Edisi 184

Page 1

1 Profesi Edisi 184 Oktober Tahun XXXVIII 2014

www.profesi-unm.com

Tabloid Mahasiswa UNM

Pengemban Tri Darma Perguruan Tinggi

Belenggu 足Kebijakan Baru Presma Hasil "Main Mata" PR III dan SC | Hal. 3

Renggut Ruang Kreativitas Mahasiswa | Hal. 4

Beasiswa Kampus Ngaco' | Hal. 6

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 184 Oktober Tahun XXXVIII 2014 Streaming: radioprofesi.com


2

Persepsi

Profesi Edisi 184 Oktober Tahun XXXVIII 2014

www.profesi-unm.com

surat dari pembaca

S

LK Mati Rasa

elangkah lagi Rancangan Undang-undang (RUU) MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3) tentang pemilihan kepala daerah secara tidak langsung disahkan menjadi Undang-undang. Ngototnya koalisi besar di DPR untuk untuk meng-gol-kan RUU itu seakan tak bisa dibendung bahkan oleh koalisi di kubu pemerintahan. Ironi, RUU tersebut justru tak mendapat dukungan dari rakyat. Keterwakilan suara rakyat di lembaga legislatif yang dimaksud dianggap hanya bualan belaka karena menciderai demokrasi, hak rakyat untuk memilih pemimpinnya sendiri. Sayang seribu sayang, aktivis lembaga kemahasiswaan (LK) di Universitas Negeri Makassar (UNM) seolah menutup mata. Tak ada aksi demonstrasi yang nyata dipertunjukkan para aktivis kampus kita. Pun kalau ada, jumlah massanya tak lebih dari satu himpunan prodi. Sudah jelas, ini karena tak adanya konsolidasi gerakan dari seluruh fungsionaris LK di seluruh fakultas terkait masalah besar ini. Seperti tak bertaring, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNM, Zulfikri yang baru-baru dilantik ini sedikitpun tak bergeming. Setidaknya, di sinilah saat bagi presiden mahasiswa untuk menunjukkan dirinya merangkul seluruh LK di fakultas untuk sama-sama memperjuangkan aspirasi rakyat di bawah komandonya terlepas dari segala polemik yang ada di kala terpilihnya. Bukan malah membentangkan bendera perang lalu mengajak mahasiswa untuk menjadikan siapapun yang menentangnya sebagai musuh bersama. Sementara aktivis di kampus tetangga sudah lelah berteriak tapi tak mendapat sokongan dari UNM. Semesti-

nya kitalah yang.menjadi pelopor. I足ngat, aktivis UNM dulunya selalu menjadi motor gerakan mahasiswa se-Makassar. Lihat saja dengan mati rasanya aktivis UNM, tak ada lagi demonstrasi yang mampu menakuti elit politik karena gerakan mahasiswa kini tak masif lagi. Perjuangan dan pengorbanan mahasiswa di era reformasi akan sia-sia saja setelah mahasiswa kini tak mampu mempertahankan perjuangan itu. Pantas saja mereka dicemooh. Birokrat kampus ini yang sudah bosan didemo dulu berbalik menyudutkan peran para aktivis yang hanya jago kandang itu. LK se-UNM dari tataran himpunan prodi hingga BEM-Maperwa tak ubahnya sekumpulan mahasiswa yang mati rasa. Mati terhadap jati dirinya, dan mati pula terhadap kepekaan dan harapan besar rakyat di negeri ini terhadap mereka. Mahasiswa yang katanya aktivis LK itu hanya pandai beronani pada program kerja kegiatan-kegiatan semata. Inilah bukti dari hasil produk-produk prematur. Tak mampu menganalisa, tak mampu menentukan sikap, tak ada kepekaan, dan tak punya keberanian. Semua tak jauh pula dari akibat politik yang penuh intrik demi mendapat tampuk kepemimpinan LK di universitas ini meskipun saling menjatuhkan, bahkan "membunuh" satu sama lain. Efeknya, yang justru "dibunuh" bersama malah terlupa karena sudah tak sadar lagi. Meskipun masalah besar itu jelas-jelas telah ada di depan mata. Marilah kita sadar diri, tentang apa sebenarnya peran kita sebagai mahasiswa. Tak hanya meningkatkan IP ataukah berebut tahta, tapi peran kita sebagai social of control jauh lebih penting. Ayolah, jangan sia-siakan harapan terakhir rakyat Indonesia! (*)

f

Apa yang Anda pertanyakan?

Asriady M. Arch

bgmn tentang kebijakan calon guru harus mengikuti prafesi, dan itu bs jg dilakukan oleh alumni disiplin ilmu murni, klau begitu untuk apa ada perguruan tinggi yg berlabel pendidikan, jd pembelajaran ilmu pendidikan selama ini hax sekedar permainan, jd unm yg berlabel pendidikan saat ini dipertaxkan!!! menghasilkan sarjana pendidikan tp tdk dipercaya /melahirkan bayi namun tdk diakui. ITU

Pembantu Rektor Bidang Akademik, Sofyan Salam Perguruan tinggi kependidikan tetap dipercayakan untuk memfasilitasi sarjana yang mengikuti pendidikan profesi. Alumni disiplin ilmu murni juga tidak bisa serta merta mengikuti pendidikan profesi guru. Mereka tetap harus melakukan matrikulasi untuk program kependidikan, jadi selain S. Si akan bergelar S. Pd juga. Berbeda dengan alumni kependidikan yang secara otomatis bisa mengikuti pendidikan profesi guru. Ahmad Yashari

Kenapa mash ada pungutan* di dalam kampus, seperti uang lab, sama baju lab. Apakah uang lab tdk masuk dalam ukt???

Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, Nurdin Noni Rincian UKT masalah baju lab memang tidak ada didalam rincian, yang ada itu hanya rincian bahan-bahan yang lab yang digunakan. Anre Gurutta

Kembali terjadi lagi, beberapa senior mengeluhkan Akta IV mereka yg di tolak pihak BKD karna hanya "berkewenangan" mengajar di SMA/Sederajat... Sedangkan formasi yg dilamar SMP... Kenapa polemik ini tdk ditanggapi UNM???....

Pembantu Rektor Bidang Akademik, Sofyan Salam Masalah Akta IV yang ditolak BKD karena hanya tercantumkan boleh mengajar di SMA/sederajat telah ditemukan solusinya. Pihak UNM mengeluarkan surat yang menyatakan boleh mengajar di jenjang lainnya bagi alumni yang mengalami kendala tersebut untuk dilampirkan dalam berkas penerimaan formasi CPNS. Tahun 2015 nanti, Akta IV tidak lagi berlaku yang digantikan dengan sertifikat pendidik.

segenap Keluarga Besar LPM Profesi UNM

mengucapkan

Selamat atas penyelesaian studi: Parni, S.Pd Bendahara Umum Periode 2011-2012

Sahrul Alim, S.Pd

Pemimpin Umum Periode 2012-2013

Nurjanna Jamaluddin, S.Pd Bendahara Umum Periode 2012-2013

Pengelola LPM Profesi UNM mengucapkan

Selamat Hari Raya Idul Adha 1435 Khaerul Mustaan Pemimpin Umum

Andi Ajip Rosyidi Sekertaris Umum

Muhammad Ilham, S.Pd Redaktur Periode 2012-2013

Khaerul Mustaan Pemimpin Umum

Andi Ajip Rosyidi Sekretaris Umum

Redaksi menerima saran, dan kritikan dari mahasiswa atau birokrat UNM. Kirim saran dan kritikan Anda ke: SMS :085342294997| 085 696 996 401 Email :profesi_unm@yahoo.com Twitter :@Profesi_Online Facebook :LPPM Profesi UNM

Pelindung: Arismunandar. Dewan Pembina: Abdullah Dola, Asia Ramli Prapanca, Hazairin Sitepu, Anshari, Ammas, Syahrir Muhammmad, Mukhramal Azis, Uslimin, F 足 acharuddin Palapa, Abdul Wahid Nara, Husain Rasyid, Syamsuddin Yoko, Rusli Siri, Makmur Abdullah. Pemimpin Umum: K 足 haerul Mustaan, Sekretaris: Andi Ajip Rosyidi, Bendahara: Samti Binti Talib, Divisi Penerbitan: Andi Baso Sofyan (Pemimpin Redaksi), Divisi Online: Kasdar Kasau (Manajer Divisi Online), Divisi Penyiaran: Dwi Pratiwi Aslam (Station Manager), Divisi Penelitian dan Pengembangan: Dian Febriani (Kepala Divisi Litbang), Divisi Perusahaan: A. Sri Mardiyanti Syam (Pemimpin Perusahaan). Tabloid Mahasiswa PROFESI diterbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Profesi Universitas Negeri Makassar STT : 1635/SK/Ditjen PPG/1990. Pemimpin Umum/Penanggung Jawab: Khaerul Mustaan, Pemimpin Redaksi: Andi Baso Sofyan, Redaktur: Sulastri Khaer, Reporter: Agung Rinaldy Malik, Rajab, Rachmad Wajo, Nurul Irsal Amalia, Ari Maryadi, Arnawan Arif, Mentari Jati Pratiwi, Rosni Armin, Andi Sadriani, Nurlaela. Fotografer: Febriawan Djalil Layouter/ Desainer Grafis: Nur Fadly, Manajer Sirkulasi dan Iklan: Awal Hidayat. Redaksi LPM Profesi UNM : Jl. Dg. Tata Raya, Kompleks Hartaco Indah Blok IV AB No.1 Parangtambung Makassar, Telp. (0411) 887964, 足e-mail: redaksi@profesi-unm.com, website: www.profesi-unm.com

Desain: nUR FADLY

Dalam proses peliputan, wartawan PROFESI dibekali tanda pengenal atau surat tugas dan dilarang meminta atau menerima pemberian dalam bentuk apapun.

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Streaming: radioprofesi.com


Mozaik

Profesi Edisi 184 Oktober Tahun XXXVIII 2014

3

www.profesi-unm.com

Masjid Ulil Albab, Kampus Parangtambung

Dipugar untuk Kajian Masjid Ulil Albab Kampus UNM sektor Parangtambung kini siap dipugar. Itu ditandai dengan dihelatnya peletakan batu pertama untuk pembangunan selasar masjid tersebut usai shalat Jumat (26/9) lalu. Peletakan batu pertama itu dimulai Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM), Arismunandar kemudian dilanjutkan para pembantu rektor dan pimpinan fakultas di UNM. Rencananya, selasar itu akan dibangun dengan luas 6x7 meter. Untuk sumber dananya Arismunandar mengharapkan dari sumbangan civitas kampus maupun jamaah masjid lainnya. "Masjid kan milik ummat. Karena itu, dorongan pertama yang kita harapkan membantu adalah sari jamaah masjid sekalian dan sumbangan dari seluruh civitas kampus. Total dana untuk masjid ini sekurang-kurangnya Rp250 juta," ungkapnya.

Pejabat dan dosen UNM yang hadir saat itu pun langsung menawarkan dana dengan jumlah yang berbeda-beda saat dibukanya penerimaan sumbangan. Bahkan tak cukup 10 total yang akan disumbangankan mencapai Rp62 juta, termasuk sumbangan dari rektor. Masjid yang diresmikan pembanguna ya oleh presiden kedua Indonesia, Soeharto, 28 tahun silam ini untuk pertama kalinya dipugar. Tujuannya agar para lembaga kajian mahasiswa bisa menggunakan masjid bersama-sama. "Selasar ini sangat diperlukan karena di kampus Parang Tambung ini banyak kelompok-kelompok kajian mahasiswa. Susah menyesuaikan penggunaan masjid untuk kegiatan mereka masing-masing dengan kondisi masjid sekarang," ungkap Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (Dekan FMIPA), Hamzah Upu. (sms)

Paduan Suara Mahasiswa UNM

Dulang Emas di Pesta Gerejawi Paduan Suara Mahasiswa (PSM) UNM atau yang dulunya dikenal dengan Pinisi Choir berhasil meraih medali emas dalam Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Mahasiswa Nasional XIII 2014. Medali emas tersebut diperoleh dari kategori lagu rohani dari total tiga macam kategori yang dikompetisikan. Sementara itu, untuk kategori lagu musica sacra dan lagu daerah masing-masing mendapatkan medali perak. Pesparawi Mahasiswa Nasional XIII tersebut berlangsung pada 27 September hingga 5 Oktober lalu di Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta yang diikuti oleh 40 PSM se-Indonesia. Ketua Umum PSM UNM, Rifky Mahful mengungkapkan kegembiraannya mampu mendulang medali emas dalam event

ini. “Seperti yang selalu ditanamkan, tidak pernah target juara tetapi target melakukan penampilan yang terbaik. Alhamdulillah benar-benar bisa dapat juara,” ungkapnya selaku pendamping tim PSM UNM dalam Pesparawi Mahasiswa Nasional XIII ini. Meskipun sebelumnya sempat dituding pandangan miring karena beberapa mahasiswa non-kristiani juga ikut dalam ajang paduan suara gereja ini. Rifky berkomentar, keikutsertaan mereka didasarkan pada semangat dalam bermusik paduan suara. “Kita betul-betul bukan sekadar ingin ikutikut kegitan ini karena namanya gereja, tapi karena passion-nya anak-anak di PSM itu kan musik dan berpaduan suara,” terang mahasiswa Jurusan Fisika ini. (fdy/whd)

Snapshot

KELIRU. Spanduk pelantikan Maperwa dan BEM UNM yang dihelat di lantai 2 Pinisi (29/9) keliru. Kepengurusan seharusnya periode 2013-2014, bukannya 2014-2019. FOTO: Febriawan-PROFESI

UNM Fasilitasi Dua Hari Shalat Id Tahun ini, untuk pertama kalinya dalam sejarah, perayaan Idul Adha di Indonesia berbeda. Versi Muhammadiyah melaksanakannya pada Sabtu (4/10), sedangkan pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan pada Minggu (5/10). Perbedaan ini pun yang menjadikan digelarnya shalat id tersebut dua kali di Universitas Negeri Makassar (UNM). Pelaksanaan pertama di Masjid Nurul Ilmi Kampus Gunung Sari dan hari selanjutnya di lantai 1 Menara Pinisi. Terkait dua perayaan shalat Id itu, Humas UNM, Jalaluddin Mulbar menegaskan, warga UNM tidak shalat id dua kali, tetapi hanya mewadahi masyarakat kampus maupun sekitarnya agar bisa melakasanakan shalat id masing-masing sesuai kepercayaannya. "Bagi warga yang mempercayai bahwa 10 Dzulhijjah itu Sabtu tanggal 4 Oktober silakan shalat id dilaksanakan di Masjid Nurul Ilmi. Sedangkan bagi warga yang

mempercayai bahwa 10 Dulhijjah bertepatan dengan Ahad 5 Oktober dan panitia menyiapkan di lantai 1 Menara Pinisi," jelasnya.

