RADAR LAMPUNG | Jum'at, 31 Desember 2010

Page 31

OPINI

JUMAT, 31 DESEMBER 2010

Deputy General Manager: Suprapto, Ibnu Khalid Presidium Redaksi: Ardiansyah, Suprapto, Taswin Hasbullah, Abdurrahman, Ade Yunarso, Nizwar, Ismail Komar, Purna Wirawan, Eko Nugroho, Adi Pranoto, E. Sajjah, Alam Islam, Hendarto, Irwansa, Abdul Karim, Senen, Ary Mistanto, Trufi Murdiani Staf Redaksi: Segan P.S., Widisandika, Nurlaila Yanti, Dina Puspasari, Syaiful Amri, Indah Sumaputri Wirahadikusumah, Taufik Wijaya, Eka Yuliana, Maria Ulfa. (Bandarlampung), Muhammad Ma’ruf (Metro), Dwi Prihantono, Zulkarnaen (Lamtim), Kohar Mega (Lampura), Edy Herliansyah, Agus Suwignyo (Tanggamus), Yusuf A,S. (Tulangbawang), Gede Putu Kristanto (Lamteng), Abdurahman (Lamsel), Hermansyah (Waykanan) Copy Editor: Rudy Saputra, Syaiful Mahrum Sekretaris Redaksi: Masriani Pracetak: Riswadi (Kabag), Ripto Diono, Helmi Jaya, Nopriyadi, Farabi Lincoln, Hendrawan Poerbantara Email: redaksi@radarlampung.co.id Homepage: www.radarlampung.co.id

Wakil Pemimpin Umum: Abdurrahman Pemimpin Perusahaan: Taswin Hasbullah Wakil Pemimpin Perusahaan: Purna Wirawan Pemasaran: Marlinda (Pj. Kabag), Hery, Agus, Supriyadi, Roby Junasari, Adi Irawan Iklan: Desti Mulyati (Kabag), Leny, Sochib, Adi, Nopy, Aspandar Nasution, dan Falma (Perwakilan Jakarta) Event Organizer (EO): Liris Vawina (Kabag) Keuangan: Sarri Octarini (Kabag), Anna Susanti (Kasir), Ipang (Akunting) Personalia dan Umum: Faradiba (Kabag), Aris, Didik S, Hary, Munadi BNI Cabang Tanjungkarang No. Rek. 007.149.0467 BCA Cabang Telukbetung No Rek 0200.721.799 Bank atas nama PT Wahana Semesta Lampung Penerbit: PT Wahana Semesta Lampung Komisaris Utama: Alwi Hamu Komisaris: Lukman Setiawan, H Mahtum Direktur Utama: Suparno Wonokromo Direktur: Ardiansyah Percetakan: PT Lampung Intermedia Pencetak: Budi S. (Kabag), Suparman, Z. Arifin, Pujianto, Jenianto, Alim, Joko Alamat: Jalan Sultan Agung No. 18 Kedaton, Bandarlampung, Telp. (0721) 789750-782306, Faks. (0721) 789752, 773930

