Media Indonesia

Page 15

O PINI

KAMIS, 18 AGUSTUS 2011

15

BUMN dan Kualitas Pertahanan Nasional

S

AAT membaca judul tersebut, Anda barangkali akan bertanyatanya, apa hubungan antara badan usaha milik negara (BUMN) dan kualitas pertahanan nasional? Sepintas, kedua variabel itu independen secara konseptual. BUMN merupakan perusahaan negara bersegmentasi ekonomi, baik dalam bentuk perusahaan umum (perum) maupun perusahaan perseroan (persero). Sementara kualitas pertahanan merujuk pada stabilitas keamanan nasional yang lebih bersifat teritorial. Titik simpul keduanya tak lain perihal pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Di satu sisi, BUMN industri pertahanan (BUMNIP) yang memproduksi sebagian alutsista cenderung tidak dimaksimalkan guna pemenuhan kebutuhan sarana prasarana militer nasional. Di lain sisi, pemerintah yang direpresentasi Kementerian Pertahanan, yang mengeluhkan perbaruan senjata karena telah ketinggalan zaman, kerap memilih berbelanja alutsista di luar negeri (impor) yang harganya lebih mahal dan diyakini lebih canggih. Padahal alokasi tahunan (APBN) untuk belanja alutsista ini masih relatif rendah sehingga tak banyak yang bisa dibeli dari luar. Di sini, pemerintah seolah tidak percaya diri dan meragukan kecanggihan produk alutsista dalam negeri. Kenyataannya, secara faktual Indonesia telah mampu membuat alutsista bermutu

internasional. Buktinya, sejumlah negara di Asia, Eropa, dan Timur Tengah telah memesan produk pesawat tempur buatan (made in) Indonesia. Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam, Korea Selatan, Uni Emirat Arab, Pakistan, dan Turki telah memesan pesawat jenis CN-235. Bahkan Burkina Faso di Afrika Barat dan Korean Coast Guard pernah memesan CN-235 jenis pesawat angkut militer VIP dan CN-235 jenis maritime patrol aircraft (MPA). Indonesia juga telah mengekspor peluru ke Singapura, Bangladesh, dan Amerika. Panser jenis Anoa 6×6 dipesan Kerajaan Oman dan Malaysia. Di sektor produksi kapal, Indonesia mengekspor jenis kapal chemical tanker 6.200 DWT ke Italia. Selain itu, Indonesia telah mengekspor suku cadang untuk Boeing, Airbus, General Dynamic, dan Fokker. Dengan melihat capaian tersebut, industri pertahanan dalam negeri nasional patut dibanggakan di tengah persaingan produksi senjata dunia internasional. Hanya saja, mi nimnya komitmen dan keseriusan pemerintah mengakibatkan BUMNIP terancam bangkrut. Kualitas BUMNIP Setidaknya terdapat tiga BUMNIP yang saat ini memproduksi alusista, yakni PT Dirgantara Indonesia (PT DI), PT PAL Indonesia, dan PT Pindad. Ketiganya mempunyai

Eriko Sotarduga BPS Anggota Komisi VI DPR RI kemampuan memproduksi alusista berstandar internasional yang sangat dibutuhkan untuk melindungi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). PT DI memproduksi pesawat terbang jenis CN-235 dan NC-212, selain juga membuat helikopter tipe Super Puma NAS-332 yang memadai untuk kebutuhan sipil dan militer. Pesawat-pesawat produksi PT DI berciri khas pesawat kecil berbaling-baling yang sangat sesuai dengan kebutuhan spesifik

wilayah kepulauan Indonesia, terutama zona terpencil yang sulit dijangkau angkutan darat. PT PAL mempunyai reputasi sebagai kekuatan utama pengembangan industri maritim nasional. Sebagai galangan kapal dengan pengalaman lebih dari dua dasawarsa, PT PAL Indonesia memiliki kemampuan memproduksi kapal militer dan

kapal niaga yang andal untuk kepentingan industri pelayaran nasional dan pelayaran perintis bagi penumpang dan barang. PT Pindad bergerak d a l a m bidang pembuatan berbagai macam produk militer seperti sen-

