Media Indonesia

Page 23

ternasional

Selasa, 15 NOVEMBER 2011

23

Bernama Konektivitas dikembangkan. Kerja sama pendidikan, budaya, dan pari­ wisata merupakan jembatan bagi kemajuan kawasan. Tidak hanya untuk mendekatkan jarak, kerja sama tersebut di­ harapkan dapat melekat di hati dan benak seluruh masyarakat ASEAN. “Konektivitas antarmasya­ rakat dapat menyatukan kita menjadi suatu komunitas dan mempermudah penerimaan persatuan demi pembentukan Komunitas ASEAN,” ucap­ nya. “Saya rasa Konektivitas ASEAN harus ada di setiap rumah, sekolah, perusahaan, lembaga-lembaga masyarakat, kedutaan besar, dan lainnya,” lanjut Pushpanathan. Pendanaan Meski baru berjalan satu ta­ hun, Konektivitas ASEAN telah bersiap diri. Demi membiayai pembangunan infrastruktur, kelembagaan, dan jalinan antar­

masyarakat, sebuah lembaga pendanaan pun sudah terben­ tuk. Riset Bank Pembangunan Asia (ADB) menyebutkan dana pembangunan infrastruktur ASEAN diperkirakan mencapai US$596 miliar selama periode 2006-2015, atau dibutuhkan dana segar senilai US$60 miliar per tahunnya. Lembaga tersebut ialah ASE­ AN Infrastructure Fund (AIF). Sumber keuangan AIF berasal dari negara-negara ASEAN yang dibantu beberapa negaranegara mitra ASEAN dan lem­ baga keuangan dunia seperti ADB. Dana awal sebesar US$485,2 juta telah terkumpul. Biaya sebesar US$335,2 juta berasal dari anggota ASEAN, sedang­ kan US$150 juta berasal dari Bank Pembangunan Asia. Diharapkan pada 2020, mam­ pu terkumpul US$3,6 miliar un­ tuk pembangunan infrastruktur di kawasan ASEAN.

Dari dana tersebut, enam proyek di kawasan ASEAN dapat dibiayai. “AIF memiliki peran penting dalam koordinasi kebijakan dan kapasitas pem­ bangunan bagi negara-­negara ASEAN. Termasuk, transfer ilmu pengetahuan dan peng­ alaman dalam pembangunan sehingga bisa berdampak sig­ nifikan pada kawasan ini,” kata Pushpanathan. Menurut dia, AIF juga me­ nyediakan dana bagi proyekproyek pilihan yang dilak­ sanakan sektor swasta (publicprivate patnership). Pendanaan itu diharapkan dapat menarik investasi asing yang besar di kawasan ASEAN. Tahun lalu, investasi asing dalam bentuk foreign direct investment yang masuk ke ka­ wasan ASEAN meningkat dua kali lipat menjadi US$75,8 miliar dari US$37,8 miliar pada 2009, dan untuk kali pertama lebih dari US$12 miliar berasal dari

negara anggota ASEAN. “Kontributor terbesar me­ mang Malaysia US$150 juta, ke­ dua Indonesia US$120 juta, ADB sekitar US$150 juta, dan juga negara-negara ASEAN lain­ nya, rata-rata kontribusi paling kecil US$100 ribu,” kata Ketua Komite Koordinasi Konek­ tivitas ASEAN I Gede Ngurah Swajaya. Swajaya menuturkan setidaknya ada 15 proyek besar yang menonjol dalam Konek­ tivitas ASEAN, yakni proyek transportasi, ketahanan energi, serta teknologi informasi dan komunikasi. “Nah, nantinya ASEAN In­ frastructure Fund yang akan membiayai priority project dalam rangka Konektivitas ASEAN, baik fisik, kelembagaan, mau­ pun people to people,” paparnya. “Kesan yang diperoleh dari kalangan swasta dan perbank­ an, selama proyek itu menarik, saya kira tidak ada masalah

