18 Mei 2013

Page 23

metropolis

22

Batam Pos, Sabtu 18 Mei 2013

Hasil UN Diumumkan lewat Radio WENNY, Batam Kota

Kunjungi Pedagang Kecil Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Syarief Hasan (kanan) Menteri Koordinasi bidang Perekonomian Hatta Rajasa melihat barang dagangan usaha kecil ketika mengunjungi lokasi pedagang kaki lima di Jodoh, Batam, belum lama ini. Dalam kunjungan tersebut, kedua menteri ini turut meresmikan kios khusus pedagang kecil yang dibangun Pemko Batam.

F.Wijaya Satria/Batam Pos

Kumpulkan Orang-orang Kreatif untuk Demo BATAM KOTA (BP) - Dinas Pariwisata Provinsi Kepri memanfaatkan momen Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei nanti, untuk mengumpulkan orang-orang kreatif, di Dataran Engku Putri Batam Centre. Sedikitnya 5.000 insan kreatif se-Provinsi Kepri akan berkumpul dan unjuk karya dalam ajang bertajuk Demonstrasi Sadar Wi­sata dan Bangkitnya Orang Kreatif, pada Senin (20/5) lusa, itu. Ada empat event bakal digelar di sana, yakni seni pertunjukan, otomotif, kuliner, dan eko­nomi kreatif. Kepala Dinas Pariwisata Pro­ vinsi Kepri, Guntur Sakti men-

gatakan, Hari Kebangkitan Nasional merupakan momentum paling pas untuk menggerakkan ma­s ya­r akat, terutama orangorang kreatif. ”Ini adalah momentum bangkitnya orang-orang kreatif,” kata Guntur di Batam Centre, kemarin. Guntur mengatakan, kegiatan akan dimulai dengan konvoi otomotif mulai pukul 14.00 WIB. Mengambil start dari Dutamas, konvoi akan bergerak ke arah Nagoya dan berakhir di Dataran Engku Putri. Di Dataran Engku Putri, komunitas wisata akan bertemu dengan komunitas kreatif. Mereka akan

F.Cecep Mulyana/bp

Guntur Sakti

menyajikan sebuah lakon Teater Bangsawan. Selama demonstrasi berlangsung, akan ada pula

display modifikasi kendaraan bermotor. Malam harinya, akan digelar pertunjukan seni dari Bintan, Batam, Tanjungpinang, dan Tanjungbalai Karimun. Tak hanya itu, dalam kegiatan nanti juga akan digelar demonstrasi kuliner besar-besaran bertajuk Wonderfood of Kepri. Gelaran kuliner itu bekerja sama dengan Batam Pos Entrepeneur School (BPES). Menurut Guntur, kegiatan de­ monstrasi ini mencakup satu wilayah Kepri. Hanya saja diadakan di Batam. ”Karena semua yang bergerak di bidang parwisata itu adanya di Batam,” ujarnya.

Kegiatan ini, sambung dia, merupakan tuntutan dari insan kreatif kepada seluruh pihak untuk lebih memperhatikan dunia pariwisata. Terlebih perhatian dari pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Semua pihak harus terpacu untuk meningkatkan daya saing wisata. Terlebih untuk mempertahankan posisi Kepri, khususnya Batam sebagai daerah kunjungan wisata ketiga terbesar se-Indonesia. ”Wisata nomor tiga itu jadi kursi panas. Soalnya semua jalur penerbangan sudah terbuka,” ucapnya. (ceu)

Propam Periksa Empat Petugas Tahanan Joko: Belum Temukan Unsur Kesengajaan dan Kelalaian Baloi (BP) - Empat petugas yang mengawal tahanan saat peristiwa kaburnya Imam Tar­ mizi, diperiksa Seksi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polresta

