AUDIO VIDEO EDISI 16

Page 1

TIPS & TRICKS

INFO PRODUCT

Cara Memilih Headphone

4 Produk Headphone

www.audiovideo-indonesia.com

HOME H OME ELECTRONIC RONIC E ENTERTAINMENT NTE MENT

EDISI 16 / THN. III / 2013

TEST

Paradigm Studio 60 Graham Slee Solo Beyerdynamic T1

NOSTALGIA HI END Kuatnya Quad Euforia di Danumuri Kombinasi dua Tradisi Sigesit yang Natural

NEW PRODUCT

dr Beats Mixr Red Turtle Beach M1 Headphone PSB M4U2

TEKNOLOGI HEADPHONE TATA SUARA PERSONAL ALA BIOSKOP Superlux HD661

Skullcandy Mix Master

Focal Spirit One

Beyerdynamic Dt 770

Beyerdynamic T1 Turtlen Beach M5 EDISI 16 / THN. III / 2013

HI END : Accuphase Merek High End Legendaris

Pulau Jawa Luar Pulau Jawa

: Rp 30.000 : Rp 32.000




HOME ELECTRONIC ENTERTAINMENT

Pemimpin Umum Pemimpin Redaksi Redaksi Sekretaris Redaksi Kontributor

Tjandra Ghozalli Budi Santoso David Susilo, Doharto Simatupang Dita Nursari Sie Kek Chung, Malion, Didik.Wa, Boyke, Herwin, Tony Susanto, Wiyono.

Grafis Manajer Iklan Ir. Tjandra Ghozalli Ir Pemimpin Umum

Email: aziz_avi@yahoo.com

BACA GRATIS www.audiovideo-indonesia.com Atau melalui SCOOP. Compatible dengan iPad, Galaxy, laptop, tablet dan PC.

D

A. Aziz Telp: 08161131936 / 021-33066836

Pimpinan HRD dan Keuangan

Majalah Audio Video on line & on time dapat dibaca gratis (free) melalui :

Cecep

Fotografer Alamat Redaksi

Ridwan Candra A. Riff Syarifudin, Fajar Sutrisno Jl. Pulo Buaran III F5 BPSP-Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur 13930 Telp: (021) 4619502 Fax: (021) 46826450

Penerbit

PT Audiomedia Nusantara Raya

Pres Dir

Mario Alisjahbana

Pres Kom

Milyanti Yani

Komisaris

Lukmanul Hakim Adham

Group Media

DILEMA HEADPHONE

ikarenakan jarak antara driver transducer headphone ke gendang telinga jauh lebih dekat dari transducer loudspeaker, maka seyogyanya reproduksi suara headphone lebih murni dari pada reproduksi suara loudspeaker. Tetapi mengapa para penggemar audio umumnya lebih memilih loudspeaker katimbang headphone? Ya tentunya ada beberapa alasan seperti daun kuping yang memanas dan pegal akibat himpitan rumah headphone. Belum lagi bayangan stereo dari headphone bukan terletak di depan pendengar tetapi berada di atas kepala pendengarnya. Tetapi baru baru ini ada penemuan baru di bidang headphone yang dinamakan Dolby Amos. Konon

bung David S yang juga menjadi kontributor Audio Video Magz dan tinggal di Kanada mengalami sendiri sensasi Dolby Amos ketika CES 2013 berlangsung Januari silam. Menurut laporan bung David, kualitas suara Dolby Amos sangat nyata. Kalau di depan ya suaranya datang dari depan – kalau di belakang yang suaranya terasa dari belakang! Padahal, lanjut bung David, kami memakai headphone beragam merek yang terhubung ke processor Amos. Kembali ke thema kita kali ini – mungkin saja reproduksi suara headphone lebih baik lagi. Apabila processor Dolby Amos dipakai untuk tata suara Stereo (2 kanal) dengan komposisi pemain musik berjajar di depan pendengarnya, bukan di atas kepala sampai menginjak kepala pendengar (kurang ajar skali).

audio video 4 Edisi 16/2013


contents

6 NEW PRODUCT

32 TEST

Beyerdynamic T1, Paradigm

dr Beats Mixr Red, Turtle Beach M1, Headphone PSB M4U 2,

Studio 60, Graham Slee Solo,

38 HIEND

Accuphase Merek High End Legendaris

7 PRODUCT INFO

42 NOSTALGIA HIEND 1

42

Kuatnya Quad

46 NOSTALGIA HIEND 2

Califone 2810-T1, Kidz Gear, Kidz Gear Wired , iHip DCF2400SU

Euforia di Danumuri

49 HIEND Westone

50 NOSTALGIA HIEND 3 Kombinasi Dua Tradisi

8 THEME

Teknologi Headphone Tata Suara Personal ala Bioskop

46

54 NOSTALGIA HIEND 4 Sigesit yang Natural

56 TIPS &TRICKS Cara Memilih Headphone

60 VISIT 1

Bazar Piringan Hitam di Kemang

62 VISIT 2

12 REVIEW

Focal Spirit One, Skullcandy Mix Master, Beyerdynamic DT 770, Superlux HD 661, Creative Sound Blaster recon 3D, Turtle Beach Earforce M5, Dolby Headphone & DTS Headphone : X, Sony BDP 5100, Pre-amp UMC200 Emotiva,

Duta Produk Changhong Bagi Taufik Hidayat

63 REVIEW CD

50

Alicia Keys On Fire, Sirkus Barock, Imagine Dragon, josh Groban, Fajar Adi Nugroho, Bon Jovi

54 video 55 Edisi Edisi16/2013 14/2013 audio audiovideo


PENULIS

Budi Santoso

NEW PRODUCT

Headphone dr Beats Mixr Red Ini adalah headphone High Definition karya Dre Beats - kombinasi serasi antara gaya mutakhir dan keseriusan kualitas suara Cocok untuk DJ, Memenangkan piala Grammy – dikembangkan bersama DJ David Guetta. Diperuntukkan pemakaian untuk studio yang dilengkapi dengan kabel.a • Tipe Headphone • Interface

Turtle Beach M1

M1 merupakan jenia earphone besutan Turtle Beach yang dirancang khusus bagi para gamers dengan fitur peredam noise yang mampu suara luar dan cocok untuk meningkatkan stabilitas dan kenyamanan. Earbud ini menampilkan kinerja tinggi, karene didukung oleh driver 10 mm dengan magnet neodymium, M1 memberikan rentang audio yang dinamis dengan respon bass yang dalam dan kualitas suara yang superior. M1 ini juga didukung oleh mic in-line dengan kontrol panggilan dalam desain yang ramping dan kompak untuk panggilan hands-free dan komunikasi yang jernih. Jenis kabel kepang tahan lama mencegah kekusutan, sementara konektor 3.5 mm berlapis emas kompatibel dengan kebanyakan ponsel dan tablet, termasuk Apple, Android serta perangkat game portabel, seperti Nintendo 3DS ™ dan Sony Playstation Vita ®.a

: On Ear (Supra aural) : 1/8” mini.

Headphone PSB M4U 2 PSB merupakan sebuah perusahaan yang diakui secara internasional untuk keunggulan dalam desain loudspeaker, kini dengan bangga memperkenalkan ‘M4U 2’ (Music For You) pertama yang dikemas dalam model headphone. M4U 2 didukung oleh fitur ‘Active Noise Cancelling’, sebagai puncak dari riset yang dipimpin oleh bos PSB, Paul Barton, di Laboratorium Akustik di Dewan Riset Nasional Kanada. Kombinasi ini memungkinkan Anda untuk menikmati musik di tempat-tempat tertentu , dimana headphone hi-fi konvensional tidak mungkin seperti M4U 2. Ketika Anda sedang mendengarkan melalui sepasang headphone PSB ini, Anda tidak akan terganggu oleh apa yang terjadi di sekitar Anda serta tidak akan mengganggu orang lain.a

audio video 6 Edisi 16/2013


PENULIS

Califone 2810-T1 Headphone anak anak bermotif harimau dirilis oleh Califone 2810-T1. Headphone ini berbobot ringan, tidak membebani kepala si kecil, kabelnya kuat ditarik tarik tak akan lepas. Data selanjutnya: • Each • Playful tiger motif is ideal for storytime, library and computer uses • Volume control for individual preferences

• Durable ABS plastic earcups withstand daily use • Rugged, adjustable headband is comfortable for extended

Kidz Gear Wired Headphone berkabel yang asyik dipakai untuk main game atau main organ di malam hari. Kabel tak mudah putus.

Kidz Gear

Juga headphone buat buah hati anda. Beratnya ringan, warnanya cerah, tidak mengandung material berbahaya kalau tergigit. Data selanjutnya: • 100% Satisfaction Guaranteed - Lifetime Limited Warranty • WORKS WITH iPad, iPod and iPhone and many many other audio devices • Custom designed fit for children 2 yrs. and older

iHip DCF2400SU

Data selanjutnya: • 100% Satisfaction Guaranteed - Lifetime Limited Warranty • WORKS WITH iPad, iPod and iPhone and many many other audio devices • Custom designed fit for children 2 yrs. and older - Light weight and comfortable

- Light weight and comfortable • Now available in five NEW COLORS - Pink, Orange, Blue, Green and Purple! • FREE KidzControl Volume Limit Cable to limit audio volume to approximately 80% (~ 20dB lower) of original maximum volume

• Now available in five NEW COLORS - Pink, Orange, Blue, Green and Purple! • FREE KidzControl Volume Limit Cable to limit audio volume to approximately 80% (~ 20dB lower) of original maximum volume

Headphone dengan gaya Superman cocok untuk anak lelaki.

Data selanjutnya: • • • •

audio video 7 Edisi 16/2013

Superman’s Logo High Quality Noise Reducing Over Ear Disgn


PENULIS

THEMA

Budi Santoso

TEKNOLOGI HEADPHONE TATA SUARA PERSONAL ALA BIOSKOP Perkembangan teknologi headphone memang tidak lepas dari kebutuhan perangkat audio yang ada sampai saat ini, walau dari fungsinya sendiri memang tidak lepas dari cara menikmati suara yang ditujukan bagi reproduksi suara yang “egois�

S

ejarah membuktikan kalau perangkat yang disebut headphone ternyata memiliki perjalanan panjang yang awalnya hanya digunakan oleh kalangan

tertentu, termasuk untuk kebutuhan broadcast maupun militer. Kini headphone sudah menjadi salah satu piranti yang menunjang gaya hidup, yang dapat dimanfaatkan dalam

audio video 8 Edisi 16/2013


headphone dengan koneksi nirkabel untuk memberikan pengguna kebebasan bergerak dengan menghilangkan kabel dan kawat. Teknik untuk transmisi sinyal dari perangkat headphone telah bervariasi sejak mereka diperkenalkan. Ada dua kelompok utama headphone nirkabel: frekuensi radio (RF) dan Bluetooth. Headphone RF menggunakan sinyal radio dan lebih kuat, dengan menggunakan frekuensi FM daripada digital, sehingga mereka bekerja seperti radio. Headphone Bluetooth menggunakan sinyal radio daya rendah dan digital mengirimkan suara. Jenis lain, headphone inframerah, menggunakan sinar inframerah untuk mengirimkan suara dari unit dasar ke headphone, bekerja dengan cara yang sama sebagai remote control dan TV. Rentang terbatas 7m, dan Anda harus memiliki jelas line-of-sight antara pemancar dan headphone. RF telah menjadi metode yang disukai transportasi komunikasi nirkabel untuk waktu yang lama.

berbagai keperluan untuk sarana hiburan. Pada awalnya headphone tradisional selalu ditambatkan dengan perangkat kabel sebagai media penyalur sinyal audio, layaknya loudspeaker. Kini, banyak dijumpai jenis audio video 9 Edisi 16/2013


PENULIS

Sinyal RF bekerja sebagai gelombang elektronik tak terlihat, yang mengirimkan melalui udara ke lokasi yang berbeda pada kecepatan cepat. Panjang gelombang dari sinyal elektromagnetik sebanding dengan frekuensi, sehingga semakin tinggi frekuensi yang lebih pendek panjang gelombang. Headphone nirkabel RF biasanya beroperasi di band 800-900MHz tapi akhirnya akan pindah ke frekuensi yang lebih tinggi seperti 2.4GHz dan 5.8GHz. Sinyal-sinyal memerlukan dua komponen - pemancar untuk mengubah suara menjadi sinyal elektromagnetik ke salah satu host tunggal atau ganda, dan penerima untuk membaca sinyal elektromagnetik dan menerjemahkannya menjadi suara. Pemancar memungkinkan komunikasi yang akan dikirim antara jarak yang bervariasi. Kisaran diperlukan untuk headphone biasanya menjaga jarak 100-300 meter dari pemancar.

THEMA

Budi Santoso

NOISE-CANCELLING DESIGN

Teknologi headphone dengan konsep NoiseCanceling bukan hanya menerapkan jenis headphone yang memiliki audio video 10 Edisi 16/2013

hambatan suara ďŹ sik yang baik. Teknologi ini menggunakan kontrol suara aktif bertujuan untuk menghapus atau mengeliminir suara yang tidak diinginkan sebelum mencapai telinga. Headphone yang menggunakan noise-canceling biasanya digunakan dalam penerbangan agar mampu menyaring deru mesin pesawat. Pada jenis headphone tradisional, biasanya berisi sepasang speaker kecil, sedangkan headphone noise-cancelling, bagaimanapun, memerlukan teknologi yang lebih rumit. Untuk menghilangkan kebisingan yang masuk, headphone perlu mengidentiďŹ kasi dan mengevaluasi soundwaves. Proses ini melibatkan peran mikrofon dalam atau di luar “mangkokâ€? telinga - biasanya mikrofon di dalam mangkok telinga tampil lebih baik, karena gelombang suara langsung dirasakan oleh pendengar. Suara yang dikumpulkan akan dikirim ke sebuah papan sirkuit pada headphone yang kemudian di analisis dan seketika merumuskan gelombang lawan. Gelombang suara Cancelling biasanya dirilis dari driver sekunder, yaitu speaker terpisah yang berfungsi menyadap dan membatalkan kebisingan suara yang masuk. Perubahan aliran suara yang masuk kemudian dimonitor dan membatalkan gelombang suara yang tidak diperlukan, sehingga diperoleh suara sesuai yang dihasilkan.a


DAVID SUSILO

SEAN PURNAWAN Sean dikenal sebagai pemerhati turntable. Di rumahnya ada sejumlah turntable lawas dan baru. Sean juga kolektor piringan hitam. Pria yang lahir di Purwokerto dan sarjana ekonomi jurusan akutansi STIE YKPN, Yogya kini menekuni bisnis pabrik meubel untuk domestik dan eksport. Selain itu Sean aktif membahas masalah audio di milis avifans@yahoogroups.com.

ALVON YULIUS “Founder dari Jaben Indonesia yang juga seorang penggemar berat audio, mulai dari audio mobil, audio rumah, sampai portable audio. Sudah menggeluti dunia headphones sejak 2009 dan sangat bersemangat untuk mengenalkan dunia headphones ke publik.”

FAJAR ARIANTO Fajar adalah pakar synthesizer (keyboard). Beragam synthesizer mulai dari yang paling sederhana hingga paling canggih pernah dibedah dalam bentuk Review Product. Saat ini Fajar menjabat sebagai Pemimpin Redaksi majalah Audio Pro. Telinganya yang peka sangat membantunya menata rekaman. Dengan pendidikan S2 nya Fajar dengan mudah melahap setiap text book yang berkenaan dengan studio dan keyboard.