dalam pendanaan.” Sejumlah proyek besar pun menjadi impian demi menyatu­ kan ASEAN. Pembangunan ASEAN Highway Network, pembangunan jalur kereta api Singapore-Kunming Rail Link (SKRL), dan pembangunan jalur maritim lewat jaringan kapal feri roll on roll off (roro) siap menyemarakkan Konektivitas ASEAN. “Pembangunan roro dari Filipina ke Bitung, dari Bitung menyebar ke Indonesia bagian timur, dan menyebar ke ne­ gara ASEAN lainnya sebagai langkah awal pembangunan maritime connectivity,” lanjut Swadaya. “Seperti roro yang dibangun di kawasan Indonesia Timur se­ hingga ada pengaruh positifnya bagi Indonesia untuk mengem­ bangkan bagian timur.” Sebagai salah satu mitra ASEAN, Jepang melalui lem­ baga Economic Research Insti­

tute for ASEAN and East Asia (ERIA) berperan aktif bagi pembangunan Konektivitas ASEAN. Melalui Rancangan Kom­ prehensif Pembangunan Asia (CADP), tim ERIA membantu mempercepat realisasi proyekproyek pembangunan terse­ but. “Sebanyak 695 proyek telah diidentifikasi untuk diimple­ mentasikan menjadi proyek prioritas yang merujuk pada Rencana Induk Konektivitas ASEAN,” kata Direktur ERIA untuk ASEAN dan Asia Timur Hidetoshi Nashimura. “Berdasarkan laporan, 63 proyek atau 9% telah rampung dan kini berada di tingkat ope­ rasional, dan sekitar 60% proyek sedang menjalani studi kelaya­ kan dan sekitar 75% dari proyek ini merupakan 170 proyek pri­ oritas teratas.” (*/I-5)

Tema:

Negeri Kaya Minyak Miskin Energi

FOKUS

NUSANTARA

RABU (16/11/2011)

rizki@mediaindonesia.com

KTT ASEAN: Seorang pejalan kaki melintas di depan sebuah baliho bergambar logo ASEAN serta sejumlah bendera negara-negara ASEAN dan negara mitra wicara di Jalan Bypass Ngurah Rai, Denpasar, Bali, Sabtu (12/11). Indonesia akan menjadi tuan rumah pada perhelatan KTT ke-19 ASEAN, pertemuan KTT terkait dan KTT ke-6 Asia Timur mulai tanggal 17-19 November mendatang di Nusa Dua, Bali.

ANTARA/ Widodo S. Jusuf

mi/ susanto

daya yang luar biasa karena ini menyangkut infrastruktur fisik dan infrastruktur lainnya, yakni kelembagaan dan people to people. Oleh karena itu, negaranegara ASEAN sepakat bahwa yang diprioritaskan ialah 15 proyek. Kemudian menyusul proyek-proyek lainnya. Satu hal yang juga harus dipahami, Konektivitas ASE­ AN tidak melulu membicara­ kan mengenai infrastruktur. Infrastruktur yang bagus di antara negara ASEAN tanpa didukung harmonisasi regulasi tidak mungkin terwujud. De­ ngan struktur jalan yang sudah terkoneksi dan struktur kelem­ bagaan yang sudah harmonis, tidak akan ada lagi hambatan. Aspek ketiga yang tidak ka­ lah pentingnya ialah people to people. Perlu pemahaman yang sama dan pengertian di antara negara-negara ASEAN.

Bagi Indonesia, yang terpen­ ting ialah konektivitas maritim. Oleh karena itu, kita dorong melalui roro (roll on roll off). Jadi, penyeberangan feri terintegrasi dengan jalan tol dan sekali ba­ yar sudah mencakup segalanya. Dampaknya sangat luar biasa untuk mengurangi ongkos dan meningkatkan produktivitas.

Dengan struktur jalan yang sudah terkoneksi dan struktur kelembagaan yang sudah harmonis, tidak akan ada lagi hambatan.”

Bagaimana dengan pendanaan? ASEAN Infrastructure Fund sudah dibentuk. Mungkin nanti operasinya akan sama seperti perbankan. Lembaga ini men­ jadi lembaga financing dan uang itu akan kembali ke semua yang berkontribusi. Setiap tahun lembaga itu harus membiayai enam proyek di ASEAN, entah itu di Indonesia atau Malaysia. Tetapi, memang yang menjadi salah satu target pembiayaan itu di Indonesia.