Id Pertama di Pinisi

Perbedaan lain shalat Id di UNM dari tahun-tahun sebelumnya yakni dihelatnya di Menara Pinisi, tak lagi di pelataran kampus. Hal itu dimaksudkan untuk memberi kenyamanan shalat bagi para jamaah. Rektor UNM, Arismunandar mengungkapkan respon masyarakat baik dari dalam maupun dari luar UNM cukup bagus. "Bahkan kami mengira kemarin itu (Sabtu, red) sudah banyak yang shalat, ternyata hari ini (Minggu, red) lantai 1 Pinisi penuh dengan jamaah," ungkapnya. Dari pengalaman itu, Arismunandar mengatakan akan ke depannya shalat Idul Fitri dan Idul Adha akan dilaksanakan di lantai 1 Pinisi karena lebih nyaman dari pada di pelataran. (sms)

Presma Hasil "Main Mata" PR III dan SC *Febriawan Djalil

Nyaris sembilan bulan, kursi presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) kosong melompong. Gonjang-ganjing mengenai penetapan calon presiden mahasiswa akhirnya menemui titik terang. Sang presiden terpilih dilantik dengan berbagai polemik dan kontroversi yang menghantui prosesi pelantikan hari itu. Naas, belum juga sempat disumpah, tiba-tiba kisruh mewarnai proses sakral tersebut. Beberapa fungsionaris Lembaga Kemahasiswaan (LK) dari beberapa fakultas mencoba menggagalkan pelantikan. Dengan suara yang lantang, seorang mahasiswa berteriak menolak pelantikan tersebut. “Setop! Kami menolak pelantikan BEM dan Maperwa hari ini. Pelantikan ini cacat procedural,” teriak Mujahidin, mahasiswa Jurusan Sejarah. “Cacat prosedural,” Kata tersebut terasa terngiang di telinga. Sekadar bernostalgia, masih membekas dalam ingatan setiap mereka yang hadir hari itu. Terpilihnya Zulfikri sebagai presiden BEM dan Reski Rahman sebagai ketua Maperwa menuai banyak polemik. Petaka ini bermula kala Mubes I LK XIV UNM yang dilaksanakan di Wisma Cempaka Kabupaten Bone (17-19 Januari) ditunda. Streaming: radioprofesi.com

Mubes kala itu ditunda dengan alasan tidak ada calon presiden BEM yang memenuhi syarat. Waktu itu, tercatat Zulfikri sebagai delegasi dari Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) dinyatakan tidak memenuhi syarat bersama calon yang lain yaitu Ferdhiyadi delegasi Fakultas Ilmu Sosial (FIS) karena tercatat sebagai mahasiswa angkatan 2009. Hal tersebut berdasarkan persyaratan dari Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Heri Tahir “Syarat menjadi Ketua BEM yaitu tidak melewati semester 8 dan IPK tidak kurang dari 3,00,” tegasnya. Tidak berselang lama, Zulfikri akhirnya memutuskan mengundurkan diri sebagai calon presiden mahasiswa. Bukan karena apa, sejak mubes pertama seolah fakultasnya sendiri menolak keberadaannya. Lepas dari pengunduran diri Zulfikri, akhirnya Mubes menetapkan Reski Rahman sebagai Ketua Maperwa terpilih periode 2013-2014 namun lagi penetapan presiden mahasiswa kembali ditunda. Setelah Reski Rahman terpilih, Ia akhirnya membentuk SC baru dan Mubes UNM jilid II akhirnya dimulai. Ferdhyadi kemudian kembali mengajukan diri sebagai calon presiden mahasiswa. Bukan hanya Ferdhy, Zulfikri yang telah mengundurkan diri pun ikut mengajukan diri kembali. Seakan telah diskenariokan kali ini Ferdhi gagal mencalonkan diri karena dianggap tidak lolos berkas, padahal berkas yang diajukan sama dengan berkas yang diajukan pada Mubes I. Permainan SC dengan PR III secara terangterangan terbaca, dalam mubes yang digelar tersebut, SC tampak sekali memihak kepada

Zulfikri. Hal itu dilihat, pada saat Asrul dan Indirwan selaku Steering berencana mengambil keputusan sendiri, hanya saja sempat digagalkan oleh peserta forum. “Masa depan apa yang dijanjikan PR III kah? Ingat kawan kita ini mahasiswa, ini persoalan LK ke depannya,” teriak salah satu peserta mubes. Sementara itu Ferdhi menyesali atas perilaku Reski yang saat itu sudah menjabat sebagai ketua Maperwa. “Di Mubes I saya lolos sebagai calon Ricuh. Pelantikan BEM-Maperwa yang sempat diwarnai aksi Presiden Mahasiswa dengan berkas kericuhan oleh beberapa mahasiswa. tersebut namun entah dalih darimana di FOTO: Febriawan-PROFESI Mubes II saya gagal karena berkas yang sama,” terang Ferdhy. hanya duduk terdiam di sofa empuknya. Kisruh terjadi, keputusan pecundang kemHeri Tahir terlihat sesekali menyunggingbali diambil Mubes jilid II yang dilaksanakan kan senyum di bibirnya “Begitu memang dindi gedung Rektorat ruang senat lt 3 (26/6) terse- amika berlembaga, ada yang suka dan ada yang but akhirnya ditunda lagi. Tiada yang tahu batas tidak,”tuturnya. skorsing Mubes malam itu. Seakan bermain Ricuh masih tetap berlanjut hingga Zulfikri petak umpet, tepat pukul 22.00 WITA Mubes naik pitam. Dalam pidatonya, mahasiswa angkakembali dilanjutkan tanpa mengundang Lem- tan 2010 tersebut mengaku kecewa dengan sibaga Kemahaiswaan (LK). Secara sembunyi- kap beberapa kelompok yang bertindak anarkis. sembunyi tanpa pemberitahuan kepada seluruh “Untuk mereka yang mencoba mengadu domba, peserta forum, akhirnya SC memutuskan Zulfikri mengoyak-ngoyak kedaulatan kita, siapapun itu sebagai presiden BEM yang baru. dia adalahm musuh bersama,” ungkapnya. Masih menjadi bahan percekcokan hingga Proses pelantikan BEM-Maperwa kembali akhirnya Heri Tahir bersama Rektor UNM, Aris- dilanjutkan, aliansi mahasiswa Fakultas Ilmu Somunandar bersedia melantik Presiden BEM ter- sial (FIS) dan Fakultas Bahasa dan Sastra akhpilih, Zulfikri padahal sejak awal pihak birokrasi irnya memilih walkout. Pelantikan akhirnya bermenentang keras mahasiswa angkatan 2009 jalan lancar hingga sesekali suara riuh bersorak tersebut. Di tengah kegaduhan ruang pelantikan memberikan selamat kepada BEM-Maperwa. BEM dan Maperwa siang itu, Heri Tahir selaku Setelah resmi dilantik, kepengurusan BEMPembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Maperwa periode 2013-2014 yang dikomandoi Arismunandar sebagai Rektor UNM terlihat Zulfikri hanya berjalan empat bulan kedepan. (*) Urai data, ungkap fakta, saji berita


4

Reportase Utama

Profesi Edisi 184 Oktober Tahun XXXVIII 2014

www.profesi-unm.com

Permendikbud N ­ o. 49 Tahun 2014 Tanpa bisa ditawar, Universitas Negeri Makassar (UNM) mulai tahun ini akan memberlakukan kebijakan kuliah maksimal lima tahun bagi mahasiswa baru. Tak tanggung-tanggung, sanksi pemecatan bakal menjadi momok menakutkan bagi mahasiswa bila tak mampu menyelesaikan studi tepat waktu. Memasuki tahun akademik 2014/2015, pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi menerapkan aturan baru. Aturan tersebut sebagai turunan dari pasal 52 ayat (3) dan pasal 54 ayat (1) huruf a undang-undang nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Di dalamnya diatur sejumlah standar acuan pendidikan tinggi. Mulai dari kurikulum, kompetensi pendidikan hingga waktu maksimal studi. Khusus waktu studi, menarik perhatian khusus berbagai kalangan. Pasalnya, mahasiswa yang selama ini diberikan kesempatan menyelesaikan studi dengan waktu maksimal tujuh tahun, kini dipangkas hanya sampai lima tahun dengan beban Satuan Kredit Semester (SKS) sama. Pembantu Rektor Bidang Akademik (PR I), Sofyan Salam membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan, peraturan tersebut telah disahkan sejak Juni lalu. Rencananya, hal ini pun akan diterapkan mulai tahun ini khusus bagi mahasiswa baru angkatan 2014 dan angkatan selanjutnya. “Menurut aturan baru, mahasiswa diberikan waktu menyelesaikan studi maksimal lima tahun dan kebijakan cuti akademik maksimal dua kali,” terangnya. Pro kontra terhadap kebijakan tersebut pun banyak mencuat dari pihak dosen maupun mahasiswa. Ketua Jurusan Geografi, M. Nur Zakaria Leo misalnya. Ia mengaku setujusetuju saja dengan Permendikbud No.49 ini. Menurutnya,peraturan ini dicanangkan atas dasar begitu banyak mahasiswa yang terlena, menganggap ada waktu tujuh tahun untuk menyelesaikan kuliah. “Banyak mahasiswa yang lebih mementingkan aktif berlembaga daripada kuliah karena waktu studi yang cukup lama,” katanya.

Renggut Ruang­ Kreativitas Mahasiswa

Namun, Zakaria Leo juga mempertimbangkan, aturan tersebut dapat menjadi kendala bagi mahasiswa yang hendak memperbaiki nilai. Mengingat tidak semua mahasiswa memiliki kemampuan sama melulusi mata kuliah hanya dengan satu kali program. Terlebih lagi, mata kuliah yang hendak diulang hanya bisa diprogram pada semester sama. “Aturan Semester Pendek (SP) juga sudah tidak lagi diterapkan, jadi memang berat” jelasnya. Menanggapi hal tersebut, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan (PR III), Heri Tahir menganggap, hal tersebut hanya soal bagaimana mahasiswa bisa mengatur segala kegiatan, termasuk menyelesaikan tanggungan SKS. Sementara itu, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Abdul Salman menilai, cepat atau lambatnya mahasiswa menyelesaikan studi, sama sekali tidak menjamin kesuksesan. Hal terpenting bagaimana selama menjalani proses perkuliahan, mampu mempersiapkan diri terjun di dunia kerja nantinya. Lebih lanjut, ia menerangkan, banyak alumni yang telah sarjana, tapi tidak tau harus kemana dan mau berbuat apa. Oleh karena itu, pengala-

Dosen Bandel Hambat Raih Sarjana Salah satu hal yang menjadi kendala dalam penetapan kebijakan ini, masih kurangnya kedisiplinan dosen dalam memberikan perkuliahan. Mulai dari jarang mengajar, jam mata kuliah hanya diisi oleh asisten dosen yang notabene masih ber­ status mahasiswa hingga kerap memindahkan jadwal perkuliahan di hari libur. Dengan keluarnya peraturan ­ tersebut, semestinya segala aspek perkuliahan sertamerta harus ditertibkan. Zakaria Leo mengatakan, dibalik penetapan Permendikbud tersebut, dosen sebagai tenaga pendidik harusnya juga bisa lebih disiplin. Kedis­ iplinan itu diwujudkan salah satunya dengan meniadakan perkuliahan di hari Sabtu dan Minggu sehingga bisa dimanfaatkan mahasiswa untuk berlembaga. “Kalau memang LK diakui se­bagai Lembaga Kemahasiswaan yang sah ­harusnya diberi ruang, seperti diterapkan larangan perkuliahan pada hari Sabtu dan Minggu,” usul Pembina Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sintalaras ini. Senada, Presiden Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), M. Anshari mengatakan, kebiUrai data, ungkap fakta, saji berita

jakan yang baru ini mesti diikuti dengan penerapan sistem yang baru dan lebih tegas pula kepada dosen. Mengingat, masih banyak dosen ­bandel yang kerap merugikan mahasiswa. “Selama ini, masih banyak dosen yang menuntut mahasiswa menaati aturan sedang ia sendiri tidak menjalankan kewajiban, ­jarang mengisi perkuliahan dan tanpa dasar apa-apa dalam memberikan nilai,” akunya. Menanggapi hal tersebut, Heri Tahir menegaskan, seluruh pimpinan fakultas maupun ketua jurusan sepatutnya melakukan monitoring terhadap kinerja dosen. “Dosen juga harus ditindak tegas, apalagi kalau malas memberikan perkuliahan,” katanya. Terkait kinerja dosen yang kerap ­dikeluhkan mahasiswa, Sofyan Salam mengatakan, hingga kini masih ada ­fasilitas bagi mahasiswa memberikan evaluasi terhadap kinerja dosen selama satu semester mengajar atau biasa dikenal dengan Evaluasi Dosen Oleh Mahasiswa (EDOM). “Mahasiswa memang ditekankan mengisi EDOM setiap semesternya,” tegas guru besar Fakultas Seni dan Desain (FSD) ini.(*)

man organisasi yang bisa diperoleh di kampus sangat dibutuhkan. “Bukannya saya setuju dengan waktu kuliah tujuh tahun, tapi tidak dapat dipungkiri, fenomena inilah yang dialami alumni kita,” katanya. Penolakan kebijakan juga dilontarkan salah satu pengurus Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (Maperwa) periode 2013/2014, Asran. Menurutnya, memangkas masa studi dengan beban studi yang sama, merupakan kebijakan yang sulit dirasionalkan. Jika ingin meningkatkan produktifitas perguruan tinggi mencetak alumni berkualitas, sebaiknya ada program pembinaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) terhadap perguruan tinggi agar mahasiswa termotivasi mempercepat studinya, bukannya mengekang mahasiswa dengan aturan batasan lima tahun studi. Pembantu Dekan Bidang Akademik (PD I) FIP, Ali Latif menjelaskan, hingga kini belum ada pernyataan resmi pimpinan fakultas untuk menetapkan peraturan tersebut. “Kami hanya pelaksana di lapangan, kalau memang sudah diputuskan kita laksanakan saja,” katanya. Ia menambahkan, peraturan menteri sebe-

FOTO: Febriawan-PROFESI

lum diputuskan, biasanya akan dilakukan uji coba atau disebut uji publik sebelum di terapkan “Bingung juga kita, ini jadi atau tidak karena baru sebatas wacana, informasi dari universitas sendiri belum ada,” bebernya.