ANDREE STROO

CONTRIBUTORS

David Susilo mulai menyukai audio (dan video) sejak sekolah SMP di Jakarta. Suka diantar kakeknya berbelanja di Exotic Hi-Fi Center, Glodok Plaza untuk membeli perangkat surround buatan SHM Project. Karena harganya relatip terjangkau dan kualitasnya bagus maka David kecil minta diantar terus sang kakek berbelanja perangkat SHM Project mulai Novar, Exciter, Dynax, Paragon, Sonar, dan sebagainya. Selepas SMA, David melanjutkan kuliahnya di Universitas Kanada hingga meraih gelar “tukang insinyur”. Hingga kini David memegang sejumlah lisensi seperti THX, CEDIA, ISF, CEA, HAA, dan Control 4. Selain menjadi kontributor di majalah Audio Video, David juga menulis di sejumlah majalah audio dan science luar negeri. Di milis avifans@yahoogroups. com, David menjadi “kamus milis” tempat member bertanya.

Andree seorang pemerhati musik dan band. Coba sebut nama band yang anda ketahui? Pasti Andree lebih tahu lagi. Saking luasnya pengetahuan Andree sehingga dia menjadi tumpuan bagi para anak band untuk menunjukkan hasil karyanya. Kalau Andree bilang “laku di jual” maka sang calon artis kegirangan setengah mati dan mengacu dengan pendapat Andree maka produser lagu Indonesia biasanya “membeli” karya si anak band. Di samping menjadi kontributor, Andree juga menjabat Redaksi Pelaksana majalah Audio Pro. Selain menulis juga sebagai seoarang musisi dan DJ.

WISNU WIJAYA

Wisnu Wijaya adalah “orang lama”, Wisnu mulai berkiprah di majalah Audio Video sejak tahun 1995 menjadi kontributor tetap mengisi rubrik car audio. Ketika majalah Audio Mobil terbit di tahun 2001 maka Wisnu menjadi staf khusus yang membedah tata suara mobil dan berlanjut menjadi kepala labs Audio Mobil di kantor redaksi, Pulo Gadung. Jadi bagi Wisnu audio adalah “isteri kedua” yang terus ditekuni secara serius hingga kini. Wisnu juga “orang lama” di dunia audio high end dan home theater.

audio video 11 Edisi 16/2013


PENULIS

REVIEW

Wisnu Wijaya

FOCAL SPIRIT ONE

Sekarang hampir semua gadget sudah disertai oleh sebuah earphone untuk mendengarkan suara dengan lebih baik, tapi bagi yang memikirkan kualitas, apalagi yang sudah terbiasa dengan audio kelas hi-end, pasti dirasakan jauh dari cukup. Headphone dengan kualitas hi-end menjadi jawaban untuk kebutuhan tersebut.

S

iapa yang tidak kenal merek Focal? Para pecinta audio pasti sudah sangat familiar dengan speaker yang berkelas

hi-end itu. Bukan hanya untuk konsumsi rumah di mana banyak juga pembuat speaker hi-end mengaplikasikan driver berlabel Fo-

audio video 12 Edisi 16/2013


cal untuk produknya. Di dunia car audio, Focal banyak ditemuai, bahkan di Indonesia Focal sudah menjadi oem salah satu mobil branded kelas premium. Kali ini Audio Video mengulas salah satu produk turunan dari speaker Focal yaitu headphonenya. Tipe “Spirit One” merupakan produk headphone pertama yang diciptakan oleh FOCAL. Jenisnya adalah fullsize closed headphone, sebuah headphone yang ukurannya besar yang menutup seluruh telinga penggunanya. Penampilannya sekilas saja sudah terlihat mewah, apalagi jika diperhatikan dan terlihat merek “Focal” yang menandakan headphone ini bukan headphone sembarangan. Dikemas dalam sebuah hardcase hitam, lengkap dengan sebuah kantung katun untuk menyimpan berbagai aksesoris pendukung. Terbuat dari kombinasi casing dan tulang metal, Spirit One terasa kokoh namun fleksibel. Untuk warna, saat ini terdapat pilihan warna putih dan hitam. Posisi speaker-nya bisa diatur naik turun dan sudut kemiringannya bisa diputar. Lengkungan rangkanya terasa pas di kepala, tidak terlalu kendur dan tidak terlalu kencang. Sehingga nyaman dipakai dalam waktu lama, bantalan empuk pas diposisi ubun – ubun, tidak membuat kepala penat. Bantalan antara speaker dengan telinga, menggunakan bahan khusus yang sangat lunak, tidak panas dan mirip kulit. Ketika kita pakai headphone ini, bantalan akan menutup

daun telinga dengan rapat. Bahan busanya yang lunak, mampu mengikuti lekukan daun telinga. Dengan bahan pembungkus yang mirip kulit, membuat kita nyaman sekali sekaligus kedap. Kuping tidak terasa panas atau pegal bila menggunakan headphone ini dalam waktu lama. Kabel konektor bisa dilepas dari headphone, dengan format jack 3,5mm. Kabelnya sendiri terbungkus lapisan polyester dan dilengkapi dengan microphone dan remote control. Jadi Spirit One selain berfungsi sebagai headphone, juga bisa bekerja sebagai handsfree khusus untuk iPhone. Ujung jack konektor, disediakan dua macam adaptor gold plated. Yang pertama adalah adaptor untuk menjadi jack ukuran besar, kedua adalah adaptor untuk menjadi dual jack, untuk penggunaan di pesawat. Tak puas tentunya kalau kami tidak mencobanya. Kami menggunakan tiga macam sumber, yaitu iPod 4, Blackberry Armstrong, dan Samsung Galaxy Tab 2 7.0Hasil suara yang dihasilkan terbilang high quality sound. Karakter ala Eropa yang khas dengan detail halus, rapih, dan spectral balance yang flat, bisa anda dapatkan. Suara treble keluar secara proporsional dan bersih. Vokal sang penyanyi pun bisa jelas dan tegas

audio video 13 Edisi 16/2013


PENULIS

Adjustable headband

Wisnu Wijaya

REVIEW

Aluminum structure, ultra-light and sturdy Articulated earphones

19/16” [40mm] diaphragm, mylar/titanium dome

OFC detachable cable, anti-winding cord

Remote control to manage calls and Apple player

terdengar kata tiap kata, tanpa blur. Sedangkan untuk suara bass, anda akan merasakan sesuatu yang istimewa dari speaker berdiameter 40mm ini…awalnya kita merasa bahwa suara bass nya agak di boost sedikit. Tetapi setelah beberapa kali di dengar, ternyata suara bass nya bukan di boost, melainkan rendah hingga subsonic range. Jadi suara bass rendah yang biasanya tidak kita dengar di system audio biasa, di Spirit One ini bisa kita dengar kehadirannya. Memang secara spesifikasi tanggapan frekuensi, headphone FOCAL yang satu ini sangat istimewa, karena suara rendahnya bisa mulai dari 6 Hertz hingga 22.000 Hertz. Dengan desain speaker mylar-titanium yang unik ini, mampu memberi nilai tambah terhadap performa suara, tetapi dilain sisi, bisa menjadi kelemahan. Karena kemampuan suara bass nya yang ekstra rendah, membuat speakernya rentan terhadap short circuit. Kalau anda seorang pemain gitar listrik, ketika speaker monitor anda ON dengan volume tinggi, kemudian secara tiba – tiba anda cabut jack kabel di gitar, maka monitor anda akan langsung berbunyi GRUDUKK dengan keras. Ini bisa merusak speaker monitor.

Mensiasatinya sebenarnya mudah saja, kecilkan volume speaker monitor anda, matikan amplifiernya, baru cabut jack gitarnya. Hal yang sama pun terjadi pada Spirit One. Sebelum mencabut atau memasukkan jack dari sumber audio, anda harus mematikan dulu sumber audionya (aplikasinya), baru cabut atau masukkan jack nya. karena bila tidak, dapat merusak speaker Spirit One. Untuk kualitas suara, anda bisa acungkan jempol buat FOCAL. Nuansanya berbeda sekali bila dibandingkan dengan headphone lain yang walaupun harganya setara. Banyak

audio video 14 Edisi 16/2013


SPESIFIKASI • Headphone type : Circumaural, closed-back headphones • Impedance : 32 Ohms • Sensitivity : 104dB SPL / 1mW @ 1kHz • THD • Frequency response : 6Hz - 22kHz • Driver : 40mm (19/16“) Mylar/Titanium • Net weight : 0.5lb (225g) • Cord length : 3.94ft (1.2m) • Type : Hi-Fi headphones

detail yang tidak pernah anda dengar, bisa anda dengar sekarang melalui Spirit One. Headphone ini berkonstruksi Closed Back, atau tertutup. Keuntungannya adalah anda bisa menggunakannya dimana saja, bahkan di tempat ramai sekalipun, langsung senyap ketika Spirit One nempel di telinga anda, padahal tidak ada Noise Cancelator. Kesimpulannya adalah, konstruksi dan materialnya sangat istimewa, bisa dipakai dalam waktu lama tanpa jenuh, kedap suaranya handal, bass nya istimewa, tonal balance jempolan dan modelnya high class.

Tapi hati – hati dalam pemakaian, harus disiplin dan tidak boleh kasar, karena speakernya bisa rusak bila anda tidak perhatikan cara connect/disconnect-nya. Layak dibeli? Bila anda pencinta SQ, maka FOCAL Spirit One adalah salah satu alternative terbaik untuk anda masuk lebih dalam, mengalami definisi dari sebuah kata “detail”. Tidak heran bila di Eropa, FOCAL Spirit One menyandang gelar sebagai headphone terbaik 2012 – 2013 versi EISA Award.a

audio video 15 Edisi 16/2013


PENULIS

HEADPHONE SKULLCANDY MIX MASTER Sehubungan dengan rilisan banyak headphone over the ear dikisaran harga US$350, Skullcandy juga ikut-ikutan merilis headphone seri Mix Master yang menurut Skullcandy di-design untuk ber-DJ dan membuat studio master.

REVIEW

David Susilo

K

ebenaran cerita itu tentu sudah membuat saya ragu. Merek yang tidak dikenal identik dengan dunia high-end audio dan tidak punya latar belakang engineering audio koq bisa-bisanya mendesign headphone untuk ber-DJ serta membuat studio master... dua hal yang tidak berhubungan karena studio monitor harus memiliki suara yang netral sedangkan untuk DJ harus memiliki suara yang berat di bass dan treble. Lepas dari benar tidaknya cerita itu, terus terang penampilan headphone ini cukup mengesankan. Bahan yang digunakan untuk konstruksi headphone ini adalah plastik komposit berkualitas tinggi dengan mangkuk telinga (earphone cup) yang berbahan lembut yang juga berfungsi sebagai isolasi suara (pasif, tentunya) sehingga pengguna bisa berkonsentrasi mendengarkan lagu tanpa terganggu suara dari luar. Di dalam kemasan, tersedia kabel keriwil (coiled) 1.8m dengan colokan 3.5mm dengan adapter colokan 1/4-inci (6.3mm). Kabel headphone bisa dicabut total sehingga bila terjadi kerusakan kabel, kita hanya perlu mengganti kabelnya saja. Tersedia pula carrying-case untuk menyimpan headphone. Meskipun harganya US$350 di Canada harganya menjulang menjadi sekitar US$400. bagaimanapun juga, kalau melihat tampilan luarnya, harganya tidak terlalu gila. Tentu lagi-lagi tergantung uji dengarnya. Ketika headphone ini saya pegang dan

gunakan, tampilannya berkesan comfortable. Sayangnya belum apa-apa sudah terasa kurang nyamannya. Cup headphonenya ukurannya agak tanggung sehingga ujung-ujung telinga saya agak terjepit. Baru setelah digeser-geser, ujung-ujung telinga saya masuk kedalam cup meski sedikit tertekuk. Tetapi karena distribusi berat (weight

audio video 16 Edisi 16/2013


distribution) yang baik, headphone ini terasa nyaman meski telinga agak tertekan. Engsel headphone-nya seperti kurang minyak karena sedikit berderik (squeaking). Sama sekali tidak problematis karena dengan setetes WD-40 suara derik langsung hilang. Tetapi saya memiliki ekspektansi yang tinggi terutama dengan harga yang sebegitu tingginya. Seharusnya dengan harga setinggi ini, semua engsel sudah dilubrikasi dengan baik dari pabrik dan earphone-cupnya sedikit lebih besar untuk mengakomodasikan ukuran telinga normal tanpa perlu digeser-geser dulu. Buktinya PSB, Sony dan House of Marley bisa memproduksi headphone dengan harga yang sama tanpa derik dan ukuran earphone cup yang pas. Untuk uji dengar kali ini lagi-lagi saya gunakan banyak CD rekaman Indonesia macam Dian Permana Poetra Audiophile recording yang ekslusif didistribusi oleh Disc Tarra, album ABG Cherrybelle serta yang sedikit lebih serius dengan kualitas rekaman yang cukup baik dari grup Aiko. Tentu uji dengar tidak lengkap bila tidak ditambah referensi rekaman yang direkam di studio saya sendiri karena saya mengenali persis dinamika maupun karakteristik rekaman lagu-lagu tersebut (antara lain “Will You Still Love Me Tomorrow”, “For The Rest of My Days”, “Jangan Tinggalkan” dan beberapa lagu lainnya – bisa dipesan langsung ke info@davidsusilo. com) Menggunakan berbagai macam rekaman baik CD, MP3 dan juga Bluray selama 3,5 jam

, menurut saya headphone ini sangatlah melelahkan. Mid-bass di daerah 60 Hz terdengar jelas di “boost” menghasilkan bass yang boomy tetapi dengan midrange yang masih jelas terdengar. Vokal terdengar relatif otentik dan frekuensi tinggi tidak terdengar sibilans. Malah ketika menggunakan rekaman Best Audiophile Voices yang penuh vokal dan hampir tidak ada bass-nya headphone ini terasa sangat natural. Ketika volume suara diturunkan, detail bisa dikatakan sirna, dan bila volume dinaikkan, tentu lama-lama akan melelahkan telinga. Untuk kalangan anak muda yang menyukai bass yang menendang headphone ini akan mudah diterima ditelinga. Tetapi bila kita mencari akurasi suara, lebih baik cari headphone yang lain. Tambahan, kabel headphone keriwil yang disupply oleh Skullcandy, setelah digunakan normal selama 3.5 jam, tetap kembali keriwil seperti semula. Agak disayangkan, potensi headphone ini sangat tinggi dan kalau misalnya headphone ini dijual dikisaran US$250, masih bisa saya rekomendasikan dengan tinggi. Tetapi untuk harga US$350? Headphone ini terasa agak mahal dan hanya cukup baik untuk penggunaan sehari-hari serta penggunaan DJ. Mengecewakan? Tidak! Masih jauh lebih baik dari rata-rata headphone modis di kelas harga segini. Mungkin lain kali Skullcandy bisa mendesign headphone yang betulan untuk penggunaan studio maupun audiophile.a SPESIFIKASI • Impedance 24 ohms • Sound Pressure Level 102 dB (1mW/500Hz) • THD less than 0.05% (1mW/500Hz) • Weight (without cable) approx. 270 g • Cable Type TPE

audio video 17 Edisi 16/2013


PENULIS

REVIEW

Fajar Arianto

BEYERDYNAMIC

DT 770 PRO 80 OHM / 250 OHM Headphone dari brand Beyerdynamic yang diproduksi di Jerman ini memang diperuntukan bagi para profesional yang banyak melakukan aktivitas kerja di studio. Produk DT 770 pro 80 Ohm dan DT 770 Pro 250 Ohm memiliki fitur yang memang dibutuhkan dari sebuah headphone profesional. Keduanya tidak memiliki spesifikasi yang berbeda, kecuali kapasitas Ohm-nya.