ISI DI LUAR TANGGUNG JAWAB PERCETAKAN

TAJUK

Spirit Tahun Baru HARI ini merupakan hari terakhir di tahun 2010. Pergantian tahun segera tiba. Sebagian orang sudah bersiap menyambut tahun baru 2011. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pisah sambut ditandai konser musik atau sekadar konvoi kendaraan bermotor di malam pergantian tahun tersebut. Sebagai bagian dari komponen anak bangsa, hendaknya menyambut tahun baru tidak larut dalam kesenangan, apalagi glamor dan hura-hura, tanpa memberikan makna lebih terhadap apa yang sudah diperbuat di tahun ini. Kalau kita tengok ke belakang, bukankah masih kuat dalam ingatan kita bencana alam atau musibah yang bertubitubi mendera penduduk negeri ini. Kecelakaan pun tidak sepi, baik di darat, laut maupun udara, sebagai akibat kelalaian manusia. Bahkan, bencana alam datang silih berganti. Mulai dari banjir bandang, tsunami, puting beliung, gempa bumi, gunung meletus, dan lainnya. Sesungguhnya, itu akibat ulah tangan manusia pula. Aneka cobaan mendera negeri yang kaya sumber daya alam ini, mengingatkan agar penduduknya senantiasa mewaspadai disharmoni dengan alam sekitar. Akibat perbuatan segelintir orang, perilaku yang tidak lazim, semua tertimpa bencana. Di pengujung 2010 pun, bencana alam masih terjadi di sejumlah daerah di Tanah Air. Kerusakan moral makin menjadi yang dilakukan individu, keluarga dan masyarakat. Penyambutan tahun baru 2011 dalam kondisi yang memprihatinkan, hendaknya disikapi segenap komponen masyarakat dengan bijaksana. Di samping itu, pisah sambut tahun bertepatan Jumat malam, hari istimewa bagi umat islam. Seperti jamak dilakukan di masjid, langgar dan musala, digelar taklim (pengajian). Pengelola masjid atau angkatan muda, mengagendakan muhasabah di malam tersebut, sehingga diharapkan tidak paradoks dengan aktivitas terbuka dan hiburan. Budaya merayakan malam pergantian tahun yang biasanya digelar pesta dan hiburan, sebaiknya tidak berlebihan. Anjuran menggelar secara sederhana, relevan dengan kondisi sekarang, sekaligus menggali spirit pergantian 2010 ke 2011. Sudah selayaknya momentum pergantian tahun itu dijadikan wahana untuk mengevaluasi berbagai tindakan selama setahun berjalan, tidak lagi merayakan dalam bentuk panggung hiburan, pesta kembang api dan seremonial belaka. Persoalan kemiskinan yang masih menyelimuti sebagian penduduk negeri ini, bencana demi bencana yang melanda jadi bahan renungan sekaligus evaluasi untuk menyatukan langkah perbaikan pada momentum pergantian tahun ini. Beban hidup masyarakat makin berat, akibat kebijakan pemerintah yang belum berpihak terhadap mereka. Pun hendaknya dijadikan renungan, bahan perbaikan di kemudian hari. Pemerintah yang harusnya melayani, justru minta dilayani masyarakat. Kondisi terpuruk di sektor ekonomi, karena belum pulih dari krisis, suhu perpolitikan masih gonjang ganjing, penegakan hukum, masih jauh dari harapan. Itu semua membuat hidup ini, seperti di awal-awal sejarah kemerdekaan. Karena itu, dengan spirit Tahun Baru 2011 semua pihak perlu melakukan perubahan. Upaya perbaikan perlu dilakukan di semua lini, khususnya yang menyangkut segala aspek kehidupan, demi mewujudkan cita-cita bangsa, yakni masyarakat yang adil makmur. (*)

31

Mencari yang Baru di Tahun Baru (Renungan di Awal Tahun Baru 2011) Oleh Gunawan Handoko MAJELIS PERTIMBANGAN KARANG TARUNA PROVINSI LAMPUNG

Sama sekali tidak ada yang baru, semua tetap seperti biasa. Matahari terbit dari timur di pagi dan tenggelam di ufuk barat pada sore hari. Yang pasti baru hanya satu, yakni penanggalan (kalender) tahun 2011. Itulah ungkapan jujur dan polos dari salah seorang korban bencana Gunung Merapi yang tengah berkemas untuk meninggalkan posko pengungsian Maguwoharjo, Jogjakarta, beberapa waktu lalu saat ditanya apa yang diharapkan dengan datangnya tahun baru. APA yang dikatakan benar, meski penuh frustasi. Hanya dalam legenda Sang Kuriang dan Roro Jonggrang lah, matahari terbit sebelum waktunya. Sebab, berisik mendengar para perempuan yang sedang menumbuk padi sehingga sang matahari mengira bahwa hari sudah pagi. Boleh jadi, ungkapan tersebut mewakili sekian juta masyarakat di negeri ini yang nasibnya kurang beruntung. Hampir sepanjang 2010 bencana terjadi ’’jalin-jemalin’’ menimpa berbagai daerah di Indonesia dan memakan korban jiwa yang cukup besar. Masih beruntung, sebagian besar masyarakat korban bencana tidak banyak menuntut pihak pemerintah. Mereka lebih memilih pasrah dan meyakini bahwa semua ini terjadi karena murkanya Tuhan atau peringatan Illahi kepada umat manusia. Hanya yang mereka sesalkan, mengapa pada hampir semua bencana alam atau bencana sosial yang menjadi korban adalah kaum yang lemah dan miskin. Bukankah pada kenyataan sehari-hari mereka tergolong makhluk yang paling suci, nerimo, tidak pernah korupsi, dan tak berperilaku curang lainnya. Teori apa pun, termasuk teoritisasi sastra-sosial yang percaya kepada marxisme, tidak akan mampu menjelaskan mengapa mereka yang harus secara terus menerus menjadi pelengkap penderita? Meski mereka harus tinggal di bawah tenda untuk waktu yang relatif lama, tetap tegar. Mereka sangat percaya pada filsafat Cakra Manggilingan,