jata, amunisi, dan kendaraan militer. Produk PT Pindad saat ini menjadi andalan TNI, seperti senapan serbu SS1, pistol G2, granat GT-5H, dan panser APC 6x6. Perusahaan ini juga mampu memproduksi bom tajam MK82 untuk pesawat F-16. Komitmen pemerintah Ragam produksi alutsista bermutu internasional itu nyatanya

tak berbanding lurus dengan nasib ketiga BUMN tersebut. Dalam tulisan berjudul ‘Ironi Transportasi Udara Nasional’ di Media Indonesia (27/5), saya pernah secara khusus meng-

apresiasi dilema PT DI kaitannya dengan minimnya komitmen pemerintah atas ketidakjelasan nasib perusahaan yang dulunya bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) ini sehingga mengalami situasi sulit. Nasib serupa nyatanya dialami pula oleh PT PAL dan PT Pindad. Sejak 2007 hingga 2009, PT PAL terus-menerus dirundung kerugian, sekalipun secara grafik kerugian itu kian menurun. Bila pada 2007 perusahaan ini mengalami kerugian Rp443 miliar, pada medio 2008 berkurang menjadi Rp96 miliar, dan berturutturut pada 2009 merugi sekitar Rp30 miliar. Untuk membenahi

kerugian, pemerintah pernah menjanjikan dana talangan sebesar US$45 juta atau sekitar s Rp384,87 miliar. Meski relatif R kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan perusahaan, janji itu telah menumbuhkan ekspektasi yang cukup besar. Namun hingga akhir 2008, dana tersebut tidak kunjung terealisasi.

Meski PT Pindad mampu membuat produksi bom tajam MK-82 untuk pesawat F-16, pemerintah memilih impor dari Spanyol. Kini mesin-mesinnya pun menganggur. Order dari Kemenhan pada perusahaan ini, berupa panser Anoa 6×6, sebanyak 150 unit, per unitnya Rp7 miliar. Namun praktiknya tidak mulus. Dengan alasan faktor anggaran, pesanan itu dicicil. Pada 2009, mestinya Kemenhan membeli 80 unit,tetapi yang terbeli hanya 60 unit. Kelebihan produksi 20 unit itu menjadi persoalan inventori bagi Pindad dan jelas merugikan cash flow perusahaan. Untungnya APBN tahun 2011 menghadirkan kabar gembira. Pemerintah dan DPR telah sepakat menaikkan anggaran Kementerian Pertahanan sebesar Rp45,2 triliun agar mampu membeli peralatan militer khususnya alutsista dalam menunjang tugas mempertahankan wilayah NKRI. Peme-

rintah juga sudah mempunyai komitmen untuk menggunakan produk-produk alutsista yang diproduksi di dalam negeri. Pemerintah bersama-sama DPR juga telah sepakat membantu ketiga BUMN tersebut untuk meningkatkan kinerja dan membayar utang-utang mereka. Bantuan itu diberikan dalam bentuk penyertaan modal negara (PMN) dan konversi soft loan agreement (SLA) atau rekening dana investasi (RDI). PT DI mendapat Rp5,89 triliun, PT PAL mendapat Rp3,361 triliun, dan PT Pindad mendapat Rp1,287 triliun hingga 2012. Kini tinggal sejauh mana komitmen pemerintah membeli produk alutsista dalam negeri. Bagaimanapun, pembelian produk alutsista dalam negeri berimplikasi ganda. Pertama, mampu menghidupkan kembali BUMNIP. Kedua, membenahi kualitas pertahanan nasional yang alutsista-nya sudah uzur dan ketinggalan zaman, yang pada gilirannya itu akan meningkatkan kualitas pertahanan nasional. Alhasil, untuk menjadi negara maju, kita butuh materialisasi kesadaran nasional (national conciousness) yang mewujud dalam rasa nasionalisme. Dan bukti adanya rasa nasionalisme yang tinggi ialah kebanggaan menggunakan produk milik sendiri. Kini saatnya elite pemegang kebijakan menunjukkan rasa nasionalisme mereka dengan menggunakan produk milik bangsa sendiri demi keutuhan NKRI. Jayalah bangsaku, jayalah negeriku, Indonesia merdeka.

