10 Januari 2014

Page 6

OPINI

6

Batam Pos, Jumat 10 Januari 2014

Inspirasi politik

Ada fenomena menarik menjelang pemilu 2014 mendatang. Jika di tahun-tahun sebelumnya tak ada larangang memasang baliho ajakan memilih di jalan protokol, maka untuk pemilu kali ini KPU sudah membuat aturan tegas. Tidak boleh. Nah, kalau kita simak dulu baik itu pemilu legislatif amaupun pemilihan kepala daerah, jalan-jalan protokol selalu semrawut karena baliho-baliho calon, maka tahun ini sedikit tertib. Bahkan jumlah baliho pun di

Tertib di Luar, Semraut di Dalam jalan protokol sudah sangat jauh berkurang jika dibandingkan dulu. Tetapi, jalan salah dulu. Kalau di jalan-jalan protokol pemasangan baliho caleg cenderung tertib, tidak demikian di jalan-jalan perumahan atau pemukiman. Coba Anda saksikan saat ini. Hampir di semua jalan-jalan masuk ke perumahan atau pemukiman sudah dipenuhi oleh baliho caleg. Tak hanya memakai baliho, sebagian caleg yang tergolong kreativ ada juga memakai poster. Nah poster ini yang jadi masalah. Kadang caleg atau tim suksesnya tak melihat estetika lagi saat mau menempelkannya. Di mana

ada lokasi staregis sudah ada poster caleg. Bahkan, pohon yang oleh KPU dilarang keras sebagai tempat ditempelnya poster, ternyata berbanding terbalik di lapangan. Terus di rumah-rumah pendukung caleg juga dipasang poster atau baliho. Penempatan para poster dan spanduk caleg itu sudah semakin semrawut. Bisa diprediksi, mendekati hari H nanti, caleg akan getol melakukan kampanye kampanye lewat poster dan spanduk itu di pemukiman warga. Memang tak ada kata ajakan memilih sang caleg, tapi dengan menempelkan foto dan nomor urut partai serta nomor urut caleg, pasti

pikiran orang saat ini tentu soal pencalekan dan itu bisa dikategorikan sebagai ajakan. Jika diperhatikan, ada saja yang bertetangga mendukung calon yang berbeda. Ini terbukti dari poster atau spanduk kecil yang dipasang di depan atau pagar atau diding rumah warga. Kita berharap dengan adanya perbedaan pilihan di tengah-tengah masyarakat, tak membuat masyarakat itu sendiri jadi pecah. Warga harus bisa membedakan pilihan seseorang di pemilu dengan kehidupan bertetangga. Yang namanya saling mengejek harus kita hindarkan demi terciptanya pemilu yang bersih dan jujur di kota Batam tercinta ini. ***

Kirimkan opini Anda ke opini@batam­pos.co.id

BPJS

Kata Dahlan Iskan @KataDahlan Orang yang sering diberi pidato, kelak biasanya hanya akan minta petunjuk Kemiskinan sekarang itu lebih sulit diatasi karena bercampur dengan rasa ketidakadilan

Pencapresan Dahlan Iskan Untungkan Partai Demokrat Pemilu Presiden 2014 masih beberapa bulan lagi. Namun gaung dan riuhnya sudah mulai terdengar dan naman kandidat pun mengemuka seperti Aburizal Bakrie dari Partai Golkar, Joko Widodo dari PDI Perjuangan dan Wiranto dari Partai Hanura. Dari kalangan non partai, ada berapa tokoh yang sedang ramai diperbincangkan oleh media massa saat ini yakni CEO Jawa Pos Group, Dahlan Iskan. Dahlan Iskan benar benar menjadi harapan publik untuk Indonesia yang lebih baik. Saat ini, Dahlan sedang mengikuti konvensi yang diselenggarakan Partai Demokrat untuk mencari capres berkualitas. Berdasarkan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), dari 11 peserta yang ikut konvensi Demokrat, Dahlan memperoleh dukungan yang teratas tingkat popularitas dibanding peserta lain. Jika Partai Demokrat konsisten dengan hasil survei, maka Dahlan adalah tokoh kuat yang siap dicalonkan sebagai presiden. Partai Demokrat dinilai bakal diuntungkan jika menjadikan Dahlan Iskan sebagai capres di Pilpres 2014 mendatang. Bahkan, Dahlan yang bisa mengimbangi ketenaran Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Dahlan mempunyai daya tarik tersendiri di tengah masyarakat. Sebagai pejabat negara, Dahlan lebih senang turun langsung untuk melihat langsung kondisi riil di masyarakat. Partai Demokrat yang berada di ambang kehancuran semakin terpuruk jika tidak mengusung Dahlan sebagai capres. Konvensi yang sedang berjalan dipasti-

