPE (Society Petroleum Engineering) UI yang ikut berpartisipasi dalam cara company visit ini. Company Visit HMTG ke ConocoPhillips

Acara dimulai dengan sarapan, kemudian ada penjelasan

singkat tentang ConocoPhillips yang disampaikan oleh mbak Gita sebagai pembawa acara sekaligus bagian external relationship & development dari ConocoPhillips. Sesi berikutnya, yaitu subsurface exploration dari Senior Geophysicist yang mengambil S2 di Universited of Stravenger, Norwegia. Materi yang disampaikan berkaitan dengan tahap-tahap eksplorasi dari awal pengerjaan hingga sampai fase siap produksi. Kuliah kedua diisi oleh Bang Julianta Parlindungan yang merupakan seorang Senior Petrofisik di ConocoPhillips. Bang Jul / Bang Jupe seperti biasa beliau sering dipanggil merupakan alumni dari Teknik Geologi UGM angkatan 2007. Beliau menyampaikan mengenai pekerjaan development geologist yang lagi booming saat ini yaitu mengenai Low Resistivity dan Low Contrast pada sebuat data log. Setelah makan siang kami sudah di tunggu oleh seorang Reservoir Engineer yang bernama Kak Silvia Yusim, seorang alumni Teknik Kimia UI. Kak Vivi menjelaskan secara rinci bagaimana peranan seorang Reservoir Engineer dalam sebuah tim eksplorasi. Sesi berikutnya disambung oleh Kak Wijaya, seorang Completion Engineer yang tugasnya sangat sulit dipahami namun penting, yaitu mengurus berbagai macam treatment, baik jenis alat yang digunakan hingga metode pengangkatan fluida dan cara menangani pressure. Pada akhir acara, kami disambut oleh Kepala Divisi Eksternal dan Development dari ConocoPhillips besertaa Bapak Budiman selaku Manajer bagian eksplorasi yang merupakan alumni dari Teknik Geologi UGM juga dan dilanjutkan dengan penyerahan momento serta foto bersama. Setelah semua sesi berakhir, rombongan dari HMTG FT UGM bersama Bang Jul, Pak Budiman dan Mas Riki yang merupakan satu almamater dari Teknik Geologi UGM menyempatkan untuk berbincang santai sejenak, duduk bersama berbagi pengalaman dan bercerita tentang keadaan HMTG saat ini. Setelahnya, pada sore hari itu juga, tanpa berpikir untuk pergi kemana-mana, kami pun langsung kembali ke Yogyakarta dengan pertimbangan adanya kuliah di hari esok. Akhir kata, perjalanan ini memang cepat dan melelahkan, namun bagi kami perjalanan ini sangatlah bermanfaat dan berkesan. (Arjuna Lubis)

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 42


Artikel: Muhammad Isnain Al-Rizqi

A

merican Association of Petroleum

One Day Seminar

Geologists Universitas Gadjah Mada –

On the second day we're going to one day seminar

Student Chapter (AAPG UGM – SC)

with three awesome speakers. First session, Mr. Askury Abd

was established in 2000s and was one of 5 AAPG – SC

Kadir from Universiti Teknologi Petronas talked about

Pioneers in Indonesia. Under the advisory of Mr. Wartono

tectonic of southeast asia. The second session from Mr. I

Rahardjo, the first faculty advisor of AAPG UGM – SC,

Wayan Ardhana Darma from PETRONAS explained about

AAPG UGM – SC has shown it's prestige and achievement,

Stratigraphy of Indonesia and discussed various things

then it was chosen as one of the most active and creative

regarding the tectonic framework, sequence stratigraphy,

organization which concerns in Petroleum Sciences and

and exploration strategy in various basins of Indonesia. The

Industry. Since it have established in 2000s, AAPG UGM –

last session of one day seminar we had Mr. Eko Rudi

SC have got one Outstanding Award, 3 times Honorable

Tantoro from Pertamina Hulu Energi as speaker. He talks

Mention and 7 times L-Austin Week Grant Awards. We have

about the challenges and opportunities of unconventional

more than 150 members, both for graduated members and

hydrocarbon.

active members who work in 4 (four) divisions, which are: Course and Workshop Division; Fieldtrip, Research, and Development Division; Membership Division; and Public Relation Division. International Energy Summit 2015 is an annual event held by AAPG UGM – SC. Bringing the theme, “Exploring Indonesia's Energy in 21st Century: Strategy, Innovation, and Challenges”. In this second years IES consists of three major events which are student energy conference, one day seminar, and fieldtrip. IES 2015 was

Photo: AAPG UGM- SC The course was discussing about Unconventional Energy in Indonesia

held on 25th – 27th September 2015 and took place in Yogyakarta.