Rantai Penawaran dalam Kacamata Risk Management

R

ANTAI penawaran secara agregat merupakan kurva penawaran dalam konteks makroekonomi. Dalam konteks mikro, itu merupakan rantai nilai dari pembentukan sebuah produk. Dalam industri yang sama misalnya perbankan, rantai nilai itu berpotensi mengalami sifat-sifat yang sama atau homogen. Namun sejauh mana setiap fungsi produksi bank memiliki teknologi yang sama memerlukan sebuah penelitian yang khusus. Bank dapat memiliki fungsi produksi dengan sifatsifat tertentu, seperti increasing return to scale, diminishing return to scale, atau constant return to scale. Bahkan bank dengan rantai nilai yang relatif hampir sama dapat menghasilkan teknologi yang berbeda. Dengan demikian pemantauan risiko tidak hanya berdasarkan pada setiap rantai nilai, tetapi juga interaksi di antara rantai nilai tersebut. Separabilitas di setiap rantai nilai perlu pengujian khusus agar manajemen risiko mampu mengelompokkan sumber daya yang paling produktif dalam melakukan fokus pengawasan risiko. Tanpa uji separabilitas tersebut, manajemen risiko bukan hanya akan berdampak pada ketidakefektifan pengelolaan risiko melainkan juga efisiensi proses

PARTISIPASI OPINI

pemantauan risiko tersebut. Jika setiap bank memiliki perilaku separabilitas antarinputnya yang berbeda, penerapan manajemen risiko juga tidak dapat bersifat homogen. Intinya, manajemen risiko harus sesuai dengan keunikan tiap bank tersebut. Untuk itu, pengawasan terhadap perbankan secara keseluruhan tidak dapat menggunakan pendekatan one size fits all. Risikonya, pengawas harus memiliki kajian riset tersendiri untuk menjabarkan secara nyata proses pengawasan berdasarkan pola risiko manajemen tertentu. Dalam sifat teknologi, sebuah bank dapat memiliki teknologi yang berbentuk faktor augmenting, sedangkan bank lainnya walaupun memiliki size dan tujuan bisnis yang sama dapat saja berbentuk capital augmenting. Dengan demikian, sebetulnya ruang perhatian dari manajemen risiko tidaklah sesederhana ragam rantai nilai. Bank yang berorientasi pada usaha skala kecil dan menengah berpotensi memiliki teknologi yang bersifat labour augmenting, apalagi jika infrastruktur keuangan belum merambah daerah-daerah yang lebih luas. Sejauh mana sebuah bank memiliki augmenting confidence juga harus dapat dijabarkan secara nyata sehingga analisis pengawasan risiko tidak salah

Achmad Deni Daruri President Director Center for Banking Crisis kaprah. Teknologi dari rantai penawaran secara geografis juga berpotensi untuk mengkaji sejauh mana solow-neutral technology dapat berjalan efektif ketika investasi kapital berbasis teknologi semakin menjadi primadona. Ini perlu mendapatkan perhatian khusus agar retail technology memiliki acuan yang jelas terhadap solow-neutral technology atau harrod-neutral technology. Terlepas dari manajemen risiko dan praktik pengukuran risiko yang diadopsi, sebuah strategi risiko operasional bank harus mencerminkan sifat dan sumber risiko operasional yang dimiliki bank untuk semua unsur sistem pengukuran risiko operasional, termasuk meninjau secara teratur elemen prediktif yang berlawanan dengan pengalaman. Strategi risiko operasional harus terkini dan mencerminkan perubahan material terhadap lingkungan internal dan eksternal. Pelaporan risiko harus memberikan pemahaman yang jelas mengenai risiko operasional kunci, penggerak terkait, dan efektivitas pengendalian internal. Kerangka kerja pelaporan internal harus mencakup pela poran rutin dari informasi yang relevan

di semua tingkat bank, harus transparan, responsif terhadap perubahan, yang sesuai dan proaktif mendukung pengelolaan risiko operasional. Untuk itu, uji separabilitas dalam unsur-unsur rantai penawaran