Tak Ada Sosialisai

Anehnya, Sofyan Salam selaku PR I menganggap, kebijakan tersebut tidak perlu dibicarakan lagi sebelum ditetapkan di UNM karena keputusannya sudah disahkan langsung oleh menteri. Ia pun mengatakan, alasan penetapan kebijakan tersebut sudah diketahui oleh civitas akademika. Berbanding terbalik dengan pernyataan Sofyan Salam, Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK), Ismail Mukhtar mengaku tidak mengetahui adanya peraturan Kemendikbud tersebut. “Baru tau saya kalau ada informasi seperti itu,” bebernya. Jangankan kalangan pegawai, kebijakan yang akan diterapkan ini pun marak dipertanyakan mahasiswa. Arif misalnya, mahasiswa jurusan Geografi ini awalnya beranggapan aturan tersebut berlaku bagi seluruh mahasiswa. “Untung hanya untuk mahasiswa baru saja,” ungkapnya.(*)

Lahirkan Alumni Tanpa Skill Ketika mahasiswa dituntut selesai dalam waktu lima tahun, hal ini akan memicu ­lahirnya produk gagal pendidikan Indonesia, dipekerjakan dengan upah yang murah. Jelang berlakunya pula Masyarakat Ekonomi Asean akhir 2015 mendatang, sarjana dalam negeri akan dipersandingkan dengan alumni luar negeri yang bebas bekerja di I­ ndonesia. “Birokrat mungkin menganggap, menuntun mahasiswa fokus dengan masalah akademik, hingga dapat meraih Indeks Prestasi Kumulati (IPK) 4.00 adalah orang cerdas. Sungguh keliru, hal ini hanya akan berakibat minimnya ruang belajar mahasiswa dalam mencari pengalaman dan mengasah keterampilan,” keluh Abdul Salman. Tidak hanya itu, nasib sarjana saat ini pun masih banyak terkatung-katung tanpa pekerjaan yang jelas. Hal ini juga disebabkan masih minimnya lapangan pekerjaan yang disiapkan pemerintah. “Kalau jumlah sarjana meningkat sedang tidak diimbangi lapangan pekerjaan, tentu akan berdampak semakin banyaknya jumlah pengangguran,” terangnya. Senada, Asran menilai, kebiajakan ini

tidak hanya memicu terciptanya alumni dengan kemampuan rendah, juga bisa mendorong mahasiswa menghalalkan segala cara untuk bisa selesai dalam waktu singkat. “Oknum yang tidak bertanggung jawab pun akan memanfaatkan kondisi ini, jual beli nilai hingga pemalsuan ijazah yang kerap terjadi di institusi ini bukan tidak mungkin semakin meningkat,” tuturnya. Lebih mengkhawatirkan lagi, mahasiswa angkatan 2011 ini menilai, alumni perguruan tinggi akan memperparah situasi angkatan kerja nasional. Sebagaimana data Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan survei Februari 2013 terkait angkatan kerja nasional, proporsi pengangguran yang sama sekali tidak bekerja dengan latar pendidikan sarjana mencapai 360 ribu orang atau 5,04% dari total pengangguran 7,17 juta orang. “Coba bayangkan bagaiman parahnya kondisi ini,” herannya. (*) *Tim Reportase Utama: Mentari Jati Pratiwi (Koord.), Andi Baso Sofyan, Agung Rinaldi Malik, Rachmad Wajo (Anggota) Streaming: radioprofesi.com


Reportase Utama

Profesi Edisi 184 Oktober Tahun XXXVIII 2014

Surutkan Minat ­­Berlembaga

Penetapan kebijakan berdasarkan Permendikbud ini jelas akan mempengaruhi aktivitas mahasiswa dalam berlembaga di kampus. Karena itu, mahasiswa semakin segan berkecimpung dalam dunia organisasi. Hal ini pun mengundang kegelisahan dari sejumlah fungsionaris Lembaga Kemahasiswa (LK) Presiden BEM Fakultas Teknik (FT), Akbar Falaq mengungkapkan, dengan ditetapkannya kebijakan ini, otomatis pola pengkaderan LK akan berubah. “Periode kepengurusan juga harus diubah. Semakin sedikit waktu mahasiswa untuk berorganisasi, dampaknya, melahirkan kader yang prematur pula, Padahal, dunia organisasi lah yang menunjang pemikiran kritis mahasiswa sebagai insan intelektual.” tegasnya. Senada, Ketua Lembaga Kajian Intelektual Mahasiswa Bertakwa (LKIMB), Muhammad Saifullah menilai, peraturan yang akan ditetapkan bagi mahasiswa baru angkatan 2014 ini sangatlah tidak efektif. Pasalnya, waktu yang diberikan untuk menyelesaikan studi sangat singkat. “Secara pribadi, ketika saya di posisi maba saat ini, mungkin saya tidak akan dapat mengenal lembaga,” akunya. Menurutnya, organisasi merupakan sebuah

wadah mengaktualisasikan minat dan bakat mahasiswa. “Sangatlah lucu ketika kita dibatasi untuk berorganisasi, ini berakibat potensi kita akan terkubur dan hilang dengan sendirinya, “tambah mahasiswa Antropologi ini. Lebih lanjut, ia mengatakan, mahasiswa baru secara umum harus diberikan informasi oleh dikti terkait pentingnya menggeluti lembaga minat dan bakat mahasiswa. “Pihak birokrat dan LK harus bisa bekerjasama memberikan informasi terkait hal-hal yang menunjang bakat mahasiswa, termasuk memberikan motivasi menyeimbangkan kegiatan akademik dan organisasi,“ harapnya. Sementara itu, Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan (PD III) FT, Bakharani Rauf mengatakan, minat berlembaga mahasiswa baru diharapkan timbul sejak dini. “Kita harapkan minat berlembaga mahasiswa sudah ada sejak awal, jangan lagi menjelang habis waktu studi baru menggeluti lembaga ataupun organisasi-organisasi lain,“ jelasnya. Menanggapi hal tersebut, Heri Tahir membenarkan, Imbas dari kebijakan tersebut, lembaga-lembaga kemahasiswaan harus lebih dini merekrut calon anggota dari kalangan mahasiswa. “LK

memang harus diperkenalkan sedini mungkin,” katanya. Sayangnya, guru besar Fakultas Ilmu Sosial (FIS) ini belum melakukan pembicaraan terkait hal tersebut dengan PD III tiap fakultas. Namun, ia berjanji segera melaksankan pertemuan untuk membahas hal ini. Sementara itu, Sofyan Salam menilai, berlembaga memang diprioritaskan bagi mahasiswa yang cakap dan cerdas sehingga dapat menyeimbangkan antara kegiatan akademik dan ekstrakurikuler. “Kalau mahasiswa tidak cukup cakap dan cerdas, tidak usah berlembaga,” tegasnya. Membantah hal tersebut, Asran menilai lembaga merupakan hak politik setiap mahasiswa sekaligus sebagai wadah pembelajaran. “Terkait kemampuan dan kinerja, dikembalikan kepada individu masing-masing sebagai sebuah pertanggungjawaban moral atas kedudukannya dalam lembaga kemahasiswaan,” nilainya. Senada, M. Anshari mengaku, berlembaga merupakan proses pencarian jati diri, di dalamnya mahasiswa belajar. “Lembaga bukannya wadah bagi orang sudah cerdas, sebaliknya melalui lembagalah kita ditempa,” tandasnya. (*)

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbut) Nomor 49 tahun 2014 Pasal­17. (1) Beban normal belajar mahasiswa adalah delapan jam per hari atau 48 jam per minggu setara dengan 18 SKS per semester, sampai dengan sembilan jam per hari atau lima puluh empat jam per minggu setara dengan 20 sks per semester. (2) Untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan program sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, m ­ ahasiswa wajib menempuh beban belajar paling sedikit: a. 36 sks untuk program diploma satu; b. 72 sks untuk program diploma dua; c. 108 sks untuk program diploma tiga; d. 144 sks untuk program diploma empat dan program sarjana; e. 36 sks untuk program profesi; f. 72 sks untuk program magister, magister terapan, dan spesialis satu; dan g. 72 sks untuk program doktor, doktor terapan, dan spesialis dua. (3) Masa studi terpakai bagi mahasiswa dengan beban belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagai berikut: a. Satu sampai dua tahun untuk program diploma satu; b. dua sampai tiga tahun untuk program diploma dua; c. tiga sampai empat tahun untuk program diploma tiga; d. empat sampai lima tahun untuk program diploma empat dan program sarjana; e. satu sampai dua tahun untuk program profesi setelah menyelesaikan program sarjana atau diploma ­empat; f. satu setengah sampai empat tahun untuk program magister, program magister terapan, dan program spesialis satu setelah menyelesaikan program sarjana atau diploma empat; dan g. paling sedikit tiga tahun untuk program doktor, program doktor terapan, dan program spesialis dua. (4) Beban belajar mahasiswa berprestasi akademik tinggi setelah dua semester tahun pertama dapat ditambah hingga enam puluh empat jam per minggu setara dengan dua puluh empat SKS per semester.

grafis: nurfadly-profesi

Pojok Online

www.profesi-unm.com

Akal ­Bulus ­Matikan ­ ergerakan LK P Minimnya sosialisasi dan pertimbangan pihak birokrat kepada mahasiswa secara umum menuai kecurigaan. Fungsionaris LK menilai, kebijakan ini diterapkan guna menghentikan pergerakan LK yang selama ini menjadi kontrol kebijakan birkokrat Muhammad Saifullah misalnya. Ia menilai, aturan ini perlahan-lahan bisa membatasi gerak LK hingga tak punya kekuatan lagi. “Permendikbud ini seakan-akan menghentikan pergerakan LK, agar nantinya tidak ada mahasiswa yang kritis dan suka demo, berjuang mempertahankan hak rakyat,” keluhnya. Senada, Asran menilai, kalau saja birokrat tetap enggan melakukan evaluasi dan hanya menerima keputusan dikti, memang ada niat tertentu dibalik penetapan peraturan tersebut “Bisa dipastikan birokrat benar-benar memanfaatkan kondisi ini untuk menghentikan eksistensi LK,” sangkanya. Kepercayaan birokrat terhadap LK pun dianggap telah pudar oleh Abdul Salman. Menurutnya, birokrasi beranggapan, LK tidak lagi memiliki kontribusi apa-apa terhadap perkembangan kampus. “Seharusnya birokrasi lebih peduli dan bisa mengarahkan LK, saya yakin pimpinan universitas saat ini, dulunya juga aktivis mahasiswa, sehingga bisa mentolerir kondisi lembaga kemahasiswaan,” katanya. Menanggapi hal tersebut, Heri Tahir membantah adanya niat birokrasi untuk menghentikan pergerakan LK ataupun membatasi mahasiswa untuk menggeluti lembaga tertentu. Ia hanya menyayangkan, oknum-oknum di fungsionaris LK kerap menyalahgunakan kewenangannya sebagai senior saat melakukan pengkaderan bagi mahasiswa baru. “Banyak pengalaman pengurus LK memanfaatkan kegiatan berlatar Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa (LDKM) misalnya, untuk mengeksploitasi mahasiswa baru,” keluhnya. Ia menambahkan, berbicara mengenai LK berkaitan erat dengan masalah kepercayaan dan tanggung jawab. “Pihak pimpinan hanya mengharapkan, tidak ada lagi tindak kekerasan kepada mahasiswa baru,” akunya. Senada, Sofyan Salam menjelaskan, tujuan penerapan kebijakan permendikbud ini tidak lain untuk memotivasi mahasiswa agar sesegera mungkin menyelesaikan kuliah. “Kalau mahasiswa cepat menyelesaikan kuliah, biayanya pun tidak begitu banyak,” katanya. Selain itu, jika mahasiswa dapat menyelesaikan studi tepat waktu, kapasitas atau daya tampung untuk mahasiswa baru setiap tahunnya bisa meningkat. “Setiap tahun ada puluhan ribu calon mahasiswa baru yang hendak masuk di perguran tinggi, sayangnya daya tampung perguruan tinggi tidak sebanding,” terang mantan direktur Program Pascasarjana (PPs) ini. (*)

Bagaimana tanggapan anda terkait kebijakan baru Dikti yang memberikan waktu bagi mahasiswa untuk menyelesaikan studi program sarjana dalam waktu maksimal lima tahun?

Sukriadi Fik Unm Menurut saya bagus ji juga, tapi setidaknya dosen-dosen juga harus rajin masuk, jangan hanya PHP mahasiswa terus, capek-capek mi kodong datang ke kampus dengan tujuan belajar baru dosennya tidak datang datang juga, rugi juga itu kodong mahasiswa Joko Sigit Purnomo Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi bisa sangat memberatkan bagi civitas akademi. Peraturan ini perlu dikaji ulang, tidak bisa langsung diterapkan begitu saja. Tidak semua program studi disetiap perguruan tinggi itu sama. Lihat program studi apa yg dipilih oleh Mahasiswa yg bersangkutan, tentu dalam hal ini tidak bisa disamaratakan begitu saja, harus ada pengecualian, Contohnya pada Program Studi Pendidikan Seni selain harus menyelesaikan Proyek Akhir Skripsi, mereka jg harus menggelar Pameran Tunggal. Pameran ini jg membutuhkan waktu dan dana yg tidak sedikit. Selain itu pula, latar belakang ekonomi Mahasiswa. Apakah mereka semua dari keluarga yg berkecukupan. bisa saja ada Mahasiswa yg nyambi kerja demi membantu keluarga ,, Streaming: radioprofesi.com

5

Husni Tazkiyatun Nafs Bismillah. Akan sllu ada pro dan kontra disetiap kebijakan lembaga yg telah direncanakan. klw sy ambil positifx sj, boleh jd dg peraturan ini, mahasiswa akan lbh fokus lg memikirkan masalah kuliahx. klwpun masalah organisasi yg kt merasa bahwa itu akan membatasi kt, mk sy rasa 5 tahun itu sudah cukup untk bs membuat kt berkarya atw apapun itu. klw tdk cukup, yah.. makax cari penerus untk bs menggantikan perjuangan anda. dan sy rasa selesaix kt di UNM toh bukan berarti kt jg selesai untk melakukan kreativitas. wallahu a'lam

Sugiarto mahasiswa akan disibukan dengan kegiatan akademiknya saja tanpa meberi ruang yang bebas untuk berkreasi bagi mahasiswa ini namanya pembodohan secara terstruktural dan mengungkung kebebasan dalam dalam berorganisasi di internal ­kampus, jadi untuk apa ada lembaga ­kampus..??

Urai data, ungkap fakta, saji berita


6

Reportase Khusus

Profesi Edisi 184 Oktober Tahun XXXVIII 2014

www.profesi-unm.com

­Beasiswa Kampus Ngaco' Wawancara. Calon Mahasiswa baru melakukan wawancara beasiswa bidikmisi di Auditorium ­Amanagappa. FOTO: Febriawan-PROFESI

Adanya beasiswa yang dikelola secara langsung maupun tidak langsung pihak birokrasi, tak serta merta meringankan beban biaya pendidikan mahasiswa. Buruknya manajerial oleh pihak birokrat masih kerap menuai keluhan. Pengelolaan beasiswa di kampus eks Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) tak hanya terkendala mandeknya proses pencairan, potongan yang tidak transparan, hingga minimnya sosialisai pendaftaran beasiswa merupakan beberapa hal yang perlu dievaluasi pihak birokrat. Sebab, hal tersebut turut menjadi beban mahasiswa yang mengharapkan kemudahan khusunya

masalah finansial selama mengenyam studi di kampus. Beasiswa Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi (Bidikmisi) misalnya. Salah seorang penerima, Muhammad Mustawakkal mengungkapkan kekecewaannya dalam proses penyaluran beasiswa ini. Ia merasakan, ada yang tak berjalan baik dalam sistem pencairan dana Bidikmisi yang sering mandek. “Sistem pencairan dana Bidikmisi tidak konsisten dan tidak jelas. Hampir selalu terlambat cairnya,” keluhnya. Selain itu, inkonsistensi Bidikmisi tercermin dari tidak serentaknya pencairan bagi tiap penerima. “Kenapa sudah ada yang cair dan yang lainnya belum cair. Setelah konfirmasi di bank, katanya akan serentak 5 Oktober, tetapi toh nyatanya beberapa mahasiswa sudah menerima beasiswanya dan sebagian lagi belum,” beber mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (FMIPA) ini. Keluhan yang sama juga diungkapkan oleh Ketua Koordinator Bidikmisi periode 2013/2014, Yudi Arianto Latief, ia men­ jelaskan jika selama masa jabatannya penyaluran beasiswa Bidikmisi tidak pernah tepat waktu. Bahkan hingga jabatannya beralih, penyaluran beasiswa tersebut belum juga lancar. “Tidak ada yang beres dalam hal pencairan maupun pengelolaan ­beasiswa di UNM,” terang mahasiswa Fakultas Teknik ini. Tak hanya itu, mahasiswa juga mengaku tidak mendapatkan informasi perihal pencabutan atau penghentian status sebagai penerima beasiswa. Hal tersebut dirasakan salah satu mahasiswa Program studi (Prodi) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu, ­Aisyah. Ia mengaku telah menerima beasiswa IM Here sejak tahun 2011 namun di tahun 2014 ini ternyata sudah dihapuskan. “Kurang sehari pem-

bayaran Sumbangan Penunjang Pendidikan (SPP) untuk semester ganjil, baru saya tahu kalau beasiswa saya sudah dihapus,” ungkapnya. Aisyah mengaku kecewa karena tidak mendapatkan informasi dari pihak kampus jauh hari sebelum pembayaran SPP. Menurutnya, pihak kampus terlihat ogah-ogahan membantu menyelesaikan masalah tersebut. “Informasi awal, beasiswa tersebut diterima selama empat tahun atau delapan semester, sayangnya jelang memasuki semester tujuh, beasiswa tersebut tak lagi ada kejelasan,” kelunya. Menanggapi hal tersebut, pihak birokrat hanya bisa berpangku tangan. Kepala Bagian Kemahasiswaan Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK), Jufri mengaku tidak tahu menau persoalan beasiswa tersebut. “Beasiswa itu memang dikelola langsung oleh instansi yang bersangkutan, bukan oleh birokrat,” dalihnya. (*)