B

eyerdynamic merupakan brand yang sudah cukup eksis di pasar Indonesia. Banyak meluncurkan produk pro-audio yang cukup diminati, salah satunya adalah produk headphone. Bayerdynamic sendiri meluncurkan beberapa

tipe produk headphone profesional. Kali ini ada dua tipe yang melawat studio review Audiopro. Keduanya sebenarnya dari seri yang sama, termasuk spesifikasinya, seperti tertulis di atas. Sehingga kami memutuskan untuk me-review keduanya secara general.

audio video 18 Edisi 16/2013


Untuk berbagai proyek di studio, headphone Bayerdynamic ini sangat sesuai. Apalagi memiliki cup yang nyaman, dengan karakter busa yang lembut di telinga. Walaupun tidak terlalu kuat dalam menjepit di kepala, tapi memiliki isolasi sound dari luar yang sangat baik. Produk ini memiliki kontruksi yang cukup baik, dan mudah di-setup untuk menyesuaikan dengan bentuk kepala user. Produk ini menggunakan single-sided cable. HIGH DAN MID RANGE YANG AKURAT

Untuk mencobanya, kami langsung menuju studio uji coba Audiopro. Kami mencoba dengan memutar CD audio, dan tentunya mencoba melakukan proses recording sederhana. Tentu saja menggunakan headphone ini yang digunakan untuk monitoring. Kami merekam akustik gitar dan piano lengkap dengan vokalnya. Hasil recording inilah yang banyak dijadikan referensi materi review untuk produk ini. Jika menggunakan meida CD player dari album yang sudah jadi, akurasi uji coba terasa kurang detail (maksimal), karena materi CD Album sudah termasuk jadi. Jauh lebih baik dan maksimal, ketika kami menggunakan materi rekaman sendiri untuk uji coba produk tersebut. Produk ini dilengkapi bass-reflexsystem yang memungkinkan Anda bisa mendapatkan bass respon yang baik dan juga mendapatkan akurasi high dan mid-range yang kuat. Hal ini sangat kami rasakan saat melakukan monitoring hasil recording tersebut dengan produk Beyerdy-

SPESIFIKASI • Transducer type: Dynamic • Weight (without cable): 270 g • Frequency response: 5Hz - 35kHz • Nominal impedance acc. to IEC 60268-7: 80 Ohm / 250 Ohm system • Nominal SPL acc. to IEC 60268-7: 96dB • Nominal THD acc. to IEC 60268-7: < 0.2% • Power handling capacity acc. to IEC 60268-7: 100 mW • Sound coupling to the ear: Circumaural • Ambient noise isolation: approx. 18dB • Connection: Gold-plated stereo jack plug (3.5 mm) and 1/4” adapter (6.35 mm) • Length and type of cable: 3 m/straight cable • Nominal headband pressure: approx. 3.5 N

namic Headphone DT 770 Pro ini. Karakter high dan mid range lebih kuat dan dominan jika dibandingkan dengan karakter low-nya. Tentu saja suara vokal akan terasa lebih detail. Dan yang isolasi dari bocoran sound di luar headphone dapat direduksi sangat baik. Kami bisa merasakan karakter yang cukup detail dari headphone ini. Hal yang tentunya sangat dibutuhkan untuk berbagai proyek di studio. Selain penggunaan untuk monitoring di control room, kami juga memanfaatkannya untuk monitoring vokal saat melakukan tracking. Ternyata, penggunaan Beyerdynamic Headphone DT 770 Pro untuk monitoring vokal saat recording juga bisa diandalkan. Bahkan sangat membantu untuk mendapatkan mood, karena sound detail yang dihasilkan dari setiap intrumen yang direkam sebagai guide. Panjang kabel yang digunakan (lihat spesifikasi) juga banyak membantu untuk tingkat kenyamanan dalam menggunakan produk ini. Beyerdynamic yang berbasis di Jerman ini, memang cukup mampu menghasilkan produk yang bersaing di pasar. Dari riset yang mereka terapkan, tentu saja menghasilkan kualitas yang diinginkan.a

audio video 19 Edisi 16/2013


PENULIS

REVIEW

Fajar Arianto

SUPERLUX HD 661 DYNAMIC STEREO HEADPHONE Bosan dengan desain headphone standar? Superlux memberikan alternatif dengan meluncurkan produk Dynamic Stereo Headphone tipe HD 661 ini. Dengan penampilan yang fashionable (tersedia 5 pilihan warna), tapi menghasilkan kualitas yang bisa diandalkan. Apalagi produk ini merupakan produk yang ekonomis.

S

uperlux termasuk brand yang sudah mulai eksis di pasar lokal. Brand ini memiliki varian produk yang cukup lengkap, termasuk beberapa tipe headphone. Dari beberapa tipe yang sudah dipasarkan, Superlux meluncurkan produk headphone terbarunya tipe HD 661. Produk ini merupakan inovasi terbaru dari pabrikan ini. Menggabungkan produk yang mampu bersaing di kelasnya, dan tampil dengan tampilan yang fashionable. Mungkin Anda bosan dengan tampilan headphone standar, maka produk HD 661 ini tampil dengan beberapa warna pilihan,

yaitu: black, yellow, pink, red, dan blue. Terbuat dari bahan plastik dengan warna yang mencolok, memang cukup eye catching saat digunakan. Walaupun terbuat dari bahan plastik, tapi memiliki konstruksi yang kokoh dan cenderung ringan. Dengan desain dynamic close back, produk ini memang diperuntukkan bagi kalangan entry level sampai kalangan semi pro. Desain unik lainnya adalah penggunaan kabel yang terpisah dengan cable retention clip. Disediakan 2 buah kabel eksternal (incluide) dengan panjang yang berbeda. Bahkan, Anda bisa menyambungkan kedua kabel tersebut jika menginginkan

audio video 20 Edisi 16/2013


kabel yang lebih panjang. Sebuah desain dan inovasi yang cukup menarik. KENYAMANAN DAN SOUND

Seperti tertulis di atas, produk ini adalah produk headphone kalangan entry level, yang tentunya dijual dengan harga ekonomis. Akan tetapi, rupanya produk ini sangat memperhatikan desain produknya. Misalnya, produk ini sangat nyaman menempel di kepala, bahkan dalam waktu yang lama. Beberapa headphone (apalagi produk sekelasnya) kurang nyaman digunakan dalam waktu lama, dan membuat berkeringat saat digunakan. Produk ini bisa mengantisipasi hal itu, dengan desain khusus pada headband, yang tampil simpel dan lentur. Sayangnya, posisinya didesain stabil dan tidak bisa memanjangkan dan memendekan posisi cup. Tapi dengan desain yang stabil ini, cukup nyaman

digunakan dan pas di kepala. Cup dengan bahan busa yang nyaman, tapi cenderung tipis. Kelemahannya, justru tidak terlalu menempel atau mengisolasi posisi telinga. Jadi, posisi kenyamanan telinga untuk mendengar dari headphone ini kurang maksimal. Akan tetapi, desain cup ini cukup mengisolasi dengan baik. Artinya, cup ini cukup mampu mengisolasi distorsi suara dari luar. Tingkat kenyamanan lainnya adalah balance sound yang dihasilkan dari dua sisi cup ini cukup baik, menjadi nilai lebih untuk produk headphone entry level. Kami pun melakukan pengujian produk ini dengan menggunakan tiga cara. Pertama, kami menggunakan fasilitas studio recording Audiopro untuk mencoba melakukan monitoring. Kedua, menggunakan media CD player. Ketiga, kami juga melakukan pengetesan memutar audio MP3 dari media MP3 player. Kami mengambil kesimpulan bahwa walaupun merupakan produk entry level, sound yang bisa dihasilkan dari proses monitoring cukup bersih, sedikit nuansa warm dan stabil, dengan dominan karakter hi-mid dan sound bass yang memang tidak terlalu tebal. Sound balanced juga cukup baik, walaupun kami memutar frekuensi dari volume kecil sampai volume yang tinggi. Produk ini cukup multifungsi. Disarankan tidak menggunakannya untuk memixing atau mastering. Jika digunakan untuk studio, produk ini bisa dipilih untuk monitoring saat melakukan take, baik vokal maupun instrumen lainnya, untuk bass atau gitar misalnya. Produk ini cukup bisa diandalkan jika digunakan untuk kebutuhan broadcast. Apalagi digunakan oleh musisi untuk berlatih atau melakukan mobile recording digital. Fashionable, memadai, dan harga yang cukup ekonomis.a SPESIFIKASI • Type Dynamic, closed-back • Driver 40mm, neodymium magnet structure • Sensitivity 102 dB SPL, 1mW • Frequency Range 10 to 20,000 Hz • Rated Impedance 68 Ohms • Max Input Power 200 mW • Cords Detachable, 1 meter and 3 meter, straight • Connectors and Adaptors Gold plated stereo 3.5mm with 3.5mm to 1/4” phone adaptors • Headband Pressure ~ 4.5 newtons • Weight 190 g (without cable)

audio video 21 Edisi 16/2013


PENULIS

REVIEW

Budi Santoso

CREATIVE SOUND BLASTER RECON3D OMEGA WIRELESS

HEADPHONE MULTIMEDIA STANDAR THX Tidak dapat dipungkiri jika industri game telah menjadi sangat menguntungkan bagi bisnis piranti penunjang seperti produk besutan Creative, baik untuk PC, PlayStation atau Xbox, yang merilis sepasang headphone high-end gaming disebut Sound Blaster Wireless Recon3D Omega Wireless

D

idukung oleh revolusioner Suara Core3D suara ™ quad-core dan prosesor suara, Sound Blaster Recon3D Omega Wireless merupakan sistem audio dari sebuah era baru dalam audio game yang ditunjang oleh paket menakjubkan dengan kekuatan pemrosesan audio yang sebe-

lumnya hanya tersedia dalam soundcard PC. Hardware ini didukung oleh teknologi THX TruStudio Pro ™ ® yang bertujuan untuk meningkatkan gaming audio yang biasa , dimana kekuatan suara revolusioner prosesor quad-core audio Core3D menjadi akselerasi perangkat keras game audio yang

audio video 22 Edisi 16/2013


efek suara jernih. Dalam aplikasinya, Sound Blaster Recon3D Omega Wireless dapat bekerja pada platform Windows 8 yang memungkinkan Anda untuk menikmati kualitas audio melalui driver audio terbaru Headphone gaming Creative Sound Blaster Wireless Recon3D Omega Wireless memberikan gambaran sebagai headphone yang lengkap, karena mencakup prosesor audio berbasis USB (setara dengan kartu suara pada PC) serta sepasang headphone nirkabel, dimana headset ini memiliki kompatibilitas dengan PC dan konsol.a SPESIFIKASI HEADPHONE • Driver Units : 50mm Neodymium magnet • Frequency Response : 20Hz ~ 20kHz • Impedance : 32ohms • Sensitivity : 102dB/mW MICROPHONE • Microphone Type : Noise Canceling Condenser • Frequency Response : 100Hz ~ 6.5kHz • Impedance : <2.2kohms • Sensitivity : -40dBV/Pa SOUND BLASTER RECON3D • Playback : 24-bit Digital-to-Analog conversion (up to 48 kHz to stereo output) • Audio Inputs : One 3.50 mm (1/8-inch) stereo jack for Microphone In • One 3.50 mm (1/8-inch) stereo jack for Aux In/Optical In • Audio Output : One 3.50 mm (1/8-inch) stereo jack for Analog Line Out or Headphones Playback • Interface : USB powered

Cup yang lembut dan nyaman

memungkinkan untuk memanfaatkan kartu suara perangkat USB eksternal. Teknologi THX TruStudio Pro suara diharapkan mampu menciptakan kualitas audio mencakup efek surround yang menakjubkan yang jauh melampaui audio standar 5.1 atau 7.1, sehingga dapat memproduksi efek virtual yang menakjubkan, termasuk dukungan teknologiCrystalVoice yang menghasilkan

Modul Sound Blasterdengan fitur THX

audio video 23 Edisi 16/2013


PENULIS

TURTLE BEACH EARFORCE M5 HEADPHONE UNTUK GADGET MANIA Nama Turtle Beach tentunya bukan muka baru dalam dunia headphone maupun headset, bahkan menjadi salah satu brand yang menjadi leader dalam audio game, seperti halnya M5 yang merupakan jenis gaming headset yang didukung oleh fitur premium.

REVIEW

Budi Santoso

J

ika Anda mendambakan sebuah sistem headset yang memiliki desain lifestyle serta dukungan fitur mewah, Turtle Beach M5 memang patut dilirik, karena merupakan headset stereo yang didukung oleh audio driver full-range yang dirancang nyaman untuk digunakan di rumah maupun di perjalanan. Tidak saja memberikan kualitas audio kelas premium, namun juga dikemas menggunakan “mangkok” telinga yang dapat mengeliminir noise. Melihat desainnya, EarForce M5 memang terkesan modis, selain itu juga ditunjang dengan fisik sangat ringan, sehingga terasa nyaman, apalagi dengan dukungan padding jala model baru, yang membantu menjaga telinga Anda terasa dingin saat digunakan, bahkan dapat diputar dan memungkinkan fleksibelitas pada telinga. Penampilan headphone EarForce M5 sendiri memiliki warna hitam ramping di bagian luar, dengan salah lagi logo Turtle Beach yang terpampang pada bagian mangkuk telinga. Headphone ini menggunakan jenis konektor 3.5mm dengan 4-kutub standar. Bahkan M5 juga menaudio video 24 Edisi 16/2013


Tampilan Turtle Beach M5 dari berbagai sudut

dukung fungsi musik, termasuk mic in-line yang terpasang di dekat bagian atas kabelnya yang dapat berfungsi sebagai cancel musik. Selain kualitas suara, salah satu fitur yang paling penting dari sebuah headset adalah kabel. Jika terlalu panjang, terlalu pendek

3.5mm 4-pole connector is compatible with most mobile phones, smartphones and tablets

in-line microphone with call control and tangle-free cord

Twist-cup design for portability and resting on your shoulders Massive 40mm speakers deliver rich stereo sound

SPESIFIKASI • Speakers : 40mm diameter speakers with neodymium magnets • Frequency Response : 20Hz - 20kHz • Weight : 5.8 Oz (164.4 g) • Cable length : 1.2m • Connector : 3.5mm 4-pole gold plated • Sensitivity : 120dB +/- 5dB (1kHz 1mW) • Adapter : Separate 3.5mm jacks for mic and headphone • Microphone : In-line microphone and call answer button • Ear cup : Ear cup twist-design rotates 90 degrees

atau kabel ganda, tentunya ini akan mengganggu. Untungnya M5 tidak mengadopsi opsi di atas. Karena hanya terlihat satu kabel 1.2m melekat pada mangkuk kiri secara harfiah panjangnya termasuk sempurna ketika dicolokkan ke ponsel maupun gadget lainnya. Dengan tambahan mikrofon sangat bagus untuk aplikasi game atau chatting ketika bermain online.a audio video 25 Edisi 16/2013


PENULIS

REVIEW

David Susilo

DOLBY HEADPHONE DAN DTS HEADPHONE:X

DUA TEKNOLOGI HEADPHONE TERBARU DARI DOLBY DAN DTS Headphone memang sangat praktis. Mudah dibawa-bawa, relatif murah sehingga untuk mencapai kelas audiophile tidak terlalu perlu keluar uang secara gila-gilaan, dan tidak perlu akustik ruang karena suara langsung masuk kedalam telinga. Tetapi hal ini hanya berlaku dengan sistim dua kanal. Untuk sistim multi kanal (surround) kesannya mustahil.