Field Trip

Student Energy Conference

delegates with geological landscape and setting that sets in

This fieldtrip was objected to introduce the In this event, delegates were discussing and

some locations around Yogyakarta. There're two major

elaborating current issues related with energy in various

places that we visit that's Bayat, Klaten, and Wonosari. Two

perspective, and elaborated their discussion result as

special speakers that became our field instructor are Mr.

solution for the issue. This event was also invited experts

Salahuddin Husein and Mr. Didit Barianto. Both of them are

from Energy Study Center of Universitas Gadjah Mada, Mr.

lecturer in Geological Engineering of Gadjah Mada

Deendarlianto and Mr. Akmal Irfan Majid as keynote

University. AAPG UTP – SC also joined this fieldtrip.

speakers. The organization that joined on this presentation

See you on the next International Energy Summit 2016!

and discussion are SEG, SPE, Gama Oil and Gas Club, Dewan Energi Mahasiswa, ALSA, AAPG, and Kamase.

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 43


Penghargaan “2015 Outstanding Student Chapter Awards” Untuk SPE UGM SC

A

tas nama SPE Universitas

Putra, Mbak Dini, Mas Dhona, Mas Novi sebagai

Gadjah Mada Student Chapter,

SPE Young Professional, yang mana kami percaya

dengan senang hati kami ingin

bahwa SPE UGM SC tidak akan berada pada tahap

memberitahukan bahwa SPE UGM SC telah

ini tanpa dukungan beliau semua. Terimakasih

diumumkan sebagai penerima penghargaan “2015

banyak kami ucapkan kepada Faculty Advisor kami

Outstanding Student Chapter Award”. Penghargaan

tercinta, Mr. Agung Setianto dan 2014 - 2015 SPE

ini merupakan penghargaan paling tinggi untuk

UGM SC Coordinator Mrs. Hanifatu Avida untuk

Student Chapter kami, dimana kami menunggu

usaha tidak terhitungnya dan kerja keras dalam

selama 7 tahun dan hanya sekitar 10 Student Chapter

kontribusi dan pengawasannya terhadap SPE UGM

di dunia ini yang mendapat penghargaan ini.

SC untuk tahun kesuksesan ini dan harapan bahwa

Kami ingin mendedikasikan penghargaan ini kepada Mr. Thomas Schievenbusch sebagai SPE

dukungan yang terus menerus akan terjaga selamanya.

Java Section President, Mr. Hasbi A. Lubis sebagai

Akan kami jaga persatuan menuju

SPE Java Section Vice President. Mrs. Mega, Mr.

keunggulan dan sukses SPE UGM SC di masa

Julianta P. Panjaitan, Mr. Subihi Eka Prasetya

depan. Terimakasih.

sebagai Section Officer, dan Mas Titis, Mas Putra,

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 44


SOCIETY OF ECONOMIC GEOLOGIST UNIVERSITAS GADJAH MADA STUDENT CHAPTER MELIHAT LEBIH DEKAT PROSPEK ENDAPAN EPITHERMAL SULFIDASI TINGGI BUKIT MENOREH, MAGELANG Artikel: Taufiq Bakhtiar

B

ukit Menoreh terletak di Kabupaten Magelang,

mineral tersebut plagioklas terangkut dan ikut bersama larutan

Provinsi Jawa Tengah meliputi wilayah

kemudian keluar dari batuan dengan meninggalkan bekas.