Barelang, Jumat (17/5). Dalam pemeriksaan itu, Propam belum menemukan ada unsur kesengajaan maupun kelalaian dari keempat petugas tersebut. Hal ini disampaikan Kepala Seksi Propam Polresta Barelang, Iptu Joko Purwanto. ”Hingga saat ini, kita belum temukan unsur kesengajaan maupun kelalaian dari petugas,” ujar Joko yang ditemui usai salat Jumat

di Masjid Polresta Barelang, kemarin. Menurut perwira dengan balok dua dipundaknya itu, perlu ada­ nya pengkajian ulang, mengingat tidak sebandingnya anggota yang jaga dengan tahanan. ”Dua orang polisi Sabara Polresta Barelang harus mengawal 58 tahanan dari Rumah Tahanan (Rutan) Baloi ke Pengadilan,” tuturnya. Dia menyebutkan, terkait

keberadaan dua anggota Provost di tempat itu, khusus mengawal Bripda Ta yang tersangkut kasus penipuan. ”Tidak ada hubungannya dengan tahanan yang lain. Dua Provost itu, hanya mengawal tersangka yang masih menjabat sebagai polisi,” sebutnya. Sebelumnya, Imam Tarmizi yang didakwa melakukan perampokan serta kepemilikan senjata

api ilegal kabur dari pengawalan Kejaksaan Negeri Batam, Selasa (14/5) siang sekitar pukul 11.45 WIB. Terdakwa kabur setelah berhasil membebaskan diri dari borgol di tangannya. Kemudian kabur ke arah Polsek Batam Kota dan dijemput pengendara motor Mio. Hingga saat ini, pelaku belum diketahui keber­ adaa­n nya. (hgt)

17 Pasien dalam Dua Jam BATAM KOTA (BP) - Keberadaan Klinik As-Syifa di Masjid Agung Batam, Batam Center, mendapat respon positif dari masyarakat. Sejak diresmikan pada 6 Mei lalu, sudah dua kali membuka praktek. Klinik As-Syifa khusus melayani jasa pengobatan gratis bagi kaum dhuafa. Klinik ini didirikan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Masjid Agung Batam dengan bekerjasama Rumah Sakit Awal Bros (RSAB). ”Calon pasien bisa langsung datang ke klinik untuk pemeriksaan gratis disertai kartu identitas dan surat keterangan tidak mampu,” kata

Syarifuddin, Di­rektur LAZ Masjid Agung Ba­tam, kemarin (17/5). Syarifuddin mengatakan, pelayanan pengobatan dimulai pukul 15.00-17.00 WIB setiap hari Jumat. Namun, waktu tersebut tidak sepenuhnya mutlak dua jam. Tergantung pasien yang men­daftar pada saat itu. Maksimal jumlah pasien 20 orang. Pekan ini, Klinik As-Syifa menerima sebanyak 17 pasien hanya dalam dua jam. ”Tiap minggu dokter jaganya selalu bergantian,” kata Retno Kusuma, dokter jaga Klinik As-Syifa. Rata-rata pasien Klinik As-Syifa para lansia. Namun, sore kemarin

tampak juga anak muda kurus yang sedang menunggu antrean periksa medis bersama ibunya. Iskandar, nama anak muda itu. Dari pengakuan ibunya, Muhriati, anaknya menderita kelainan jiwa sudah sekitar 2 tahun ini. Selama ini, belum pernah dilakukan pemeriksaan medis. ”Mahal biayanya,” ujarnya. Muhriati menyebutkan, pengobatan Iskandar pun hanya melalui dukun saja. ”Paling hanya disembur-sembur saja, tapi enggak sembuh-sembuh,” ungkapnya. Dia berharap, dapat mengetahui jenis penyakit anaknya dan bagai­ mana menanganinya. (cr4)

F.Dalil Harahap/Batam Pos

Dokter Retno Kusumo dari Rumah Sakit Awal Bros memeriksa pasien di Klinik As-Syifa, Masjid Agung Batam, Jumat (17/5).

