RADAR LAMPUNG | Sabtu, 12 Maret 2011

Page 14

14

INSPIRATION

Berawal dari Cinta Anak-Anak

Arfamauli Kurniati, Jebolan Inggris yang Ingin Majukan Pendidikan

’’Banting Setir’’

i m e d Kemajuan Bangsa

CINTA terhadap anak-anak merupakan salah satu alasan mengapa Arfa memilih bidang pendidikan sebagai lahan perjuangannya. Sebab, mendidik anak di era sekarang memiliki tantangan tersendiri. Persoalan sosial dan tuntutan perubahan sosial membawa dampak bagi perkembangan anak. Sehingga dibutuhkan peranan orang-orang yang memang mencintai mereka. Oleh sebab itu, butuh lembaga pendidikan yang tidak kaku. ’’Dan, hanya pendidik yang memiliki cinta kasih serta ketulusan mendidik anak yang akan mampu membawa mereka pada kemajuan,’’ ungkap perempuan ramah ini. Dengan semua itu, ia yakin terbentuk sebuah generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga emosional dan spiritual. ’’Bukankah generasi seperti itu yang dibutuhkan negeri ini?’’ tandasnya. Meski begitu, dia mengaku bahwa dalam mendidik anak-anak, dirinya tergolong pendidik yang tegas. ’’Dengan mereka (anak-anak), saya dekat. Tetapi untuk hal-hal yang tidak sesuai, saya selalu tegas. Dan dengan pengertian yang benar, mereka juga paham kok,’’ jelasnya. Tetapi yang pasti, kata Arfa, sebagai pendidik dirinya benar-benar menikmati kiprahnya ini. Ia bahkan bangga dapat ikut ambil bagian dalam proses memajukan mereka. ’’Saya senang bisa menjadi bagian dari sistem pendidikan Indonesia,’’ akunya. (nui/c1/ade)

Cerdas, Tegas, Penyayang

SABTU, 12 MARET 2011

Dia memang tidak memiliki pendidikan yang berhubungan dengan keguruan. Tetapi, itu bukan halangan bagi Arfamauli Kurniati untuk berkiprah di bidang tersebut. Malah, alumnus University of Dundee, Centre for Petroleum and Energy Mineral Law and Policy, ini punya semangat luar biasa untuk membangun kualitas anak bangsa. KOMITMEN membangun generasi penerus adalah alasan utama mengapa pada akhirnya Arfa, panggilan Arfamauli Kurniati, memilih pendidikan sebagai sarana perjuangannya. ’’Saya ingin menjadi salah satu orang yang ikut berpartisipasi dalam pembangunan generasi bangsa ini,’’ ungkap dia di ruang kerjanya kemarin. Dia sadar betul bahwa kualitas bangsa ke depan ditentukan oleh mutu pendidikan yang diterima anak-anak saat ini. ’’Makanya ada istilah jika ingin menghancurkan suatu bangsa, hancurkan generasi mudanya. Begitu sebaliknya,’’ ungkap perempuan yang pernah bekerja di perusahaan American Indonesian Exchange Foundation tersebut. Untuk itu, berbekal pendidikan formal dan pengalamannya di dalam dan luar negeri, ia bertekad membangun pendidikan di Indonesia, khususnya Lampung. Sampai-sampai, ia akhirnya rela melepas kepemimpinannya di perusahaan milik keluarga. ’’Saya pikir, saya lebih pas berkiprah di bidang pendidikan,’’ jelas principle Sekolah Nasional Plus

ARFAMAULI Kurniati merupakan figur pendidik yang cerdas, tegas, sekaligus penyayang. Dia bisa tidak kenal kompromi untuk suatu hal yang menurutnya salah dan tidak pada tempatnya. Namun, berubah menjadi sosok yang lembut dan penuh

pengertian ketika menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Penilaian itu disampaikan Humas Global Surya Mr. Diedith. ’’Karena sosoknya itu, tidak heran kalau Ibu Arfa punya hubungan emosional yang sangat baik

dan dekat dengan anakanak didiknya,” bebernya kemarin. Tidak hanya itu. Arfa juga merupakan sosok yang ramah dan mudah dekat dengan siapa pun. Sehingga bagi staf-stafnya, Arfa selalu enak dijadikan teman sharing atau

curhat. ’’Yang membuat saya kagum adalah cara dia menganalisis setiap persoalan atau peristiwa yang terjadi. Bijaksana dan sangat rasional. Sehingga keputusan dia dapat diterima oleh siapa pun,” pujinya. (nui/c1/ade)

Global Surya itu. Oleh sebab itu, saat Global Surya dibuka, ia memutuskan ikut ambil bagian. ’’Banyak hal yang bisa dilakukan untuk bangsa ini melalui pendidikan,’’ jelas perempuan yang juga pernah bekerja di perusahaan asuransi AIA tersebut. Saat ini, kata perempuan yang mulai berkiprah di dunia pendidikan pada 2004 itu, orang tua cenderung memiliki aktivitas yang padat. Sehingga, pendidikan putra-putrinya sepenuhnya diserahkan kepada sekolah. Padahal, tidak semua sekolah mampu mengakomodasi kebutuhan pendidikan anak. Karena pada dasarnya, anak tetap membutuhkan peran orang tua dalam pembentukan karakternya. Berangkat dari masalah itu, perempuan yang pernah menjadi kepala sekolah di Pelita Bangsa ini merasa perlu turun langsung. ’’Walaupun tidak bisa menggantikan peran orang tua, setidaknya saya bisa memberi perhatian, cinta, dan pengertian kepada generasi bangsa ini yang kelak menjadi tonggak bagi keberlangsungan Indonesia,’’ tukasnya. (nui/c1/ade)

Mr. Diedith


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.