kan membawa nilai positif jika Demokrat memutuskan capres dari luar kader partai. Banyak orang yang sudah menyimpulkan bahwa adik ipar SBY yakni Pramono Edhie Wibowo sebagai kandidat kuat capres yang akan diusung Partai Demokrat hasil konvensi. Pengamat Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta, Basuki Agus Suparno berpendapat, konvensi capres Partai Demokrat hanya untuk mendongkrak elektabilitas partai yang terpuruk karena persoalan korupsi. Menurutnya, siapa pemenang konvensi capres Demokrat sudah bisa diramal dari sekarang dan menyesalkan terhadap sejumlah tokoh nasional yang mau terlibat sebagai peserta konvensi. Menurutnya para tokoh itu tidak bisa menangkap skenario yang dimainkan Demokrat lewat konvensi. Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Max Sopacua menyebut peluang Pramono memiliki peluang lebih besar untuk menjadi capres Demokrat dibandingkan peserta konvensi lainnya walau pun elektablitasnya masih rendah. Sementara peserta konvensi lainya seperti Gita Wirjawan, hanya dimanfaatkan untuk mengeruk duit Menteri Perdagangan itu. Informasi yang didapat, Gita menggelontorkan dana Rp7 miliar itu untuk konvensi Demokrat. Bekas petinggi Partai Demokrat, Anas Urbaningrum angkat bicara mengenai konvensi capres Partai Demokrat. Menurut Anas, menjadi Pramono Edhie

sebagai anggota Dewan Pembina Partai Demokrat merupakan usaha dari partai berlambang bintang mercy memuluskan adik ipar SBY jadi capres melalui konvensi Partai Demokrat.

Utk mengentaskan kemiskinan kita harus memberikan harapan. Bahwa harapan orang miskin harus dibangun atau manufacturing hope

Demokrat Jadi Penonton di Pilpres 2014 Sebuah lembaga survei merilis konvensi Demokrat terancam menjadi sebuah tragedi. Konvensi dirancang untuk memulihkan citra partai sekaligus mendongkrak pamor dan elektabilitas Partai Demokrat. Dalam survei yang dirilis menemukan dua penyebab yang menjadi jawaban. Pertama, elektabilitas Partai Demokrat terus merosot dari waktu ke waktu. Kedua, elektabilitas peserta konvensi Demokrat masih di bawah 10 %. Sementara elektabilitas dari capres partai lain diatas 10 %. Selain elektabilitas, capres partai demokrat pun kalah populer dengan capres dari partai lainnya. Mungkinkah Partai Demokrat bangkit di Pemilu 2014 ? PDI Perjuangan belum memutuskan siapa yang akan diusung menjadi capres pada pilpres 2014 mendatang. Namun, pengamat politik Umar Saddad Hasibuan meyakini, pada akhirnya nanti partai banteng moncong putih itu akan mengusung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Sosok yang bisa mengimbangi ketenaran Jokowi menurutnya hanyalah Dahlan Iskan. Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo merupakan pejabat yang gayanya merakyat, tidak kaku, dan track record kinerjanya baik. Dari segi pengalaman di pemerintahan, Dahlan dan Jokowi juga cukup berhasil. Jokowi saat menjadi walikota Solo Begitu pun, Dahlan sukses saat menjadi Dirut PLN. Jika Partai Demokrat tidak mau menjadi penonton di Pemilihan Presiden 2014 mendatang, satu – satu jalan mengusung Dahlan Iskan sebagai capres maupun cawapres dan SBY harus rela tidak mengusung adik iparnya sebagai capres Partai Demokrat. ***