Kecamatan Borobudur dan Salaman. Bukit ini

Dimana bekas tersebut terpencar di bagian dalam batuan. Fase

terletak di ujung utara Pegunungan Kulon Progo dimana

berikutnya akan terjadi pada zona alterasi hidrotermal yang

endapan epitermal sulfidasi tinggi dan rendah saling tumpang

lebih lanjut dimana lubang-lubang yang terlah terbentuk akan

tindih. Endapan epitermal adalah hasil aktivitas larutan

terisi oleh mineral silika. Pada lokasi pengamatan kedua yang berjarak kurang

hidrothermal yang berkaitan dengan proses vulkanisme pada kedalaman dangkal dengan temperatur rendah, dengan

lebih 1 km dari STA 1 memiliki tipe alterasi hidrotermal

kedalaman berkisar 1-1,5 km dan suhu antara 50°C-300°C

berupa zona argilik. Zona argilik dicirikan dengan adanya

(Guilbert,1986).

mineral kaolin, illit, dan pirit. Pada kenampakan di lapangan

Perbedaan utama antara endapan epitermal sulfidasi

terdapat batupasir laminasi dengan mineral pernyusun kaolinit

tinggi dan sulfidasi rendah terletak pada kontrol kimiawinya dan

dan monmorilonit. Keduanya dapat dibedakan dari warna dan

jenis fluida yang berperan. Pada epitermal sulfidasi tinggi yang

teksturnya, mineral kaolinit mempunyai warna putih dan lebih

berperan H 2 SO 4, dan didominasi oleh fluida magmatik.

licin sedangkan monmorilonit memiliki warna abu – abu dan

Sedangkan pada epitermal sulfidasi rendah yang berperan

lebih kasar. Mineral kaolinit sendiri terbentuk melalui proses

adalah H2S dan didominasi oleh fluida meteorik. Hal inilah yang

pengendapan epitermal sulfidasi tinggi dimana perbedaan

menjadi fokus utama fieldtrip Soceiety of Economic Geologist

suhu dan tekanan di bawah permukaan akan menghasilkan

UGM-SC yang dilaksanakan pada hari sabtu, 12 Oktober 2014.

mineral yang berbeda. Pada suhu <100o akan menghasilkan

Dapat terungkap proses kontrol karakteristik alterasi dan

mineral pirolusit, pada suhu 100o – 200o menghasilkan mineral

mineralisasi pada batuan di Bukit Menoreh. Dibawah

kaolinit, sedangkan pada suhu >200o menghasilkan mineral

bimbingan Bapak Iswahyudi Agus Nugroho, S.Si. dan Fahmi

dickit.

Hakim S.T., secara singkat dapat disimpulkan petrogenesa

Lokasi Pengamatan ketiga berjarak kurang lebih 2

batuan di sekitar lokasi sebagai pendukung hasil proses alterasi

km dari STA 1 memiliki tipe alterasi hidrotermal zona

dan mineralisasi.

silisifikasi. Batuan yang ditemukan pada lokasi ini

Alterasi hidrotermal di Bukit Menoreh terdiri dari

diperkirakan batu andesit basaltik. Pada tahap lanjut ini

propilitik, argilik, argilik lanjut, dan silisifikasi. Litologi

ditemukan urat pirit yang sudah mengalami oksidasi sehingga

peyusun yang dapat ditemukan terdiri dari andesit basaltik

menjadi berwarna kehitaman. Urat sulfida tersebut teralterasi

piroksen, andesit kuarsa feldspar porpiritik, andesit breksi

menjadi mineral peciri endapan epitermal sulfidasi tinggi yaitu

autoklastik, batupasir laminasi, batugamping, dan breksi

goetit, jarosit, limonit, dan hematit. Goetit berwana coklat

andesit. Pada lokasi pengamatan pertama merupakan daerah

kehitaman, jarosit berwarna kuning cerah, limonit berwarna

tipe endapan epitermal sulfidasi tinggi dengan alterasi

kuning agak gelap, dan hematit berwarna merah marun. Dari

hidrotermal zona propilitik sampai zona argilik lanjut. Zona

hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh Bapak Iswahyudi

argilik lanjut dicirikan dengan adanya mineral kuarsa, dickit,

menunjukkan bahwa semakin menuju permukaan gas yang

alunit, dan pirofilit. Terdapat tekstur khas pada batuan yang

terbentuk dari proses alterasi akan bersifat semakin asam,

ditemukan di zona ini yaitu “vuggy silica”. Vuggy silica

berkaitan juga lokasi ditemukannya batuannya akan semakin

memiliki kenampakan seperti lubang-lubang yang tercetak di

terjal. Kontrol utama yang berperan pada epitermal sulfidasi

bagian dalam batu andesit kuarsa – feldspar. Proses yang

tinggi adalah litologi dan struktur, dimana perpotongan

berperan membentuk vuggy silica adalah leaching (pencucian)

patahan Gupit merupakan tempat yang baik untuk naiknya

oleh favor berupa meteorit water yang mencuci mineral

larutan hidrotermal dan menyebabkan terjadinya alterasi,

plagioklas. Pada satu fase pencucian oleh favor akan membuat

sehingga lokasi keterdapatannya pun menjadi terjal.

