Radar Surabaya

Page 7

RADAR SURABAYA MINGGU, 30 DESEMBER 2012

HALAMAN 7

Rekening Gendut Pejabat Negara Oleh: DJOKO PITONO

D Oleh: DYAH WULANDARI

Mencermati Semangat Belajar Alim Markus DI televisi, ia sering muncul dalam iklan Maspion bersama penyanyi terkenal Titiek Puspa. Dengan lidahnya yang pelat, ia kondang dengan kata-katanya yang khas: Pakailah Ploduk-ploduk Indonesia. Alim Markus, siapa yang tak kenal? Sebagai Presiden Direktur Maspion Group, dia sering jadi berita. JUDUL BUKU: Maspion adalah sebuah grup I Think, Learn, and beragam perusahaan industri Create: 100 dengan sekitar 23.000 Business Keys of karyawan yang bekerja di lima Alim Markus kawasan industri dan di Jawa Timur dan sebuah pabrik di PENULIS: Cibitung, Jakarta. Dari awalnya Dr (HC) Alim sebagai pabrik barang-barang Markus rumah tangga pada 1967, EDITOR: sekarang Maspion Group telah berkembang menjadi tujuh Djoko Pitono grup bisnis: Consumer PENERBIT: Products, Consumer Industrial Products, Construction and Jaring Pena (JPBooks), Surabaya Building Material, Property and Industrial Estate, Financial CETAKAN: Services, Trading and Third Edition, 2012 Distribution, and Miscellaneous Business. Selain mengem TEBAL: bangkan perusahaannya xxii + 74 halaman sendiri, reputasi Maspion Group juga menarik perusahaan-perusahaan multinasional terkemuka menjadi partner-partner usaha patungan. Sebagai pengusaha yang sukses, banyak orang tentu ingin tahu bagaimana Alim Markus membangun bisnisnya. Sebagian orang mungkin akan menunjuk peran ayahnya, Alim Husin (Lin Xue Shan), yang pada awal 1950-an mendirikan sebuah bengkel kecil yang memproduksi ayakan (saringan). Alim Husin memang peletak dasar Maspion Group, hal itu tak bisa dipungkiri. Tetapi adalah Alim Markus – bersama adik-adiknya – yang menjadi motor utama perkembangan perusahaan itu menjadi raksasa seperti sekarang ini. Orang pantas terheran-heran, bagaimana Alim Markus yang tak tamat SMP itu bisa membawa Maspion menjadi perusahaan kelas dunia. Alim Markus sendiri sudah sering diwawancarai berbagai media menyangkut perkembangan perusahaannya. Ia misalnya pernah ditanya tentang kunci sukses usahanya. Ia menjawab: “Kerja, kerja, kerja, kemudian belajar. Pada umur 40 tahun, saya pernah mengambil short course di National University Singapore selama dua minggu dari pagi hingga malam. Lulusnya setara dengan lulusan diploma tiga. Saya ambil modern management. Selain itu saya juga menguasai bahasa: Inggris, Jepang, Mandarin, Jerman, dan Indonesia.” Kalimat Alim Markus yang berbunyi “Kerja, kerja, kerja, kemudian belajar” itu mungkin bukan sesuatu yang baru. Banyak pengusaha sukses yang dikutip berbagai buku menyebutkan hal seperti itu. Apa yang agak lain adalah bahwa rahasia suksesnya juga karena ia menguasai bahasa Inggris, Jepang, Mandarin, Jerman, dan Indonesia. Kalimat terakhir dari kutipan kata-kata Alim Markus itu memang sangat menarik. Mengapa? Karena kata-kata tersebut muncul dari seorang pengusaha yang pendidikan formalnya rendah. Semangat belajarnya yang tinggilah yang membuat Alim Markus dapat memahami apa yang semestinya dipahami oleh mereka yang berpendidikan tinggi. Ia bisa mengetahui bagaimana pemahaman bahasa dan budaya sangat penting untuk menetrasi pasar bagi produk-produk Maspion. Maka layaklah kiranya bila pada awal 2011 yang lalu Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya menganugerahkan gelar Doctor Honoris Causa (Dr HC) di bidang ekonomi kepada Alim Markus. Rahasia Bisnis Dalam buku berbahasa Inggris ini, sulung dari pasangan Alim Husein dan Angkasa Rachmawati itu memaparkan 100 resep bisnisnya yang dibaginya dalam lima bagian. Lima bagian itu terkait dengan Big dream, hard work, and persistence, kemudian Leader, employee, and teamwork, lalu Ethics and character of a businessman; Pride, Failure, and Success, and Social Life and Family. Dalam kaitan kerja, Alim Marlus antara lain mengatakan, sejak remaja dirinya biasa bekerja keras. “Orang lain bekerja 8 jam, saya 14 jam, dari jam 5 pagi saat ayam berkokok, sampai jam 7 jam saat setan mulai keluar,” katanya. Dalam melaksanakan pekerjaan, dia selalu menyiapkan segala sesuatunya dengan baik. Dia juga selalu membaca buku, menimba ilmu dari berbagai pihak agar tidak ketinggalan zaman. Membicarakan kepemimpinan, Ali Markus menggarisbawahi bahwa dirinya bukan Superman di perdagangan. “Tangan kanan dan tangan kiri saya banyak membantu saya. Dengan kata lain, saya banyak dibantu oleh asisten,” katanya. Dikatakannya, satu orang CEO itu dalam group sama dengan komandan satu batalyon tentara. Tidak apa-apa kalau komandannya tidak mahir dalam menggunakan senjata otomatis atau meriam. Yang penting dia bisa membawahi anak buahnya dan organisasi dan mempunyai strategi. Seorang komandan tidak perlu atau tidak harus lebih pandai mengoperasikan senjata otomatis atau meriam dibanding prajuritnya. Poin-poin menarik lainnya dari Alim Markus adalah menyangkut kekayaan. Dia mengatakan, kekayaan itu seperti angka nol. Kekayaan Anda lebih banyak, berarti lebih banyak nol-nya. “Tetapi angka nol yang banyak itu harus ada angka 1. Dan angka 1 itu adalah kondisi badan Anda yang sehat. Tanpa 1 semua angka 0 tersebut tidak ada nilainya,” kata pengusaha penggemar tenis meja ini. Empat tokoh nasional memberikan sambutan dalam buku ini, yakni M. Jusuf Kalla (Ketua Umum PMI), Menko Kesra Agung Laksono, mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Djoko Santoso, dan mantan Kapolri Jenderal Pol (Purn) Bambang Hendarso Danuri. Jusuf Kalla mengatakan, Alim Markus adalah pengusaha sukses yang memiliki rasa kepedulian tinggi pada sesama, serta antidiskriminasi. Sedang Menko Kesra Agung Laksono menggarisbawahi Alim Markus yang selalu mempromosikan agar masyarakat Indonesia mencintai barang-barang produk dalam negeri. “Potret pengusaha nasionalis,” tutur Menko Kesra. Buku ini dilengkapi dengan foto-foto yang menunjukkan luasnya hubungan Alim Markus dengan tokohtokoh pemimpin nasional maupun internasional. (*)