Seyogianya fungsi manajemen risiko setiap bank harus diperbarui secara teratur dan menjadi disiplin risiko operasional lebih lanjut yang terus berkembang sesuai dengan rantai penawaran dan perilaku fungsi produksinya.” bukan saja penting, melainkan juga menuntut kepastian dari bentuk teknologi tiap bank. Walaupun manajemen risiko operasional masih merupakan disiplin risiko yang relatif muda, berbagai praktik telah dikembangkan di beberapa bagian dari tata kelola internal, terutama dalam struktur tata kelola yang digunakan untuk mengelola risiko operasional. Struktur tata kelola risiko bank harus sesuai dengan

ukuran dan kompleksitas bisnisnya. Struktur tata kelola yang diadopsi banyak bank mengandalkan tiga garis pertahan an: manajemen bisnis yang sesuai, fungsi risiko operasional perusahaan yang bersifat independen, serta verifikasi dan validasi yang independen. Pelaksanaan ketiga baris pertahanan ini bervariasi, bergantung pada pendekatan manajemen risiko bank dan fleksibilitas yang disediakan pengawas nasional. Validasi dan verifikasi yang independen merupakan komponen dari baris ketiga pertahanan dalam struktur tata kelola yang digunakan untuk mengelola risiko operasional, dan melayani fungsi tantangan untuk dua baris pertahanan lainnya. Baik efektivitas dari fungsi manajemen risiko operasional perusahaan maupun sistem pengukuran risiko operasional harus dikaji auditor internal atau eksternal yang independen, memenuhi syarat, dan berkualitas. Tujuan kegiatan ini ialah untuk memastikan bahwa kerangka kerja manajemen risiko operasional yang dimiliki bank berfungsi sebagaimana dimaksud dan hal itu tetap sesuai dengan profil risiko bank. Keberadaan

proses tantangan independen tersebut merupakan pusat pendirian dan implementasi p keseluruhan fungsi manajek men risiko yang efektif. Kegiatan verifikasi dan validasi harus mencakup semua komponen fungsi dan sistem manajemen risiko yang dimiliki bank-bank. Kedalaman dan luasnya upaya validasi dan verifikasi harus konsisten dengan materialisme dan kompleksitas risiko yang dikelola. Validasi memastikan bahwa sistem manajemen risiko yang digunakan bank-bank cukup kuat dan memberikan jaminan integritas dari input, asumsi, proses, dan output. Secara khusus, proses validasi independen harus memastikan hasil metodologi pengukuran risiko dalam estimasi kredibel dari modal risiko operasional, yang mencerminkan profil risiko operasional dari sebuah bank. Pekerjaan validasi internal tidak terbatas pada aspek kuantitatif, tetapi mencakup validasi input data, metodologi, dan penggunaan output model risiko operasional. Dengan demikian elastisitas substitusi antarkelompok risiko manajemen dapat dihitung se suai dengan elastisitas substitusi antarrantai nilai. Begitu pula efisiensi dalam manajemen risiko tidak mengurangi efektivi-

tas pengawasan risiko yang diperlukan. Verifikasi fungsi manajemen risiko dilakukan secara periodik dan biasanya dilakukan audit internal dan/ atau eksternal yang dimiliki bank-bank, tetapi mungkin melibatkan pihak lain yang independen yang sesuai dan berkualitas dari sumber eksternal. Kegiatan verifikasi menguji efektivitas fungsi manajemen risiko secara keseluruhan, konsisten dengan kebijakan yang disetujui dewan direksi, juga menguji proses validasi sistem manajemen risiko untuk memastikan mereka independen dan dilaksanakan secara konsisten dengan kebijakan bank yang telah ditetapkan. Untuk itu, bank harus memiliki fungsi manajemen risiko berkelanjutan dan kebijakan yang digunakan dalam praktik pengambilan keputusan pengelolaan risiko yang mereka miliki, dengan bukti yang jelas dari integrasi dan hubungan antara proses pengukuran dan pengelolaan fungsi manajemen risiko melalui seluruh institusi. Seyogianya fungsi manajemen risiko setiap bank harus diperbarui secara teratur dan menjadi disiplin risiko operasional lebih lanjut yang terus berkembang sesuai dengan rantai penawaran dan perilaku fungsi produksinya.