Kirimkan keluhan atas pelayanan publik dan keadaan di sekitar Anda ke opini@ batampos.co.id. Khusus tulisan opini jumlah kata sebanyak 1.200 kata.

Toko Buku 171

Joko Dwi Cahyana Peneliti KOMA Yogyakarta

JUDUL : 200 Tip Anti Gagal Membuat cake & Roti Penulis : Purbo Tebal Buku : 200 Halaman PENERBIT : Niaga Swadaya HARGA : Rp 33.000 Alamat : Ruko Cipta Emerald Jl. Raya KDA no. 8 Batam Centre, (depan Kampus UNIBA) : 0778-475062 / Telepon 0852-71341767/ 081372150809 (Asep) atau 087894078015 (Fitri) email : tb171batam@yahoo.co.id Sinopsis Bantat, tidak matang di bagian tengah,kempes setelah keluar dari oven, atau bentuk tidak menarik. Salah satu di antaranya mungkin pernah Anda alami hingga muncul anggapan membuat kue, cake, dan roti identik dengan kata “sulit”. Belum lagi mitos-mitos membuat kue yang belum tentu benar dan justru merepotkan. Jangan takut! Tidak ada lagi kata gagal. Buku ini memberikan panduan yang benar membuat cake, kue kering, roti, roti goreng, sus, serta puff dan danish pastry. Mulai dari pemilihan alat dan bahan, teknik pembuatan, hingga tip sukses menghias cake. Dikupas tuntas berbagai permasalahan yang sering ditemui dan solusi jitunya. Lengkap dengan foto yang makin memperjelas materi. Puluhan resep yang telah teruji pun tersaji khusus untuk Anda.

Darurat Lulusan Berjiwa Entrepreneur Masih terngiang jelas dibenak penulis, betapa membludaknya animo para sarjana yang ingin mengikuti seleksi penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) tahun 2013 lalu. Puluhan lowongan yang ditawarkan pada setiap kota/ kabupaten yang membuka penerimaan CPNS, penuh sesak dijejali ribuan pelamar. Maka tak heran jika akibat dari minat yang berlebihan ini, kemudian muncul banyak permasalahan didalamnya. Secara nyata, hal ini adalah merupakan bentuk kegagalan pendidikan nasional kita dalam rangka membentuk mental entrepreneur bagi lulusannya. Menjadi pegawai, baik itu pegawai pemerintah maupun swasta memang bukan hal yang buruk ditinjau dari jenjang karir. Namun yang menjadi fokus permasalahan bagi penulis adalah pengharapan lulusan institusi pendidikan kita yang saat ini bisa dikatakan ‘sangat berlebihan’ untuk menjadi pegawai, khususnya untuk menjadi pegawai negeri sipil. Melihat fenomena seperti ini, esais terkenal, Jakob Sumardjo dalam sebuah artikelnya menyebutkan bahwa Indonesia memang negeri pegawai. Beliau memberikan sebuah perbandingan, mereka yang membuka usaha sendiri dirumah, meskipun sukses besar, namun mereka cenderung menganggap dirinya “tidak bekerja”. Untuk menutupi harga dirinya ketika ditanya pekerjaan, mereka umumnya akan berlindung dibalik profesi “wiraswasta”. Hal ini merupakan bukti nyata sebuah eufimisme dimasyarakat kita untuk menutupi nasib “malang” mereka ketika tidak menjadi seorang pegawai. Cermin buram seperti ini tentu bukan hal yang tak kasat mata jika kita berani secara tegas mengakui kegagalan dari tujuan pendidikan nasional kita. Dalam