Peresensi bekerja di sebuah bank swasta nasional.

ALAM momen kesekian kalinya, rekening gendut para pejabat negara jadi perbincangan ramai lagi. Laporan-laporan memang gencar belakangan ini. KPK blokir rekening mantan menpora, KPK lacak aset jenderal polisi DS, KPK telisik harta sejumlah anggota DPR, dan sebagainya. Pertanyaan utamanya adalah menyangkut asal-usul harta berlimpah para pejabat negara tertentu. Dari mana gerangan harta mereka yang tak masuk di akal mengingat gaji mereka yang tak seberapa besarnya. Sebelumnya, kita juga telah dibuat heran dengan jumlah harta anggota DPR berinisial AS yang puluhan miliar, juga seperti Gayus Tambunan, pegawai golongan III A Ditjen Pajak Departemen Keuangan, Gayus disebut punya simpanan uang di bank hampir Rp 30 miliar. Banyak orang mungkin juga heran betapa enaknya pejabat negara sekarang. Selain semua kebutuhannya dijamin, sarana kehidupannya pun mewah. Mobil-mobil lama masih mentereng, diganti lagi dengan yang lebih baru dan lebih mahal. Jawaban atas berbagai pertanyaan itu? Dengan mudah orang pun mengaitkan dengan tuduhantuduhan miring. Apalagi kalau tidak korupsi. Apalagi negeri ini terkenal sebagai negeri sangat korup. Menyaksikan keadaan seperti itu, ingatan banyak warga negeri ini mungkin akan hinggap pada sosok Bapak Bangsa bernama Soekarno. Mereka boleh jadi teringat katakatanya tentang harta yang dimilikinya setelah menjadi Presiden RI sekitar 15 tahun. “Ke mana aku pergi? Aku tak punya rumah untuk diriku sendiri. Tidak ada tanah, tidak ada simpanan. Bukan sekali dua kali aku tak mempunyai sisa uang untuk pengeluaran rumah tanggaku. Di satu negeri, seorang dutabesar kami terpaksa membelikanku sepasang piyama. Satu-satunya piyama. Presiden sudah sobek. Akulah satu-satunya Presiden di dunia yang tidak rumah sendiri.” Begitilah kata-kata Presiden Soekarno dalam otobiografinya yang ditulis oleh Cindy Adams, Sukarno,An Autobigraphy as Told to Cindy Adams (1966) dan telah diterjemahkan menjadi Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Kesederhanaan Soekarno memang sudah melegenda, meskipun tentu saja tidak sedikit yang mele-