Kuota Amblas Percuma Sejumlah kuota yang disiapkan untuk UNM harus rela dialihakan ke perguruan tinggi lain karena tak cukup pendaftar. Beberapa mahasiswa mengeluhkan, penyebab hal tersebut karena minimnya ­sosialisasi pihak birokrat. Alimuddin misalnya. Ia menilai informasi beasiswa kerap ditutup-tutupi oleh pihak birokrat utamanya di Jurusan. “Susah urus beasiswa di UNM, jangan harap bisa lulus kalau tidak punya dekkeng,” keluh mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) ini. Dikonfirmasi mengenai pengelolaan beberapa beasiswa tahun ini, Jufri membenarkan banyaknya kuota beasiswa untuk UNM yang tidak dimanfaatkan. Beasiswa Pemerintah Provinsi (Pemprov) oleh Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan misalnya, mendekati sepuluh hari penutupan pendaftaran, baru berkisar 300 pendaftar dari 2.206 kuota yang disediakan untuk Urai data, ungkap fakta, saji berita

UNM. Pengalaman tahun sebelumnya, UNM juga pasrah-pasrah saja merelakan 1.400 kuota beasiswa SPP gratis Pemprov yang dialihkan ke salah satu perguruan tinggi swasta di Makassar. Jufri berdalih, kurangnya partisipasi mahasiswa mengajukan pendaftaran disebabkan berbagai persyaratan yang dianggap memberatkan. "Beasiswa Pemprov misalnya, ada beberapa syarat memang diantaranya bukan penerima Bidikmisi dan Uang Kuliah Tunggal nol rupiah, serta berbagai berkas yang harus dilampirkan," jelasnya. Lebih mengherankan lagi, justru tidak ada sama sekali mahasiswa yang mengajukan pendaftaran Beasiswa unggulan CIMB Niaga sejak dibuka 9 September lalu. Jufri pun mengaku, tak mampu berbuat lebih mengenai kurangnya minat mahasiswa yang mengurus beasiswa. "Sudah dilakukan sebisa kita untuk sosialisasi

beasiswa, toh kampus juga tidak terima persenan sepeser pun dari pelayanan beasiswa, apalagi kalau mahasiswa yang langsung mau berikan, tuturnya. Padahal, ia mengaku telah menginformasikan beasiswa tersebut kepada tiap-tiap Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswan (PD III) untuk ditindaklanjuti. Selain itu, pihaknya juga telah melakukan sosialisasi melalui situs resmi UNM. "Seharusnya sudah tahu semua informasi karena sekarang zamannya serba gampang diakses," tambahnya. Tidak jauh berbeda, Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan (PR III), Heri Tahir mengungkapkan pihak universitas selalu memberikan pengumuman melalui website resmi UNM jika ada pendaftaran beasiswa. Selain itu pusat informasi mengenai beasiswa bukan hanya dari kampus saja. Info beasiswa sudah bisa didapatkan langsung melalui internet maupun media

sosial. “Sepatutnya mahasiswa yang harus lebih agresif untuk mengetahui informasi beasiswa, mereka juga bisa mencari informasi di internet atau yang lainnya,” jelasnya. (*)

Sudut + Presma Hasil "Main Mata" PR III dan SC? - Ngaco' bener ya birokrat.. + Renggut Ruang Kreativitas Mahasiswa - Kayaknya bakalan banyak yang ikutan main mata nih.. + Beasiswa Kampus Ngaco' - Ini karena ruang kreativitasnya direnggut.. Dg. Tata Streaming: radioprofesi.com


7

Reportase Khusus Profesi Edisi 184 Oktober Tahun XXXVIII 2014

Rp3,3 M Dana Bidikmisi Dialihkan ke PPs cukup juga, pegawai PPs juga mendapat belanja honorium terkait output kegiatan sebesar Rp774 juta. Dikonfirmasi via telepon, Penyidik BPKP, Yunita membenarkan adanya surat pemanggilan tersebut. Ia menerangkan, laporan hasil pemeriksaan dan rekomendasi kasus tersebut telah terbit. “Hasilnya itu ada rekomendasi pemberian sanksi untuk seluruh pimpinan fakultas dan universitas atas pembiaran hal tersebut,” terangnya. Terkait hal tersebut, Rektor UNM, Arismunandar menjelaskan, pengalihan dana Bidikmisi untuk operasional pascasarjana bukanlah sesuatu yang salah. Menurutnya semua dana yang di UNM menjadi milik UNM jadi peruntukannya bergantung prioritas. “Kala itu pascasarjana butuh dana jadi dipakai dulu,” jelas-

ADik ­Papua Ngutang Mahasiswa program Afirmasi Pendidikan (ADik) Papua Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti), turut mengeluhkan beasiswanya yang tak kunjung cair. Dampaknya, lantaran belum ada uang, termasuk untuk membayar sewa kontrakan, tujuh orang mahasiswa asal Papua ini terpaksa berhutang karena nyaris diusir. Salah seorang penerima beasiswa program ADik Papua, Stanley mengaku, telah ditagih pemilik kontrakan tempat ia bersama enam orang temannya tinggal. "Beasiswa sudah empat bulan tidak cair, jadi terpaksa kita pinjam uang dari senior sebesar Rp1 juta untuk bayar rumah, kalau tidak begitu kita semua disuruh pindah" terangnya. Lebih lanjut, mahasiswi Program Studi Pendidikan Biologi ini mengatakan, hanya diberikan waktu hingga bulan Oktober untuk melunasi kontrakan yang terletak di BTN Tabaria, tempat ia tinggal saat ini. "Ada tiga kamar yang kita kontrak, biayanya per tahun itu Rp11,5 juta kak, baru dibayar Rp4 juta. Kita hanya diberi waktu hingga tanggal 18 Oktober mendatang," keluh mahasiswa angkatan 2013 ini. Tak merasa cukup, ia bersama penerima ADik Papua lain mengaku telah menemui pimpinan universitas. Sayangnya birokratpun hanya menganjurkan untuk bersabar karena belum bisa memberikan kepastian kucurnya dana salah satu program beasiswa Dikti teresebut. Pembantu Rektor Bidang Administrasi Umum dan Keuangan (PR II), Nurdin Noni pun membenarkan keluhan mahasiswa ADik Papua itu. Ia mengaku tak hanya beasiswa ADik Papua yang mandek, namun beasiswa lain pun saat ini belum cair. “Pihak kampus untuk sementara hanya bisa memberikan pinjaman seadanya,” terangnya. Senada, rekan Stanley, Hendra juga mengeluhkan perihal ini. Menurutnya, ia sudah sangat membutuhkan uang dari beasiswa tersebut karena banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhinya memasuki awal semester perkuliahan. "Beasiswa seharusnya cair Rp3 juta per triwulan, tapi ini sudah empat bulan dan juga belum cair," herannya. (*) Streaming: radioprofesi.com

nya. Semnetara itu, Direktur PPs, Jasruddin enggan berkomentar saat di mintai keterangan terkait kasus tersebut. Mengetahui hal tersebut, Yudi Arianto Latief sebagai pemegang jabatan koordinator Bidikmisi tahun 2013 mengungkapkan kekecewaannya. Ke depannya Yudi berharap agar masalah tambal sulam dana tersebut tidak hanya dibiarkan begitu saja. “Perlu ada tindakan yang tegas, jangan sampai hal seperti ini malah dibiarkan saja," terangnya. Lebih lanjut, Yudi menganggap sikap birokrat sangat tidak adil kepada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi. “Penerima Bidikmisi sudah sangat

PR III Gemar ­ Main ­"Sunat" Pemotongan jumlah dana yang diterima dari semester sebelumnya juga menjadi keluhan utama para penerima beasiswa. “Dana Bidikmisi yang diterima berkurang sejumlah 300 ribu dari sebelumnya. Dulu kami selalu menerima Rp3,9 juta per semester. Sedangkan untuk semester ini berkurang menjadi 3,6 juta,” ungkap Muhammad Mustawakkal. Ia pun menuntut adanya penjelasan terkait berkurangnya dana yang diterima semester ini. “Teman-teman penerima Bidikmisi tentulah butuh transparansi dana potongan Rp300 ribu per orang tersebut,” tutur mahasiswa angkatan 2012 ini. Menanggapi pemotongan dana penerimaan Bidikmisi, Pembantu Rektor bidang Kemahasiswaan (PR III), Heri Tahir mengaku, pemotongan tersebut untuk biaya operasional kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penerima beasiswa. “Sebelum pemotongan tersebut telah diajukan proposal untuk melaksanakan kegiatan yang ditujukan kepada setiap penerima Bidikmisi, misalnya Training Softskill dan kegiatan lain,” ungkapnya. Guru besar FIS ini bahkan menjamin, tidak ada dari pemotongan tersebut yang

ILUSTRASI: NURFADLY-PROFESI

Setelah berbagai permasalahan yang meresahkan para penerima beasiswa, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) mengeluarkan surat pemanggilan kepada pihak UNM tertanggal 29 April 2014. Sebelumnya BPKP sudah menerima surat tanggapan dari Rektor UNM, Arismunandar, terkait temuan pemeriksaan laporan 2013 tentang penggunaan dana Bidikmisi tahun 2013, diantaranya untuk mengelola Program Pascasarjana (PPs)selama tahun 2013. Dalam temuan tersebut, BPKP menemukan sebanyak Rp3.3 Milyar dana Bidikmisi yang digunakan oleh ­p ascasarjana. Selain dana tersebut, tercantum pula alokasi dana belanja barang berupa alat. Kemungkinan diterima tunai dari Bendahara UNM sebesar Rp857 juta. Masih belum

www.profesi-unm.com

tersiksa karena beasiswanya tidak cair, ini malah digunakan untuk kepentingan universitas,” kecewanya. (*)

Jumlah penerima ­beasiswa yang dikelola ­langsung UNM 2014

masuk di rekening kampus untuk pemakaian non pelayanan Bidikmisi. “Dana Bidikmisi semuanya pada dasarnya tetap dikembalikan ke mahasiswa,” tegasnya. Senada, jumlah bantuan yang diperoleh penerima Beasiswa Bantuan Biaya Pendidikan - Peningkatan Prestasi Akademik (BBP - PPA) berkurang dan kerap mandek pencairannya. Salah seorang penerima beasiswa BBP – PPA, Andi Nurul Izza mengungkapkan kekecewaannya sebab penyaluran beasiswa tersebut setelah pembayaran SPP ditutup. “Sudah lewat sebulan setelah masa pembayaran SPP, tapi belum diterima beasiswanya. Padahal beasiswa tersebut diprioritaskan untuk membayar SPP,” lirihnya. Ia turut menyayangkan adanya pengurangan beasiswa BBP - PPA senilai Rp50 ribu per penerima. Dalam Pedoman Beasiswa BBP – PPA idealnya tiap penerima memperoleh sebesar Rp2,1 juta, akan tetapi kesepakatan dengan bank penyelanggara mewajibkan pemotongan demikian. “Yang bisa ditarik pun sebenarnya hanya Rp2 juta karena di rekening harus disisakan minimal Rp50 ribu,” tambahnya. (*)

Bidikmisi 2.715 orang (2010-2014) BBP-PPA 1.700 orang (2010-2013) Beasiswa ­Pemprov. 1.947 orang (2013-2014) ADik Papua 25 orang (2013-2014) Beasiswa Supersemar 42 orang (2011) Beasiswa BI (Kosong) Beasiswa CIMB ­ Niaga (Kosong) Beasiswa yang dikelola ­ Instansi luar 2014

Jajak pendapat mahasiswa UNM terkait pengelolaan beasiswa

Beasiswa IM HERE

Apakah anda mengetahui 10 beasiswa yang ada di UNM?

Beasiswa BCA

15,6% 2,2%

Tidak Tahu Tahu Sedikit Tahu

89,2%

Apakah anda pernah mendapatkan sosialisasi beasiswa di UNM? Sering Tidak Pernah

45,5%

13,6%

Beasiswa Pertamina Sumber: Kabag Kemahasiswaan UNM

40,9%

Jarang

Tepat Apakah anda mengetahui ­­ persyaratan apa saja yang mesti diajukan untuk ­ mendaftar beasiswa? Tidak Tahu 11,1% 31,1% Tahu 57,8% Sedikit Tahu

Dimanakah anda sering mendapatkan informasi tentang beasiswa? Pihak Birokrasi Pamflet Internet Teman

Tidak Tepat Kurang Tepat

6,7% 4,4% 26,7%

Apakah pemberian beasiswa sudah tepat sasaran?

62,2%

* Riset dilakukan dengan membagikan angket kepada 90 mahasiswa UNM dari sembilan fakultas yang berbeda (2-3/10). Setiap fakultas dibagikan 10 angket dengan mengambil sampel secara acak. Hasil riset ini tidak mewakili pendapat seluruh civitas akademika UNM

17,80%

24,40%

57,80%

Sumber:Litbang-Profesi grafis: nurfadly-profesi

*Tim Reportase Khusus: Awal Hidayat (Koord.), Ari Maryadi, Rajab, Sulastri Khaer (Anggota) Urai data, ungkap fakta, saji berita


8

Lensa Orange

Profesi Edisi 184 Oktober Tahun XXXVIII 2014

www.profesi-unm.com

Ini Soal Kelamin B

*Febriawan Djalil

irokrat memang hanya memikirkan kepentingan pribadi, tengok saja kondisi toiletnya. Bersih, lengkap jauh dari kesan jorok. Bahkan beberapa toilet hanya diperkenankan dipakai oleh pegawai dan staff. Toilet yang layak seakan hanya bagi pejabat kampus. Wajar saja ketika mahasiswa kerap mempertanyakan penggunaan anggaran universitas. Bagaimana tidak, beberapa fasilitas penting tidak memenuhi standar layak. Toilet bagi mahasiswa, begitu minim perhatian. Berbagai kerusakan terjadi, mulai dari plafon yang jebol, saluran air tersumbat, air kran yang tidak mengalir, sampah berserakan, hingga toilet dipenuhi sarang laba-laba. Hal ini bisa menjadi gambaran kepedulian civitas akademika yang sangat minim. Terlebih jajaran birokrat.