Kirimkan ke email: opini@mediaindonesia.com atau opinimi@yahoo.com atau fax: (021) 5812105, (Maksimal 7.100 karakter tanpa spasi. Sertakan nama. alamat lengkap, nomor telepon dan foto kopi KTP).

Pendiri: Drs. H. Teuku Yousli Syah MSi (Alm) Direktur Utama: Rahni Lowhur-Schad Direktur Pemberitaan: Saur M. Hutabarat Direktur Pengembangan Bisnis: Alexander Stefanus Dewan Redaksi Media Group: Elman Saragih (Ketua), Ana Widjaya, Andy F.Noya, Bambang Eka Wijaya, Djadjat Sudradjat, Djafar H. Assegaff, Laurens Tato, Lestari Moerdijat, Rahni Lowhur Schad, Saur M. Hutabarat, Sugeng Suparwoto, Suryopratomo, Toeti Adhitama Redaktur Senior: Elman Saragih, Laurens Tato, Saur M. Hutabarat Deputi Direktur Pemberitaan: Usman Kansong Kepala Divisi Pemberitaan: Kleden Suban Kepala Divisi Content Enrichment: Gaudensius Suhardi Deputi Kepala Divisi Pemberitaan: Abdul Kohar Sekretaris Redaksi: Teguh Nirwahyudi Asisten Kepala Divisi Pemberitaan: Ade Alawi, Fitriana Siregar, Haryo Prasetyo, Ono Sarwono, Rosmery C.Sihombing Asisten Kepala Divisi Foto: Hariyanto

Redaktur: Agus Mulyawan, Anton Kustedja, Cri Qanon Ria Dewi, Eko Rahmawanto, Eko Suprihatno, Hapsoro Poetro, Henri Salomo Siagian, Ida Farida, Jaka Budisantosa, Mathias S. Brahmana, Mochamad Anwar Surahman, Sadyo Kristiarto, Santhy M. Sibarani, Soelistijono Staf Redaksi: Adam Dwi Putra, Agung Wibowo, Ahmad Maulana, Ahmad Punto, Akhmad Mustain, Amalia Susanti, Andreas Timothy, Aries Wijaksena, Aryo Bhawono, Asep Toha, Basuki Eka Purnama, Bintang Krisanti, Christina Natalia S, Cornelius Eko, David Tobing, Denny Parsaulian Sinaga, Deri Dahuri, Dian Palupi, Dinny Mutiah, Dwi Tupani Gunarwati, Edwin Tirani, Edy Asrina Putra, Emir Chairullah, Eni Kartinah, Eri Anugerah, Fardiansah Noor, Fidel Ali Permana, Gino F. Hadi, Heru Prihmantoro, Heryadi, Ignatius Santirta, Iis Zatnika, Irana Shalindra, Irvan Sihombing, Iwan Kurniawan, Jajang Sumantri, Jerome Eugene W, Jonggi Pangihutan M., K. Wisnubroto, M. Soleh, Mirza Andreas, Mohamad Irfan, Muhamad Fauzi, Nurulia Juwita, Panca Syurkani, Raja Suhud V.H.M, Ramdani, Ratna Nuraini, Rommy Pujianto, Selamat Saragih, Sidik Pramono, Siswantini Suryandari, Sitriah Hamid, Sugeng Sumariyadi, Sulaiman Basri, Sumaryanto, Susanto, Syarief Oebaidillah, Thalatie Yani, Tutus Subronto, Usman Iskandar, Wendy Mehari, Windy Dyah Indriantari, Zubaedah Hanum Biro Redaksi: Dede Susianti (Bogor) Eriez M. Rizal (Bandung); Kisar Rajagukguk (Depok); Firman Saragih (Karawang); Yusuf