ILUSTRASI: JUJUK SUWANDONO/RADAR SURABAYA

cehkannya. Namun, meskipun media Barat bertahun-tahun memusuhinya, pada masa Orde Baru ternyata mereka mengakui kedekatan Soekarno di mata rakyatnya. Wartawan Asiaweek, Keith Loveard, menulis laporan panjang belasan tahun lalu. Menurut Loveard, salah satu cara rakyat Indonesia untuk berkaca diri rasanya adalah dengan mengingat Soekarno. Mengapa demikian? Jawabnya, karena di seluruh wilayah Indonesia yang membentang 5.000 km, satu nama sinonim dengan nasionalisme Indonesia: Soekarno. Seorang nasionalis sejati amat mencintai negerinya. Dia tidak akan korupsi, makan rezeki yang tak semestinya. Soekarno adalah pendiri negara dan arsitek kemerdekaan negeri ini. “Bagi banyak orang, kenangan atas presiden pertama itu ada kaitannya dengan impian tentang bagaimana Indonesia harus dibangun,” tutur Loveard. Memang, Soekarno adalah manusia biasa yang tak luput dari kelemahan. Tetapi jutaan warga negeri ini tetap terkagum-kagum pada pemimpin yang punya banyak kelebihan itu. Dari soal harta, misalnya, seperti telah dikutip di atas. . Di bagian lain buku biografinya itu, Bung Karno juga mengatakan, “Dan adakah seorang Kepala Negara lain yang melarat seperti aku dan sering meminjam-minjam dari ajudannya? Gajiku 200 dollar AS sebulan dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluargaku. Dari segi keuangan tidak banyak ke-

majuanku semenjak dari Bandung (pada dasawarsa 1920-an.Pen).” Dalam sebuah cerita, Presiden Soekarno pernah didatangi oleh seorang pelukis yang jadi sahabatnya. Sang pelukis itu sangat memerlukan uang untuk membeli obat bagi isterinya yang sakit. Ia pun datang pada Bung Karno untuk menjual lukisannya. Tapi Kepala Negara itu tidak punya uang, jadi ia menawarkan pulpen yang ada tandatangannya untuk dijual. Sang pelukis tidak mau karena butuh uang dan pamit pulang. Bung Karno mencegahnya dan kembali masuk ke kediamannya. Dia pun berkata, “begini bung, kebetulan isteriku ada sedikit uang. Saya meminjamnya, tapi masih kurang. Jadi nanti kalau saya punya uang, kekurangannya saya bayar.” Mengharukan memang. Bagaimana seorang kepala negara tidak punya uang hingga seperti itu? Bagaimana Bung Karno sering dibelikan baju oleh para diplomatnya kalau ke luar negeri karena melihat baju presidennya yang sangat sederhana? BUKAN GELANG EMAS Bagaimana Soekarno bisa begitu sederhananya? Kepala sama hitam, isinya tentu bermacam-macam. Tetapi salah satu jawabannya adalah karena Soekarno melihat kekuasaan adalah sebuah borgol, bukan gelang emas. Karena borgol itulah, Soekarno bisa menjadi manusia yang sederhana hidupnya. Sebaliknya, banyak pemimpin atau pe-