Fakultas Seni dan Desain

Menara Pinisi

Menara Pinisi

Fakultas Seni dan Desain

Fakultas Ilmu Sosial Urai data, ungkap fakta, saji berita

Masjid Nurul Ilmi

Program Pascasarjana Streaming: radioprofesi.com


Wawancara Khusus Profesi Edisi 184 Oktober Tahun XXXVIII 2014

9

www.profesi-unm.com

Abraham Samad, Ketua KPK 2010-2015

M

Tanamkan Pendidikan Anti Korupsi Sedari Dini

elihat banyaknya tokoh-tokoh nasional terjerat kasus korupsi, yang notabene merupakan orang-orang ber­intelektual, dianggap perlu me­nanamkan nilai- nilai positif anti korupsi yang tidak hanya berpusat di instansi pendidikan, tapi juga p­ enekanan dalam keluarga. Peran orang tua, menjadi hal terpenting untuk mendidik generasi muda, sebagai calon pemegang ujung tombak negara kedepan, terlebih, pemahaman korupsi di mata masayarakat semakin sempit. Padahal, nyatanya ada banyak tindakan yang disebut terindikasi sebagai bibit dari perilaku korupsi. Berikut hasil wawancara dengan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad, oleh reporter LPM Profesi UNM, Dian Febriani, saat Anti Corruption Film Festival (ACFest) 2014 di Gedung Mulo Makassar (20/09). Bagaimana KPK memberantas kasus korupsi

yang bisa dikatakan sudah jadi trend di kalangan pejabat tak terkecuali pimpinan kampus? Penyelesaian kasus korupsi itu tidak hanya dilakuakan oleh KPK. Kita juga melibatkan masyarakat bahkan mahasiswa untuk bersama-sama memberantas korupsi melalui berbagai media, misalnya media film dan banyak media lain. Yang kedua, masyarakat maupun maha-

siswa saat ini cenderung primitif, skeptis dan apatis terhadap korupsi. Mengapa saya katakan demikian, korupsi di tengah-tengah masyarakat dianggap sebagai perbuatan yang biasa-biasa saja. Oleh karena itu, kadang-kadang dilanggar, itu bisa dimaklumkan. Kemudian yang ironis lagi, obsesi, paradigma mahasiswa ataupun masyarakat mengalami disorientasi. Disorientasi seperti apa? Ini kritik saya terhadap dunia pendidikan kita. Dunia pendidikan tidak memberikan ketauladanan yang bagus. Tidak memberikan motivasi yang baik. Tidak mencerminkan pendidikan karakter. Dunia pendidikan kita hanya mengandalakan pendekatan kognitifnya. Hanya menuntut peserta didik agar mencari ilmu pengetahuan. Makanya jangan heran, ketika anak Indonesia dikirim ke luar negeri, bisa juara olimpiade matematika. Jangan heran kalau anak Indonesia di kirim keluar negeri, bisa juara olimpiade fisika. Tapi begitu kita coba mendeteksi karakternya, perilakunya, begitu mengkhawatirkan. Apa penyebab hal tersebut? Ada yang salah dengan dunia pendidikan kita. Anak-anak muda kita yang harusnya menjadi tumpuan harapan kita untuk melakukan suatu perubahan, ternyata juga tidak luput dari perilaku-perilaku korupsi. Lalu, apa upaya KPK mencegah ­generasi muda dari tindak korupsi? Sekarang KPK mengubah cara penuntasan kasus korupsi. Jikalau kemarin pemberantasan korupsinya hanya mengandalakan pendekatan represif, menangkap dan membawa pelaku ke pengadilan. Sekarang, kita ubah metodenya. Metodenya disebut pengintrogasian antara pendekatan penindakan yang represif dan pencegahan. Apa yang dilakukan dengan penindakan pencegahan, salah satunya dengan memperbaiki sistem yang ada di republik ini, termasuk sistem pendidikan kita.

Perubahan seperti apa yang akan dilakukan KPK terhadap sistem ­pendidikan ? Melalui kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), kita mengusulkan kurikulum anti korupsi, mulai Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Ini sudah dilakukan di Sulawesi Utara, saat saya berkunjung ke sana. Jadi untuk anak-anak di play group, kita mulai bina dengan mengajarkan dongeng-dongeng anti korupsi dan lain sebagainya . Sebenarnya, hakikat korupsi itu ­seperti apa ? Sebenarnya korupsi pun bukan hanya diterjemahkan sebagai perbuatan yang merugikan negara, tapi semua perilaku yang menyimpang, itu harus diterjemahkan sebagai perbuatan korup. Perilaku menyimpang seperti apa ? Contoh kecil, kalau anak-anak kita ngejek, itu sudah korupsi. Kalau dia bolos, itu korupsi. Kalau dia poroti orangtuanya, itu korupsi. Jadi, bukan hanya harus mengambil duit. Jadi perilaku-perilaku inilah yang kita harus kita ubah. Apa targetan KPK ke depan ? Kita mulai membanguan pendidikan anti korupsi berbasis keluarga. Karena kita berharap akan muncul generasi yang baru. Dan untuk mengukur hal ini, dapat dilihat ketika anak kita sudah mempertanyakan “apa itu korupsi?.” jika hal tersebut telah terwujud, kita bisa yakin di negara kita sudah tidak ada lagi korupsi. Karena anak-anak sudah terkaget-kaget dengar kata korupsi. itulah sebenarnya tujuan 40 tahun kedepan KPK, walaupun kita menyadari, masa jabatan kita ini cuma lima tahun. Tapi kita harus membangun ini, karena kalau tidak, generasi kita tidak akan lahir dengan sikap ketegasan. *

: Abraham Samad 66 Nama Lengkap r, 27 November 19 sa as ak M : Tanggal Lahir : ional, Riwayat Pendidikanlah Menengah Pertama (SMP) Nas - Seko olik Makassar, 1980 h Atas (SMA) Kat - Sekolah Menengaakassar, 1983 ­Cendrawasih, M Universitas Hasanuddin, - S-1, S-2 dan S-3 di Makassar : Karir iete, Sura- Advokat illi Soenarto Assoc W m ku hu n lta su - Kon baya psi - Aktivis anti koru oordinator Ketua Anti K - Penggagas dan mitte (ACC) Sulsel ­Corruption Com Komisi Pemberantasan - 2010-2015 : Ketua ­Korupsi

FOTO: FEBRIAWAN-Profesi Streaming: radioprofesi.com

Urai data, ungkap fakta, saji berita


10

Laporan Perjalanan Profesi Edisi 184 September Tahun XXXVIII 2014

www.profesi-unm.com

PJN 2014

Berguru Tulis di Tapis Berseri

FOTO BERSAMA. Peserta Pekan Jurnalistik Nasional (PJN) 2014 Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung berfoto bersama (25/5).

Terik siang menyapa kami setibanya di Bandara Radin Inten II, Bandar Lampung setelah pagi menjamah dua jam perjalanan dari Bandara International Sultan Hasanuddin Makassar dan men­ darat di Bandara Soekarno Hatta, lalu perjalanan dilanjut menuju Kota Siger tersebut dengan menempuh waktu selama 30 menit. Kota baru, begitulah yang terpasak pada kepala kami. Menanti kedatangan panitia membuat kami berpikir apakah kami mendarat di pulau yang benar setelah melihat kondisi bandara yang agak sepi dan mulai disesaki penumpang setelah pesawat kami mendarat.

Sejam berlalu, panitia PJTL, Fitria dan Kholik datang men­jemput kami. Dengan mengendarai ken­daraaan roda dua, kami dibawa menyusuri jalan selama 30 menit (lagi) untuk tiba di sekretariat LPM ­Teknokra yang berada di Uni­versitas Lampung (UNILA). Dalam per­jalanan kami dihadapkan dengan beberapa polisi, sepeda motor yang kami tumpangi harus dihentikan dan sempat membuat salah seorang ­panitia adu mulut dengan alasan ­tidak melengkapi surat berkendara. Untungnya kejadian itu tidak menghabiskan waktu lama. Aparat kepolisian tersebut mengizinkan kami pergi setelah mengetahui kami berempat merupakan

FOTO: ist.

pers mahasiswa (­ persma), dan tak lupa juga kami pergi dengan mengantongi surat tilang dengan jadwal sidang yang berbeda. Setibanya di Redaksi Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra UNILA, kami disambut hangat para penyelenggara Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut (PJTL) Pekan Jurnalistik Nasional (PJN) 2014 tersebut. Pada kesempatan itulah satu persatu panitia berda­ tangan dengan memperkenalkan diri dan menanyakan apakah kami benar peserta dari Kota Daeng. Dua jam berlalu dengan canda tawa dan cerita antar lembaga, peserta dari LPM Ganto, Uni­ versitas Negeri Padang

pun tiba. Pengalaman perjalanan sampai di tempat tujuan kami ini menambah keseruan perjumpaan kami. Kegiatan tingkat nasional ini mempersatukan 21 peserta dari berbagai lembaga pers mahasiswa di Indonesia. Di antaranya, LPM Jurnalistik Universitas Mulawarman Samarinda, LPM Detak Universitas Syahkuala (Nangroe Aceh Darusalam), LPM Dinamika IAIN Sumatra Utara, LPM Fitrah Universitas Muhammadiah Palembang, dan LPM Sigma Institut Agama Islam Sultan Maulana Hasanuddin (IAIN SMH) Banten. (*)

Menemukan Sisi Lain di Pulau Pasaran Pembukaan kegiatan Jumat (25/5) di ruang senat rektorat Universitas Lampung, karena bersamaan dengan hari lahir Bandar Lampung, maka panitia tidak hanya menyelenggarakan Pelatihan Jurnalistik tapi disisi lain mereka juga menggelar Rally Foto yang ditujukan kepada civitas UNILA dan masyarakat pada umumnya. Setelah mengikuti kegiatan tersebut kami digiring mengikuti materi pertama yaitu menulis narasi yang dibawakan oleh Basil redaktur majalah pantau Lampung, selama dua hari berturut-turut kami disuguhkan materi narasi ini lebih baik lagi. Hari kedua kami dibawa ke salah satu pulau di Lampung untuk mempraktekkan teori narasi hari sebelumnya di pulau Pasaran. Daratan kecil ini merupakan tempat produksi ikan teri terbesar disana, melihat proses kerjanya hingga kedatangan pembeli merupakan tugas kami untuk mencatat dan mempresentasikannya di depan para peserta. Berbagai macam etnis dihuni oleh pulau itu, seperti Jawa dan Bugis juga ada disana, bahkan penduduk tak sepenuhnya masyarakat Lampung. Seperti perantau pada umumnya, mereka berpenghuni.

Kata Kunci Media Cyber

Memasuki hari kedua, peserta disuguhkan materi pengelolaan website oleh Juwendra Asdiansya Pemimpin Redaksi Saibumi.com. Seharian penuh pun kami menerima materi ini. Juwe nama panggiUrai data, ungkap fakta, saji berita

Tak Perlu Banyak Warna

FOTO: ist.

lannya memaparkan, saat ini media online semakin menjamur dan tak bisa dipungkiri lagi keberadaannya, sehingga sudah menjadi media mainstream dikalangan dunia. Berangkat dari situ pula pembaca dengan leluasa memilah informasi yang mereka butuhkan, sehingga sebagai orangorang yang berkecimpung di lembaga pers harus jeli melihat isu sosial yang dibutuhkan kalangan pembaca. Satu hal yang menjadi inti pembicaraan saat itu adalah sifat media cyber

yang terkadang dilupakan oleh lembaga pers mahasiswa, yakni kata kunci atau kata yang telah buming di telinga masyarakat. Pemilihan judul tersebut terkandang sangat dibutuhkan untuk menarik perhatian pembaca. Misalnya saja dalam sebuah berita, kebanyakan orang mengetik kata kunci sebuah instansi dibandingkan person yang menjabat disana, contohnya tawuran di sebuah kampus maka pembaca akan mengetik nama instasinya bukan yang lain.

Memasuki hari terakhir pelatihan, kali ini peserta diperhadapkan dengan dunia desain, meskipun notabenenya dari kalangan reporter biasa, sehingga sebagian kesulitan menerima materi ini. Terlebih mengoperasikan aplikasi indesign yang terbilang awam bagi reporter yang biasanya hanya diperhadapkan dengan keyboard computer. Namun, menurut pemateri Ehwan Kurniawan sebagai desainer senior di Tempo Lampung menjadi pembicara terakhir pada pelatihan ini, dengan gamblang menggambarkan materi yang dibawakannya, sehingga hal tersebut bisa menepis sedikit keraguan peserta, terlebih ia berpesan bahwa desain itu cukup sederhana dan tak perlu melibatkan banyak warna, cukup tiga warna saja jika lebih maka akan ramai dan membosankan katanya. Tak heran memang karena beberapa kali ia telah meraih penghargaan di kancah nasional bahkan internasional. Misalnya saja terkait dengan perwajahan sebuah majalah. Salah satu prestasi terbesarnya adalah Bagian dari Tim Desain Cover Koran Tempo mendapat Gold winner Indonesia Print Media Award (IPMA). (*)

*Samti Binti Talip Kasdar Kasau

Streaming: radioprofesi.com


Info Akademik

Profesi Edisi 184 September Tahun XXXVIII 2014

www.profesi-unm.com

Agendasiana

Rekening BBP-PPA Masih Kosong

Buku tabungan beasiswa Bantuan Biaya Pendidikan Peningkatan Prestasi Akademik (BBPPPA) telah diserahkan kepada mahasiswa secara berangsur sejak 5 September lalu. Namun hingga kini masih banyak mahasiswa yang resah karena buku tabungan mereka masih kosong. Salah satu mahasiswa penerima BBP, Ramlah membenarkan jika buku rekening Bank Republik Indonesia (BRI) sudah lama dikantonginya namun hingga kini belum juga terisi. "Percuma ada buku rekeningnya kalau tidak ada

isinya," terang mahasiswa jurusan Geografi ini. Terkait hal tersebut, Pegawai Bagian Keuangan, Ilham mengkonfirmasi jika memang ada beberapa masalah yang terjadi di pusat yang mengakibatkan data penerima beasiswa tidak jelas. "Ada beberapa tahap penyaluran yang dilalui hingga masuk di rekening mahasiswa, namun terjadi sedikit masalah," terangnya. Mengatasi masalah tersebut, Ilham meminta agar semua mahasiswa penerima

DJMTD Profesi 2014

beasiswa BBP segera melapor jika rekeningnya masih kosong. Tidak lupa, penerima beasiswa tersebut juga harus menyerahkan fotokopi buku rekeningnya. "Kami butuh fotokopi buku rekening untuk diserahkan kepada pihak bank untuk diproses lebih lanjut," jelasnya. Di akhir, Ilham berjanji jika tidak terjadi masalah setelah penyerahan fotokopi tersebut maka rekening beasiswa tersebut akan langsung terisi. (sul)

KTM Online ­Belum Rampung

Sekarang itu kita punya dua mesin, yang selama ini kita pakai itu tintanya habis Kepala ICT Center Rusli.

Mahasiswa nampaknya harus b­ ersabar menantikan kartu tanda mahasiswa (KTM) online mereka. Pembuatan KTM online yang ditangani pihak ICT b­ elum jelas kapan perampungannya selesai h­ ingga kini.