UU No. 20 tahun 2003 pada pasal 3 tentang Sisdiknas, secara jelas disampaikan bahwa tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Memang ketika telah menjadi seorang pegawai, tujuan dari pendidikan nasional yang mencakup aspek cakap, kreatif, dan mandiri tercapai. Permasalahannya yakni ketika para lulusan institusi ini terlalu bergantung hanya ingin menjadi pegawai saja. Ketika hal itu terjadi, maka aspek cakap, kreatif, dan mandiri tentu jauh dari kata tercapai. Alhasil, angka pengangguran akan turut meningkat seiring ketidak beranian para lulusan institusi pendidikan untuk berwira usaha. Usaha yang dibangun sendiri, meskipun hanya usaha kecil jika ditopang dengan jiwa entrepreneur yang bagus nyatanya terbukti cukup tangguh menyangga perekonomian negeri ini ketika krisis moneter terjadi. Menurut Bambang Suharno, dalam bukunya yang berjudul “Langkah Jitu Memulai Bisnis dari Nol”, mentalitas seorang entrepreneur memiliki dua ciri. Pertama, jika mengeluarkan uang, sebagian uang yang keluar bisa kembali. Hal ini berbeda dengan orang yang bermental pegawai (karyawan), ia akan membelanjakan uangnya untuk sesuatu yang tidak kembali. Kedua, jika mengerjakan sesuatu, segera mencari penggantinya. Hal ini berarti, seseorang yang memiliki jiwa entrepreneur tidak akan senang jika hanya berkutat pada pekerjaan teknis saja. Ia akan segera men-

Inti pencarian hidup seseorang sebanarnya bukanlah kesuksesan, tapi kebahagiaan

delegasikan pekerjaannya itu kepada orang kepercayaannya dan kemudian segera mencari peluang usaha baru. Sayangnya, budaya pendidikan di Indonesia jelas kurang mendukung pengembangan jiwa kewirausaan ini. Kurikulum yang ada nyatanya hanya memprioritaskan pengenalan mengenai kompetensi yang harus dikuasai pada mata pelajaran pokok saja. Alhasil, jika ingin mengenalkan dan menanamkan jiwa entrepreneurship pada anak didik, setiap isntitusi pendidikan harus melakukannya atas inisiatif sendiri. Sebenarnya, penanaman jiwa entrepreneurship tidak selalu identik dengan berbisnis semata. Penanaman jiwa entrepreneur lebih ditekankan untuk dapat membentuk pribadi yang mandiri, memiliki kecakapan hidup (life skill), dan melatih kepemimpinan (leadership). Dengan begitu, setiap lulusan institusi pendidikan akan mampu mendayagunakan potensi diri dan kreativitasnya untuk “menghasilkan” atau minimal memenuhi kebutuhannya sendiri. Merekapun akan mampu dan cakap dalam mengelola keuangan mereka sendiri, khususnya yang berkaitan dengan hal-hal bersifat produktif. Oleh karena itu, upaya menanamkan jiwa entrepreneur melalui sistem pendidikan nasional yang kini telah ada perlu diperbaiki dan lebih ditingkatkan lagi keefektivitasannya. Jika tidak, maka ancaman darurat lulusan institusi pendidikan yang berjiwa entrepreneur akan semakin nyata menghinggapi negara ini. Akibatnya tentu bisa ditebak, angka pengangguran akan terus meningkat sehingga menyebabkan perkembangan perekonomian nasional menjadi tidak sehat. ***

BPJS Bikin Masyarakat Bingung

Pangki T Hidayat Alumni jurusan S.1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Menangkap ikan memakai pukat Pulang ke darat kembangkan layar Pelaksanaan BPJS mengecewakan masyarakat Mau berobat diminta bayar


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.