jabat memandang jabatannya sebagai gelang emas. Jabatan adalah kesempatan untuk menumpuk harta. Jawaban lain kiranya juga terkait dengan kesukaan Bung Karno pada karya-karya seni dan sastra. Karena itulah ia peka terhadap penderitaan rakyatnya. C.S. Lewis (1898-1963), akademisi dan novelis Inggris, mengatakan, sastra menambahkan (sesuatu) pada realitas, tidak hanya melukiskannya. Kesukaan Bung Karno pada karya seni sangat terkenal. Selain senang melukis dan kolektor lukisan, tokoh bangsa berdarah Bali itu juga menulis drama di masa mudanya. Majalah terkemuka Amerika National Geographic edisi Indonesia, bulan Agustus 2008 menunjukkan foto Bung Karno di ruang kerjanya yang penuh lukisan, sebuah foto tahun 1956. Bung Karno juga seorang kutu buku yang luar biasa. Ia baca segala macam buku, buku-buku sastra, termasuk biografi tokoh-tokoh terkenal dunia. Seperti ditulis Howard Palfrey Jones dalam bukunya, Indonesia: The Possible Dreams, tahun-tahun dalam penjara dan pengasingan adalah tahun-tahun pendidikan. Ia membaca dan membaca – semuanya yang dapat diperolehnya. Presiden Soekarno memang pejabat tertinggi negeri ini paling melarat di antara presiden lainnya. Jelas dia tidak punya rekening gendut. Tetapi pemimpin itu jelas paling kaya visi dan inspirasi bagi bangsanya. (dph_djoko@yahoo.com)

Jawa dan Seperiuk Nasi Oleh: SULISTYORINI Tempora mutantur, nos et mutamur in illis, yang berarti seiring waktu yang berubah, dan kita akan ikut berubah juga di dalamnya. . PEPATAH latin kuno tersebut agaknya mencerminkan kebudayaan kita yang terus berubah mengikuti langkah zaman. Sebuah tradisi diwariskan oleh masyarakat sebelumnya kepada masyarakat sesudahnya, yang selanjutnya akan ada perubahan lagi dalam aplikasinya oleh masyarakat kini. Realitas itu menunjukkan tidak ada sebuah tradisi yang benar-benar asli. Tradisi selalu bergerak mengikuti hukum dialektika. Ada yang timbul, ada yang tenggelam, dan ada yang berubah. Masalah pangan misalnya. Masyarakat Jawa kuno mengkonsumsi makanan yang terbuat dari buah yang tumbuh di dalam tanah (bolo pendem) seperti singkong, ketela dan berbagai tanaman umbiumbian lainnya. Baru pada sekitar abad ke 6 masyarakat Jawa mengenal padi yang dibawa oleh pedagang-pedagang Thionghoa. Pedagang-pedagang itu membawa padi dari Birma. Setelah proses akulturasi yang panjang akhirnya padi mendapatkan keberterimaan dalam masyarakat Jawa. Tidak menutup kemungkinan, kelak nasi akan tergantikan dengan jenis makanan lainnya. Namun yang perlu diperhatikan adalah proses tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama. Masyarakat Jawa kuno memaknai setiap proses yang berjalan. Tidak sebagaimana masyarakat Jawa modern yang mengabaikan prosedur pemaknaan setiap proses perubahan Melalui proses akulturasi yang begitu panjang, masyarakat Jawa menempatkan nasi dalam fungsi yang beragam. Dalam berbagai moment, masyarakat Jawa menggunakan nasi sebagai sebuah syarat yang wajib dipenuhi. Hingga kerap muncul rumor bahwa jika tidak ada nasi masyarakat menganggap seseorang itu tidak dalam keadaan yang sempurna sebagai orang Jawa.

ILUSTRASI: JUJUK SUWANDONO/RADAR SURABAYA

Nasi Dalam Keluarga Jawa Keberadaan nasi menjadi sangat vital dalam sebuah ruang favorit keluarga. Nasi menjadi hidangan utama yang harus tersaji diatas meja makan keluarga Jawa. Ibaratnya, seseorang belum bisa dikatakan “makan” jika belum makan nasi. Bahkan jika hanya sesuap. Nasi sering menjadi alat penghubung yang menjaga keharmonisan keluarga. Keluarga Jawa terbiasa makan bersama dalam satu meja, dan dipastikan dalam meja tersebut tersaji nasi. Keluh kesah akan terpecahkan dalam suasana santai. Keluarga Jawa selalu menempatkan nasi sebagai makanan wajib bagi anakanaknya. Masih teringat ritual sederhana yang sering dilakukan keluarga semasa kecil dulu. Tradisi sarapan menjadi upacara harian yang wajib dilaksanakan setiap paginya. Tak kalah menarik, orang tua terutama sang ibu bangun subuh untuk menanak nasi dengan tungku kayu. Sembari menunggu nasi tanak, anak-anak berdandan untuk kemudian makan pagi bersama di meja makan sebelum berangkat kesekolah. Orang tua dulu menginginkan anaknya untuk tidak jajan sembarangan. Nasi menjadi bentuk perhatian orang tua kepada anak-anaknya.