Beralih ke Elpiji 12 Kg Sambungan dari hal 21 Pantauan Batam Pos di kawasan Batam Centre kemarin, banyak warga kesulitan mencari gas 12 kilogram. Menurut mereka, meski sudah dicari dua hari, gas 12 kg tak juga tersedia, baik di pengecer maupun pangkalan. “Sudah keliling Batam Centre, tapi enggak ada,” kata Rustam, warga Citra Indah, Batam Centre, kemarin. Gas 12 kg langka karena banyak pengguna gas melon yang beralih ke gas 12 kg. Nasruddin, pedagang ayam penyet dan lele goreng di Simpang KDA, terpaksa menggunakan gas 12 kg yang harganya Rp 105 ribu per tabung. Sebab, sudah dua minggu dia tak dapat elpiji 3 kg. Beberapa pangkalan yang ia datangi, mengaku tak punya stok elpiji tabung melon.

Karena harus tetap berjualan, ia pun harus mengeluarkan uang lebih untuk bahan bakar. Jika dalam satu malam menghabiskan tiga tabung 3 kg untuk berjualan, berarti Nasruddin hanya mengeluarkan Rp 55 ribu. “Sekarang, karena yang ada cuma 12 kg, terpaksa beli yang ini. Untuk tiga hari jualan, kami menghabiskan dua tabung 12 kg,” kata lelaki asal Jawa Timur itu. Pemilik pangkalan elpiji di Perumahan Marcelia, Edy Sutigno, mengatakan kelangkaan gas melon sudah sejak sebulan lalu. Namun, untuk gas 12 kg baru baru ini saja kosong. “Yang 12 kilogram, seminggu datang hanya lima sampai delapan tabung saja. Itu pun langsung habis dibeli warga,” kata Edy. Edy mengaku sangat mengerti

kebutuhan masyarakat terhadap gas. Apalagi, kata dia, dulu pemerintah menganjurkan mas­ yarakat meninggalkan minyak tanah dan beralih ke elpiji. “Di sekitar sini banyak yang buka usaha makanan kecil-kecilan. Kasihan kalau gas kosong, terutama yang 3 kilo,” ujarnya. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan ESDM Amsakar Achmad mengatakan, peralihan ini sudah diprediksi sebelumnya. Namun ia mengaku tak bisa berbuat banyak, karena tata niaga gas 12 kg menjadi tanggung jawab Pertamina. Pemko, kata dia, lebih fokus pada elpiji 3 kg. “Bagaimanapun masyarakat butuh bahan bakar, tentu akan ada peralihan meski sifatnya sementara,” katanya di Batam Centre, Jumat (17/5).

Sebulan 625.867 Tabung  Selama tiga bulan terakhir, ratarata pemakaian gas melon mencapai 623.827 tabung. Jumlah ini, jauh di atas kebutuhan 2012 sebanyak 6.770.208 atau rata-rata 564.184 tabung per bulan. Peningkatan permintaan ini dipicu beberapa hal. Di antaranya, pertambahan penduduk yang mencapai 8 persen pada akhir 2012, serta pertumbuhan ekonomi mikro sebesar 2 persen. Menurut Amsakar, di luar perki­ raan, banyak pedagang-pedagang kecil bermunculan di Batam, mulai dari pedagang gorengan, pecel lele, dan bisnis sejenis yang membutuhkan bahan bakar gas. Kebanyak mereka memilih meng­gunakan elpiji 3 kg karena harganya terjangkau. Upayakan Gas Kota

Amsakar mengatakan, saat ini Pemko Batam sedang menyiapkan gas bumi, sebagai energi alternatif gas elpiji. Pembicaraan rencana pembangunan instalasi gas bumi sudah dilakukan dua bulan lalu dengan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral melalui Dirjen Minyak dan Gas (Migas). Dalam pembicaraan itu, pemerintah pusat bakal membantu anggaran pembangunan pemasangan pipa gas utama. Selanjutnya, pemerintah daerah yang akan mengelolanya. Menurut Amsakar, tahun de­pan akan feasibility study. Untuk tahap awal, ada 4.000 rumah di dua kelurahan yang dialiri gas. “Tapi kita belum tentukan di kelurahan mana. Yang pasti harus dekat dengan pipa utama,” ungkapnya. (ros/cr5/cr3)

Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Batam berencana mengumumkan hasil Ujian Nasional (UN) siswa SMA-sederajat melalui media elektronik atau radio, Jumat (24/5) mendatang. Yakni melalui RRI atau Batam FM. Kebijakan ini dilakukan untuk menghindari adanya aksi konvoi dan corat-coret seragam sekolah sebagai bentuk kegembiraan lantaran lulus UN. ”Kalau konvoi kadang-kadang bisa terjadi tawuran juga. Kami menghindari yang seperti itu,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam Muslim Bidin, Jumat (17/5). Muslim mengatakan, usulan tersebut telah dikoordinasikan dengan Dinas Pendidikan Pro­vinsi Kepri. Juga disampaikan ke Wali Kota Batam Ahmad Dahlan. Pengumuman lewat radio dinilai yang paling baik dibanding alternatif lainnya. Seperti pengumuman di papan sekolah, pengumuman lewat media cetak, juga pengiriman hasil ke rumah siswa masingmasing. Pengumuman hasil UN di papan sekolah atau di media cetak masih berpotensi pada kemunculan aksi kelulusan. Siswa bisa saja berkumpul di satu tempat tertentu untuk melihat hasil UN bersamasama. ”Nanti akhirnya konvoikonvoi juga,” katanya. Disdik sempat berwacana mengirimkan hasil UN ke rumah siswa masing-masing. Namun, sekali lagi, hal tersebut dinilai tidak efektif. Disdik kekurangan tenaga untuk bisa mengirimkan hasil UN tersebut. Apabila dikirim lewat pos, Muslim khawatir penerimaan hasil akan lebih lama. Jika pengumuman dilakukan lewat radio, Disdik cukup mela­ kukan sosialisasi terkait waktu pengumuman. Masyarakat bisa siap sedia di saluran radio yang telah ditunjuk untuk mengumumkan hasil UN tersebut. ”Makanya, sudah lebih baik

f. Wijaya Satria/bp

Kalau konvoi kadang-kadang bisa terjadi tawuran juga. Kami menghindari yang seperti itu. Muslim Bidin Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam kembali ke zaman saya saja, yang pakai radio,” sebut Muslim. Disdik akan menghadiri rapat dengan Disdik Kepri di Hotel PIH, Senin (20/5) lusa. Rapat tersebut akan memutuskan cara pengumuman hasil UN. Sekaligus, menerima hasil UN untuk Kota Batam dari Disdik Kepri. Muslim mengimbau para siswa untuk tidak melakukan konvoi atau aksi corat coret seragam sekolah saat pengumuman kelulusan nanti. Konvoi atau aksi kegembiraan itu hanya akan mengganggu kenyamanan mas­yara­kat. ”Lebih baik melakukan sujud syukur di masjid. Ya untuk mensyukuri ilmu yang didapat. Supaya bisa jadi lebih bermanfaat,” katanya. ***