B

eberapa perusahaan macam Yamaha (Silent Cinema), Pioneer (Headphone Surround), SRS (TruSurround) sudah mencoba berbagai algoritma untuk headphone surround tetapi hingga kini semuanya relatif gagal. Efek keliling

biasanya tidak terdengar dengan natural dan kadang terasa aneh ditelinga. Beberapa tahun lalu, perusahaan (relatif) kecil di Australia bernama Lake Technologies meluncurkan teknologi bernama “Mobile Surround� dimana input baik dua kanal

audio video 26 Edisi 16/2013


maupun multikanal hingga 7.1 bisa terdengar jauh lebih natural dari teknologi-teknologi sebelumnya. Efek surround-nya cukup mengesankan sehingga akhirnya teknologi ini dibeli oleh Dolby Laboratories dan diganti namanya menjadi “Dolby Headphone”. Dengan menggunakan algoritma “HRTF” (Head Related Transfer Function) atau kadang juga disebut sebagai “ATF” (Anatomical Transfer Function), efek ruang akan terdengar pula meski menggunakan headphone yang langsung menempel ditelinga. Hal ini menghasilkan seakan suara yang keluar dari headphone tidaklah langsung dari titik transducer/driver headphone tetapi agak sedikit diluar headphone yang menyebabkan suara vokal tidak lagi terdengar didalam kepala tetapi berada didepan kepala pendengar. Secara teknis, teknologi ini sebetulnya sudah cukup baik, tetapi karena efek ruang yang dihasilkan masih kurang besar, ditambah lagi biaya lisensi yang relatif tinggi, Dolby Headphone rata-rata hanya digunakan untuk aplikasi gaming dimana efek keliling sangat penting tetapi efek ruang tidak begitu diperlukan. Ketika saya mengunjungi CES2013 di Las Vegas, DTS meluncurkan teknologi yang menurut mereka bisa menyaingi Dolby Headphone. Teknologi ini mereka namakan DTS Headphone:X. Mirip seperti Dolby Headphone, teknologi ini menggunakan HRTF/ ATF tetapi ditambah lagi jumlah kanal bisa mencapai 11.1. Ditambah lagi, teknologi ini juga bisa dimbubi dengan simulasi ruang sehingga suara yang kita dengar berkesan seperti kita sungguh-sungguh berada (misalnya) di mixing-studio di Skywalker Ranch di San Fernando, atau di Graumann’s THX Chinese Theatre di Hollywood. Lebih hebatnya lagi, sistim ini juga memiliki database sebesar ratusan macam headphone sehingga ketika pendengar mau menggunakan Headphone:X. sang pendengar tinggal mencocokkan headphone yang dia pakai dengan salah satu headphone yang direkomendasikan oleh DTS.

Lebih baiknya lagi adalah rekomendasi headphone-nya tidak hanya berkisar di headphone kelas mahal tetapi dimulai dari headphone entry level Sennheiser yang ada dikisaran US$59. Hasil yang dicapai oleh DTS Headphone:X sangatlah memukau. Dalam demo DTS di CES2013 ini tidak ada satupun dari puluhan ribu pendengar yang bisa membedakan suara mana yang keluar dari headphone dan mana yang dari speaker sesungguhnya. Hal ini merupakan sukses luar biasa karena hingga DTS Headphone:X, belum ada satupun teknologi audio virtual yang bisa “menipu” telinga secara psikoakustik dengan taraf sukses yang 100% dari ribuan sampling (jumlah pendengar yang “tertipu” adalah 100% dari 11,000+ pendengar). Satu-satunya hal yang disayangkan adalah teknologi ini belum jelas akan diluncurkan kapan ataupun dimana. Mudah-mudahan saja teknologi ini tidak lagilagi jatuh untuk PC gaming tetapi juga tersedia sebagai plugin untuk tablet Android, iOS, Win; dan juga semoga saja untuk receiver juga tersedia... Kita hanya bisa tunggu tanggal mainnya. a

audio video 27 Edisi 16/2013

Tata suara ala DTS


PENULIS

REVIEW

David Susilo

SONY BDP-5100 4K UPSCALING BLU-RAY DISC PLAYER Banyak orang yang saya temui ingin memiliki Blu-ray player dengan performa maksimal. Ini lumrah. Yang tidak lumrah adalah keinginan memiliki Blu-ray player terbaik dengan harga tidak lebih dari $200 (tahun lalu permintaan ada dikisaran $300). Kalau mau yang terbaik saat ini adalah Opppo BDP-103, tetapi harganya juga di level $500-an. Jadi bagaimana untuk kaum pembeli yang tidak mau mengeluarkan uang sebanyak itu?

J

awaban dari dilemma ini adalah Sony BDP-5100 blu-ray player. Harganya? Di Kanada, blu-ray player ini dijual seharga $130 saja !! Fitur blu-ray player ini tentu termasuk fitur standar dimana alat ini bisa memutar blu-ray disc (lah iya, namanya juga blu-ray player), DVD, CD, serta dilengkapi dengan 802.11 w/g/n wi-fi... tapi tunggu, masih ada fitur eksklusif lainnya. BDP-5100 ini juga dilengapai dengan SACD playback, Triluminos Color serta 2D-to-3D conversion. Oh, hampir lupa, ada dua slot USB juga! Penampilan BDP-5100 jauh lebih anggun daripada model pendahulunya (BDP-S590). Tombol-tombol mini diganti menjadi tombol soft-touch menyala (backlit) yang mudah

dilihat. Cantik! Settingan blu-ray player ini sangat mudah dilakukan. Dalam lima menit settingan secara mendetil sudah bisa saya selesaikan. Media streaming maupun Facebook serta Twitter juga sangat mudah digunakan karena kita bisa menggunakan keyboard USB merek apapun juga dan tinggal dicolokkan ke colokan USB yang tersedia Proses seting blu-ray player ini juga relatif mudah. Dalam lima menit semua selesai. Startup time juga sangat cepat, yaitu 0 detik (ya betul, NOL detik). Sekali tombol eject ditekan, tray langsung membuka, player langsung on dan siap pakai. Oppo 103 mauapun Playstation 3 SuperSlim-pun tidak secepat itu!! Film-film blu-ray yang

audio video 28 Edisi 16/2013


loading-nya lamban macam Snow White and the Huntsmen, Disney’s Ratatouille, bisa di loading dengan cepat. Lagi-lagi lebih cepat dari Oppo 103 maupun Sony Playstation 3 SuperSlim. Tidak seperti tahun lalu, Sony BDP-5100 tidak lagi dilengkapi dengan Sony’s Super Bit Mapping for Video (SBM-V) yang memperbaiki gradasi warna sehingga colourbanding bisa dikurangi seminim mungkin. Tetapi, sistim SBM-V ini digantikan dengan sistim Triluminos Color dan bisa bekerja untuk cakram blu-ray biasa maupun cakram

blu-ray yang di encode dengan Triluminos (Sony Pictures sudah merilis beberapa judul blu-ray yang sudah di encode dengan Triluminos misalnya Total Recall 2012, The Other Guys, Ghostbusters, The Amazing Spiderman; tetapi ingat, harus dari seri “Mastered in 4K” (lihat foto contoh)). Untuk blu-ray yang di-encode dengan Triluminos, bila diputar di player ini, colour banding tidak saja menjadi hilang total tetapi warna menjadi lebih dalam seakan kita menonton blu-ray dengan colorspace professional DCI. Upscaling memang tidak sebaik model Oppo terbaru (Oppo BDP-103), tetapi jangan lupa, Oppo BDP-103 harganya sekitar $500 sedangkan BDP-5100 hanya $130. Konversi 2D ke 3D juga sangat baik. Meskipun tidak sebaik film 3D aslinya, hasil konversi dari BDP5100 menghasilkan efek kedalaman (depth) yang sangat baik meskipun efek keluar dari layar tidak terjadi. Memang hingga kini, konversi 2D ke 3D, Sony memang masih menjadi raja. Kekurangan dari BDP-5100? Tidak ada analog out (jangan lupa bahwa kebanyakan publik tidak memerlukan analog output) dan tidak ada DVD-Audio playback (rata-rata pembeli juga tidak memainkan DVD-Audio). Tetapi untuk harga yang $130 ini, saya bisa memberikan kriteria “Very Highly Recommended” untuk perfoma secara general serta “Very Highly Recommended” untuk value! Murah, meriah, dan sangat baik pula!a SPESIFIKASI • Premium Design & built-in Wi-Fi with superior range and strength • 100+ streaming apps: Netflix, HuluPlus, Amazon Instant Video, Pandora & more • Full HD 1080p Blu-ray Disc 3D playback with 2D to 3D conversion • Throw content to your TV from your tablet with TV SideView • I/P noise reduction helps eliminate excess noise for a better viewing experience

audio video 29 Edisi 16/2013


PENULIS

David Susilo

REVIEW

PRE-AMP / PROCESSOR SURROUND BARU DARI EMOTIVA Emotiva merupakan produsen audio online macam Emotiva Audio dimana seluruh jajaran produknya di-design di Amerika dan dimanufaktur di China. Seperti biasa saya senantiasa getol menulis artikel soal perusahaan kecil, dan kebetulan Emotiva baru saja meluncurkan Pre/Pro Emotiva UMC-200 dengan harga US$600, maka produk ini juga saya uji coba untuk edisi Audio Video bulan ini.

S

udah beberapa tahun ini perusahaan Emotiva berjaya karena berbagai ampliďŹ er produksi mereka. Tetapi dari sudut pre-pro, rilisan pertama mereka (UMC-1) gagal total terutama karena HDMI switcher yang sering ngadat. Emotiva juga sudah menyiapkan processor seharga $1,500 tetapi karena Outlaw meluncurkan pre-pro tipe 975 yang seharga $550, maka Emotiva menyerang balik dengan pre-pro UMC-200 ini dengan harga $50 lebih tinggi tetapi sudah termasuk room correction dan video processor. Tidak banyak jalan pintas yang diambil oleh Emotiva ini. Yang saya kurang sukai adalah HDMI input yang hanya ada empat (meskipun jumlah ini sudah cukup banyak untuk rata-rata pembeli), dan tidak adanya Phono Input untuk turntable. Terus terang tidak terlalu banyak orang yang memerlukan lebih dari empat HDMI inputs. Alat yang biasa audio video 30 Edisi 16/2013

digunakan paling hanya CableTV, Media Player, Blu-ray Player (meskipun bagi saya tidak cukup karena saya menggunakan dua CableTV, dan dua Blu-ray Players serta camcorder HD yang memerlukan total 6 HDMI inputs). Juga meskipun saya menggunakan Phono Pre-amp yang ada di Receiver Anthem MRX-700 dan Pioneer LX-82, kalau memang penggemar turntable sungguhan, biasanya sang pengguna sudah memiliki pre-amp sendiri. Terlepas dari kekurangan diatas, ada beberapa kelebihan pre/pro Emotiva UMC-200 ini. Pertama adalah sistim crossover yang independen dimana setiap speaker bisa memiliki crossover sendiri. Biasanya diberbagai receiver dan banyak pre/pro, pilihan yang ada hanyalah full-range (tanpa cross-over) atau satu titik crossover untuk semua speaker yang ada. Bagaimana bila speaker utama “turun� hingga 40 Hz, speaker center


mentok di 80 Hz, speaker samping di 50 Hz dan speaker belakang di 60 Hz? Untuk pre/ pro maupun receiver rata-rata, kita harus memilih titik crossover tertinggi (dalam contoh ini adalah 80 Hz) dan sisanya dilarikan ke subwoofer. Hal ini membuat subwoofer tidak bisa bekerja secara optimal karena suara dari 7 kanal dicampur aduk menjadi 1 kanal sehingga membuat suara bass hanya muncul dari subwoofer yang buntutnya membuat subwoofer menjadi kurang (atau malah, tidak) gesit. Dengan sistim yang digunakan Emotiva UMC-200 (dan juga Outlaw 975), setiap speaker bisa diatur crossover point-nya masing-masing. Jadi kita bisa meng-setting titik crossover sebagaimana seharusnya tergantung response asli masing-masing speaker dan hanya frekuensi sisa-nya yang dikirim ke subwoofer. Hal ini membuat respon subwoofer menjadi jauh lebih gesit dan akurat. Dengan fitur penting yang satu ini, suara yang dihasilkan Emotiva 975 menjadi sangat musikal dan “sopan” tapi tetap berdinamika tinggi dengan respons transient yang gesit. Kelebihan lainnya adalah reproduksi digital to analog yang sangat bersih dan nyaris mirip analog total. Sesuatu hal yang hampir mustahil dengan harga semurah ini. Tidak perlu lagi menggunakan satu sistem hanya untuk sistim dua kanal dan satu sistem untuk multi-kanal. Cukup menggunakan satu pre/ pro ini, kedua keperluan sudah terpenuhi. Tapi bagaimana dengan fitur lainnya? Yah, untuk pre-pro seharga $600, bisa dimaafkan lah. Perlu tambahan HDMI input? Tinggal tambah DVDO Quick6 seharga $500-an. Perlu DAC yang lebih baik? Tinggal beli Parasound Zdac seharga $500-an. Tapi kalau tidak perlu ya tidak perlu keluar uang. Anggaplah alat ini

menjadi alat modular seperti di tahun ’80-an di masa jayanya sistem komponen terpisah. Tetapi dengan adanya fungsi Advanced Emo-Q Gen2 room calibration, untuk pertama kalinya saya tidak ragu apakah alat ini pantas saya rekomendasikan atau tidak, karena value dari alat ini bila dibandingkan dengan Outlaw 975 sangatlah baik. Memang lebih mahal $50 tapi murah karena dengan selisih harga yang hanya $50 itu, kita mendapatkan 11-band parametric equalizer untuk 8 kanal (dalam konfigurasi surround 7.1), serta video prosesor yang meski sangat basic, tetapi “mendingan dari pada nggak ada”. Untuk harga $600 ini, pre-pro Emotiva UMC-200 sangat saya rekomendasikan karena fitur-fitur yang tersedia adalah setara dengan pre-pro lain yang seharga $1,000-an. Selisih US$400-nya khan bisa dihibahkan ke redaksi AVI, hehehehe.a SPESIFIKASI • 4 HDMI Inputs all inputs HDMI 1.4 compliant, with 3D and CEC support • 1 HDMI Output HDMI 1.4 compliant, with ARC support • Analog Inputs 4 stereo pairs and 1 7.1 channel unbalanced;direct • Digital Inputs S/PDIF, Coax, and 2 Toslink Optical • USB InputAccepts Emotiva Bluetooth dongle only • Analog Outputs 1 7.1 channel (unbalanced), 1 subwoofer (balanced), 1 stereo pair (unbalanced), and 2 stereo pairs (Zone 2 and Zone 3). • Antenna Inputs 1 AM and 1 FM

audio video 31 Edisi 16/2013

• 2 Trigger Outputs • 1 IR Input • 1 IR Output • Remote Control Full function infrared remote control with CEC sub panel • Display (on-screen) Full color OSD over live video • Display (front panel) Two line alphanumeric High visibility blue VFD (dimmable) SIZE: • unboxed: 17” W x 14” D x 3-1/4” H • boxed: 21” W x 18” D x 7.5” H • Weight: 10 lbs (16 lbs boxed)


PENULIS

BEYERDYNAMIC T1

HEADPHONE PROFESIONAL KELAS PREMIUM Beyerdynamic T1 merupakan jenis headphone yang dipersiapkan untuk ampliďŹ er XLR Balanced yang umumnya digunakan bagi para pecinta musik high end dengan tampilan elegan melalui proses pembuatan yang presisi dengan komitmen headphone “Made in Germanyâ€? berkualitas untuk kelas dunia.

TEST

Budi Santoso

M

endengar nama Beyerdynamic, mungkin sudah tidak asing lagi bagi para pengguna headphone yang mendambakan performa berkelas, seperti produk yang belum lama masuk lab Avi berupa stereo headphone seri T1. Ketika kami buka kemasannya, Beyerdynamic T1 dibungkus rapi dalam sebuah kardus dengan gambar foto penampang headphone, dimana perangkatnya sendiri masih dikemas secara eksklusif menggunakan tas aluminium, sehingga terkesan elegan. Tidak meleset dari dugaan kami, ternyata Beyerdynamic T1 merupakan jenis headphone dengan ukuran cukup besar, dimana mangkuknya sendiri mampu menutup area telinga secara sempurna, yang kenyamanannya ditunjang oleh bantalan busa lembut sebagai media mangkuk drivernya. Headphone ini ditunjang oleh kabel khusus yang dapat dilepas secara terpisah dan masing-masing menggunakan sistem koneksi model XLR, dimana panaudio video 32 Edisi 16/2013


bekerjasama dengan magnet yang kuat, dengan kualitas suara transparan dan bebas distorsi. PENGUJIAN.