Mengapa Indonesia? Dari kesiapan proyek yang bankable dan economic qualifiable, Indonesia masuk kriteria itu. Namun, bukan berarti itu tertutup bagi negara lain. Jadi, mereka melihat potensi Indone­ sia cukup besar untuk bisa me­ manfaatkan dana infrastruktur ASEAN ini. Dana ini kan sudah terkum­ pul hampir US$500 juta. Na­ mun, sebuah proyek tidak akan 100% dibiayai dengan dana ini. Dana ini dana penyertaan.

ANTARA/Andika Wahyu

Misalnya dana infrastruktur ini 20% masuk, maka dana Bank Dunia juga masuk, ADB juga masuk. Dana swasta juga bisa masuk. Nantinya dana ini bukan habis, tapi akan terus berkembang. Pemikiran beri­ kutnya akan dilakukan mobil­ isasi dengan mekanisme yang inovatif di ASEAN sehingga target pada 2020 sebesar US$3,6 miliar sudah bisa dimobilisasi. Bagaimana kesiapan lembaga-lembaga di Indonesia untuk menghadapi single window? Untuk Konektivitas ASEAN sudah ditunjuk sementara satu national coordinator. National coordinator ini yang akan mengoordinasikan national department yang berbeda di Indonesia. Nantinya national coordinator akan beranggotakan beberapa wakil eselon satu dari berbagai kementerian terkait di

Indonesia. Nah, mereka inilah yang akan mengoordinasikan di tingkat nasional, termasuk ke­siapan kelembagaan. Dari sini dijadikan project ASEAN. Setelah itu, Connectivity Coor­ dinating Commitee mengoordi­ nasikan di tingkat regional. Bagaimana menyelaraskan standardisasi di ASEAN? Dalam konteks people to people ada mutual recognition arrangement, sudah ada tenaga kerja perawat. Perawat yang sudah memiliki standardisasi ASEAN bisa bekerja di mana pun juga dengan standardisasi itu. Itu kan banyak lapangan peker­ jaannya, jadi secara bertahap mulai dibuat. Lalu bagaimana menyikapi kesenjangan di antara negara ASEAN? MPAC juga dimaksudkan

untuk mengatasi kesenjangan. Yang menjadi prioritas kita da­ lam KTT yang sekarang ini ialah bagaimana mendorong pertum­ buhan ekonomi yang equitable, pembangunan ekonomi yang selaras di antara negara anggota ASEAN. Melalui rencana induk ini diharapkan, hal tersebut bisa dilakukan, juga didorong pembangunan ASEAN yang selaras. Kesenjangan yang kita bi­ carakan di ASEAN bukan hanya kesenjangan antara negara A dan negara B, melainkan juga kesenjangan yang ada di setiap negara ASEAN. Untuk Indo­ nesia, kita bisa membangun Indonesia Timur. Apa yang di targetkan oleh Komite Koordinasi Konektivitas ASEAN? Pembangunan jelas mem­ butuhkan waktu yang lama.

KERJA SAMA EKONOMI: Mantan menteri Perdagangan RI Mari Elka Pangestu (keenam dari kanan) berfoto bersama (dari kiri) menteri-menteri ASEAN dan Sekjen ASEAN Surin Pitsuwan (paling kanan) saat pertemuan Mekong Basin Development Cooperation (AMBDC) ke-13 pada rangkaian ASEAN Economic Ministers (AEM) Meeting ke-43 di Grand Kawanua Convention Center, Sulawesi Utara, Jumat (11/8).

Pembangunan ASEAN High­ way Network sudah dilakukan. Ada jalan sepanjang 10 km di Laos yang kualitasnya masih kelas tiga. ASEAN Highway Network itu harus berstandar sama, yaitu kelas satu. Di beberapa negara sudah berjalan, seperti di Kam­ boja untuk menghubungkan antara Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Pembangunan rel kereta api itu juga sudah mulai dilakukan setiap negara ang­ gota ASEAN dengan bantuan dari China dan Jepang. Jepang sangat berperan aktif, bagaimana dengan negaranegara lainnya? Saya kira Jepang, China, dan semua negara mitra wicara aktif. Jepang memang agak spesial. Bahkan, mereka mem­ bentuk task force (kelompok kerja) khusus. (*/I-5)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.