Riaman (NTB); Baharman (Palembang); Parulian Manulang (Padang); Haryanto (Semarang); Widjajadi (Solo); Faishol Taselan (Surabaya) MICOM Asisten Kepala Divisi: Tjahyo Utomo, Victor J.P. Nababan Redaktur: Agus Triwibowo, Asnawi Khaddaf, Patna Budi Utami, Widhoroso Staf Redaksi: Heni Rahayu, Hillarius U. Gani, Nurtjahyadi, Prita Daneswari, Retno Hemawati, Rina Garmina, Rita Ayuningtyas, Yulia Permata Sari, Wisnu Arto Subari Staf: Abadi Surono, Abdul Salam, Budi Haryanto, Charles Silaban, M. Syaifullah, Panji Arimurti, Rani Nuraini, Ricky Julian, Vicky Gustiawan, Widjokongko DIVISI TABLOID, MAJALAH, DAN BUKU (PUBLISHING) Asisten Kepala Divisi: Gantyo Koespradono, Jessica Huwae Redaktur: Agus Wahyu Kristianto, Lintang Rowe, Regina Panontongan Staf Redaksi: Adeste Adipriyanti, Arya Wardhana, Handi Andrian, Nia Novelia, Rahma Wulandari CONTENT ENRICHMENT Asisten Kepala Divisi: Yohanes S. Widada Periset: Heru Prasetyo (Redaktur), Desi Yasmini S

Bahasa: Dony Tjiptonugroho (Redaktur), Aam Firdaus, Adang Iskandar, Mahmudi, Ni Nyoman Dwi Astarini, Riko Alfonso, Suprianto ARTISTIK Redaktur: Annette Natalia, Donatus Ola Pereda, Gatot Purnomo, Marjuki, Prayogi, Ruddy Pata Areadi Staf Redaksi: Ali Firdaus, Ananto Prabowo, Andi Nursandi, Aria Mada, Bayu Wicaksono, Budi Setyo Widodo, Dharma Soleh, Endang Mawardi, Fredy Wijaya, Gugun Permana, Hari Syahriar, Haris Imron Armani, Haryadi, Lisa Saputra, Marionsandez G, M. Rusli, Muhamad Nasir, Muhamad Yunus, Nana Sutisna, Novi Hernando, Nurkania Ismono, Permana, Putra Adji, Tutik Sunarsih, Warta Santosi PENGEMBANGAN BISNIS Kepala Divisi Marketing Communication: Fitriana Saiful Bachri Kepala Divisi Marketing Support & Publishing: Andreas Sujiyono Asisten Kepala Divisi Iklan: Gustaf Bernhard R Asisten Kepala Divisi Sirkulasi-Distribusi: Tweki Triardianto Perwakilan Bandung: Arief Ibnu (022) 4210500; Medan: Joseph (061) 4514945; Surabaya: Tri Febrianto (031) 5667359; Semarang: Desijhon (024) 7461524; Yogyakarta: Andi Yudhanto (0274) 523167; Palembang: Andi Hendriansyah, Ferry Mussanto (0711) 317526, Pekanbaru: Bambang Irianto 081351738384. Telepon/Fax Layanan Pembaca: (021) 5821303, Telepon/ Fax

Iklan: (021) 5812107, 5812113, Telepon Sirkulasi: (021) 5812095, Telepon Distribusi: (021) 5812077, Telepon Percetakan: (021) 5812086, Harga Langganan: Rp67.000 per bulan (Jabodetabek), di luar P. Jawa + ongkos kirim, No. Rekening Bank: a.n. PT Citra Media Nusa Purnama Bank Mandiri - Cab. Taman Kebon Jeruk: 117-009-500-9098; BCA - Cab. Sudirman: 035-306-5014, Diterbitkan oleh: PT Citra Media Nusa Purnama, Jakarta, Alamat Redaksi/Tata Usaha/Iklan/ Sirkulasi: Kompleks Delta Kedoya, Jl. Pilar Raya Kav. A-D, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat - 11520, Telepon: (021) 5812088 (Hunting), Fax: (021) 5812102, 5812105 (Redaksi) e-mail: redaksi@mediaindonesia.com, Percetakan: Media Indonesia, Jakarta, ISSN: 0215-4935, Website: www. mediaindonesia.com, DALAM MELAKSANAKAN TUGAS JURNALISTIK, WARTAWAN MEDIA INDONESIA DILENGKAPI KARTU PERS DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA ATAU MEMINTA IMBALAN DENGAN ALASAN APA PUN


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.