SPESIFIKASI • Transducer type : Dynamic • Operating principle : Semi-open • Frequency response : 5 - 50,000 Hz • Impedance : 600 Ω • Nominal SPL : 102 dB (1 mW / 500 Hz) • T.H.D. : < 0.05% (1 mW / 500 Hz) • Power handling capacity. : 300 mW • Max. SPL : 126 dB (300 mW / 500 Hz) • Sound coupling to the ear : Circumaural • Headband pressure : approx. 2.8 N • Cable : 3 m / double-sided /balanced (6-core) • Connector : Gold vaporised 1/4” stereojack plug (6.35 mm)

jang kabel ini tergolong sangat memadai, karena dibentang sepanjang 3 meter. Beyerdynamic T1 mengadopsi teknologi Tesla yang merupakan rekayasa transduser (driver) berdasarkan pada sebuah cincin magnet neodymium dengan karakteristik medan magnet yang dioptimalkan. Kombinasi ini menciptakan medan magnet di dalam transduser yang jauh lebih kuat (> 1,2 Tesla - unit pengukuran untuk kerapatan fluks magnetik - dengan headphone saat kekuatan medan magnet <0,65 Tesla) dibandingkan headphone standar. Karena meningkatnya medan magnet, kumparan suara lebih kompak namun tetap memberikan tingkat efisiensi yang sangat tinggi. Membran, terdiri dari 3 lapisan “senyawa foil”, memberikan respon frekuensi yang sangat tepat dan jaminan,

Saat pengujian Beyerdynamic T1, kami didukung oleh perangkat amplifier khusus headphone Graham Slee buatan Inggris yang modelnya cukup simpel, dimana terdapat dua jalur masukan dengan keluaran headphone tunggal yang dilengkapi dengan pengatur volume dan selektor jalur masukan. Ampli headphone yang ternyata didukung oleh sistem catu daya terpisah ini, memang sangat mudah pengoperasiannya, dimana headphone Beyerdynamic T1 langsung dapat dicolok dan hasilnya sudah dapat kami nikmati. Sebagai sumber musik, kami menggunakan PC yang koneksi ke amplifier menggunakan mini-plug to RCA, sehingga dengan pengaturan volume pada tingkatan gain tertentu, kami dapati suara musik tersalur dengan baik pada headphone. Dari hasil pengujian ini, sajian musik dengan format MP3 direpro dengan kualitas suara yang detil namun lembut, dimana kontur suara headphone Beyerdynamic T1 memang memiliki kualitas bas yang tight dengan tingkatan dinamika yang mencukupi, sehigga sajian musik rock pun dapat tersaji dengan tetap nyaman di telinga. Pada dasarnya Beyerdynamic T1 tidak terlalu kedap, bahkan suara dari luar masih dapat kami dengar, sehingga tingkat kenyamanannya hampir sama dengan ketika kami mendengar melalui loudspeaker, dimana tidak terlalu mati, ini tentunya akan meningkatkan kenyamanan mendengar musik walau berlama-lama.a

audio video 33 Edisi 16/2013


PENULIS

PARADIGM STUDIO 60

LOUDSPEAKER HIGH END KELAS STUDIO Dalam kipahnya yang lebih dari seperempat abad, membuat Paradigm selalu menawarkan produk loudspeaker dengan kelas tersendiri bagi para pecinta audio dengan standar performa desain dan konsep modern.

TEST

Budi Santoso

S

tudio 60 adalah salah satu seri eksklusif yang tidak saja menyuguhkan kualitas suara yang mumpuni, tapi ditunjang oleh tampilan yang enak dipandang mata, sehingga, produk yang satu ini terkesan mewah. Seperti pada seri Studio 100 yang merupakan “kakak seperguruan� besutan Paradigm, dimana sebelumnya telah kami review. Kali ini seri Studio 60 merupakan jenis loudspeaker yang juga memiliki desain dan postur sama, yaitu model tower. Untuk seri Studio 60, tersusun atas lempat unit driver yang terdiri dari 2 unit driver bas 5 1/2 inci, satu unit driver midrange 5 1/2 inci, dan sebuah unit tweeter 1 inci model dome yang kesemuanya dikemas dalam kotak speaker dengan dukungan penutup grill yang menambah tampilannya semakin elegan.

PENGUJIAN

Ketika kami lakukan pengujian, loudspeaker Paradigm Studio 60 ditunjang oleh beberapa perangkat lainnya, seperti, AV receiver Pioneer dan Blu ray player Pioneer, dimana sistem penunjangnya merupakan piranti yang biasa digunakan untuk sistem tata suara home theater (HT) , walau pada pengujian ini kami hanya melakukan untuk sistem stereo saja. Dalam pengujian inii, kami menjajal beberapa keping CD reference untuk memainkan musik CD. Dan hasilnya terbukit jika loudspeaker ini mampu menampilkan performa audio video 34 Edisi 16/2013


bas yang terdengar cukup rendah dan solid, sehingga sajian musik dapat direpro dengan tingkat musikalitas yang tinggi, Selain memiliki bobot vokal yang tidak cempreng, bunyi akustik terkesan sangat natural, sehingga setiap detil instrumen musik dapat ditepresentasikan dengan akurat. Dari hasil uji dengar secara keseluruhan, Studio 60 tidak saja mampu merepresentasikan setiap sajian musik dengan baik, tapi juga menghasilkan panorama panggung yang memiliki tingkat kedalaman yang ideal dalam ruang yang tidak terlalu besar. Ini membuktikan kalo loudspeaker Paradigm Studio 60 dapat menampilkan karakter suara yang alami.a

Untuk seri Studio 60, tersusun atas lempat unit driver yang terdiri dari 2 unit driver bas 5 1/2 inci, satu unit driver midrange 5 1/2 inci, dan sebuah unit tweeter 1 inci model dome yang kesemuanya dikemas dalam kotak speaker dengan dukungan penutup grill yang menambah tampilannya semakin elegan.

SPESIFIKASI • 4-driver, 2-1/2-way floorstanding • High-Frequency Driver : 25-mm (1 in) GPAL™ dome • Midrange Driver : 140-mm (5-1/2 in) SPAL™ cone, • 38-mm (1-1/2 in) voice-coil, • Bass Drivers : Two 140-mm (5-1/2 in) mineral-filled polypropylene cones • Frequency Response: ±2 dB from 44 Hz - 22 kHz ; ±2 dB from 44 Hz - 20 kHz • Sensitivity - Room / Anechoic : 92 dB / 89 dB • Suitable Amplifier Power Range : 15 - 220 watts • Maximum Input Power† : 170 watts • Impedance : Compatible with 8 ohms • Height, Width, Depth : 101.8 cm x 20.0 cm x 30.1 cm • Weight (Unpacked) : 22.7 kg / 50 lb

audio video 35 Edisi 16/2013


PENULIS

TEST

Budi Santoso

GRAHAM SLEE SOLO AMPLIFIER HEADPHONE BAGI AUDIOPHILE Amplifier khusus headphone telah menjadi komponen penting dari setiap sistem hi-fi untuk mendengarkan pribadi. Bahkan amplifier headphone telah digunakan secara profesional di studio rekaman dan audio broadcast lebih dari setengah abad sebagai piranti monitor yang sangat menentukan hasil akhir.

D

engan hadirnya jenis amplifier headphone , tentunya membuat para pecinta musik dimanjakan oleh kualitas suara yang lebih menarik, santai, dan menyenangkan, Graham Slee merupakan salah satu pembuat amplifier headphone yang dikemas secara kompak dengan dukungan komponen berkualitas, tentunya dengan lebih dari 20 tahun pengalaman dalam desain headphone amplifier. Pada edisi kali ini, kami kedatangan sebuah perangkat amplifier headphone Graham Slee seri Solo yang dikemas dalam dua dus terpisah, dimana terdiri dari satu pak unit

amplifier dan satu pak lagi berupa unit catu daya. Dengan dimensi tidak lebih dari seukuran kotak obat, Grahan Slee Solo memiliki casing bersaput warna silver, layaknya sebuah mini amplifier dengan sistem pengaturan yang simpel. Pada panel depan hanya terdapat sebuah tombol volume, sebuah colokan headphone, serta switch untuk jalur masukan. Sedangkan di bagian belakangnya disediakan dua jalur masukan stereo model RCA serta port khusus untuk catu daya. Untuk catu dayanya sendiri dikemas secara terpisah, dimana ukurannya hanya sedikit

audio video 36 Edisi 16/2013


lebih kecil dibanding unit utamanya, dan dirancang khusus untuk mensupply daya sebesar 24 Volt DC. Untuk koneksi catu daya ke amplifier dihubungkan menggunakan kabel bawaan yang memiliki multipin mirip colokan XLR, sehingga tidak dapat digantikan dengan power supply jenis lain. PENGUJIAN

Saat pengujian, kami menggunakan salah satu produk headphone buatan Beyerdynamic seri T1 yang kompatibel dengan colokan model 1/4 inci yang biasa digunakan pada jenis headphone profesional. Pengoperasian Grahan Slee Solo memang tergolong cukup mudah, karena saat dihubungkan ke catu daya, maka amplifier ini langsung On dan siap digunakan. Kali ini kami coba mengambil sumber masukan dari soundcard PC menggunakan jenis colokan mini-plug stereo yang menggunakn adapter RCA agar dapat dihubungkan ke Grahan Slee Solo. Dengan sedikit menggeser posisi volume, maka suara sudah dapat didengar melalui headphone. Terbukti kalau kualitas potensiometer amplifier ini memang baik, dimana tidak tingkat kehalusan suara saat menaikkan volume tidak frontal, bahkan terkesan mulus, sehingga kami sangat dimanjakan dengan pengaturan volume dari yang paling pelan sampai ekstrim. Kualitas suara dari Grahan Slee Solo ternyata memang patut diacungi jempol, karena mampu menghadirkan dimensi suara yang dinamis, tapi tetap memberi tonal balance yang mumpuni, sehingga setiap detil suara dapat direproduksi

Perbandingan modul pre amp dengan catu daya

Terdapat dua jalur masukan analog

dengan akurat, tanpa cacat. Bahkan ketika volume kami buka sampai titik ekstrim, secara linier kualitasnya tetap terjaga dengan baik, tanpa terjadi efek kliping, dan telinga kami masih tetap dimanjakan dengan suara yang nyaring sekalipun. Dari pengujian ini, membuktikan kalau Grahan Slee Solo sangat membantu dalam menghasilkan kualitas headphone agar menampilkan suara dengan detil yang baik serta mampu menghasilkan dimensi suara yang dapat memberi efek tiga dimensi yang luas, seolah kita mendengar dalam ruang yang besar.a SPESIFIKASI • Headphone impedance range: 16 to 600 Ohms preferred; 8 to 2,000 Ohms acceptable • Headphone Jack: 1/4 inch (6.35mm) A gauge (BPO B gauge to special order) • Power output • (rms, both channels fully driven) 32 Ohms: 27mW/ channel; 600 Ohms: 23mW/channel • Distortion (THD plus noise, ref 1kHz): 0.02% • Frequency response (-3dB) 32 Ohms load: 27Hz - 35kHz; 600 Ohms load: 10Hz - 39kHz • Output noise (20Hz-20kHz, CCIR quasi-peak): -84dB

audio video 37 Edisi 16/2013

• Input sensitivity (for specified power output) 32 Ohms: 250mV rms; 600 Ohms: 775mV rms • Channel balance: better than 1dB, “9 to 3 o’clock” positions • Crosstalk: Left to Right -57dB; Input to Input -68dB • Mute: Signal off mute, non-shorting • Output Stage: Bipolar class AB • Supply voltage: 24V DC • Size: (approx.) W: 107 x H: 50 x D: 185 (mm) inc. controls


PENULIS

HI END

Tjandra Ghozalli

DP 550

ACCUPHASE MEREK HIGH END LEGENDARIS

Pada bulan Maret silam kami kedatangan dua tamu dari Jepang, Jim S.Saito (President & CEO) dan Mark M.Suzuki (Managing Director) – keduanya berasal dari Accuphase, produsen perangkat audio elektronik.

S

eperti diketahui luas bahwa Accuphase yang lahir 40 tahun lalu – sudah diterima oleh kalangan peminat audio high end sebagai produk yang mumpuni. Di Indonesia, Accuphase diageni oleh Ultimate Audio di bawah pimpinan Agus Lim - sejak lima tahun lalu. Beberapa produk unggulan Accuphase antara lain:

MDS SA-CD PLAYER DP-550.

Keunggulan perangkat ini terletak Digital to Analog Converter yang menggunakan 4 DAC Chips yang diparalel setiap kanalnya.

Juga mekanisme “new SACD drive” mengandung sejumlah keunggulan seperti unit laser pick-up yang serba ringan sehingga anti getar ditambah dengan alas putar yang terbuat dari magnit neodymium yang ringan lagi kuat “menjepit” keping piringan. DP-550 menggunakan Multiple Delta Sigma (lihat blok diagram) di mana setiap kanal (kiri atau kanan) mengandung 4 DAC (Digital to Analog Converter) yang diparalel. Maksudnya dengan menggunakan empat chip yang sama dan hasilnya dijumlah (sum) maka kesalahan (error) dan desah (noise)

audio video 38 Edisi 16/2013


akan saling meniadakan sehingga kualitas audio meningkat dua kali lipat. Setelah melalui I-V Converter maka keluarannya sudah siap untuk diperkuat. Dengan Multiple Delta Sigma+ penampilan keseluruhan diperbaiki dengan faktor 2 (= kuadrat akar 4). Keluaran dari Multiple Delta Sigma+ kemudian dikirim ke penapis frekuensi rendah (LPF) Butterworth 5 kutub. Dengan cara ini sinyal keluaran menjadi berkualitas tinggi. MDS Compact Disc Player DP-410 juga menggunakan teknologi Multiple Delta Sigma + Chip DAC buatan Texas Instruments PCM1796. Dengan linearity antara digital to analog demikian presisi.

INTEGRATED STEREO AMPLIFIER E-260

Sebagai suksesor model terdahulu E-250. Dirancang dengan faktor peredam (damping factor) 200 dua kali lipat dari damping faktor amplifier terdahulu E-250 dengan nilai 100.

Semakin besar faktor peredam sebuah amplifier maka karakter amplifier semakin stabil yang tak dipengaruhi oleh karakter loudspeaker. Untuk mengurangi desah maka dipakai sejumlah buffer amplifier yang dipasang paralel dan paralel V-I converter dalam dua blok unit. Class A Monophonic Power Amplifier A-200 Menggunakan sirkit MOSFET 10 unit paralel dalam sususnan push pull. Dengan cara ini maka impedansi keluaran mengecil sehingga faktor peredaman meningkat.a

E 260

audio video 39 Edisi 16/2013


PENULIS

HI END

Tjandra Ghozalli

Q&A WITH MARK M. SUZUKI Berikut ini adalah tanya jawab antara kami dengan Mark M.Suzuki secara online. Avi : Bagaimana filosofi rancangan utama Accuphase?

