Harian Pagi Bangka Pos Edisi 09 Maret 2010

Page 26

opini Satu Abad Hari Wanita Internasional

10

SELASA 9 MARET 2010

DI KALANGAN gerakan perempuan di seluruh dunia, 8 Maret biasanya diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional. Tentu hal ini tak terjadi begitu saja, penentuannya berawal dari tahun 1908 ketika menjawab tuntutan kaum perempuan, Partai Sosialis Amerika Serikat mengusulkan hari terakhir bulan Februari dijadikan hari demonstrasi untuk persamaan hak politik (hak untuk memilih dalam pemilihan umum) kaum perempuan. Hari Perempuan Amerika ini (28 Februari 1908) mendapat perhatian sangat besar dari kaum feminis dan sosialis seluruh dunia dan mendorong aksi solidaritas yang terorganisasi oleh berbagai kelompok buruh perempuan Amerika Serikat. Sejarah Perjuangan Kaum Wanita Di tahun 1910,pada konferensi kedua perempuan sosialis sedunia di kota Kopenhagen, Clara Zetkin, seorang aktifis gerakan perempuan dan tokoh sosialis, menentang sikap separatis dari gerakan perempuan suffragist (menuntut hak pilih dalam pemilihan umum) mengajukan usul untuk menginternasionalkan eksperimen Amerika itu dan menjadikan 8 Maret sebagai Hari Perempuan Internasional, dengan slogan “hak pilih untuk semua orang”. Peristiwa-peristiwa ini terjadi dalam konteks pasang naik gerakan perempuan di seluruh dunia pada awal abad ini (di Indonesia muncul Kartini dengan pemikiran dan aksinya). Saat itu kaum perempuan sudah terorganisasi dan gerakannya meluas di Eropa dan Amerika yang tercermin dari terbentuknya International Women Suffrage Alliance (1904). Awal abad ini

POS BELITUNG

(8 Maret 1910 - 8 Maret 2010) marak dengan diorganisasikannya protes , demonstrasi, pemogokan buruh, dan kampanye persamaan hak dan menentang penindasan terhadap buruh perempuan. Di Inggris, hari perempuan internasional menjadi peringatan tahunan sesudah perang dunia ke dua. Di Amerika, peringatan hari perempuan internasional menjadi peringatan tahunan sejak munculnya Gerakan Pembebasan Perempuan yang lahir bersamaan dengan gerakan hak-hak sipil dan gerakan perdamaian anti perang pada tahun 1960-an, yang terus berkembang dan meluas. Setelah tahun 1975, PBB menetapkan sebagai tahun internasional perempuan, yang kemudian pada tahun 1976 hingga 1985 ditetapkan sebagai “Dasa Warsa Perempuan”. Sesungguhnya pada tahun 1977, Majelis Umum PBB menerima resolusi yang menetapkan satu hari internasional untuk perempuan. PBB mengajak semua negara anggota untuk memproklamasikan satu hari sebagai Hari PBB untuk Hak Asasi Perempuan dan Hari Perdamaian Dunia, yang penetapan harinya diserahkan pada masing-masing negara. mayoritas negara menetapkan 8 Maret , yang memang sudah dikenal sebagai Hari Perempuan Internasional. PBB sendiri pada tahun 1978 menetapkan tanggal 8 Maret dalam daftar hari libur resmi. Jejak Kaum Wanita Indonesia Untuk Indonesia April sering dikatakan

