Harian Bangka Pos edisi 01 April 2009

Page 16

16

RABU 1 APRIL 2009

community news

BANGKA POS

Golkar Tetap Pro Rakyat S UASANA jalan utama Kota Toboali pada kampanye terbuka Partai Golkar berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Sepanjang jalan mulai dari Desa Air Bara hingga Kota Toboali dipenuhi bendera Golkar. Meskipun hujan terus mengguyur, namun massa pendukung Partai Golkar di Bangka Selatan tetap memadati Lapangan Merdeka Toboali untuk menyaksikan kampanye terbuka Partai Golkar. Tidak hanya orasi, namun kampanye terbuka tersebut juga dimeriahkan dengan artis lokal dan Jakarta, seperti Lulu Lia Sari dan Risky KDI 4. Seluruh caleg asal Partai Golkar baik untuk DPRD Basel maupun DPRD Provinsi Babel ikut tampil, tak ketinggalan caleg DPR RI H Rusnilawati. Ketua DPD Partai Golkar Bangka Selatan, Justiar Noer, meskipun tidak memberikan orasi karena belum mendapat izin cuti kampanye, kepada Bangka Pos Group, menjelaskan Partai Golkar sekarang dan ke depan akan tetap pro rakyat. Golkar sudah terbukti dan teruji untuk memperjuangkan nasib rakyat. Karena itu, Justiar mengharapkan agar kader-kader Partai Golkar yang akan maju dalam bursa pemilihan legislatif April mendatang harus menguatkan komitmen untuk tetap ada, hidup, berjuang dan menyuarakan aspirasi rakyat. Sebab kepercayaan yang diberikan rakyat dalam pemilihan nanti merupakan sebuah amanah yang menuntut tanggung jawab.

“Saya sungguh yakin bahwa kader-kader Partai Golkar sebagai caleg DPRD Basel, propinsi maupun DPR RI merupakan tokohtokoh yang terpilih dan berasal dari rakyat. Karena itu, kita berjuang secara fair, serahkan sepenuhnya kepada pilihan rakyat. Sebab rakyat lebih tahu, wakilnya yang layak dan terpercaya untuk menyalurkan aspirasi mereka di kursi dewan nanti,” kata Justiar. Justiar menegaskan Partai Golkar bukan merupakan partai yang menganut paham NATO (no action talk only--red). Karena Partai Golkar bukan memberikan janji tetapi menunjukkan bukti. Juru Kampanye Partai Golkar, Marsidi, berkali-kali mengajak warga dan simpatisan Golkar agar tetap bersama Golkar untuk maju bersama membangun Bangka Selatan. “Jangan lupa tanggal 9 April, buka kertas suara, lihat nomor 23, contreng caleg Golkar yang menjadi pilihan suara hati anda,” ajak Marsidi.(Respi Leba/adv)

MARSIDI Satar, saat berorasi dalam kampanye terbuka Partai Golkar di Lapangan Merdeka Toboali.

FOTO-FOTO:RESPI LEBA

PARA caleg asal Partai Golkar juga ikut tampil naik ke panggung dalam kampanye terbuka

SIMPATISAN joget bersama artis memeriahkan kampanye terbuka Partai Golkar di Lapangan Merdeka Toboali

SALAH satu simpatisan Partai Golkar rela menggunduli rambut dan hanya menyisakan angka 23 pada rambut. Simpatisan ini ikut memeriahkan kampanye terbuka Partai Golkar di Lapangan Merdeka Toboali