Suzuki: Musik adalah oasis yang menyegarkan dalam perjalanan hidup kita. Musik bisa menggairahkan, menghanyutkan dan menyegarkan. Dapat menggugah hati kita dan memperkaya hidup kita ini adalah target Accuphase di dlama teknologi audio. Ada ide di balik slogan “Perkaya Hidup Melalui Teknologi�. Dimulai dari grup orang muda yang memiliki keahlian audio tingkat tinggi yang bersatu menuangkan idenya di lini produksi perangkat audio Accuphase sehingga seluruh komponen yang berada di dalam perangkat Accuphase adalah yang terbaik. Seperti halnya instrument musik yang dibuat dengan teliti demikian pula perangkat Accuphase adalah hasil karya masterpiece. Banyak pekerjaan dilakukan dengan tangan terampil yang merasakan sebagai seni

audio video 40 Edisi 16/2013


bukan melulu produk teknik.Kami menghindari sistem produksi massal yang tidak mempunyai aura. Produk Accuphase dibuat terbatas dengan nomor khusus yang dijual di toko khusus pula. Avi: Merek Accuphase menyiratkan arti fasa yang akurat? Suzuki: Nama Accuphase diadaptasi dari kata ACCU dari kata ACCURATE yang dikombinasikan dengan PHASE faktor penting dalam teknologi audio. Kami rasa nama ini sangat cocok untuk menyatakan produk kami Merupakan bayangan citra produk kami yang menyeruak ke dalam teknologi terdalam. Sekali lagi kami menghindari sistem produksi masal. Accuphase dibuat dalam jumlah terbatas hanya untuk Anda yang menginginkan kesempurnaan di atas segalanya.

Avi: Bagaimana menurut Anda musik daring (online)? Suzuki: Kami pikir musik daring adalah salah satu pilihan sumber musik. Seperti halnya kita telah punya PH, CD, dan Radio FM. Sekarang kita nikmati Musik Daring. Avi: Berkenaan dengan Musik Daring, Apakah Accuphase punya rencana mengembangkan perangkat khusus musik daring? Suzuki: Kami sebetulnya sudah punya perangkat yang terkoneksi PC melalui masukan USB. Ada beberapa model seperti: DC-901, DP-550, DP410, DAC-30 (modul). Sebagai tambahan DP-550 dapat memainkan piringan DSD (selama musik data).

audio video 41 Edisi 16/2013


PENULIS

NOSTALGIA

HI END

Tjandra Ghozalli

KUATNYA QUAD

Mendapatkan repro suara yang dinamik, tak semata dapat diperoleh lewat hentakan bass yang mengena dan kekuatan vokal yang mantap. Secara keseluruhan kekuatan suara mesti balans dengan efek suara lainnya, seperti yang ditampilkan oleh sistem kali ini.

S

ebagai satu-satunya butik audio hi end yang masih bercokol di Glodok Plaza, Jakarta. Audio Jaya, seperti biasa selalu menyediakan varian produk

yang komplit disetiap line upnya. Kedatangan saya langsung digiring keruang dengar berukuran sekitar 6 X 5 meter, yang telah diisi dengan sebuah sistem yang terdiri dari :

audio video 42 Edisi 16/2013


• Speaker : ProAc Response 1SC • Pemutar CD: Marantz SA-15 Si • Power Amplifier: Quad II Classic • Pre Amplifier: Quad QC twenty four • Kabel Interkonek : chameleon • kabel Speaker: Odyssey 4

Power amplifier Quad II classic, seperti halnya yang Quad II yang original merupakan amplifier monophonic clas A yang hanya memiliki dua stage aktif. Konon power amp ini merupakan salah satu dari ampli-

fier terkenal di sejarah audio dunia. Sekedar tahu, Quad II Original pertama launching pada tahun 1953, hasil rancangan disainer Peter Walker. Pada saat yang sama tengah mewabah valve amplifier di pasaran. Quad II menawarkan sesuatu yang unik, yakni output stagenya. Power amplifier ini berusaha membuat sirkuit pasangan katodenya melebihi performa pengoperasian triode, namun dengan ukuran dan tingkat karakteristik efesiensi cara kerja pentode. Konsep ini merupakan terobosan, sehingga Quad II (original) terus diproduksi hingga tahun 1970. Sedangkan Quad II classic merupakan kreasi ulang yang konon dibuat lebih akurat dengan katup output dan katup input yang lebih sama. Alhasil hasil tersebut akan berimbas pada detail dan tone yang lebih original. Adapun output power amp ini memproduksi sekitar 15 watt perkanalnya. Sebagai tandem, di pasang pre amp merek Quad juga yakni seri QC twenty four. Quad seri ini memiliki respon frekuensi 5 Hz hingga 50 kHz, dengan stage gain 15 dB dan minimum load yang direkomendasikan 50k ohm. Sedangkan untuk keluaran suara, sistem ini di padankan dengan speaker bookshelf ProAc Response 1SC. Speaker two way ini berdimensi cukup mini yakni 12” X 17” X 9 “ (H xWxD) dengan ukuran driver tweeter ¾ inchi dan driver bass/midranger 5 inchi. Tanggapan frekuensi ProAc yang 38Hz-25kHz cukup tanggap menangkap olahan vokal Eline

audio video 43 Edisi 16/2013


PENULIS

NOSTALGIA

HI END

Tjandra Ghozalli

dalam lagu ‘My Love is”, detail suaranya terdengar detail dan solid, namun berbeda ketika saya ingin mendapatkan suara high, yang di lagu ini hilang entah kemana. Kondisi tak jauh berbeda ketika George Benson melagukan “The Ghetto”. Vokalnya tetap oke, demikian juga suara perkusi yang lumayan detail (kecuali suara symbal yang terdengar sedikit terpotong di ekor lagu). Meskipun dilagu ini racikan ala Quad memerkan dinamikanya yang bagus, namun secara staging suara kurang luas. Dinamikanya hanya terkonsentrasi di spot tertentu. Untuk me-

lengkapi experience saya di sistem ini, di coba aksi Jim Kelther dalam gebukan drumnya yang bertajuk Improvisation. Hasilnya tak jauh beda, dinamiknya tanguh, midnya makin mantap, bassnya juga ‘dapet. Sayang lagi-lagi highnya lenyap. Satu hal yang di tunggu-tunggu di lagu dalam CD demo ini adalah suara deheman Jim di akhir lagu... lumayan dapat menghadirkan Jim sesungguhnya di tengah sistem. a

audio video 44 Edisi 16/2013



PENULIS

NOSTALGIA

HI END

Tjandra Ghozalli

EUFORIA DI DANUMURI Dengan mengesampingkan segala upaya yang pernah Anda lakukan dalam component matching, Anda akan menyadari, pada akhirnya, rekamanlah yang menentukan baik atau buruknya sistem yang Anda miliki.

B

etul sekali jika banyak yang mengatakan bahwa musik dibangun berdasarkan karakter si pemusik, yang mengidentiďŹ kasikan ciri khas yang dimilikinya. Dan tentu saja, ada perusahaan rekaman yang menghadirkan karakteristik untuk menghadirkan musik yang bisa dinikmati

oleh banyak kalangan, ada pula perusahaan rekaman yang hanya mengkhususkan rekaman yang dibuatnya untuk kalangan tertentu. Apa hasil dari keputusan mereka? Jawabannya adalah hampir pasti, bahwa musik juga merupakan proses akhir dari component matching. Hal tersebut menjadi gambaran

audio video 46 Edisi 16/2013


Namun dalam dunia hi-end yang hampir tidak memiliki toleransi, sistem yang fleksibel tentu saja bisa menjadi jembatan yang mampu menghubungkan si pendengar dengan dimensi yang hilang. Dalam hal ini, sistem di Danumuri mengacu kepada dimensi analog dan digital sekaligus. Di bawah ini adalah perangkat sistem di Danumuri: • Turntable Pluto Audio 12A • Phonostage Asthetix RHEA • CD transport model 4704/04 PITracer 47 Laboratories • DAC Progression 47 Laboratories • Pre amplifier Moon P5 Limited Edition • Amplifier AtmaSphere monoblok MA-2 MKII • Speaker Epiphany 21-20

pembuka terhadap sistem yang dihadirkan oleh Danumuri. Sistem ini merupakan kombinasi dari dua aspek penting dalam dunia audiophile, kesanggupan untuk memutar PH dan CD sekaligus. Seperti yang kita ketahui, banyak sekali perdebatan tanpa akhir mengenai kedua source yang sangat berbeda ini. Pentingnya kemampuan untuk memainkan segala jenis media dan musik merupakan faktor kunci. Dan proses component matcing menjadi sebuah faktor yang menjadi solusi, bukan menjadi penghalang. Sistem yang kita sedang bicarakan sekarang ini memiliki banyak sekali keunggulan meskipun sedikit kompleks mengingat banyaknya perangkat yang digunakan.

Sistem Danumuri dilengkapi dengan source analog yang terdiri dari turntable Pluto Audio 12A plus phonostage Asthetix RHEA. Yang unik dari turntable ini adalah sumber tenaga untuk menggerakkan motornya yang menggunakan baterai daripada listrik arus AC. Source digital menggunakan CD transport model 4704/04 PITracer dari 47 Laboratories dengan DAC seri Progression juga dari merek yang sama. CD transport dan DAC dari 47 Laboratories ini distabilkan oleh power supply Humpty Dumpty juga dari 47 Laboratories. Kemudian, kedua sistem ini disatukan dalam pre amplifier Moon P5 Limited Edition yang dilengkapi dengan power supply PS-5 Limited Edition. Kita belum selesai. Hasil akhir dari proses sinyal audio kemudian diteruskan ke amplifier AtmaSphere monoblok MA-2 MKII Reference Edition yang satu buahnya berdaya 200 watt. Kemudian, suara direproduksi oleh

audio video 47 Edisi 16/2013


PENULIS

NOSTALGIA

HI END

Tjandra Ghozalli

speaker Epiphany 21-20. Speaker dengan dimensi yang sangat besar ini (tinggi lebih dari 2 meter) menggunakan dua puluh satu tweeter planar magnetik atau ribbon dan dua puluh driver midrange/bas berukuran 4 inci. Kabel-kabel yang digunakan adalah Acoustic ZEN, Stealth, Hybrid, dan Varidique. Mendengarkan sistem ini membuat kami sulit berkata-kata. Sejujurnya, untuk menafsirkan betapa sistem ini bisa membuat kami terpaku di tempat duduk membutuhkan lebih dari sekadar rangkaian kalimat karena pengalaman lebih baik jika dialami sendiri. Beginilah cara kami menggambar-

kan sistem Danumuri. Tidak dipungkiri jika kunci penting dari sistem Danumuri terletak pada speaker Epiphany. Speaker besar ini memiliki kemampuan untuk memproduksi suara dengan karakter live dan juga soundstage yang luas dengan bidang dinamika yang utuh. Karakter yang paling baik diperlihatkan speaker ini dalam mereproduksi rekaman-rekaman komposisi klasik, live, dan juga akustik. Dan eksibilitas lebih didukung dengan kehadiran source ganda. Kami mendengarkan rekaman LP Four Seasson dari Antonio Vivaldi, Tutti! Orchestral Sampler, Ein Strauss Kunze dengan Cincinnati Pops Orchestra yang menghadirkan lagu-lagu klasik. Turntable Pluto ini mampu menghadirkan dynamic headroom yang sangat responsif plus penampilan suara yang sedemikian transparan. Sedangkan untuk source CD, sistem ini mampu menghadirkan nuansa CD yang bersih dengan tekstur yang sangat baik, tidak at, dan berada dalam bentuk yang natural. Bagi kami, sistem Danumuri merupakan salah satu sistem yang menjadi impian banyak audiophile. jika saja Anda berkesempatan untuk mampir, mendengarkan sendiri, dan mencoba mendapatkan pengalaman dari apa yang kami ceritakan, kami yakin opini Anda tidak jauh berbeda dari kami.a

Sistem yang kita sedang bicarakan sekarang ini memiliki banyak sekali keunggulan meskipun sedikit kompleks mengingat banyaknya perangkat yang digunakan. Namun dalam dunia hiend yang hampir tidak memiliki toleransi, sistem yang eksibel tentu saja bisa menjadi jembatan yang mampu menghubungkan si pendengar dengan dimensi yang hilang. Dalam hal ini, sistem di Danumuri mengacu kepada dimensi analog dan digital sekaligus. audio video 48 Edisi 16/2013


PENULIS Tjandra Ghozalli

HI END

WESTONE

Dalam kunjungan gan saya ke NAMM Show Januari silam, saya mampir ke booth Westone. tone. Perusahaan yg dipimpin oleh Karl Cartweight cukup unik, membuat embuat earphone anti bising dengan cara mencetak rongga dan bentuk daun telinga.

C

aranya kita order earphone dan bayar lewat online. Lalu mereka kirim injeksi, sumpal telinga dan cairan silicon. Kita pasang sumpal ke dalam telinga lalu suntik cairan silicon ke lubang telinga. Tunggu 4 mnt lalu cabut silicon yg telah merbentuk cetakan positip. Kemudian kirim cetakan positip ini ke Westone. Dua minggu kemudian kita mendapatkan earphone dengan bentuk yg pas untuk telinga kiri dan kanan. Earphone ini sungguh kebal noise karena rapat dan tidak ada celah yg meloloskan noise luar ke dlm telinga. Bersama earphone Westone kita menyimak musik atau

percakapan jauh lebih silent dan lebih at. Banyak artis Amrik yg menggunakannya. Di saat manggung sering kali artis menerima suara crosstalk yang bukan suaranya sendiri. Supaya artis menerima vokal atau bunyi instrumennya sendiri maka diperlukan headphone (tepatnya earphone) buatan Westone yang anti bocor suara. Saya coba di booth Westone pada saat saya tak berbicara, maka kebocoran suaranya sangat rendah.a

audio video 49 Edisi 16/2013


PENULIS

NOSTALGIA

HI END

Tjandra Ghozalli

KOMBINASI DUA TRADISI

Karakter merupakan sebuah ciri khas yang melekat pada setiap hal. Untuk urusan audio sendiri, karakter merupakan sebuah tradisi yang menjadi jati diri yang membuat Anda selalu mengetahui siapa dan apa yang sedang Anda dengarkan.