Bayi Berumur Dua Hari Diduga Meninggal Tak Wajar SEIBEDUK (BP) - Duka mendalam dialami pasangan Polman Nainggolan, 27, dan Hotmida br Sitohan, 26. Bayi laki-laki warga Ruli Kampung Selayan Blok R, Mukakuning, Seibeduk ini, meninggal saat mendapat perawatan medis di Rumah Sakit Camantha Sahidiya (RSCS) Mu­kakuning, Kamis (16/5) sekitar pukul 07.00 WIB. Keluarga besar Polman dan Hotmida tak terima dengan kematian anak pertama mereka itu, karena dinilai janggal dan tak wajar. Mereka menduga anak Polman sengaja dibiarkan petugas medis di RSCS. Menurut Polman, dia menduga kematian anaknya karena keracunan air ketuban karena ditelantarkan petugas medis RSCS. Sebelum meninggal, bayinya itu sempat mengeluarkan busa berwarna hijau setelah ditelantarkan beberapa jam oleh petugas medis tanpa perawatan dari dokter anak. Diceritakan Polman, Minggu (12/5) dia membawa Hotmida ke salah satu bidan di Bidaayu, Sei­beduk karena sudah ada tandatanda akan melahirkan. Namun, karena kondisi kesehatan Hotmida kurang bagus, disarankan agar dirawat di RSCS. Berbekal surat keterangan tidak mampu (SKTM), Hotmida mulai masuk ke RSCS sejak Minggu sore. ”Mungkin karena istri saya berobat pakai SKTM jadi enggak diperhatikan perawat seperti pasien umum lainnya,” sebut Polman. Sampai tengah malam, Hotmida sudah buka tiga dan pecah air ketuban namun belum bisa melahirkan secara normal. ”Saya minta operasi karena mungkin istri saya nggak bisa melahirkan normal,” katanya. Namun sampai pukul 22.00 WIB, dokter yang menangani pasien melahirkan belum juga datang. Baru setelah satu jam kemudain dokter datang dan Hotmida berhasil dioperasi. ”Ibunya sehat, tapi anak saya malah sekarat saat baru lahir. Kondisinya lemas sekali. Tubuhnya membiru, mungkin karena telat operasi makanya bayi terminum air ketuban,” terang Polman. Usai melahirkan, bayi langsung dimasukan ke ruangan ICU anak untuk mendapatkan bantuan me-

dis. Perawat dan petugas medis lainnya memasang oksigen ke hidung bayi. Sebelum dimasukan ke ICU, bayi sempat dironsen. Namun hasil ronsen itu baru dilihat dokter pagi harinya. Itupun kondisi bayi sudah benar-benar lemas. ”Saya sempat menangis waktu itu, kenapa anak saya tak segera ditangani dengan hasil ronsen ini. Sampai sekarang (kemarin, red) kami tak tahu penyakit apa anak saya sampai meninggal,” ujarnya. Dia menyebutkan, selama sehari di RSCS bayinya hanya mendapat perawatan seadanya tanpa adanya penanganan serius. ”Kami enggak tahu sakit apa anak ini, enggak terlalu kuatir,” kata Polman. Selasa (13/5) malam sekitar pukul 22.00 WIB, kata Polman, bayinya itu mendadak lemas dan mengeluarkan busah putih dari mulut. Kondisi tersebut dibiarkan sampai keesokan harinya, dan Rabu dini hari bayinya baru disentuh dokter, namun kondisinya sudah parah. Dari mulutnya keluar busah hijau. Pagi harinya, dokter Erwin minta Polman agar bayinya dirujuk ke Rumah Sakit Awal Bros. Namun belum sempat dirujuk, bayi sudah meninggal. ”Saya kecewa berat. Kenapa sudah mau meninggal baru disuruh rujuk. Kenapa tidak sejak awal ketika tahu penyakit anak saya berbahaya dan tak mampu dirawat dan harus dirujuk,” sesal Polman. Polman menyayangkan tindakan pihak medis yang menomor duakan pasien SKTM itu. ”Uang bisa dicari, tapi nyawa anak saya ini mau cari di mana,” katanya. Sementara itu, pihak RSCS yang diwakili dokter Hamdani saat dikonfirmasi mengatakan, kematian bayi dari pasangan Polwan dan Hotmida itu, bukan kesengajaan pihak medis. Kata dia, bayi itu diketahui mengidap penyakit nemonia (bocor jantung) dan meninggal secara mendadak. ”Kami sudah melakukan yang terbaik. Cuma penyakit nemonia ini susah ditebak, apalagi bayi. Dia akan parah secara mendadak seperti ini. Bukannya kami tak mau merujuk dari awal, cuma kalau kondisinya masih baik kenapa harus rujuk,” kata Hamdani. (eja)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.