Menurut Kepala ICT Center UNM, Rusli,­mengatakan, saat ini proses pem­ ­ buatan harus terhenti karena mesin me­ngalami kerusakan. "Sekarang itu kita punya dua mesin, yang selama ini kita pakai itu tintanya habis," katanya kepada Profesi Selasa (30/9). Saat ini sudah ada sekitar 3000 KTM yang sudah rampung. Namun, KTM itu belum bisa didistribusikan ke p­ emilik karena masih menunggu mesin baik k­ embali. "Kartu yang jadi akan diberikan ­ke pemiliknya bila kita sudah mulai mencetak lagi. Jadi KTM itu menjadi ­bentuk sosialisasi kita kepada mahasiswa lain yang be-

lum membuat," k­ atanya. Rusli mengaku, belum melakukan sosialisasi ­ yang menyeluruh kepada ­ ­ seluruh kalangan mahasiswa. Menurutnya, pihaknya memfokuskan ­ pada proses ­pembuatan. "Kami belum fokuskan untuk sosialisasi ke mahasiswa, karena sekarang sudah bergulir sudah tidak tepat s­ osialisasi," katanya. Berbeda dari KTM mahasiswa UNM sebelumnya yang terintegrasi ­ dengan bank, KTM Online ini mampu memperlihatkan identitas mahasiswa s­ ecara lengkap dengan Quick Response Code (QRC). (ayd)

Penerima Bidikmisi Dibekali Kartu Bebas Pembayaran hingga saat ini masih ada juga yang belum," katanya (29/9). Lebih lanjut ia menerangkan, kartu itu digunakan penerima Bidikmisi saat pengurusan segala jenis pembayaran ­termasuk SPP maupun pembayaran ­lainnya sehingga bebas pembiayaan. "­Kalau mau isi Kartu Rencana Studi (KRS), tinggal langsung ke loket dengan membawa kartu," tuturnya. Jufri menambahkan, jika kartu t­ersebut hilang, pihak mahasiswa kiranya segera melapor ke BAAK. "Kalau hilang langsung lapor, akan dicetakkan kembali dengan melihat data penerima B ­ idikmisi." terangnya. Sementara itu, Kepala BAAK, Ismail Mukhtar menyebutkan tahun ini terdaftar 589 mahasiswa baru penerima Bidikmisi. Seluruhnya pun telah melalui verifikasi berkas dan verifikasi faktual oleh tim. (sdr)

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Profesi Universitas Negeri Makassar (UNM) akan mengadakan Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar (DJMTD) yang rencananya akan digelar 16 hingga 19 Oktober mendatang. Seperti tahun sebelumnya para peserta akan diajak berkunjung ke beberapa media, baik cetak, televisi maupun radio. Hal yang berbeda pada kegiatan tahunan ini yakni, materi ditekankan pembahasan pers mahasiswa. Batas akhir pendaftatan diklat hingga 13 Oktober. Adapun peserta yang lulus diklat akan direkrut menjadi anggota baru LPM Profesi. (nir)

Harlah Mapala Teknisi Hari lahir Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Teknisi Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Makassar (UNM) rencananya berlangsung di Malino tanggal 9 Oktober mendatang. Acara yang bertema "Mediumisasi Organisatoris Dalam Mewujudkan Kelestarian Lingkungan Ideal" ini juga akan dirangkaikan dengan musyawarah besar (Mubes). Adapun rangkaian kegiatan lainnya adalah Aksi Bersih di sekitar Pasar Pa'baeng-baeng dan Kanal Pa'baengbaeng yang telah dilaksanakan Minggu, 28 September lalu. Aksi bersih ini mengajak kesadaran masyarakat sekitar yang acuh terhadap kebersihan lingkungan. Kegiatan terakhir menjelang acara puncak yakni donor darah yang akan dilaksanakan di pelataran Teknol. (nir)

Orange Fest III 2014 Himpunan Mahasiswa Desain Komunikasi Visual (HMDKV) kembali akan menghelat Orange Fest ke-3 di kampus Gunung Sari 28 hingga 30 Oktober mendatang. Layaknya pasar seni modern, kegiatan ini merupakan momentum bagi seniman berkumpul mempersembahkan karya-karya seni. Mengangkat tema "Tidak Sama dengan," acara tahunan ini akan dikemas berbeda dengan acara sebelumnya. Tak hanya itu, kegiatan ini juga akan menghadirkan komunitas-komunitas seni yang ada di Makassar. (nir)

Kemah Ilmiah Geografi (KIG) 2014

ILUSTRASI: nurfadly-profesi

Penerima Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi (Bidikmisi) ­a ngkatan 2014, telah dapat mengambil kartu bebas pembayaran Sumbangan Penunjang Pendidikan (SPP) sejak 16 September. Pengambilan dapat dilakukan di ruangan Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) bagian k­ emahasiswaan, Gedung Pinisi, lantai 3. Walaupun pengambilan tanpa batas waktu yang ditentukan, Kepala bagian kemahasiswaan BAAK, Jufri mengimbau agar mahasiswa baru penerima ­B idikmisi yang belum memperoleh kartu bebas pembayaran tersebut, segera ­m e n g a m b i l n y a . "Mahasiswa baru yang ambil sudah banyak, namun

11

Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Geografi periode 2014-2015 akan menggelar Kemah Ilmiah Geografi (KIG) bagi mahasiswa baru angkatan 2014. Bertempat di Ta'deang, Kabupaten Maros (10-12/10). Kegiatan ini merupakan bentuk kuliah perdana lapangan bagi mahasiswa baru dengan mengenalkan fenomena-fenomena geografi secara langsung. Adapun item kegiatan di antaranya susur gua (caving), jelajah alam bebas (hiking) serta kajian materi geografi lainnya. (nir)

Kalender Akademik Semester Ganjil Tahun Akademik 2014/2015 1. Penerbitan Absen Perkuliahan 25-08-2014 s.d 29-08-2014 2. Kuliah Bagian Pertama 01-09-2014 s.d 24-10-2014 3. Program Pengalaman Lapangan (PPL/PKL) Agustus s.d Desember 2014 4. Ujian Tengah Semester 27-10-2014 s.d 31-10-2014 5. Kuliah Bagian Kedua 03-11-2014 s.d 02-01-2014 6. Wisuda Periode I 26 dan 27 November 2014 7. Ujian Akhir Semester Ganjil 05-01-2015 s.d 16-01-2015 8. Penyerahan Nilai Akhir Semester Ganjil 12-01-2014 s.d 23-01-2015 9. Pengecekan Nilai Hasil Studi Secara Online Setiap Saat 10. Pengumuman Jadwal Kuliah Semester Genap 2014/2015 19 Januari 2015 11. Kegiatan Ekstrakurikuler 19-01-2015 s.d 02-02-2015 sumber: baak & litbang-profesi grafis: nurfadly-profesi Streaming: radioprofesi.com

Urai data, ungkap fakta, saji berita


12

Pariwara www.profesi-unm.com

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Profesi Edisi 184 Oktober Tahun XXXVIII 2014

Streaming: radioprofesi.com


Life style 13

Profesi Edisi 184 Oktober Tahun XXXVIII 2014

www.profesi-unm.com

Jilbab Syar'i vs ­ Jilboobs * Andi Ajip Rosyidi & Rosni Armin

Jilbab merupakan salah satu identitas muslimah. Pemakaian jilbab, erat kaitannya dengan tuntunan syariat agama, khususnya Islam. Namun, seiring perputaran zaman, jilbab juga memiliki perubahan yang bisa dilihat dari masa ke masa. Awalnya perempuan Indonesia hanya mengenal penutup kepala yang disebut kudung. Sempat pula populer komunitas hijabers dimana penggunanya memakai hijab dengan gaya busana muslim yang modern dan tetap gaul. Sampai akhirnya ramai diperbincangkan soal jilboobs.

S

aat ini kita bisa menyaksikan, euforia kaum hawa terhadap penggunaan jilbab sangatlah tinggi. Pasalnya, kebanyakan masyarakat menjadikan busana muslim sebagai gaya berpakaian mereka, mengingat busana muslim menjadi tren f­ashion beberapa tahun belakangan ini. S ­ ayangnya, kebanyakan masyarakat mengaplikasikan tren busana muslim ke gaya hidup mereka, tanpa memperhatikan esensi dan tujuan meng­gunakan jilbab, salah satunya feno­ mena jilboobs. Jilboobs secara harfiah berarti jilbab dan dada wanita. secara istilah merupakan sebutan bagi para wanita yang mengenakan penutup kepala tetapi memperlihatkan lekukan tubuh. Saat ini, khususnya di media sosial tengah ramai pem­bahasan tentang jilboobs. Dengan alasan tidak ingin ketinggalan tren busana muslim, kaum hawa pun me­ngaplikasikan cara berbusana muslim mereka kearah jilbobs. Maraknya pengguna jilboobs dikalangan masyarakat saat ini, juga mempengaruhi gaya berpakaian maha­ siswi di lingkungan kampus. Tidak hanya untuk style sehari-hari, gaya berbusana ini pun tak jarang dikenakan guna mengikuti kegiatan perkuliahan. Sebut saja Hikmah, ia mengaku selain untuk menjalankan peraturan yang mewajibkan mahasiswi mengenakan jilbab saat kuliah, menggunakan jilbab dengan pakaian ketat saat ini sedang trend dalam dunia fashion. “Percaya dirija, dengan pakaian begini, apa-

T

Gaya Lama Tren Kembali

ren dalam dunia fashion selalu mengalami perkembangan, bahkan tidak jarang berulang. Mode yang dulunya pernah disukai masyarakat, bukan tidak mungkin kembali menjadi tren yang digandrungi diwaktu-waktu mendatang. Demikian halnya dengan jilboobs sebagai istilah baru. Sebenarnya sudah sempat marak dan menjadi tren sekurangkurangnya pada akhir era 1990an hingga awal 2000an. Istilah ini pun sebenarnya, berdasarkan penulusuran google sudah ada sejak Februari 2013. Hingga kini, begitu banyak komunitas jilboobs di jejaring sosial facebook dengan jumlah likers yang telah mencapai ribuan. Isu perbincangan mengenai hal ini pun diprediksi akan

Streaming: radioprofesi.com

lagi sedang trend,” ungkap mahasiswi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ini. Lain halnya dengan Desi (­ samaran), ia mengakui cenderung berbusana dengan gaya jilboobs karena tidak merepotkan, terutama saat hendak ke kampus. “Bukan semata ingin tampil mengikuti tren sebenarnya, alasan lainnya, ribet ­ ­kalau mauki pakai rok ke kampus apalagi jubah,” bebernya. Menanggapi pengguna jilboobs yang sedang marak, Azizah, mahasiswi Fakultas Psikologi berpendapat, mengikuti arus fashion itu boleh saja. Namun tetap saja, seorang muslimah harus memilah mana yang baik untuk diikuti dan mana yang tidak. Mereka harus memperhatikan nilai syariatnya. “Boleh saja ikut arus fashion, tapi tetap ingat syariat berpakaian,” tutur mahasiswi angkatan 2011 ini Senada, Resti Setiawati ber­ anggapan tidak perlu menyalahkan seseorang jika mengikuti perkembangan fashion. Pada dasarnya kini masyarakat ataupun mahasiswi tak ingin ketinggalan dalam hal berbusana. Selain itu, ia juga beranggapan orangorang yang mengaplikasikan busana muslim dengan model jilboobs adalah orang yang gaya hidupnya tak mau ketinggalan jika ada perubahan yang baru. “Wajar saja kalau banyak orang mengikuti model jilboobs, karena mereka tidak mau dibilang ketinggalan,” ucap mahasiswa FT ini.(*)

terus berlanjut mengingat begitu banyak pihak yang pro maupun kontra terkait fenomena ini.

Menyalahi Hakikat Berjilbab

Terlihat menarik merupakan dambaan setiap wanita, apalagi jika gaya berbusana yang digunakan mengikuti perkembangan mode di kalangan masyarakat. Pasalnya setiap tahun dalam dunia fashion selalu saja ada tren mode dengan nuansa yang berbeda. Hamida, Salah satu dosen tata busana Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Fakultas Teknik (FT), mengatakan, jilboobs merupakan gaya berpakaian yang menurunkan harkat wanita muslim sebenarnya sudah lama dipertontonkan

oleh masyarakat. Selain itu, tren mode tersebut bisa membuat kebanyakan orang kebablasan.“Itu style yang menurunkan harkat, karena tetap menonjolkan lekuk tubuh. Apalagi menyalahgunakan fungsi berbusana, yang bisa membuat kebablasan,” tuturnya Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa kebanyakan masyarakat ataupun mahasiswi merupakan pelaku jilboobs yang tidak tahu hakikat jilbab, bahkan mereka hanya mengikuti arus perkembangan trend. “Karena pada dasarnya mereka tidak punya niat untuk berjilbab, mereka hanya mengikuti tren,” jelasnya. Esensi fashion yang dulu menjadi cerminan identitas penggunanya kini beralih fungsi. Dengan pakaian, anda bisa

Ilustrasi diperankan Model: Munawarah FOTO: Febriawan-PROFESI

menunjukkan siapa diri anda sesungguhnya atau berpura-pura menjadi orang lain. Namun, menjamurnya fenomena jilboobs mampu menimbulkan pergeseran budaya yang oriental sehingga budaya timur tergerus. Kemunculan jilboobs pun memunculkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Pihak yang nyata menentang keras gaya berbusana ini adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dikutip dari liputan.com, lembaga cendikiawan Islam ini telah mengeluarkan fatwa haram mengenai pemakaian busana bagi muslimah yang masih memperlihatkan lekuk tubuh. Hal ini termasuk bagi wanita pengguna jilbab, namun tetap mengenakan busana seksi yang memperlihatkan lekuk tubuh. (*)

Urai data, ungkap fakta, saji berita


14

Opini

Profesi Edisi 184 Oktober Tahun XXXVIII 2014

www.profesi-unm.com

Almamater

Refleksi Dies Natalis ke-53 UNM

Saatnya Introspeksi dan Berubah

*Prof. Dr. Anshari, M.Hum niversitas Negeri Makassar (UNM) yang dahulu bernama IKIP Ujungpandang telah mengalami berbagai proses metamorfosa dalam perjalanannya. Proses metamorfosa yang sangat drastis ketika terjadi konversi dari IKIP Ujungpandang menjadi UNM dengan membawa implikasi pada perluasan mandat atau kewenangan, yaitu selain membina bidang ilmu kePend., juga bidang ilmu non-kePend.. Tanggal 1 Agustus 1961 sebagai momentum kelahiran IKIP berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Pend. Tinggi dan Ilmu Pengetahuan menetapkan fakultas dalam lingkungan Universitas Hasanuddin dengan nama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pend.. Perubahan atau konversi Institut Keguruan dan Ilmu Pend. Ujungpandang ke UNM berdasarkan SK Presiden RI No.93, Tahun 19999, tanggal 4 Agustus 1999. Kedua momentum bersejarah itu sesungguhnya dinafasi oleh semangat perubahan. Dalam pengertian bahwa sejatinya setiap langkah yang ditempuh sebagai manifestasi program kerja dalam pengembangan UNM selalu berada dalam koridor semangat perubahan. Indikator keberhasilan suatu lembaga/institus-