A

da kalanya ketika pasar menuntut produk dengan harga yang lebih terjangkau, pihak manufaktur merespon dengan mengeluarkan produk yang notabene memang lebih murah dari segi harga, tetapi mengorbankan karakter dan ciri khas produk tersebut. Tanpa berpikir panjang,

banyak perusahaan mengorbankan sesuatu yang penting, sebuah kebutuhan dasar yang secara ďŹ siologi selalu ingin dipertahankan, yang pada akhirnya hanya akan membuahkan kekecewaan di kalangan para konsumen. Jika Anda perhatikan, perusahaan yang melalui tahap ini akhirnya berupaya kembali

audio video 50 Edisi 16/2013


gunakan perangkat di bawah ini: • CD player Naim CD5i • Pre amplifier Naim NAC 202 • Power amplifier Naim NAP 200 • Speaker System Audio Explorer • Kabel Transparent

ke atas dan berusaha untuk menggapai kembali loyalitas konsumen yang hilang setelah kekecewaan yang mendalam. Namun, ada juga merek yang berusaha untuk mempertahankan tradisi serta kemampuan untuk menghadirkan musik yang baik pada setiap jajaran produk yang dimilikinya. Seperti Naim, merek yang dipajang oleh butik audio Cesar di jalan Fatmawati ini merupakan merek yang berpegang teguh kepada tradisi, tradisi untuk menyajikan musik sampai kepada detail terkecil yang terdapat pada album Anda. Sistem yang ada di butik Cesar merupakan kombinasi dari dua tradisi dengan meng-

Naim seri CD5i ini merupakan CD player seri paling basic yang dibangun berdasarkan teknologi CD player Naim yang berharga lebih mahal, dengan mengambil kelebihan teknologinya dan juga rancangan desainnya yang solid. Sistem transportasi dan suspensinya diambil dari seri CDX2 yang memiliki kelebihan pada kontrol resonansi dan juga mekanisme yang sederhana, tetapi kokoh. Bodinya mengambil basis dari CD player Naim seri 555. Bodi aluminium yang dikombinasikan dengan pemakaian zinc die-cast ini mungkin akan membuat Anda tercengang karena begitu solid dan kokoh. Dan, bobotnya yang masif untuk dimensi yang cenderung mungil ini akan memberikan gambaran tahan banting dari Naim. Di dalamnya, terdapat transformer toroid dengan ukuran 150VA, yang meyakinkan kami jika CD5i tidak akan pernah kekurangan tenaga. Kemudian, ada pre amplifier Naim NAC 202 yang dibangun dengan sistematika konstruksi yang sama untuk bodinya dan juga struktur sirkuit dengan sistem kontrol resonansi. Pre amplifier ini menggunakan teknologi unggulan yang bernama Silent Processor. Teknologi ini mengontrol segala aspek penting dari fitur-fitur NAC 202, dan pada saat yang bersamaan pula, mampu “tidur” pada saat Anda sedang mendengarkan untuk memperkecil interfensi antara kerja sirkuit dan sinyal yang sedang dihantarkan. Dan yang paling akhir dari sistem Naim ini adalah partner dari NAC 202,

audio video 51 Edisi 16/2013


PENULIS

NOSTALGIA

HI END

Tjandra Ghozalli

yaitu power amplifier NAP 200. Sama seperti yang lain, bodinya mengusung kekuatan struktur yang sama dan rancangan yang solid. NAP 200 menggunakan transformer toroid baru dengan kapasitas 430 VA yang mampu memberikan, paling tidak, kekuatan transient pada kisaran 300 VA. Baik NAC 202 maupun NAP 200 dilengkapi dengan jalur power supply independen yang memungkinkan keduanya disandingkan berpasangan atau menggunakan power supply terpisah dari Naim. Lalu, cerita berakhir dengan speaker System Audio seri Explorer yang menggunakan konfigurasi 2 ½-jalur . Menggunakan driver yang terdiri dari sebuah tweeter T2506XS dan empat buah woofer W1404XL, speaker ini didesain hanya dengan menggunakan 5 buah komponen pada crossover-nya, menjamin sinyal diproyeksikan dengan lebih utuh. Speaker ini menggunakan teknologi waveguide dengan desain yang pipih pada bagian depannya, menghadirkan dispersi suara yang lebih terarah. Selain itu, Anda juga

bisa melakukan finetuning pada spaker ini dengan menambah atau mengurangi volume pemberat pasir yang terdapat di dalamnya. Sistem ini mampu menghadirkan suara dengan karakter laid back yang kalem sehingga membuat para pendengarnya betah berlama-lama tanpa mengalami kelelahan pada pendengaran. Seperti yang kami uji melalui software Audiophile Demo Test SACD dari Marantz. Speaker ini mampu menghadirkan bidang soundstage di bagian belakang speaker dan memberikan bidang yang luas, tetapi fokus image-nya tetap terjaga dengan baik. Vokal terdengar presisi untuk lelaki dan perempuan. Suara bas yang dihasilkannya memberikan karakter yang enak didengar dan juga terasa “dalam” dan solid. Jika Anda menginginkan karakter sistem yang mampu menghadirkan detail CD yang baik, tetapi lembut di telinga, kami sarankan Anda segera jalan-jalan ke butik Cesar di jalan fatmawati. Karena, tradisi untuk menghadirkan musik seutuhnya bisa Anda dengarkan melalui sistim ini. a

audio video 52 Edisi 16/2013



PENULIS

NOSTALGIA

HI END

Tjandra Ghozalli

SI GESIT YANG NATURAL Kesesuaian sistem memang menjadi kunci utama saat Anda ingin menampilkan karakter suara yang natural serta memiliki emosi saat mendendangkan lagu-lagu dari album kesayangan. Dan sepertinya, hal itu yang dilakukan Fajar, empunya butik audio Hi-Fi Shop, salah satu butik audio hi-end yang kini membuka lahan baru di Bandung setelah sempat hijrah ke Jakarta.

K

ini, Hi-Fi Shop menempati sebuah ruko di kawasan Surya Soemantri, Bandung, dengan tampilan yang berbeda dari sebelumnya.

Saat kami berkunjung ke butik Hi-Fi Shop Bandung, telah disiapkan seperangkat audio yang didukung oleh komponen berikut ini :

audio video 54 Edisi 15/2013


• CD player: Bladelius Freja MK-II • Pre amplifier: Croft Absolute Signature • Power amplifier: Croft Mesmerise • Speaker: Adam Column • Kabel speaker: New Marigo • Kabel interkonek: Synergistic Research (CD - Pre amplifier), Jorma Design (Pre amplifier power amplifier) • Kabel power: Jorma Design

Kami menjajal sistem dengan beberapa software CD, terutama dari CD referensi yang kami bawa, yaitu album demo CD khusus keluaran Marantz serta album solo

dari Eline. Speaker Adam Column dengan dukungan teknologi ART (Accelerated Ribbon Technology) yang menerapkan jenis driver tweeter dan midrange diklaim drivernya mampu menggerakkan udara empat kali lipat lebih gesit ketimbang driver ribbon pada umumnya. Pada awalnya, kami mendengar kualitas suara sistem di atas memang terlalu istimewa. Namun setelah amplifier Croft agak lebih hangat, terjadi perubahan yang siginifikan, yaitu kualitas vokal menjadi semakin jelas dan tebal. Selain itu, bunyi instrumen musiknya lebih transparan dan membentuk layer lebih dalam. Lebih dari setengah jam kemudian, ternyata penampilan optimalnya benar-benar tersalur. Vokal Eline menjadi semakin jelas, seolah tabir kabut yang sebelumnya menyelimuti kini terhapus. Bahkan, suara bibir dan tenggorokan dapat direpro lebih natural sehingga ketebalan suara vokal seolah tidak goyang dan “anteng” berada di tengah apitan speaker. Dalam uji dengar kali ini, kami juga disuguhkan sebuah penampilan karakter suara yang spektakuler. Dukungan teknologi ART dari speaker Adam Column memberi kontribusi besar dalam repro suara dengan transient yang gesit. Bahkan, suara bas-nya juga direpro sempurna sehingga kami tidak mendengar ada kesan kedodoran walau penggunakan amplifier tabung biasanya kurang respon dengan nadanada yang gesit.a

audio video 55 Edisi 15/2013


PENULIS

CARA MEMILIH HEADPHONES

S

aat ini perkembangan headphones sebagai personal audio stuffs sudah sangat pesat. Teknologi terbaru yang memungkinkan kualitas suara yang dihasilkan dari penggunaan headphones sudah sedemikian maju dan untuk beberapa faktor dapat disejajarkan dengan penggunaan speaker. Ada beberapa alasan utama mengenai penggunaan headphones yang semakin popular dewasa ini : 1. Tidak adanya ruang yang memadai untuk set up system home audio. Dengan semakin mahalnya harga property dan seperti jamak terjadi di gaya hidup kota besar, ruangan ekstra menjadi semakin “mahal” harganya, sehingga kebutuhan untuk sebuah ruang audio khusus menjadi lebih sulit untuk dipenuhi 2. Lebih praktis dan mudah untuk dibawa-bawa. Dengan ukurannya yang relative tidak terlalu besar, menjadikan system headphones mudah dibawa dan dipindah (dari rumah ke kantor misalnya)

TIPS & TRICKS

Alvon

3. Overall budget yang lebih rendah. Harga sebuah system headphones komplit high end (desktop DAC, desktop headphones amp, full size headphones) masih jauh lebih murah dibandingkan harga dari sebuah system home audio ataupun car audio high end sekalipun Adapun untuk headphones sendiri terdiri dari beberapa klasifikasi : 1. BERDASARKAN UKURAN : A. Portable headphones • Ukuran cup tidak terlalu besar dan model cup dari headphone tidak mengelilingi daun telinga, melainkan sama besar atau lebih kecil dari daun telinga dan posisinya menempel ke daun telinga (supra aural) • Biasanya dapat dilipat menjadi ukuran yang lebih kompak • Umumnya menggunakan driver speaker dengan ukuran sampai 40mm • Lebih praktis untuk dibawa-bawa

audio video 56 Edisi 16/2013


UNTUK MEMILIH HEADPHONES SESUAI KEBUTUHAN, BERIKUT BEBERAPA TIPS AND TRIK YANG DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI PANDUAN DASAR : 1.Tentukan dahulu tujuan utama dari penggunaan headphones • Tentunya apabila tujuan utama akan digunakan sebagai sarana untuk travelling ada baiknya memilih portable closed back headphones, karena gampang dibawa dan menyajikan isolasi yang cukup terhadap noise dari lingkungan sekitar • Tetapi apabila tujuan utama akan digunakan di rumah saja, maka full size open back headphones dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan

2.Sesuaikan dengan genre music yang biasa didengarkan • Setiap merek headphones memiliki kelebihan untuk genre music tertentu yang dapat menjadi ciri khas utamanya • Akan lebih baik memiliki 2 headphones yang berbeda karakter untuk memenuhi 2 genre yang berbeda daripada memiliki 1 headphones high end dengan budget yang sama 3.Karena pilihan headphones dewasa ini sangat beragam (baik dari range harga maupun kualitas yang ditawarkan), selalu usahakan untuk bisa audisi terlebih dahulu sebelum memutuskan sebuah pembelian 4.Pada saat audisi, usahakan untuk menggunakan B. Full size headphones • Ukuran cup yang lebih besar dan model cup dari headphone mengelilingi telinga (circum aural) • Umumnya tidak dapat dilipat

koleksi lagu pribadi yang sudah biasa didengarkan. Karena dengan begitu akan lebih memudahkan untuk menilai baik buruknya sebuah headphones 5.Pastikan headphones yang akan dibeli nyaman dipakai di telinga. Karena sebagus apapun suara yang dihasilkan tapi tidak nyaman dipakai, maka akan mempengaruhi hasil suara yang diberikan (terutama untuk pemakaian jangka panjang). Faktor kenyamanan sedikit banyak dipengaruhi juga oleh jenis pad (bantalan) yang digunakan pada headphones. a.Velour / Suede Pad • Karena bahannya sejenis beludru, menjadikan pad dengan bahan ini lebih nyaman untuk pemakaian long hour karena tidak panas untuk dipake lama • Kelemahannya, susah dibersihkan dan apabila kena keringat terus menerus akan menyimpan bau tidak sedap. Namun dapat diatasi dengan mencucinya melalui dry clean. b.Synthetic Leather / Leather Pad • Bahan yang dipakai sejenis kulit (baik kulit asli maupun kulit sintetis), menjadikan pad dengan bahan ini memberikan isolasi yang lebih baik (lebih kedap) dibandingkan bahan Velour / Suede Pad • Lebih mudah dibersihkan dan umumnya lebih resisten terhadap cairan (misal keringat) • Kelemahannya, lebih panas untuk dipakai lama (long hour listening session) • Umumnya menggunakan driver speaker dengan ukuran lebih dari 50mm • Memiliki panjang kabel rata-rata 3 meter • Kurang praktis untuk dibawa-bawa

audio video 57 Edisi 16/2013


PENULIS

belakang cup (full isolated design) • Suara yang dihasilkan tidak dapat terdengar oleh lingkungan sekitar • Punya kelebihan pada penyajian texture bass yang biasanya lebih baik dibanding open back headphones • Pengguna tidak dapat mendengar noise yang dihasilkan lingkungan sekitar (fully isolated)

TIPS & TRICKS

Alvon

2. BERDASARKAN JENIS CUP YANG DIPAKAI : A. Open back headphones • Di bagian belakang cup terdapat area terbuka (berupa grill / mesh), sehingga driver speakers dapat terlihat • Suara yang dihasilkan dapat terdengar oleh lingkungan sekitar • Punya kelebihan penyajian nuansa panggung (soundstage) yang lebih natural dan mengurangi kesan “sempit” dalam ruangan • Pengguna masi bisa mendengar noise yang dihasilkan lingkungan sekitar B. Closed back headphones • Tidak terdapat area terbuka di bagian

3. BERDASARKAN JENIS TEKNOLOGI YANG DIPAKAI A. Dynamic Headphones : • Dynamic headphones menggunakan driver penggerak seperti yang jamak dipakai di system speaker konvensional, di mana memiliki konus dan magnet yang terletak di bagian belakang konus. Serta suara dihasilkan dari getaran pada konus speaker • Dynamic headphones adalah yang paling popular dikembangkan, karena teknologi yang digunakan sudah “mature” dan telah terbukti reliabilitasnya • Secara suara, umumnya dynamic headphones memiliki lebih banyak varian suara yang disesuaikan dengan sound signature dari pabrikan pembuatnya

audio video 58 Edisi 16/2013


B. Orthodynamic Headphones : • Orthodynamic headphones menggunakan system planar, di mana magnet yang digunakan “mengelilingi” konus. Secara teori karena medan magnet yang digunakan lebih luas penampangnya dibanding dynamic headphones, menghasilkan keluaran suara yang lebih akurat + punya freq response lebih baik dibandingkan dynamic headphones. • Teknologi orthodynamic mulai populer beberapa tahun belakangan setelah adanya beberapa pabrikan high end yang berkonsentrasi mengembangkan aplikasi teknologi orthodynamic ini. Tapi pada prakteknya, karena teknologi ini belum sematang dynamic headphone, maka perkembangan dan perubahan teknologinya berlangsung dalam waktu yang singkat, sehingga revisi produk seringkali terjadi dalam jangka waktu pendek. • Secara suara, orthodynamic headphones umumnya berkarakter lebih “dark” serta memiliki response bass (bass impact + bass qty) yang lebih bagus daripada dynamic headphones. Kelemahannya ada pada pilihan ampli yang membutuhkan ampli yang lebih “kuat” (= biasanya lebih mahal) untuk

dapat menampilkan performa terbaiknya C. Electrostatic Headphones : • Electrostatic headphones menggunakan membrane tipis yang dialiri oleh listrik dengan tegangan tinggi sehingga menghasilkan getaran yang menghasilkan suara • Pengembangannya yang mahal dan hanya dikembangkan oleh sedikit pabrikan, menjadikan electrostatic headphones memiliki harga yang jauh lebih premium daripada dynamic maupun orthodynamic headphones • Secara suara, dengan teknologi electrostatic menghasilkan suara yang sangat transparent dengan micro details dan layering yang sangat baik (dalam beberapa factor sangat sulit ditandingi oleh dynamic maupun orthodynamic headphones). Kelemahannya response bass tidak sebaik dynamic maupun orthodynamic headphones, serta membutuhkan amp khusus yang harganya cukup premium. Amp untuk electrostatic berbeda dengan amp untuk dynamic dan orthodynamic. Pada saat dynamic dan orthodynamic headphones dapat menggunakan jenis amp yang sama, khusus electrostatic membutuhkan amp khusus yang harganya cukup premium.a

audio video 59 Edisi 16/2013


PENULIS

VISIT

Sean Purnawan

BAZAAR PIRINGAN HITAM DI KEMANG-JAKARTA Pada tanggal 5 -7 April 2013 bertempat di halaman Ecobar Jalan Kemang Raya no 8A diadakan bazaar piringan hitam yang baru pertama kali diadakan di Jakarta.