yakni mengibaratkan hidup ini seperti putaran roda, kadang berada di bawah dan kadang di atas. Saat terkena musibah, mereka menyadari bahwa posisi roda sedang di bawah dan suatu saat pasti akan berputar ke atas. Meski hanya sebagai aliran filsafat, terbukti sangat ampuh dan mampu memberi kekuatan batin serta membangkitkan semangat dan harapan bahwa pada suatu saat roda akan berputar ke atas. Pada titik inilah apa yang disebut baru sungguh terjadi dalam pengalaman mental yang dimiliki kaum lemah-miskin. Agar harapan baru itu benarbenar terjadi dalam pengalaman mental, kita pun perlu melakukan refleksi. Seyogyanya, kita melakukan sujud syukur ketika memasuki detik-detik pergantian tahun, duduk dalam keheningan guna melihat dengan jernih seraya mengharap bimbingan Tuhan dalam memasuki tahun depan. Bagi masyarakat Indonesia yang sebagian besar beragama Islam, di awal Desember 2010 baru saja merayakan tahun baru Hijriah, satu momen bagi umat manusia untuk melakukan ’’hijrah’’ atau perpindahan dari hal-hal yang tidak baik ke arah baik seraya memohon ampunan Allah atas dosa dan kesalahan yang telah diperbuat di tahun silam. Dan yang tidak kalah pentingnya, me mohon keselamatan seluruh rakyat negeri ini agar terhindar dari berbagai musibah di tahun mendatang. Maka dalam memasuki perpindahan tahun, semua pihak

perlu berpikir ulang. Masih pantaskah menggelar pesta pora yang penuh hingar bingar, ditambah lagi dengan panggungpanggung hiburan dan pesta kembang api untuk menambah gegap gempitanya malam tahun baru. Bukankah ini menunjukkan bahwa peristiwa pergantian tahun hanya merupakan fenomena sesaat yang hanya memberikan kenikmatan dalam hitungan menit. Secara tidak sadar, kita telah menghamburkan sekian banyak uang yang sesungguhnya sangat dibutuhkan oleh saudara-saudara kita dirundung duka. Padahal, sesungguhnya bukan tahun barunya yang penting, tetapi bagaimana setiap manusia mulai menata ulang sikap mentalnya untuk memasuki tahun baru. Tahun baru berarti memiliki cara pandang yang baru dan suci dalam upaya dan usaha memperoleh sesuatu yang baru. Tahun baru juga berarti mengasah kompetensi diri dengan metode yang baru untuk meraih jenjang karier yang baru. Merajut Jatidiri Bangsa Hari ini perlu pengakuan secara jujur bahwa kita telah banyak kehilangan jati diri bangsa. Di masa dulu, bangsa Indonesia mendapat julukan sebagai ’’bangsa timur’’ karena perilaku masyarakatnya yang dikenal berbudi pekerti luhur, sabar, ramah, dan santun. Itulah sesungguhnya jati diri yang telah terpatri dan dimiliki rakyat Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Bangsa Indonesia kini sedang mengalami patologi sosial yang amat kronis. Sebagian besar masyarakat kita, terutama para pelajar dan kaum muda, telah tercerabut dari peradaban easterisasi atau ketimuran yang beradab, santun, dan beragama. Tidak terlalu aneh memang. Sebab, selama ini masyarakat kita telah menelan peradaban barat tanpa seleksi yang matang, termasuk hura-hura di malam pergantian tahun Masehi. Hal yang paling menonjol adalah berkurangnya rasa hormat dan budi pekerti anak terhadap orang tua, guru, dan figur-figur yang berwenang. Lebih celaka lagi, sikap ini tidak hanya terjadi dalam lingkup keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat,