U

dapat dinilai dari kemajuan dan progres kerja yang dicapai. Artinya, ada perubahan yang signifikan dalam pelaksanaan program kerja. UNM telah menetapkan Sembilan Program Prioritas dalam menentukan arah kebijakan pengembangan UNM hingga tahun 2025, yaitu (1) peningkatan kegiatan tridharma, (2) peningkatan sistem penunjang organisasi dan manajemen, (3) peningkatan perluasan kerja sama dengan berbagai pihak, (4) pe­ ningkatan akreditasi dan pelaporan EPSBED, (5) peningkatan kualitas lulusan sesuai dengan tuntutan potensi SDA dan pasar kerja, (6) pe­ ningkatan motivasi dan budaya kompetisi sivitas akademika, (7) peningkatan sarana dan prasarana dalam peningkatan daya tampung (8) pengembangan budaya kewirausahaan, dan (9) pengembangan program studi lanjut dengan memanfaatkan potensi dan peluang yang ada. Mencermati kesembilan Program Prioritas UNM, tampak secara konseptual dan idealitas sangat baik. Akan tetapi, ketika akan diimplementasikan dalam pelaksanaan, maka berbagai kendala akan selalu mengadang. Program Prioritas itu bakal menjadi mimpi dan impian saja jika tidak didukung oleh manajemen dan sistem pengelolaan keuangan yang kredibel, transparan, dan akuntabel. Begitu banyak fakultas dan UPT di UNM yang mengeluh ketika akan mewujudkan Program Prioritas UNM. Jika menangkap beragam suara dan aspirasi sivitas akademika, maka begitu banyak rintihan dan keluhan yang muncul. Ketidakberdayaan fakultas dan UPT dalam merealisasikan berbagai Program Prioritas UNM disebabkan oleh pengucuran dana (DIPA dan PNBP fakultas) yang tidak optimal dan tidak

jelas. Pada umumnya, mereka mengeluhkan mekanisme pencairan dana yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Karena itu, pimpinan universitas perlu merespon apa yang menjadi keresahan yang entah kapan akan berakhir. UNM telah berusia 53 tahun. Dalam usia lebih setengah abad, UNM terus menggeliat untuk memajukan Pend. dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan dan prestasi UNM sebagai institusi dan para alumni sebagai individu, sungguh sangat menggembirakan hati. Gedung Pusat Pelayanan Akademik dan Kemahasiswaan berdiri megah dengan mengusung ikon perahu Pinisi (meskipun pernah tersandung kasus dugaan korupsi) sebagai simbol kejayaan dan keperkasaan manusia Bugis dan Makassar dalam mengarungi lautan kehidupan. Menara Pinisi ibarat sebuah kapal akan siap menantang gelombang dalam mengarungi lautan Pend.. Filosofi perahu Pinisi hendaknya menjadi dasar dan landasan sikap dalam perwujudan Sembilan Program Prioritas UNM. Perahu Pinisi mampu menembus dan menjelajah dunia karena kepiawaian sang nakhoda. Sang nakhoda perahu Pinisi tidak menyandang ­predikat gelar yang banyak (doktor atau profesor). Pengetahuan dan pengalaman sang nakhoda hanya diperoleh secara alamiah alias oto­didak, tidak dengan membaca buku. Akan tetapi, keperkasaan perahu Pinisi sudah teruji dan terbukti. Mampukah UNM mengadopsi filosofi perahu Pinisi sebagai simbol kejayaan dan keperkasaan di laut? Perahu Pinisi dapat berjaya di laut karena ketangguhan sang nakhoda. Menara Pinisi UNM dapat berjaya karena kecerdasan sang rektornya. Di tengah berbagai gelombang persoalan yang melilit UNM, di-

perlukan sikap dan tindakan yang reaktif dan progresif dari rektor untuk mengatasinya. Andai rektor sekarang belum sepenuhnya mampu mengatasi masalah klasik UNM, sivitas akademika terpaksa menggantungkan harapan pada rektor nanti. Suksesi nakhoda (baca rektor) UNM dipandang sangat strategis untuk memutus mata rantai pemicu masalah klasik. Nakhoda UNM periode 2016-2020 harus tegas dan berani melawan arus negatif dari gelombang perubahan. Rektor UNM pengganti Prof. Dr. Arismunandar, M.Pd. sejatinya adalah pemimpin bersih, tegas, kompoten, dan tidak tersandera oleh kepentingan masa lalu. Ada pemandangan menarik sekaligus menggelitik pada kegiatan Hari Minggu Gembira, 10 Agustus 2014, dalam rangka perayaan Dies Natalis ke-53 UNM, yaitu seragam baju kaos yang dikenakan sivitas akademika Fakultas Seni dan Disain (FSD). Meski banyak yang mencibir, tetapi tidak sedikit pula yang menyanjung. Terlepas dari sikap pro-kontra terhadap isi dari tulisan di baju kaos tersebut, para pemimpin UNM perlu merenung dan introspeksi. Perenungan dan pengintrospeksian yang mendalam diyakini dapat mengetuk hati nurani para pemimpin UNM. Kampus UNM harus mengubah haluan menuju titik perubahan. Kunci perubahan ada di tangan rektor dan dekan. Jika UNM tidak mau berubah, maka moto yang tertulis di baju kaos FSD yang berwarna hitam sebagai simbol kedukaan, yaitu tetap jaya dalam penderitaan, cepat atau lambat akan mendera dan menjerat selama-lamanya. Dirgahayu UNM. *Penulis adalah Guru Besar UNM dan Direktur Eksekutif Profesi Institute

Ikhtiar Membangun Paradigma Linguistik Religius

*Dr. Muhammad Saleh S.Pd M.Pd

S

ebagai konsekuensi logis dari pengaruh sekularisme, selama ini berkembanglah dalam masyarakat kita sebuah pandangan stereotip, dikotomisasi antara dunia dan akhirat. Dikotomisasi antara unsur-unsur kebendaan dan unsur-unsur agama; antara unsur kasat mata dan unsur tak kasat mata. Materialisme versus orientasi nilai-nilai ilahiah semata. Seakan-akan kedua kutub ini adalah sebuah pilihan yang tak dapat dikompromikan antara keduanya. Implikasinya adalah, mereka yang memilih kesuksesan di alam “vertikal” cenderung berpikir bahwa kesuksesan dunia merupakan sesuatu yang bisa dinisbikan atau sesuatu yang bisa demikian mudahnya dimarjinalkan. Prototipe ini mencetak manusia yang unggul dalam kekhusyuan zikir dan kekhidmatan berkontemplasi, namun menjadi kalah dalam percaturan ekonomi, ilmu pengetahuan, sosial, politik, maupun perdagangan di alam “horizontal”. Sebaliknya, mereka yang hanya berpijak pada alam materialisme, kekuatan nalar dan berpikirnya tak pernah diimbangi dengan kekuatan zikir. Akhirnya, realitas kebendaan membelenggu hatinya, sehingga sulit baginya untuk kembali ke alam fitrahnya. Inilah, paradigma berpikir sekuler dengan sekelumit implikasinya. Sepintas lalu kita memang takjub dengan Urai data, ungkap fakta, saji berita

prestasi yang dicapai oleh manusia. Kita terhenyak dengan keberhasilan manusia membangun peradaban yang demikian mengagumkan. Namun, ketakjuban ini akhirnya mengalami kebuntuan. Ketakjuban yang semestinya membahagiakan manusia, justru kerap kali menyengsarakan umat manusia. Kita kemudian sadar bahwa ternyata kesuksesan manusia membangun peradaban yang mengagumkan ini ujung-ujungnya hanya berorientasi pada kebendaan dan hubungan antarmanusia semata. Pertanyaannya adalah, tiadakah teori lain dengan cara pandang berbeda melahirkan sebuah muara selain hanya materil dan hubungan antarmanusia semata. Bukankah hanya mengejar materi dan hubungan antarmanusia berarti hanya mencakup satu tujuan saja, yaitu amaliah duniawi yang manifes, akltual, dan fana. Kiranya, ilustrasi di atas cukup memberikan inspirasi bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini, termasuk perkembangan ilmu linguistik, masih berada dalam cengkaraman pengaruh sekularisme. Seakan tak ada jalan untuk mencari titik temu antara bahasa di satu titik dan agama pada sisi yang lain. Itulah sebabnya, sehingga ketika kita belajar bahasa, tidak ada ruang bagi kita untuk berbicara agama secara sinergis, kecuali dengan perilaku sekuler. Sulit rasanya merasakan kehadiran Tuhan hanya dengan belajar morfologi, sintaksis, fonologi, dan hampir dalam seluruh cabang disiplin ilmu linguistik. Jarang sekali kita menemukan seseorang yang semakin bertambah imannya, semakin meningkat ketakwaannya ketika belajar linguistik. Akibatnya, tidak ada korelasi yang signifikan antara kecerdasan linguistik dengan dengan kecerdasaran ilahiah. Malah, tidak jarang terjadi sebaliknya; semakin cerdas seseorang semakin kurang ajar mereka kepada Tuhannya.

Tulisan ini, mencoba menggagas upaya ini, dengan berupaya membangun sinergitas antara bahasa dan agama. Ada satu prinsip dasar yang mesti dipahami dan diamalkan dalam upaya membangun sinergitas bahasa dan agama (sebagaimana juga sinergitas antara agama dalam seluruh dimensi kehidupan manusia). Prinsip tersebut adalah kesadaran bahwa hakikat penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah swt. Hal ini ditegaskan oleh Allah swt. bahwa: “Tidaklah Aku ciptkan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Q.S. Adz dzariat [51]: 56). Prinsip ini mengajarkan kepada kita bahwa seluruh aktivitas kita di dunia ini, apapun bentuk dan jenisnya, hendaknya seluruhnya diorientasikan sebagai bentuk pengabdian (ibadah) kita kepada Allah swt. Atas dasar itulah, maka interaksi kita dengan bahasa pada dasarnya juga merupakan sarana untuk beribadah kepada ­Allah swt. Inilah tujuan akhir dari berbagai bentuk interaksi linguistik kita, yakni beribadah kepada Allah swt. Melalui sarana bahasa. Interaksi li­nguistik, baik pengkajian, penelitian, penggunaan, ataupun pengajaran bahasa, seluruhnya mesti berorientasi ibadah kepada Allah swt. Feno­mena yang diharapkan adalah, bercucurannya air mata seseorang merasakan kehadiran Allah ketika mereka belajar bahasa, meneliti bahasa, mengajarkan bahasa, maupun dalam berbahasa itu sendiri. Jika prinsip dasar ini telah dipahami maka langkah selanjutnya adalah menjabarkan prinsip-prinsip dasar ini ke dalam berbagai bentuk interaksi linguistik (penyusunan teori, pengajaran bahasa, penelitian bahasa, maupun penggunaan bahasa). Dalam teori-teori kebahasaan, misalnya, teori-teori itu hendaknya mengantarkan sesorang untuk menyadari dan merasakan

kehadiran Tuhan. Demikian juga dalam penelitian bahasa, pengajaran bahasa, maupun penggunaan bahasa, seluruhnya mesti dirancang secara sinergis dengan melibatkan nilai-nilai religius, sehingga seluruh interaksi kita dengan bahasa akan menjadikan kita semakin dekat kepada Sang Pencipta, Allah swt. Bagaimana model dan bentunya? Inilah tugas kita bersama, misi besar, memakmurkan bumi dengan mengajak manusia untuk tunduk kepada Allah swt (beribadah) sesuai dengan bidang kita kita masing-masing. Dengan cara demikian, barulah ada korelasi yang positif antara kecerdasan linguistik dengan kecerdasan ilahiah. Inilah yang akan membentuk sosok linguis ulil albab, seorang ahli bahasa yang pakar dalam bidangnya sekaligus ahli ibadah. Inilah yang digambarkan oleh Allah swt. di dalam Al Quran. Seseorang yang unggul dalam bidang keilmuan (karena senantiasa memikirkan penciptaan langit dan bumi serta slih bergantinya malam dan siang) sekaligus tenggelam dalam kekhusyukan ibadah, merasakan kehadiran Allah dalam seluruh aktivitasnya (karena dia senantiasa mengingat Allah baik dalam keadaan duduk, berdiri, maupun berbaring). Semoga percikan pemikiran ini kiranya dapat memberikan inspirasi bagi kita semua untuk berinteraksi dengan linguistik dengan cara tertentu yang dapat mengantarkan kita untuk semakin banyak meneteskan air mata merasakan kehadiran Tuhan dalam belajar bahasa. “Semakin cerdas kita dalam bidang linguistik mestinya semakin tawadhu kita di hadapan Allah swt.” *Penulis adalah Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNM Streaming: radioprofesi.com


Profesiana

Profesi Edisi 184 Oktober Tahun XXXVIII 2014

15

www.profesi-unm.com

Ijazah, Pelicinnya Mana?

Setelah menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar, tentu wisudawan kebelet bisa mengantongi ijazah dan transkrip nilai. Paling tidak sebagai modal utama mencari pekerjaan. Sayangnya, hal ini dimanfaatkan oleh oknum tertentu. Sebagai pemulus pengurusan ijazah agar lebih cepat, alumni mesti merogoh kocek. "Kepada crew LPM Profesi UNM agar menelusuri pungutan liar oleh petugas ijazah di UNM khususnya Fakultas MIPA, krn kami merasa diberatkan atas pembayaran ijazah yang sangat mahal, kami diharuskan membayar 150 untuk reguler dan 200 ribu untuk ICP. Harap dikonfirmasi ke PR

I atau PD I, jangan sampai ini hanya modus oknum-oknum tertentu untuk melakukan pungli?" tulis pemilik akun bernama Juventus di Fanpage Facebook Profesi. Dikonfirmasi terkait hal ini, Kepala BAAK, Ismail Mukhtar menegaskan, untuk membuat ijazah tak perlu membayar, karena ­anggarannya diambil dari pembayaran Sumbangan Penunjang Pendidikan (SPP). Jika ada pembayaran, hanya bagi alumni yang lulus sebelum tahun ini ataupun karena ada masalah. Ismail melanjutkan, di BAAK hanya memfasilitasi pembuatan ijazah dan transkip nilai. Selain itu, cepat atau tidaknya

pencetakan ijazah bergantung data yang dimasukkan fakultas. “Jadi Kalau ada ­kesalahan data maupun nilai itu kesalahan fakultas,” jelasnya. Senada, Kasubag Evaluasi dan Pendidikan BAAK, Muhammad Nawir mengatakan, tidak ada pembayaran apapun di BAAK. Jika ada alumni yang mengaku telah membayar, mungkin pembayaran dilakukan di fakultas. “Ini yang keliru sekarang, kenapa alumninya yang langsung ke BAAK, padahal mereka hanya perlu menunggu. Karena ketika ijazahnya selesai bakal dikembalikan ke fakultas,” himbaunya. Pembantu Rektor Bidang Kemaha-

Tim Roket Ngutang Tiket Sungguh disayangkan, keinginan membawa nama baik institusi pada ajang Kompetisi Muatan Roket Indonesia (Komurindo) 2014 oleh tim roket mahasiswa Fakultas Teknik (FT) tidak berjalan mulus. Bagaimana tidak, untuk terbang ke lokasi kegiatan saja, di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), delegasi UNM terpaksa berhutang biaya tiket kepada penyedia jasa penerbangan. Hal tersebut diungkapkan salah seorang pendamping tim, Hendra Jaya. Ia mengatakan, minimnya dana untuk mengikuti kompetisi yang digelar atas kerjasama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (Lapan) dan UMY ini, menyebabkan ia harus berhutang. “Kita tidak boleh membatasi semangat mahasiswa yang hendak menyalurkan kreasinya, jadi pakai jalan seperti itu dulu untuk sementara,”tuturnya. Lebih lanjut, dosen Elektronika ini bercerita, tahun 2013 silam juga pernah mengikuti lomba semacam ini. Sayangnya, uang pribadi pun harus ikut direlakan. Hingga saat ini pun belum kembali karena tidak adanya anggaran dari pihak universitas. “Saat itu kita berhasil meraih prestasi, beritanya pun dimuat dihalaman utama salah satu koran lokal,

