RADAR LAMPUNG | Minggu, 19 Mei 2013

Page 14

14

MINGGU, 19 MEI 2013 3

Pamong Budaya Andiyani Hikmawati, S.S.

Tak Ingin Budaya Tenggelam

Andiyani Hikmawati, S.S.

KEANEKARAGAMAN budaya menyimpan potensi besar yang berguna menggerakkan pembangunan karakter bangsa. Ini akan tercapai bila dikelola secara tepat layaknya sumber daya alam. Namun, tak bisa dipungkiri, fungsi dan tugas pemerintah di bidang kebudayaan selama ini memang sangat terbatas. Di sinilah, Andiyani Hikmawati, S.S. berperan. Ia ditunjuk sebagai pamong budaya wilayah kerja Lampung oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Peran besarnya adalah memaksimalkan pengelolaan kebudayaan yang ada di Sai Bumi Ruwa Jurai ini. Dalam benaknya telah terptri agar kebudayaan tidak terkikis arus globalisasi pasar. Sebab, masuknya kebudayaan luar nyaris tak terbendung. Kebudayaan ini tidak selalu sesuai dengan kepribadian bangsa. ”Bila tak segera direspons, kondisi itu diyakini bakal membawa masalah besar,” ujarnya kepada Radar Lampung kemarin. Andiyani menuturkan, pamong budaya mengemban misi sebagai inspirator dan motor penggerak kebudayaan. Tugas pokok dan tanggung jawabnya adalah melaksanakan kegiatan teknis pembinaan serta pengembangan kebudayaan. Salah satunya menggali dan menyemai nilai budaya dari berbagai sisi. ”Misalnya, nilai kesejarahan, seni, tradisi, kepercayaan, permuseuman, dan kepurbakalaan,” ujarnya. Alhasil, seorang pamong budaya diharapkan menjadi agen perubahan untuk mengangkat kebudayaan di daerahnya. Ini lantaran kehadiran pamong budaya diharapkan dapat mendorong kebudayaan sebagai alat utama dalam membangun karakter dan jati diri bangsa. Konsekuensinya, setiap pamong budaya harus bersedia ditempatkan di berbagai daerah yang mencakup 33 provinsi di Indonesia. Terutama di daerah yang berpredikat 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal). ’’Tugas kami selama satu tahun tinggal dan hidup menyatu dengan masyarakat. Mulai dari mendampingi sekolah dalam pengembangan budaya hingga mengelola aset-aset kebudayaan Indonesia,” ujarnya. Tantangan itu tidak menjadi masalah bagi gadis kelahiran Nambahdadi, Terbanggibesar, Lampung Tengah, 25 tahun silam itu. Pasalnya, dirinya sudah begitu termotivasi untuk berperan serta dalam proses pengembangan kebudayaan. Ia berharap masyarakat Lampung yang terdiri atas berbagai suku dapat mengenal, mencintai, dan peduli terhadap budaya. Selain itu, kata dia, setiap masyarakat wajib mempertahankan nilai tradisinya yang merupakan identitasnya. Dalam tugasnya, Andiyani turut

berupaya mengembangkan komunitas-komunitas pencinta budaya. Kemudian juga memasyarakatkan museum sebagai wahana pendidikan dan rekreasi. Sementara kegiatan pamong yang sedang berjalan sekarang ini, antara lain, mendaftar bangunan-bangunan yang diduga cagar budaya dan mendaftar ulang sebagai cagar budaya (situs, struktur, bangunan, cagar budaya bergerak) di Lampung. Di sisi lain, menuntutnya, tugas pamong lebih banyak berada di lapangan sehingga perempuan lajang harus menjaga komunikasi dengan keluarga. Beruntung, keluarga sangat mendukung dan tidak begitu mempersoalkan urusan berumah tangga. Di antara bentuk dukungan keluarga diluapkannya dengan sering memberi saran mengenai hal-hal apa yang harus dilakukan. ”Keluarga juga yang membantu memberi informasi mengenai objek-objek budaya yang perlu mendapat perhatian lebih,” ungkapnya. (sur/c2/dna)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.