BAB I
Serangga Berguna
TIU : Dapat mengetahui manfaat serangga berguna dikaitkan dengan bidang pertanian dan aplikasi kehidupan harian. TIK : Dapat menjelaskan konsep, ruang lingkup, karakteristik dan manfaat serangga berguna di bidang pertanian.
1.1. Pendahuluan Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga di bidang pertanian banyak dikenal sebagai hama (Kalshoven 1981). Sebagian bersifat sebagai predator, parasitoid, atau musuh alami (Christian & Gotisberger 2000). Kebanyakan spesies serangga bermanfaat bagi manusia. Sebanyak 1.413.000 spesies telah berhasil diidentifikasi dan dikenal, lebih dari 7.000 spesies baru di temukan hampir setiap tahun. Karena alasan ini membuat serangga berhasil dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi, kemempuan memakan jenis makanan yang berbeda, dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya (Borror 1998). Serangga memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Bila mendengar nama serangga, maka selalu diidentikkan dengan hama di bidang pertanian, disebabkan banyak serangga yang bersifat merugikan, seperti walang sangit, wereng, ulat grayak, dan lainnya. Serangga dapat merusak tanaman sebagai hama dan sumber vektor penyakit pada manusia. Namun, tidak semua serangga bersifat sebagai hama atau vektor penyakit. Kebanyakan serangga juga sangat diperlukan dan berguna bagi manusia. Serangga dari kelompok lebah, belalang, jangkrik, ulat sutera, 1
kumbang, semut membantu manusia dalam proses penyerbukan tanaman dan menghasilkan produk makanan kesehatan (Metcalfe & William 1975). Serangga juga sangat berperan dalam menjaga daur hidup rantai dan jaring-jaring makanan di suatu ekosistem. Sebagai contoh apabila benthos (larva serangga yang hidup di perairan) jumlahnya sedikit, secara langsung akan mempengaruhi kehidupan ikan dan komunitas hidup organisme lainnya di suatu ekosistem Sungai atau Danau. Di bidang pertanian, apabila serangga penyerbuk tidak ditemukan maka keberhasilan proses penyerbukan akan terhambat (Nazaruddin 1993).
1.2. Karakteristik Morfologi Serangga Umumya tubuh serangga terbagi atas 3 ruas utama tubuh (caput, torak, dan abdomen). Morfologi Serangga pada bagian kepala, terdapat mulut, antena, mata majemuk (faset) dan mata tunggal (ocelli). Pada bagian torak, ditemukan tungkai 3 pasang dan spirakel. Sedangkan di bagian abdomen dapat dilihat membran timpanum, spirakel, dan alat kelamin (Arnest dkk 1981) (Gambar rajah 1). Pada bagian depan (frontal) apabila dilihat dari samping (lateral) dapat ditentukan letak frons, clypeus, vertex, gena, occiput, alat mulut, mata majemuk, mata tunggal (ocelli), postgena, dan antena (Gambar rajah 2 & 2). Sedangkan toraks terdiri dari protorak, mesotorak, dan metatorak dan embelan-embelannya. Dibagian ini ditemukan letak tungkai dengan ruasruasnya seperti coxa, throchanter, femur, tibia, tarsus dan pretarsus. Sayap dengan letak pembuluh membujur dan melintang, notum pleuron, sternum, pescutum, scutum, dan postscutellum. Abdomen serangga berruas-ruasnya dengan embelan-embelan, serta alat kelamin. Letak tergum, pleural membran, sternum, spirakel, epiproct, cercus, paraproct, valvula 1,2,3 dan valviler 1 & 2 dan ovipositor dapat dengan mudah terlihat dan ditentukan pada belalang (Valanga nigricornis sp).