S

uasananya cukup sederhana, bertempat di beberapa tenda2 yang cukup besar, para peserta mendapatkan sebuah meja berukuran kira2 (p x l) 1meter x 75 cm dan sebuah kursi untuk menempatkan barang dagangannya, dan walau pun sederhana, secara keseluruhan suasananya cukup enak dan nyaman karena terletak di bawah pepohonan yang cukup rindang dan area parkir yang cukup luas. Dari pengamatan penulis, PH lagu2 In-

donesia lebih banyak diminati pengunjung. Ada seorang warga Negara Perancis yang secara rutin setahun 2 kali mengunjungi Jakarta khusus memborong PH Indonesia, maka tidak heran apabila semakin lama PH lagu2 Indonesia semakin berkurang jumlahnya ditanah air, oleh karena itu rata2 PH lagu2 Indonesia harganya di atas PH lagu barat. Pria Perancis ini pun saat itu hadir di bazaar ini dan tampak antusias apabila ada peserta bazaar yang datang membawa PH

audio video 60 Edisi 16/2013


lagu2 Indonesia. Pada bazaar itu sekeping PH dari “Badai Band” dengan albumnya “BADAI PASTI BERLALU” produksi Irama Mas tahun 1976 (aransemen oleh Eros Djarot Dkk) mencapai rekor penjualan tertinggi yaitu terjual seharga Rp. 2.250.000,-. Beberapa PH lain misalnya Iron Maiden ditawarkan seharga Rp 3 juta (belum laku), White Shoes and the Couple Company (Indonesia) Rp 1 juta, Superman is Dead (Indonesia) Rp. 1 juta, Benny Soebardja Rp 2juta . PH lagu2 barat ditawarkan mulai Rp. 50 ribu ke atas. Penulis pun ikut membeli PH “Bilitis” dan “Grease” (isi 2piringan) masing2 seharga Rp 50 ribu dan Rp. 60 ribu, cukup murah menurut ukuran penulis. Menurut salah seorang peserta bazaar yaitu bapak Khong Goan (seperti merek roti kalengan yaa..) rencananya bazaar ini akan diadakan 2 kali dalam setahun. Biayanya cukup murah yaitu peserta cukup membayar Rp. 200 ribu untuk pameran selama 3 hari. Para pesertanya tidak khusus menjual PH dan CD (baru dan bekas) tetapi ada pula penjual barang2 bekas lawas yang “nyempil” di area itu, bahkan di pojokkan ada yang menjual pakaian perempuan, kaos, dll. Silahkan disimak suasana Bazaar PH ini melalui beberapa foto2 yang penulis ambil. Sebagai info, penulis mengunjungi bazaar ini 2 kali yaitu hari pertama dan terakhir. Suasana yang terekam dalam foto ini adalah suasana hari terakhir. Terlihat pengunjung cukup antusias melihat suasana bazaar ini.a

audio video 61 Edisi 16/2013


PENULIS

DUTA PRODUK CHANGHONG BAGI TAUFIK HIDAYAT Suasana dalam East Mall Atrium Grand Indonesia menjadi semarak ketika sosok pebulu tangkis papan atas Indonesia, Taufik Hidayar hadir dalam acara yang digelar oleh Changhong Indonesia, dimana pada kesempatan tersebut juga hadir para petinggi Changhong, termasuk Presiden Direktur Changhong Indonesia, Mr Washington Feng.

VISIT

Budi Santoso

K

ehadiran Taufik Hidayat dalam acara tersebut tentunya bukan tanpa alasan, karena sebagai atlet berprestasi Internasional, menjadi sumber inspirasi bagi Changhong sebagai produsen asal Cina dengan produk teknologi berkualitas, bahkan Taufik didapuk sebagai Brand Ambassador produk Changhong. Sejak kiprahnya 16 tahun lalu di Indonesia, Changhong terus mengadopsi tren teknologi terkini yang selalu menyesuaikan perkembangan dan kebutuhan pasar global,

sehingga wajar saja kalau Changhong terus eksis sampai saat ini, bahkan salah produk televisi yang masuk Indonesia telah mengadopsi teknologi Smart TV yang sarat dengan fitur canggih untuk kebutuhan masa mendatang. Sebagai salah satu produsen elektronika terbesar di Cina, Changhong berkomitmen untuk memperkuat pasar produknya di Indonesia. Seperti yang dituturkan oleh Mr. Washington Feng, strategi untuk memperkuat pasar tersebut diantaranya, memperbanyak jalur distribusi dari 15 cabang yang sudah eksis di seluruh Indonesia, memperbanyak after sales service yang saat ini sudah mencapai 35 jaringan di Indonesia, mengembangkan line-up produksi, meningkatkan fitur produk, menambah dai memperbaiki sumber daya manusia serta infrastruktur.a

audio video 62 Edisi 16/2013


Sirkus Barock

B

REVIEW CD

Title : Anak Angin Genre : Rock, World Music

by: Andre

and pimpinan musisi dan sekaligus seniman eksentrik Sawung Jabo ini bukan tipikal band yang rajin merilis album. Akan tetapi nama mereka di panggung musik nasional memang cukup di perhitungkan. Setelah sekian lama mereka absen, rupanya energi itu terkumpul, sehingga mampu menghasilkan album baru ini. Sirkus Barock ternyata masih mampu menunjukan ekpresi bermusik mereka secara total. Berawak Sawung Jabo (vokal, akustik gitar), Joe Tampeng (gitar), Totok Tewel (gitar), Bagus Mazasupa (keyboard), Ucok Hutabarat (biola), Denny Dumbo (perkusi), Endy Baroque (drum), Sinung Sinyong (bass), dan Giana Sudaryanto (perkusi) masih memaparkan konsep musik yang berani. Mengawinkan energi rock dengan nuansa perkutif etnik, serta lirik yang masih tajam membidik fenomena sosial. ”Bisikan Langit” menjadi lagu pembuka. Tampil lebih santai, tapi dengan aransemen yang lebar dengan nuansa akustik yang kental. Lagu ”Di Atas Langit Masih Ada Langit” menjadi salah satu lagu yang tampil dengan aransemen yang eksploratif. Walaupun materinya termasuk ringan, Anda akan masih merasakan karakter kuat Sirkus Barrock yang masih bertahan di lagu ini, yang juga tampil eksotik. Menampilkan juga lagu ballad yang dibalut dengan nuansa orkestrasi yang lebar, ”Pengelana Merdeka” menjadi lagu bernansa teatrikal yang penuh emosional dengan vokal melankolis dari Peni Chandra Rini. Bisa jadi pilihan musiknya jauh dan terkesan melaawan mainstream. Tapi inilah sebenarnya jiwa Sirkus Barock yang tetap kuat dan mengakar. Sugesti : Menikmati musik sambil menyaksikan drama musikal kehidupan sehari-hari, yang ditawarkan dengan aransemen dan lirik yang berani.

Imagine Dragon

S

Title : Night Visions Genre : Indie Rock, Alternative Rock

ebenarnya band asal Las Vegas ini bukan termasuk pendatang baru. Band ini sudah berdiri sejak tahun 2007 lalu. Akan tetapi pada tahun 2012 lah band ini sanggup memanaskan panggung rock dunia, saat debut album internasionalnya ini. Band dengan formasi terakhir Dan Reynolds (drum, vokal), Ben McKee (bass), Wayne Sermon (gitar), dan Dan Platzman (drum, viola). Debut ini saja dinominasikan berbagai ajang penghargaan bergengsi. Dengan hits “Its Time” yang menampilkan aransemen yang unik. Di blocking dengan permainan mandolin, membuat rock yang ditampilkan terkesan lebih kaya tapi juga easy listening. Walaupun masih menampilkan sound gahar, lagu ini diaransemen sungguh menarik, menimpali karakter vokalis yang tinggi. Atau lagu “Radioactive” yang tampil dengan sound modern yang menampilkan looping dan effect sound yang terkesan dark. Lagu ini tetap terkesan gahar dan lebar, walau banyak didominasi sound effect dan karakter gitar yang crunch. Hal senada dirasakan di lagu “Hear Me” yang juga menampilkan sound dark, tapi masih menampilkan konsep rock yang easy listening yang tetap enerjik. Sementara lagu “Demon” menampilkan lagu berkarakter ballad. Kali ini diaransemen lebih simpel tapi tetap berasa lebar. Band ini tidak ragu dalam mengolah sound yang dijadikan tambahan nuansa di lagu-lagu yang ditampilkan. Ini salah satu kelebihan band ini. Sugesti: Memilih untuk menemani di saat sarapan pagi atau makan siang, bukanlah pilihan yang salah.

Alicia Keys On Fire

A

licia Augello Cook, yang lebih dikenal dengan Alicia Keys ini, bisa menjadi fenomena di panggung musik dunia. Penyanyi yang memiliki suara yang khas dan berkarakter, sekaligus pianis yang handal menjadi nilai lebih bagi Alicia Keys. Penyanyi asal New York ini juga seorang aktris. Langsung mengejutkan saat merilis debut “Song In A Minor” di tahun 2001. Dan berhasil merebut penghargaan Grammy di 5 kategori sekaligus. Alicia Keys merupakan solois wanita yang mampu menggondol penghargaan sebanyak itu secara bersamaan, setelah Lauryn Hill. Tentu popularitasnya langsung melesat dan fenomenal. Tidak berhenti sampai di sini, langkah karier selanjutnya juga termasuk mulus. Album keduanya tidak kalah fenomenal dengan debutnya. His seperti “You Don’t Know My Name” atau “If I Ain’t Got You” menjadi lagu yang juga fenomenal di album keduanya The Diary of Alicia Keys (2003). Di sisi lain, seiring dengan karier bermusiknya kariernya di bidang film pun juga mulai diperhitungkan. Kariernya masih tetap benderang setelah melewati masa 1 dekade. Bahkan saat merilis albumnya yang ke-5 bertitle Girl On Fire, yang sekaligus membuktikan bahwa penyanyi dan musisi ini masih “on fire” di panggung musik dunia. Bagaimana tidak, album ini langsung disambut hangat oleh publik musik dunia pada awal-awal dirilisnya album ini. Bahkan sudah mendapat sertifikat platinum di beberapa negara dari hasil penjualannya. Di album ini, Alicia Keys masih meramu karakter piano klasik dengan jazz dan RnB yang menjadi karakternya selama ini. Simak saja hits-nya “Girl On Fire” yang langsung merajai hits bergengsi di beberapa negara, termasuk Indonesia. Lagu yang berkolaborasi dengan Nicki Minaj ini terasa cukup anthem. Dimulai dengan rapping Nicki Minaj, tapi dengan beat yang tebal dan permainan piano akustik yang terkesan menimalis, tapi terlihat megah dan lebar aransemen yang ditampilkan. Apalagi karakter vokal Alicia keys yang powerful, dilatari choir yang membuat lagu bertema semangat ini cukup anthem. Atau lagu “Fire We Make” yang menampilkan olah vokalnya yang ciamik dalam balutan soul. Berkolaborasi dengan Maxwell, lagu ini seperti mewakili ekspresi bermusiknya selama ini. Minimalis dari iringan, maksimal dalam aransemen dan eksplorasi vokal yang lugas. Lagu penutupnya “10 1” tampil cukup emosional. Dengan hanya menggunakan iringan piano akustik, lagu ini mengalir dengan nuansa yang bisa terbangun dari vokalnya. “Girl on Fire” bisa jadi merupakan perwujudan dari perjalanan kariernya selama ini. Alicia Keys masih “on fire” di panggung musik dunia.

16/2013 audio video 63 Edisi 15/2013


REVIEW CD by: Andre

T

entunya, penyanyi bersuara tenor ini bukanlah nama asing lagi di industri musik dunia. Memiliki basic sebagai penyanyi opera, terjun di industri musik pop dunia, justru menjadi nilai lebih di kariernya. Tidak mengherankan jika penyanyi, song writer, aktor, produser, sekaligus musisi ini mampu menjual albumnya sekelas multiplatinum. Eksistensinya sejak tahun 2001 hingga saat ini sudah tidak bisa diragukan lagi. Hingga muncul albumnya yang ke-6 ini, yang langsung mendapat posisi terhormat di Billboard Chart di awal Josh Groban dirilisnya album ini. Aransemen dengan Title : All That Echos Genre : Easy Listening, Pop Opera konsep orkestrasi masih menjadi andalan. “Brave” single yang diluncurkan pertama kali. Tampil dengan sentuhan pop yang kuat tapi dengan aransemen yang dinamis dan apik. Walaupun string dimunculkan, tapi juga distorsi rock juga dijadikan blocking. Lagu ini terkesan megah dengan orkestrasi yang memperkuat karakter dan

B

Fajar Adi Nugroho Title : Welcome To Fairyland Genre : Funk, Pop-Jazz

isa jadi album solo dari para musisi sangat jarang dirilis di industri musik Indonesia. Apalagi yang fokus pada permainan bass. Jika Fajar Adi Nugroho melakukannya, menjadi sesuatu yang istimewa tentunya. Pemain bass yang sudah malang melintang di panggung musik nasional ini merilis album yang syarat dengan permainan bass yang proses rekamannya tanpa melakukan overdub. Simak “Wolfgang Concerto in D Majors” merupakan permainan solo bass-nya yang menampilkan nuansa klasik dalam balutan bass yang cukup explore.

B

Bon Jovi Title : What About Now Genre : Rock, Hard Rock

and rock fenomenal asal New Jersey ini ternyata masih mampu menunjukkan kiprahnya di panggung musik dunia. Walaupun lebih dari 2 dekade eksis, Bon Jovi masih mampu menunjukkan bahwa mereka adalah band yang tetap solid dam tetap hadir menemui fansnya diseluruh penjuru dunia. Buktinya, Jon Bon Jovi (vokal), Richie Sambora (gitar), Tico Torres (drum), dan David Bryan (bass) masih mampu melahirkan album. Setelah 4 tahun absen, sejak albumnya terakhir “The Circle” (2009) dirilis, akhinya album yang ke-12 ini resmi dirilis. Mereka ternyata masih mampu tampil segar bahkan enerjik. Dan langsung menyapa dengan “Because We Can”. Ciri band ini tidak benar-benar hilang, walaupun dalam pilihan sound terkesan lebih modern. Menampilkan rock yang easy listening tapi tetap gahar dalam pilihan sound. Tipikal lagu sing-a-long, dengan nuansa hard rock yang cukup ken-

16/2013 14/2013 audio video 64 Edisi 15/2013

eksplorasi vokal emas penyanyi ini. Tapi tetap menawan saat lagu berkarakter ballad, yang terkesan lebih simple, “Falling Slowly” ditampilkan. Simpel tapi masih menampilkan aroma string section yang membuat lagu ini masih terkesan “mahal”. Atau lagu “She Move Throught The Fair” yang berkarakter serupa. Kali ini mengambil aransemen akustik yang lebih dominan. Di sinilah kekuatan vokalnya bisa tereksplorasi lebih total. Sementara nuansa pop yang lebih kental ditampilkan di lagu “Bellow The Line”, dengan karakter easy listening tapi tetap tampil menarik dan lebar. Seperti di album-album sebelumnya, kekuatannya masih dieksplorasi vokalnya, dan tentunya aransemen yang ditampilkan sangat musikal. Sugesti: Memilih memutar album ini di tengah malam dengan volume sedang, atau di pagi hari dengan volume lebih kuat bisa meningkatkan mood. Atau lagu “Woodpecker” menyisipkan nuansa pop-jazz dari permainan solo bass tanpa melibatkan instrumen lain, dimana lagu ini juga memiliki basic klasik yang mengandalkan kecepatan tangannya. Atau “Dancing Panda” yang terkesan lebih funk. Album ini murni permainan bass, tanpa melibatkan instrumen lainnya sebagai pengiring. Bukan tipikal mainstream album, tapi merupakan album cukup berani menampilkan eksplorasi dan skill permainan. Sugesti: Ambil bass lengkap dengan ampli, dengarkan dan coba mainkan. tal. Atau lagu “Pitcure of You” yang kini tampil dengan aransemen yang lebih lebar dengan pilihan layer gitar yang membangun suasana, termasuk permainan akustik gitarnya, tapi tetap masih easy listening. Seperti di album-album terdahului, lagu ballad memang menjadi penentu eksistensi band ini. “Amen” yang menampilkan lagu dengan sedikit sentuhan nuansa country. Permainan akustik gitar dan string membalut lagu ini, termasuk permainan perkusi yang terkesan eksotik. Tipikal lagu ballad akustik semacam ini mendominasi di album ini. Tapi nuansa hard rcok yang gahar, dan ditampilkan dengan karakter easy listening juga menjadi selling point. Simak saja “That’s What The Water Made Me”. Bon Jovi masih mampu menggedor emosional penggemarnya hingga di album terakhirnya ini. Sugesti: Menikmati atau mengerjakan sesuatu bisa dengan suasana santai. Simak track-track enerjik di album ini.




Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.