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 8

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PELARANGAN KEGIATAN PELACURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, Menimbang : a. bahwa pelacuran merupakan perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma dalam kehidupan masyarakat dan dapat mengganggu keamanan, ketentraman, dan ketertiban masyarakat; b. bahwa dalam upaya melestarikan nilai-nilai luhur budaya masyarakat yang tertib dan dinamis serta dalam rangka mencegah pelanggaran terhadap praktek-praktek pelacuran di Kabupaten Bangka Selatan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pelarangan Kegiatan Pelacuran; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3039); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469); 3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4268); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4737); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukun Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan Nomor 7 Tahun 2005 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2005 Nomor 3 Seri D); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Bangka Selatan Nomor 21 Tahun 2006 tentang Ketertiban Umum (Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2006 Nomor 12 Seri E); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN dan BUPATI BANGKA SELATAN MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PELARANGAN KEGIATAN PELACURAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bangka Selatan. 2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 4. Bupati adalah Bupati Bangka Selatan. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangka Selatan. 6. Pelacuran adalah hubungan seksual di luar pernikahan yang dilakukan oleh pria atau wanita, baik ditempat berupa hotel Restoran, Tempat Hiburan atau Lokasi pelacuran ataupun ditempat-tempat lain di daerah dengan tujuan mendapatkan imbalan jasa. 7. Tim adalah tim yang dibentuk dengan keputusan Bupati yang keanggotaannya terdiri dari Dinas/ Instansi dan pihak terkait. 8. Pelarangan adalah sesuatu yang tidak diperbolehkan/ tidak diperkenankan. 9. Pelacur adalah setiap orang baik pria maupun wanita yang menjual diri kepada umum untuk melakukan hubungan seksual diluar pernikahan. 10. Tempat Pelacuran adalah tempat-tempat seperti, rumah penginapan, losmen, hotel, asrama, rumah penduduk, rumah sewa/kontrakan, tempat hiburan, gedung tempat tontonan, atau tempat-tempat lain yang dibuat khusus untuk pelacuran. 11. Hubungan seksual adalah hubungan perkelamin antara dua jenis kelamin yang berbeda atau dua jenis kelamin yang sama. BAB II PELARANGAN Pasal 2 (1) Setiap orang di daerah baik sendiri-sendiri ataupun bersama-sama dilarang mendirikan dan/atau mengusahakan atau menyediakan tempat dan/atau orang untuk melakukan pelacuran. (2) Siapapun di daerah dilarang baik secara sendiri ataupun bersama-sama untuk melakukan perbuatan pelacuran. (3) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) Pasal ini, berlaku juga bagi tempat-tempat hiburan, hotel, penginapan atau tempat-tempat lain di daerah. Pasal 3 Setiap orang dilarang membujuk atau memaksa orang lain baik dengan cara ucapan, tulisan, gambar, gerak tubuh, tanda atau cara lain, baik dengan atau tanpa menggunakan sarana sehingga tertarik untuk melakukan pelacuran. Pasal 4 (1) Setiap orang yang sikap atau perilakunya mencurigakan, sehingga terbukti bahwa ia/mereka pelacur dilarang berada di jalan-jalan umum, di lapangan–lapangan, di rumah penginapan, losmen, hotel, asrama, rumah penduduk/kontrakan, warungwarung kopi, tempat hiburan, gedung tempat tontonan, disudut-sudut jalan atau dilorong-lorong jalan atau tempat-tempat lain daerah. (2) Siapapun dilarang bermesraan, berpelukan dan/atau berciuman yang mengarah kepada hubungan seksual, baik di tempat umum atau ditempat-tempat yang kelihatan oleh umum. BAB III PENINDAKAN DAN PENGENDALIAN Pasal 5 (1) Bupati berwenang menutup dan menyegel tempattempat yang digunakan sebagai tempat pelacuran. (2) Tempat-tempat yang ditutup sebagaimana dimaksud

KENDATI diguyur hujan, namun massa Partai Golkar tetap memadati Lapangan Merdeka Toboali untuk mengikuti kampanye terbuka.

pada ayat (1) pasal ini, dilarang dibuka kembali sepanjang belum ada jaminan dari pemilik/ pengelolanya bahwa tempat itu tidak akan digunakan lagi untuk menerima tamu dengan maksud melakukan perbuatan pelacuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini. Pasal 6 Terhadap orang yang terjaring razia karena melanggar ketentuan Pasal 4 Peraturan Daerah ini, Bupati atau pejabat yang ditunjuk mengembalikan yang bersangkutan kepada keluarganya atau tempat tinggalnya melalui Instansi terkait untuk dibina. Pasal 7 Pengendalian terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Tim. Pasal 8 (1) Setiap masyarakat atau siapapun berkewajiban untuk melaporkan kepada petugas atau pejabat yang berwenang apabila ia mengetahui langsung atau menduga kuat sedang berlangsungnya kegiatan pelacuran. (2) Petugas atau pejabat yang berwenang setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, wajib menindaklanjutinya serta memberikan perlindungan kepada si pelapor. BAB IV PENYIDIKAN Pasal 9 Penyidikan atas pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) Peraturan Daerah ini, dilakukan oleh Penyidik Umum dan/atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 10 (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 Peraturan Daerah ini, mempunyai wewenang dan kewajiban melaksanakan penyidikan sebagai berikut : a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang terhadap adanya tindak pidana; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. melakukan penyitaan benda atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. mengambil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindakan pidana dan selanjutnya melalui Penyidikan Umum memberitahu hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarga; i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

SEKRETARIAT DAERAH BAGIAN HUKUM

ini, memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum sesuai ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. BAB V KETENTUAN PIDANA Pasal 11 (1) Barang siapa melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Daerah ini, diancam kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah Pelanggaran. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Pasal 13 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Selatan.

Ditetapkan di Toboali pada tanggal 3 Juni 2008 BUPATI BANGKA SELATAN, ttd JUSTIAR NOER

Diundangkan di Toboali pada tanggal 3 Juni 2008 Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN, ttd ANDI HUDIRMAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 7


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.