tapi juga merambah ke ranah politik serta pemerintahan. Ajaran para leluhur Jawa seperti mikul duwur mendem jero yang mengandung pesan agar kita senantiasa menghargai para pemimpin serta mengubur dalam-dalam jika ada aib dan kesalahan, kini tidak berlaku lagi. Di level nasional, setiap hari kita disuguhi tontonan dari panggung politik yang penuh dengan konflik untuk saling menjatuhkan. Pelakunya adalah para tokoh politik dan negarawan yang seharusnya memberikan suri tauladan yang baik. Ironis dan menyedihkan. Setelah reformasi bergulir dan berjalan sejak belasan tahun lalu, baru kita memahami bahwa semua yang dilakukan dulu, sekarang ini menimbulkan dampak di kalangan masyarakat. Rasa tidak puas, tidak senang dan akhirnya menimbulkan rasa dendam adalah fenomena yang kita temukan di kalangan masyarakat saat ini. Nilai-nilai luhur sebagai jatidiri bangsa sudah kita abaikan. Bahkan etika dan moral serta budi pekerti luhur menjadi sesuatu yang langka ditemui. Harus dipahami bahwa reformasi bukanlah revolusi dan bukan pula suatu evolusi biasa, tetapi evolusi yang dipercepat. Yang diakselerasi adalah pelbagai indeks yang dilakukan secara gradual dan sistematis, karena kita melihat ada hal-hal yang di masa lalu itu tidak baik dan tidak benar yang perlu disempurnakan dan harus diperbaiki, khususnya yang berkaitan dengan aktualisasi proses demokrasi. Maka tidak benar jika reformasi diartikan sebagai penghancuran total secara emosional terhadap hasil-hasil di waktu yang lalu untuk kemudian dibangun suatu sistem baru yang tidak lagi berbau ’’masa lalu’’. Jika revolusi yang dilakukan, diyakini kita akan kembali mundur sekian tahun ke belakang yang akan merugikan kita semua di segala aspek kehidupan. Kita harus menyadari, perubahan tidak bisa dilakukan dengan emosional demi kepentingan sesaat dan balas dendam. Tetapi lebih ke perubahan yang harus dilakukan secara konsepsional melalui suatu tatanan yang berlandaskan pada rasionalitas sesuai kebutuhan dan menatap

masa depan bangsa Indonesia. Dalam bahasa sederhana, membangun jati diri adalah suatu proses penumbuhan dan pengembangan nilai-nilai luhur yang terpancar dari hati nurani melalui mata hati serta direfleksikan dalam pemikiran, sikap, dan perilaku. Bisa jadi, selama ini kita hanya menggunakan cipta dan karsa serta tangan atau karya saja. Tetapi, ke depan kita sudah saatnya menampilkan olah rasa dalam membangun jati diri bangsa. Pada dasarnya, jati diri bangsa dipengaruhi perkembangan sistem nilai yang dianut dan dipahami, senantiasa berubah secara dinamis mengikuti paradigma yang berlaku. Pergantian suatu paradigma ke yang baru adalah merupakan kejadian ilmiah diakibatkan perkembangan/pertumbuhan ilmu pengetahuan. Dalam proses peralihan paradigma tersebut, seringkali tidak berlangsung secara mulus. Sebab, selalu ada masyarakat pendukung paradigma lama dan baru. Hal ini bisa saja berlang sung lama disebabkan rasa keengganan pemeluk paradigma lama untuk mengakui keunggulan yang baru. Keadaan inilah yang kita rasakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kini. Apabila tidak diwaspadai, akan mengancam keko kohan persatuan dan kesatuan bangsa. Mari kita kembalikan makna luhur dua kata itu menjadi niat guna menjaga keutuhan bangunan negara yang kita cintai bersama, dalam suasana demokratis, bukan artificial. Mengelola kebhinnekaan, jangan diartikan sebagai mencabik-cabik dan meruntuhkan bangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kini, saatnya kita mengibarkan kembali semangat dan tekad bersatu demi keutuhan NKRI. Jangan pernah kita biarkan negeri ini terpecah berkepingkeping, hanya karena menonjolnya kepentingan sektoral, kedaerahan, juga kepentingan kelompok. Jati diri bangsa tersebut hanya dapat terbentuk melalui contoh perilaku pemimpin-pemimpin bangsa yang tangguh, mempunyai semangat perubahan, global dan transformational, serta tetap memiliki semangat kebangsaan yang kuat. Selamat tahun baru 2011. (*)

