RADAR LAMPUNG | Jumat, 18 Februari 2011

Page 14

14

INSPIRATION JUMAT, 18 FEBRUARI 2011

Leni Agus Priyati, S.Pd., Satu-satunya Pelatih Basket Perempuan di Ajang DBL

Teman Sekaligus Ibu Kedua

Rajin Semangati Anak Asuh

USIANYA yang relatif masih muda membuat Leni Agus Priyati dianggap pelatih sekaligus teman oleh anak-anak asuhnya. ’’Malah, dia akrab dipanggil Kakak Leni sama kita-kita,” ujar Patricia Editha (16), siswi SMA Xaverius Rajabasa, kemarin. Selain itu, Leni juga enak diajak curhat, baik masalah di dalam maupun luar sekolah. Sehingga bagi remaja yang akrab disapa Ditha ini, Leni dirasakan menjadi ibu kedua. ’’Kak Leni mampu memberikan solusi atas permasalahan yang kami hadapi. Misalnya ketika kami mulai malas berlatih, dia tak pernah lelah memberi semangat,” puji Ditha. Meski begitu, Leni dapat membedakan di dalam dan luar latihan. Jika saat berlatih, ia berubah menjadi sosok pelatih yang tegas dan disiplin. Ini terbukti jika pada jam latihan ada yang telat, Leni tak segan-segan memberi hukuman. ’’Biasanya, sebelum latihan kita lebih dahulu pemanasan dengan berlari mengitari lapangan basket lima kali. Tapi karena terlambat, ditambah dua kali,” ungkapnya. Namun, tak ada anak asuh Leni yang kesal dengan hukuman ini. Sebab, mereka semua sadar ini merupakan cara untuk disiplin dan agar tak tertinggal semua proses latihan. (cia/c1/ade)

Jangan pandang remeh Leni Agus Priyati, S.Pd. meski ia seorang perempuan. Soal olahraga, dia adalah jagonya. Bahkan, tahun lalu ia terpilih menjadi pelatih perempuan terbaik ajang Development Basketball League (DBL) 2009 Lampung Series. GEDUNG Olahraga (GOR) Saburaikemarinluarbiasaramainya. Ratusan siswa berseragam sekolah memenuhitribununtukmendukung kedua timnya yang bertanding, yakni SMA Xaverius Pahoman dan SMAN 2 Bandarlampung. Berbalas yel-yel dilakukan kedua suporter yang memakai berbagai atribut. Seperti spanduk dan drum. Apalagi ketika jagoannya berhasil menjaringkan bola ke keranjang. Sontak, suasana makin heboh, gegap gempita! Hal itu tak terkecuali dirasakan Leni Agus Priyati, S.Pd., pelatih basket sekaligus guru olahraga perempuan SMA Fransiscus Rajabasa. ’’Pertandingannya luar biasa seru,” pujinya. Di sela-sela kehebohan itu, Leni bercerita bahwa dirinya telah akrab dengan dunia olahraga sejak kecil. Tetapi khusus basket baru ia dalami saat SMA. Jadi atlet yang mengharumkan

Hobi Olahraga sejak Kecil KEGEMARANNYA berolahraga sudah ia lakukan sejak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) sampai sekolah menengah pertama (SMP). Mulai lari, kasti, dan bulu tangkis. ’’Tetapi waktu SMP, karena sekolah saya di daerah terpencil, bukan basket yang menjadi fokus, namun justru voli yang saya tekuni,” kenang Leni Agus Priyati. Baru ketika sekolah menengah atas (SMA), ia terjun ke olahraga basket. Apalagi, kebetulan ekstrakurikuler di sekolah itu adalah basket. ’’Saya kemudian menyeriusinya. Makanya sebelum jam latihan, saya sering datang lebih awal. Apalagi jarak rumah dari

DITHA

nama sekolahnya pun pernah ia lakoni hingga kini ia fokus melatih. Berbagai sekolah yang pernah di latihnya yakni SMAN 1 Metro, SMPN 3 Metro, dan SMPN 1 Metro. ’’Yang harus diperhatikan untuk menjadi pemain basket adalah memiliki disiplin serta karakter dan mental yang baik,” tandasnya. Kendalanya, kebanyakan dari anak-anak asuhnya memiliki kemauan yang kurang besar. Kalau sudah begitu, dia harus bekerja ekstrakeras, melatih sekaligus terus menyemangati mereka. ’’Misalnya dengan rajin menelepon mereka,” ungkapnya. Selain itu, ada juga yang tak diizinkan orang tuanya berlatih. Jika ini yang terjadi, maka guru olahraga SMP Xaverius Telukbetung ini langsung datang ke rumah mereka dan berbicara dengan para orang tua. ’’Seperti Septi Oktavia yang akhirnya malah berhasil menjadi pemain DBL perempuan terbaik pada 2009 lalu,” bebernya. Di bawah asuhannya, untuk kali pertama SMAN 1 Metro pada 2009 lalu menjadi runner-up DBL. Leni juga terpilih menjadi pelatih terbaik yang mengikuti pelatihan dengan pelatih yang didatangkan dari NBA di Surabaya, Jawa Timur. (cia/c1/ade)

Leni Agus Priyati

sekolah cukup dekat, sekitar 200 meter,” imbuh alumnus Sekolah Tinggi Olahraga Metro itu. Hasil kerja kerasnya tidak siasia. Timnya untuk kali pertama, SMA Kristen Metro, mengalahkan SMAN 2 Bandarlampung pada kompetisi basket di FKIP Unila pada 2005. Saat itu yang berhasil menjadi pemenang dapat masuk kuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila tanpa tes. ’’Namun karena tempat tinggal saya jauh, akhirnya saya memutuskan untuk tetap tinggal di Metro sambil melatih basket. Dari uang melatih itu, saya bisa membiayai kuliah hingga selesai,” urai Leni. (cia/c1/ade)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.