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 45


SM - IAGI Seksi Mahasiswa - Ikatan Ahli Geologi Indonesia Universitas Gadjah Mada

Artikel: Yustisiana Tika Hapsari Foto: SM-IAGI UGM

S

Gathering SM Se-Yogyakarta

eksi Mahasiswa Ikatan Ahli Geologi Indonesia atau yang dikenal SM-IAGI adalah organisasi bagi mahasiswa dibidang

ilmu kebumian yang baru dibentuk oleh PP IAGI dalam Rapat Pleno PP IAGI. Pada tanggal 2 Mei 2013 SM IAGI UGM dibentuk dan pada tanggal 22 Desember 2013 diresmikan. SM-IAGI UGM berazaskan kreatifitas, kekeluargaan, kebersamaan dan kegotongroyongan yang berlandaskan Pancasila, UUD 1945 dan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Adapun Departemen Teknik Geologi UGM

Pelatihan Software

memiliki kedudukan sebagai “Departemen” yang dipilih sebagai tempat lembaga resmi yang membawahi SMIAGI UGM. SM-IAGI UGM memiliki 3 pilar meliputi mitigasi, ekstraksi, dan konservasi. Adapun divisi yang terdapat dalam SM IAGI UGM yaitu divisi Karir dan Keanggotaan, divisi Seminar dan Pelatihan dan divisi Hubungan Masyarakat. Syarat menjadi anggota SM-IAGI UGM yaitu : 1. Badan Independen yang berkoordinasi dengan HMTG dan HMGF. 2. Berkedudukan di Departemen Teknik Geologi UGM.

Malam Keakraban (Makrab) SM-IAGI UGM

3. Mahasiswa aktif di Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik (FT) atau mahasiswa Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada. 4. Mengikuti alur kaderisasi SM-IAGI UGM. 5. Telah dilantik oleh SM-IAGI UGM.

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 46


MAGMAGAMA Keluarga Pecinta Alam Magmagama Artikel: Sistien Ardhaena Foto: Magmagama

“Keluarga adalah satu-satunya hal yang sangat kita butuhkan di dunia ini. Ia memberi tanpa meminta, membantu tanpa pamrih, dan menolong tanpa alasan. Jadi, apakah Magmagama salah satu keluarga bagimu?�

M

agmagama bukanlah sebuah

atau penelusuran gua (vertikal maupun horizontal),

organisasi namun

Divisi Climbing, Divisi Litbang, Divisi Logistik,

Magmagama merupakan

dan Divisi Mountaineering. Setiap divisi memiliki

n a m a d a r i s e b u a h k e l u a rg a . M a g m a g a m a

program kerja masing-masing yang dilaksanakan

menghimpun anggota keluarga yang memiliki

selama masa kepengurusan untuk kemudian

ketertarikan di bidang yang sama yaitu bidang

diteruskan ke generasi selanjutnya.

kepecintaalaman. Alam menjadi wadah dan rumah

Dalam sistem kaderisasi, Magmagama

bagi anggota Magmagama untuk bersatu dan hidup

menerapkan sistem pendidikan dan pelatihan 'calon

selaras dengannya. Magmagama bersatu dalam

anggota keluarga' dengan mengadakan Diklat

naungan nama besar Teknik Geologi UGM. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh

Kampus, Diklat Lapangan, dan Diklat Lanjutan. Hal ini dilakukan agar para 'calon anggota keluarga'

Magmagama tak jauh dengan kata-kata 'alam'.

memiliki kemampuan yang mumpuni di lima divisi

Magmagama memiliki 5 divisi yaitu Divisi Caving

Magmagama.

atau penelusuran gua (vertikal maupun horizontal),

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 47


SKI Geosalma Teknik Geologi UGM Artikel: Yeftamikha Foto: SKI Geosalma Teknik Geologi UGM

S

entra Kerohanian Islam (SKI)

Antarlembaga, Pelayanan Umat, dan

Geosalma merupakan Lembaga

Kewirausahaan.