2
3
1.3. Manfaat dan Peranan Serangga Serangga memiliki protein yang tinggi, energi, dan sejumlah vitamin dan mineral. Penelitian tentang pemanfaatan serangga sebagai salah satu sumber makanan sudah lama dilakukan. Salah satunya dilakukan oleh WS Bristowe pada tahun 1932 yang meneliti di Laos dan Siam (dikenal dengan Thailand). Jenis serangga yang dikonsumsi bervariasi dan dalam jumlah yang sangat banyak, antara lain: (1) binatang air kecil (sejenis kepiting); (2). belalang; (3). Laba-laba; (4). Lipas; (5). Jangkrik; (6). Kumbang; (7). Lebah Madu; (8). Anai-Anai; (9). Rayap; (10). Semut; (11). Kutu; dan (12). Ulat bulu. Di Thailand, serangga dikonsumsi dalam bentuk telur, larva, atau dewasa, baik mentah maupun sesudah dipanggang, direbus, atau digoreng. Mereka memasaknya dengan beberbagai jenis bumbu antara lain bawang putih,daun jeruk, buah jeruk, garam, dna saos kari udang, yanag adapat meningkatkan aroma dan cita rasa dari serangga. Salah satu jenis bumbu saos yang terkenal adalah Saos Nam Phala (terbuat dari campuran udang). Serangga tersebut dikonsumsi berbagai lapisan masyarakat, termasuk kalangan istana di Bangkok. Kebiasaan mengkonsumsi serangga juga dikenal di Indonesia, namun hanya pada golongan masyarakat tertentu, dan pada skala terbatas. Ada beberapa jenis serangga yang sangat populer dan diusahakan komersil, seperti lebah madu, jangkrik, rayap, ulat sutera, dan semut. Jenis serangga lainnya belum dibudidayakan, tetapi diburu di alam seperti belalang, laba-laba, kutu, kumbang kelapa, dan ulat sagu. Ulat sagu sangat digemari oleh masyarakat Ambon karena rasanya manis, lunak dan lezat. Bahkan Prof. Dr. Ir. Dodi Nadika, pakar rayap IPB menjadikan Cryptotermes cynocepphalus light (Rayap Kayu Kering = RKK) sebagai permen. RKK mengandung protein yang cukup tinggi, sekitar 14.2 persen dari bobot basah tubuh atau 55.7 persen dari bobot kering tubuh, karbohidrat 10.2 persen, dan lemak 25.2 persen terhadap bobot kering tubuh. Pembuatannya dilakukan dari pekatan protein dicampur HFS (sirup fruktosa tinggi, dimasak pada suhu 70-100 derajat celcius, ditambahkan gelatin, dilakukan proses penghilangan busa, pendinginan, dan pencetakan. Penggemar lebah madu/tawon mengambil madu, lilin tawon, susu madu, perekat lebah bernilai ekonomis, dan larvanya dengan cara berburu di alam. Banyak warga mengkonsumsi larva, mencampurnya dengan gandum seperti pembuatan bakwan yang digoreng (Rismunandar 1981). 4
Belalang dan jangkrik digemari penduduk Indonesia di kawasan timur. Mereka memenggang atau menyangrainya, rasanya lembut dan segurih udang. Peluang dan prospek memanfaatkan serangga sebagai sumber protein hewani sangat besar. Dari hasil analisis ternyata berabgai jenis serangga mempunyai kandungan protein dan lemak yang tinggi. Sebagai contoh, laba-laba mengandung protein sebesar 64.3 persen dan lemak sebanyak 9.8 persen. Pada kondisi krisis ekonomi saat ini, mengkonsumsi serangga merupakan salah satu alternatif yang baik. Persoalannya, masih banyak warga masyarakat kita belum terbiasa melakukannya. Penduduk pada beberapa kawasan di Indonesia (seperti Irian) mengkonsumsi belalang sebagai sumber lauk sehari-hari, namun tidak populer di kawasan lainnya. Maka perlu dimasyarakatkan cara mengolah dan memasaknya untuk mendapatkan cita rasa yang nikmat. Dari sudut pandangan agama, mengkonsumsi serangga bukan hal yang diharamkan. Prospek pemanfaatn serangga terbuka luas. Kebutuhan konsumsi bisa ditingkatkan lewat kampanye penyadaran sedang sedian serangga masih sangat besar dan biaya investasi relatif sangat kecil. Serangga sangat mampu beradaptasi dengan lingkungannya, pengelolaan relatif mudah, cukup dengan menggunakan teknologi sederhana. Munculnya peluang wisata konsumsi makanan dari berbagai jenis serangga adalah suatu keunggulan komparatif. Jangkrik dan semut dijadikan sumber makanan protein hewani, selain sebagai pakan burung, ikan hias, udang, umpan pancing, dan banyak spesies lainnya yang berguna bagi kehidupan. Serangga juga membantu proses penyerbukan pada berbagai macam tanaman, di samping berperan sebagai pengurai (dekomposer), bioindikator lingkungan, membantu di bidang kesehatan, dan bernilai ekonomis sebagai bahan perhiasan dan diperjualbelikan. Serangga berperan di bidang pertanian, seperti melakukan penyerbukan yang dilakukan lebah (Rismunandar 1981), SPKS Elaeidobius kamerunicus dan Thrips hawainensis. Serangga penyerbuk coklat (Forcipornyia spp), bersifat predator, parasitoid ataupun musuh alami pada tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan (Kusumah 1994).
5
Rangkuman Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Kebanyakan spesies bermanfaat bagi manusia. Serangga memiliki protein yang tinggi, energi, dan sejumlah vitamin dan mineral. Jenis serangga yang dikonsumsi bervariasi dan dalam jumlah yang sangat banyak, antara lain: (1) binatang air kecil (sejenis kepiting); (2). belalang; (3). Laba-laba; (4). Lipas; (5). Jangkrik; (6). Kumbang; (7). Lebah Madu; (8). Anai-Anai; (9). Rayap; (10). Semut; (11). Kutu; dan (12). Ulat bulu. Jangkrik dan semut dijadikan sumber makanan protein hewani, selain sebagai pakan burung, ikan hias, udang, umpan pancing, dan banyak spesies lainnya yang berguna bagi kehidupan. Serangga juga membantu proses penyerbukan pada berbagai macam tanaman, di samping berperan sebagai pengurai (dekomposer), bioindikator lingkungan, membantu di bidang kesehatan, dan bernilai ekonomis sebagai bahan perhiasan dan diperjualbelikan.
6