Oleh : Isminarti, SE Pengurus Lembaga Pembinaan Insani (LPI) Babel

sebagai “Bulannya Wanita”. Entah darimana asal muasalnya julukan itu, yang jelas di bulan ini ada tanggal istimewa bagi Wanita Indonesia yaitu 21 April, hari kelahiran RA Kartini. Ia dicatat dalam sejarah sebagai tokoh Pejuang Emansipasi Wanita Indonesia. Kelahirannya diperingati di mana-mana, walaupun kadang menjadi rancu karena itu berarti adalah Lomba Busana Kartini, lomba membaca surat-surat Kartini, dan lainnya yang tidak mencerminkan apa yang diperjuangkan. Kalau toh ada yang mencoba mengenang dengan melakukan kajian atau seminar, kadang temanya pun menjadi sangat bias. Realitas Emansipasi Selalu akan ada pro kontra tentang makna emansipasi itu sendiri. Pendapat pertama akan mengatakan, emansipasi adalah persamaan hak seluasnya antara pria dan wanita dalam berbagai hal dan bidang. Karenanya pembatasan terhadap emansipasi itu, berarti sudah bukan emansipasi lagi. Sementara pendapat lain mengatakan, emansipasi selalu dengan

pembatas. Artinya, tidak semua bisa dipersamakan antara pria dan wanita. Karena pada dasarnya pria dan wanita memang berbeda, sehingga fungsi dan perannya jelas sangat berbeda. Wanita dan pria adalah dua makhluk yang diciptakan untuk saling melengkapi, sudah ada jalur dan tugasnya masing-masing. Bagaimana pun pro kontra itu bergulir, semuanya berpijak pada argumen masing-masing. Kalau dicermati, kita akui saat ini cukup banyak perempuan Indonesia berkiprah di berbagai bidang. Ditinjau dari sisi prestasi dan kemampuan, banyak perempuan Indonesia bisa menunjukkan hal itu. Kita bisa menyaksikan dari mulai bupati, menteri hingga presiden semua pos-pos elit tersebut pernah diisi oleh kaum wanita. Di luar hal itu, kita pun tidak bisa menutup mata pada banyaknya perempuan Indonesia yang mengandalkan sensualitas bahkan seksualitas untuk meraih prestasi, strata sosial atau malah untuk sekadar menutupi kebutuhan gaya hidupnya. Karena mindsetnya adalah sensualitas dan seksualitas, maka mereka tidak segan untuk menonjolkan sisi tersebut baik dalam busana, penampilan ataupun pekerjaannya. Mereka rela menjadi objek sekelompok orang yang mencari keuntungan dari bisnis seperti ini. Dengan dipoles predikat pekerjaan, profesionalisme, seni atau apa pun untuk tampil seronok.

Ketika secara sunnatullah terjadi protes di masyarakat, karena tidak ada budaya atau agama di Indonesia yang bisa membenarkannya, mereka menganggap itu bukan urusan mereka. Mereka kehilangan empati terhadap sesama perempuan bahkan masyarakat tempat ia tinggal, hanya demi egoisme pribadi. Mengapa dikatakan tidak mempunyai empati? Di dalam diri seorang perempuan, seharusnya selalu ada naluri “ibu” yang bersifat mendidik, mengasuh, memberi teladan. Perempuan Indonesia seharusnya bisa menjadi “ibu” bagi seluruh anak bangsa. Karenanya, segala tingkah laku, prestasi atau semua yang dilakukan, seyogyanya selain untuk diri sendiri, keluarga, lingkungan tentu saja untuk keteladanan bagi generasi berikutnya. áBetapa menyedihkan, ketika sejarah hidup kita mencatat lembaran kontroversi yang tidak membuahkan hasil positif selain keegoisan, mempermalukan diri sendiri bahkan kaum perempuan secara umum. Tentu saja, hal seperti ini bisa dihindari, seandainya saja perempuan bisa lebih cerdas dalam menjalani kehidupannya. Seperti dikatakan di awal, Tuhan menciptakan manusia dengan potensi yang sama baik pria maupun wanita. Sudah saatnya para wanita Indonesia, “mari kita goreskan pena sejarah hidup masing-masing dengan prestasi, keteladan dan kebaikan sehingga sejarah perempuan Indonesia akan mnjadi pembentuk Sejarah Ibu Bangsa yang menjadi teladan bagi Anak Bangsa di kemudian hari”.(*)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.