Dakwah Kampus (LDK) Jurusan

Kegiatan yang diadakan oleh S K I

Teknik Geologi FT-UGM. SKI Geosalma dibentuk

Geosalma yaitu buka puasa Ramadhan bersama,

pertama kali karena melihat kondisi keislaman

peringatan Idul Adha di Bayat, Islamic Course,

kampus yang membutuhkan sebuah wadah khusus

sosialisasi penggunaan hijab, pengadaan “Buku

keislaman, pada tahun 1987 oleh empat mahasiswa,

Panduan Ibadah di Lapangan”, silaturahmi dosen dan

yakni Ismail Yustanto, Arif Rahmansyah, Aris

alumni, silaturahmi LDK dan organisasi luar,

Setiawan, dan Ikhsyat Syukur. Dengan visi yaitu

pengadaan jaket “Muslim Geologist”, muktamar, dll.

“Terwujudnya Teknik Geologi yang semakin Islami”,

Adapun kegiatan rutin yang dilaksanakan seperti

SKI Geosalma selalu mengalami perkembangan

kajian mingguan, kajian di sekitar kampus, pengisian

menjadi semakin baik.

artikel mading, pemeliharaan mushola jurusan,

Struktur SKI Geosalma terdiri dari Majelis

kajian buka puasa bulanan, dll. Keseluruhan

Syuro, Dewan Konsultatif, Pengurus Harian, Biro

pergerakan SKI Geosalma berlandaskan pada Al

Khusus Kaderisasi, Pengurus Bidang, dan Lembaga

Quran dan As Sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi

Kemuslimahan. Terdapat lima bidang di SKI

wasallam sesuai pemahaman salafush shalih.

Geosalma, yaitu Syiar, Media Opini, Hubungan Kajian rutin bersama dosen dan karyawan

Peringatan Idul Adha di Bayat, Klaten

Silaturrahmi dosen, Bapak Sugeng Sapto Surjono

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 48 Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 46


G

eoWeek merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh Departemen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (DTGL-UGM) dan Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi (HMTG). Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan

dalam satu minggu ini meliputi Pre-Conference Geothermal, Pre-Conference Energy, International Student Paper Contest (ISPC), Fun-Bike, Gala Dinner, Seminar Nasional, GeoExpo, Lomba Cerdas Cermat Kebumian (LCCK), Professional Fieldtrip, serta Funtrip. Tahun 2015 merupakan pelaksanaan GeoWeek yang pertama kali. Acara GeoWeek ini bertujuan untuk mensinergikan kegiatan DTGL dan HMTG UGM menjadi sebuah rangkaian kegiatan bertemakan geologi yang terpadu dan komprehensif. Tema yang diangkat pada pelaksanaan GeoWeek 2015 ini adalah Academia-Industry Linkage. Dengan mengusung tema ini, diharapkan terjalin hubungan yang saling menguntungkan antara pihak universitas dan industri. Harapannya, dapat dihasilkan lulusan-lulusan yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan industri. Akhirnya, kerjasama antara universitas dan industri dapat bersama-sama mewujudkan kemandirian bangsa. (Clorinda Donella)

Pre-Conference Energy (Seismic & Career Talk)

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 49

Pre-Conference (Geothermal)


International Student Paper Contest (ISPC)

Funbike

Gala Dinner

Seminar Nasional Kebumian

Geoexpo

Lomba Cerdas Cermat Kebumian (LCCK)

Profesional Fieldtrip

Funtrip

Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 50 Majalah Bumi Gadjah Mada Vol. 3 - 46


PRESTASI

International Student Paper Contest (ISPC) UGM 2015

Sebagai Juara I

(Teknik Geologi UGM 2011)

ADITYA PRATAMA

Selamat Kepada


Kami dari TIM BUMI GADJAH MADA mengucapkan:

Selamat atas pengukuhan

KAGEOGAMA (Keluarga Alumni Geologi Gadjah Mada) Pada tanggal 14 Oktober 2015


Memahami Bumi Memaknai Kehidupan

Jl. Grafika No.2, Sleman, DIY bumigadjahmada@gmail.com hmtg.ft.ugm.ac.id


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.