RUANG ini khusus bagi Anda yang berjiwa merdeka. Kirimkan apa pun pendapat Anda tentang apa saja. Baik berupa komentar, kritik, atau saran. Setiap pendapat yang masuk sedapat mungkin tidak akan diedit. Pendapat bisa dikirim lewat surat ke alamat redaksi, fax. di nomor (0721) 789752, e-mail: redaksi@ radarlampung.co.id atau radarlpg@indo.net. id. Sertakan identitas yang masih berlaku. Atau kirimkan Podium Rakyat Anda melalui SMS. Caranya, ketik: POD (Isi Podium). Contoh: POD Mohon pembangunan jalan. Lalu kirim ke No. Matrix: 08154056789. Podium melalui SMS diutamakan yang menyangkut persoalan-persoalan pelayanan publik.

Minta Gubernur Usulkan Minta Penjelasan soal Perbaikan Jalan Negara Penerimaan Pol. PP YTH. Gubernur Lampung. Saya pengguna jalan lintas arah Tugu Raden Intan ke Pelabuhan Panjang yang rusak dan sempit. Jika dilewati mobil, melalui dua arah. Terlebih ketika truk besar an tronton berpapasan. Hal tersebut menimbulkan kemacetan. Sehingga, kami masyarakat yang setiap hari melewati jalan itu sangat dirugikan akibat ketidaknyamanan keadaan jalan. Walau dasarnya jalan ini merupakan jalan negara sehingga perbaikan sampai perawatan bukan tanggung jawab pemprov apalagi pemkab, mohon pertimbangannya guna bisa disampaikan ke pemerintah pusat agar menganggarkan dana perbaikan serta pelebaran jalan. Terima kasih. (08197919935)

WELEH-weleh... perekrutan honorer polisi pamong praja (Pol. PP) saja pakai tarif sogokan. Bagaimana Kota Bandarlampung mau maju, masuk kerja harus pake jasa Gayus. Artinya, jika tidak ada duit, mengabdi di dunia pemerintah yang kita banggakan sekadar impian. Tolong penjelasan Bapak Wali Kota, Kepala BKD, dan Kasatpol PP soal ini. (081957338039)

2010 hanya dikasih jatah makan dengan telur per harinya. Mirisnya, panitia tidak mendapatkan honor. Benarkah untuk honor panitia tidak diaggarkan? (082175325454)

Sudah 10 Tahun Jalan Tidak Pernah Diperbaiki KEPADA Bapak Bupati Lampung Selatan. Mohon perbaikan jalan Kecamatan Jatiagung. Sebab, sudah 90% hancur. Ini sudah berlangsung lebih dari 10 tahun. Tapi kok tidak ada respons. Terima kasih. (08154056789)

Makan Pakai Telur, Panitia CPNSD Tak Terima Honor Minta Polisi Lakukan Razia MOHON penjelasan Sekkab Pringsewu, Kendaraan Berknalpot Racing benarkah anggaran pengadaan pegawai terlalu kecil. Sehingga, Panitia CPNSD

YTH. Kapolres Lampung Utara. Tolong

dengan sangat ditindak kendaraan yang berknalpot racing di wilayah Anda. Sebab, bisingnya sangat mengganggu kami. Tolong ditindak tanpa pandang bulu, tegakkan hukum yang sebenar-benarnya, jangan hanya karena anak seorang berpengaruh lalu bisa bayar tilang seenaknya untuk menjadi ladang penghasilan kantong Satlantas. (087899006674)

Di Taman Asri, Lampu Jalan atau Sekadar Hiasan BUPATI Waykanan, lampu jalan di Taman Asri Baradatu belum menyala, tapi sudah patah. Apakah itu hanya hiasan atau memang untuk difungsikan, Pak? Kami sebagai masyarakat mohon agar melaksanakan proyek dan program yang jelas-jelas saja. (081279076090)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.