Bagus kalau mahasiswa antusias ikut kegiatan se­ perti itu, hanya saja silahkan siapkan dana sendiri kalau mau berangkat Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswan, Heri Tahir.

semoga ini bisa jadi motivasi bagi universitas agar masalah-masalah seperti ini tidak lagi menjadi kendala," terangnya. Tak rugi, pengorbanan pun berbuah manis, pada kompetisi yang dihelat 12 hingga 15 Agustus ini, tim UNM berhasil meraih kategori Desain Roket Terbaik dari 47 tim utusan universitas lain yang ikut berlaga. “Alhamdulillah, tim kita bisa menjadi juara ide roket terbaik. Setidaknya ini menjadi spirit baru bagi tim yang akan mengikuti lomba semacam ini kedepannya,” harap salah seorang anggota tim, Muhammad Romario. Tidak sampai di situ, kedepannya, Hendra Jaya menambahkan, ingin mengajukan permohonan pada Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan (PR III), mewujudkan ke-

inginan mahasiswanya membentuk Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Informasi Teknologi (IT). “Ada keinginan dari mahasiswa untuk membuat UKM IT sebagai wadah yang lebih efisien bagi mereka, supaya kalau ada perlombaan dananya juga lancar,” akunya. Menanggapi masalah tersebut, Heri Tahir selaku PR III mengatakan, kurangnya dana memang menjadi masalah yang ada di UNM. Namun, untuk masalah event-event seperti itu pihak universitas tidak pernah membatasi mahasiswa. “Bagus kalau mahasiswa antusias ikut kegiatan seperti itu, hanya saja memang silahkan siapkan dana sendiri kalau mau berangkat,” tuturnya singkat saat ditemui di Gedung Pinisi lt.6 (17/9). Kondisi sebaliknya malah dinikmati delegasi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-27. Dalam kegiatan yang dihelat di Universitas Dipenogoro (Undip) Semarang (25-29/8), UNM memberangkatkan tiga tim. Masing-masing tim terdiri dari tiga orang. Tak hanya itu, sebanyak 12 orang pembimbing ikut "terbang" ke Semarang guna mendampingi mahasiswa yang berangkat. Pada akhirnya, utusan UNM harus pulang dengan tangan hampa tanpa membawa satu pun kategori juara. (nir)

Ganti Motor, Syukur Saud Inginkan Mahasiswa ­Ceka-ceka’ Entah apa yang ada dalam benak Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan (PD III) Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia (FBS), Syukur Saud. Bermaksud menyelesaikan kasus kehilangan motor yang terjadi di kampus ungu belum lama ini (23/9), ia berjanji akan mengganti motor yang raib tersebut. Sayangnya, bukan dengan uang yang berasal dari fakultas ataupun kocek pribadinya, melainkan dari pungutan mahasiswa. Dosen Jurusan Bahasa Jerman ini bermaksud menfasilitasi mahasiswa dalam mengumpulkan dana yang akan digunakan untuk mengganti motor yang hilang. “Saya sedang merencanakan dan telah memberitahu Pak

dekan, motor yang hilang bisa diganti oleh pihak kampus dengan syarat mahasiswa mau membayar, apakah Rp10 ribu ataupun Rp20 ribu,” jelasnya. Ia melanjutkan, idenya ini adalah wacana yang akan segera didiskusikan oleh para petinggi FBS. “Semoga usulan tersebut sesegera mungkin bisa dibicarakan, apakah akan diterapkan atau bagaimana. Karena ini juga demi kepentingan mahasiswa,”ungkapnya. Usulan ini pun spontan mendapatkan kecaman dari mahasiswa FBS. Aan misalnya. Ia menganggap birokrasi tidak bertanggung jawab terhadap persoalan keamanan kampus. Tidak hanya itu, bukannya meningkatkan ke-

amanan agar kasus pencurian tidak terjadi lagi, sebaliknya ingin memberatkan melalui pungutan yang bukan menjadi tanggung jawab mahasiswa. "Kalau memang niat ingin mengganti, pakai uang sendiri atau uang dari fakultas saja, kok mahasiswa lagi yang ingin diberatkan," keluh mahasiswa angkatan 2011 ini. Senada, salah seorang mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Sinta menolak usulan tersebut. Ia menilai hal tersebut bukanlah solusi, melainkan hanya akan menimbulkan masalah baru. "Kalau begitu, kasus pencurian akan semakin marak terjadi, sampai kapan kita harus terus-terusan membayar untuk mengganti kendaraan yang hilang," bingungnya.(nir)

Apa ji Aktivis Lahirnya Rancangan undang-undang (RUU) MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3) tentang pemilihan kepala daerah secara tidak langsung dianggap menciderasi demokrasi. RUU ini juga sekaligus telah melukai hati rakyat Indonesia. Mudahnya RUU tersebut melalui setiap tahapan dituding karena sangat minimnya peran mahasiswa dalam mencegah hal itu.

Komentar miring terkait mahasiswa saat ini yang tak lagi memiliki jiwa aktivis pun terlontar. Mulai dari kekecewaan pejabat kampus hingga dosen dan pegawai. Salah satunya Direktur Program Pascasarjana, Jasruddin. Ia mempertanyakan sikap mahasiswa yang tak memberi andil terhadap penolakan tersebut. Padahal ini sudah jelas-jelas merampas hak warga negara.

"Mengapa tidak ada mahasiswa yang mengkritisi itu," sesalnya. Senada, Kepala Sub Bagian Kumtala, Arafah juga menyindir sikap mahasiswa saat ini. "Yang saya sayangkan kepada seluruh mahasiswa kenapa tidak demo memperjuangkan pemilu langsung. Padahal setengah mati dulu mahasiswa pertahankan waktu reformasi, nyawa taruhannya," bebernya. (mus)

Ralat: Pada tabloid Profesi edisi 183 Agustus 2014, memuat berita dengan judul Panitia Sembilan Gugat Presiden. Anggota panitia sembilan yang dimaksud dalam berita tersebut merupakan pengurus Maperwa Periode 2013-2014. Maaf atas kekeliruan tersebut. Streaming: radioprofesi.com

siswaan (PR I), Sofyan Salam juga menampik adanya pembayaran saat melakukan pengurusan ijazah. "Memang untuk biaya ijazah diambil dari SPP mahasiswa. Tidak ada pungutan sama sekali," bebernya. Berbeda dengan pengakuan salah satu alumni, sebut saja SP. Ia mengatakan, pengerusan ijazah maupun transkip nilai tak lepas dari pembayaran, baik tingkat fakultas ataupun universitas. “Pengursan ijazah harus membayar sebesar Rp150 ribu di fakultas, sedangkan transkrip saya harus membayar Rp20 ribu di BAAK,” tutur mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) ini. (nrl)

Sang "Khalifah" Patut Waswas Kasus dugaan korupsi alat olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaa (FIK) yang telah menyeret Kepala Biro Administrasi Umum dan Keuangan (BAUK), Syatir Mahmud kini bak bola liar. Siapa saja yang berada pada lingkaran pengadaan barang tersebut semakin berpotensi untuk menyusul Syatir sebagai tersangka baru. Pernyataan Humas Polda Sulselbar, Endi Sutendi bukan tak mungkin membuat pejabat kampus khususnya di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) merinding. "Berkas kasus tersebut sudah dilimpahkan ke Kejaksaan Tinggi, tunggu saja kelanjutannya. Kemungkinan akan ada tersangka baru," tegasnya. Bahkan temuan baru penggelembungan dana yang dulunya diduga Rp13 Miliar kini mencapai Rp22,4 Miliar berdasarkan temuan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Sulsel. Ditanyai tentang hal ini, Dekan FIK, Arifuddin enggan untuk berkomentar banyak. Ia mengaku tak mau berprasangka buruk. "Tunggu saja penyelidikannya," tuturnya. Meskipun saat ini ia berstatus saksi, namun dekan yang menjuluki dirinya meniru gaya kepemimpinan khalifah ini, juga berpotensi ditetapkan sebagai tersangka.

Hasil Korupsi Kok Juara

Siapa yang tidak tahu kasus korupsi proyek pengadaan alat laboratorium olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Makassar (UNM) yang menyeret nama pejabat UNM sebagai tersangka yang hingga kini belum tuntas. Ternyata di balik kasus tersebut ada hal yang menggelitik. Di acara pameran pendidikan, salah satu rangkaian acara hari lahir UNM yang berlangsung 19-21 Agustus 2014, justru memberikan apresiasi kepada alat laboratorium olahraga tersebut. Fadly Herman, Koordinator Corruption Watch Movement (CWM) menegaskan, alat tersebut berkaitan erat dengan kasus korupsi. “Sebaiknya tidak digunakan apalagi dipamerkan dalam event-event tertentu karena akan dijadikan barang bukti di per­ sidangan nanti,” ungkapnya. Akan tetapi menurut koordinator pemeran Oeslan menegaskan, pemberian penghargaan kapada alat tersebut tidak ada hubungannya dengan kasus korupsi yang sedang booming di kampus. “Ini tidak ada hubungannya dengan masalah korupsi,” tandas dosen Biologi tersebut. Alasan pemberiannya cukup singkat, penghargaan tersebut diberikan karena saat pameran berlangsung, alat olahraga itu banyak diminati pengunjung. “Banyak pengunjungnya jadi tidak ada yang salah dengan pemberian penghargaan tersebut,” tuturnya. (mus/sdr) Urai data, ungkap fakta, saji berita


16

Persona

www.profesi-unm.com

K

Profesi Edisi 184 Oktober Tahun XXXVIII 2014

Ditawari Masuk IPA, Ngotot Pilih Bahasa

ebanyakan orang menganggap belajar bahasa inggris adalah hal yang sulit, begitu juga yang dirasakan Baso Jabu. Pria sederhana, yang mencoba meniti karirnya dengan terjun dalam bahasa internasional ter­ sebut. Sulit awalnya, namun kata menyerah tidak meruntuhkan semangatnya. Se-waktu ia duduk di bangku SMP, ia pernah memperoleh nilai empat dari hasil final ­semester penyetaraannya kala itu. Lantaran tidak terima, kenaikan kelas tingkat selanjutnya (SMA) ia memilih ­jurusan ­Bahasa. Padahal waktu itu ia ditawari untuk masuk ke jurusan Ilmu Penge­tahuan Alam (IPA), namun guru besar­ Uni­versitas Negeri Makassar (UNM) ini bersikeras m ­ emilih

jurusan Bahasa. Berangkat dari situ, ­ ia pun memulai perjalanannya me­nga­rungi dunia bahasa, khususnya bahasa Inggris. Ayah dua anak ini mengaku tidak menyangka jika bahasa Inggris akan menjadi lahannya dalam mengarungi kehidupan. Padahal ia hanya mengikuti arus, namun tidak melewatkan kesempatan besar yang menghampirinya. Tengok saja, saat lulus dari bangku SMA, ia mendapat ke­ sempatan melanjutkan studinya di Institut Ke­guruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Ujungpandang.”Saya tidak tahu kalau itu pendidikan, tapi saya coba ambil saja kesempatan yang ada,” ungkapnya saat itu. Tidak cukup sampai di situ, bapak ke­ lahiran 13 Mei 1964 ini juga memulai karirnya sebgai dosen IKIP juga karena kesempatan kedua yang menghampirinya. Berselang beberapa tahun, dosen home desk S3 ini dulunya juga pernah mendaptakan studi khusus ke Amerika Serikat, akan tetapi ia tidak mengambil kesempatan itu karena faktor keluarga yang tidak bisa ditinggal jauh. Kendati demikian, kesempatan lain justru datang padanya. Setelah ia menyelesaikan studi S2-nya di Universitas Hasanuddin tahun 1995, ia kembali dihampiri dewi fortuna. Waktu itu ia berkesempatan mengikuti Short Training on Language Testing at RELC Singapore tahun 1996 silam. “Saya pernah memperoleh pen-

didikan khusus di singapura di language tasting, jadi saya lanjutkan s3 dengan fokus itu,” terangnya. Terlepas dari itu, jam kerja yang ia himpuni saat ini terbilang cukup padat, terlebih menjadi dosen kelas jauh di Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Pare-pare, juga sebagai kepala Unit PelakasanaTeknis (UPT) Pusat Bahasa. Selain itu, catatan pengalaman kerjanya juga berbaris rapi di Curriculum Vitae (CV)nya. Ia pernah menjadi Ketua Program Studi (Kaprodi) Bahasa Inggris FSB UNM 20032007, Sekretaris dan Bendehara CLS UNM 2001-2003, Koordinator Fasilitator RSBI SMAN 15 Makassar, Fasilitator SMA Islam Athirah dan SMAN Pinrang 2008-2010, Konsultan Mid-term Evaluation Proyek DBE USAID di Indonesia, The Mitchell Group Washington DC USA 2008, Konsultan Evaluation of Teacher Training and Education in Indonesia USAID, JBS International di Maryland USA tahun 2008, Tim Pengembang UNM tahun 20072011, Direktur Eksekutif I-MHERE UNM bantch IV B1 tahun 2009 hingga sekarang, dan lain sebagainya. Di sepanjang hidup­ nya, anak dari

pasangan Jabu Bela dan Rannu Baji ini juga menulis­14 ­artikel aka­demik, meng­hasilkan 4 buku karya ­ilmiah, 14 makalah, melakukan 10 kali ­penelitian, 14 kali pe­ngabdian masyarakat, dan menghadiri 28 pertemuan ilmiah. Tak ayal dosen Language Testing ini, didaulat sebagai DosenTeladan I FBS UNM tahun 1997silam. Di sela-sela jadwal padatnya, ia juga masih menyempatkan diri bersepeda d­ i hari Minggu, menikmati weekend sen­dirian. Bahkan jika mendapat tugas ke luar daerah, ia lebih memilih jika mengendarai sendiri mobilnya, apalagi dengan lintasan yang menantang. “Iya, saya suka kalau sesuatu yang menantang, maklum kampung saya jalannya juga terjal,” terang mantan dosen Universitas Muslim Indonesia (UMI) ini.(dnf) Data Diri Nama : Prof. Dr. Baso Jabu, M.Hum TTL : Padangtangaraya, Pangkep, 13 Mei 1964 Jabatan - Asesor Sertifikasi Guru, 2007-sekarang - Asesor Sertifikasi Dosen, 2009-sekarang - Direktur Eksekutif I-MHERE UNM Batch IV B1, 2009- sekarang - Kepala Pusat Bahasa UNM, 2008-sekarang Riwayat Pendidikan - S-1 (Drs) Pend. Bahasa Inggris, IKIP Ujung Pandang, 1987 - S-2 (M.Hum) Bahasa Inggris, Unhas Ujung Pandang, 1995 - S-3 (Dr) Linguistik (Bahasa Inggris) Unhas Makassar, 2007 Penghargaan - DosenTeladan I FBS UNM 1997 - Tanda Kehormatan Satya lencana Karya Satya 10 tahun, 2007 - Tanda Kehormatan Satya lencana Karya Satya 20 tahun, 2011

FOTO: Febriawan-PROFESI

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Streaming: radioprofesi.com


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.