Koleksi tapakjejak.blogspot.com

Nasi Dalam Spiritualitas Nasi menjadi sajian utama dalam setiap upacara ritual khas masyarakat Jawa. Ritual ini biasa digelar dalam rangka memperingati hari lahir seorang anak, merayakan keberhasilan seseorang prestasi yang diraih, pernikahan, sampai ritual kematian. Masyarakat Jawa kerap menyebut ritual tersebut dengan selametan. Dalam masyarakat Jawa selametan merupakan bentuk simbolis dari rasa syukur dan ungkapan terimakasih kepada Sang Pencipta. Nasi menjadi perantara spiritualitas antara manusia dengan Tuhannya. Selametan ini dibahas dengan cukup panjang lebar oleh Geertz, ia juga menarik perhatian para pembaca dan pentingnya sistem nomor dijawa (Petungan). Maka, dalam karya Geertz, kita menemukan pembahasan mengenai selametan yang diadakan berhubungan dengan kelahiran (tingkeban, babaran, pasaran, pitonan), dengan khitan (sunatan), dengan pernikahan (kepanggihan), dan dengan kematian (layatan), serta selametan yang berhubungan dengan hari raya islam dan selametan bersih desa. Selametan yang berhubungan dengan islam tidak menerima perhatian yang sebesar itu (Andre moller). Hampir setiap upacara selametan selalu hadir nasi. Hal yang biasa terjadi dalam selametan adalah nasi dibentuk dalam sebuah tumpeng.Tumpeng merupakan sajian utama dalam berbagai upacara tradisional Jawa. Tumpeng merupakan nasi yang dihidangkan dalam bentuk kerucut dengan aneka lauk pauk dibawahnya. Bentuknya yang unik sarat dengan simbol mengenai ajaran untuk memaknai hidup. Satu di antaranya yaitu dengan bentuknya yang menjulang ke atas tersimpan harapan agar manusia selalu mengingat Sang Pencipta. Nasi lagi-lagi menjadi media pengingat seorang manusia terhadap Tuhannya. Nasi atau dalam bentuk mentahnya beras selalu hadir dalam setiap fase kehidupan seorang manusia Jawa. Dari fase manusia dilahirkan, beranjak dewasa, menemukan pendamping hidup hingga akhirnya meninggal dunia. Beras telah menjadi saksi perjalanan hidup seseorang Jawa melalui perayaan-perayaan khas budayanya.

Nasi dan Budaya Populer Peran nasi sebagai makanan pokok perlahan mulai berkurang. Posisinya tergantikan dengan munculnya produk makanan yang serba instan. Dirasakan atau tidak perubahan perilaku dan kebiasaan hidup masyarakat kini berkiblat pada masyarakat Barat. Masyarakat modern, entah karena terlalu sibuk atau memang telah menjadi gaya hidup, untuk sekedar membuat sarapan saja kadang tidak sempat. Akhirnya makanan siap saji menjadi pilihan yang populer bagi mereka. Sekarang ini, segala jenis makanan berkarbohidrat selain nasi telah banyak dijadikan sebagai pilihan menu makan mereka. Memang kita mesti mengakui dan mengacungkan jempol atas kejelian para pemilik modal yang mampu membaca tradisi di negeri ini dengan cermat. Para agen tersebut menawarkannya dalam sajian yang sedikit berbeda. Keberterimaan masyarakat Jawa akan nasi mengingatkan kita untuk memiliki keterbukaan atas berbagai budaya, selama budaya tersebut bisa menghantarkan seseorang untuk lebih memaknai kehidupannya. Tentunya melalui prosedur pemaknaan setiap proses yang sedang terjadi. Bukan seperti masyarakat modern saat ini yang melahap setiap budaya baru yang hadir. Kita harus mampu melakukan resistensi terhadap setiap budaya yang menyapa untuk menghindari gaya hidup hedonis. *) Mahasiswa Bahasa dan Sastra IAIN Surakarta

Halaman HORIZON menampung segala pemikiran dengan tema apa saja. Yang berminat menyampaikan gagasannya secara mendalam, silakan kirim naskah ke horizon@radarsby.com. Panjang naskah maksimal 5.000 karakter. Cantumkan alamat lengkap dan nomor rekening Anda. layouter: ayu


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.