Radar Banyuwangi | 16 Agustus 2013

Page 5

37

OPINI

Jumat 16 Agustus 2013

Media Pemerintah yang Usang

LAKA LANTAS

RADAR JEMBER/JPNN

PENYOK: Kondisi mobil Panther setelah ditabrak Husnianto.

Mabuk, Tabrak Panther JEMBER – Gara gara ambuk saat mengendarai motor, Husnianto, 33, warga Dusun Krajan RT 002/ RW 003 Desa/ Kecamatan Silo, Jember, harus dilarikan ke IGD RSD dr Soebandi Jember. Korban yang mengendarai sepeda motor Honda Kharisma P 5212 RW menabrak mobil Panther P 1781 NL yang dikemudikan Solehan, 31, warga Dusun Jatirejo Desa Cangkring, Jenggawah di jalan yang menikung di depan Toko milik Luluk warga Dusun Wetan Gunung Desa Wonojati, Jenggawah sekitar pukul 16.30 kemarin. Menurut sumber di TKP, saat itu korban Husniantomengendarai sepedanya dengan kecepatan tinggi dari arah barat. Sampai di jalan yang menikung laju kendaraan korban tidak bisa dikendalikan. Bahkan mobil Panther yang berjalan berlawanan dari arah timur sempat mengurangi kecepatan karena motor korban oleng ke kanan hingga keluar marka jalan. Kerasnya benturan membuat kedua kendaraan rusak berat. Untungnya kecelakaan itu langsung diketahui warga sekitar. Mereka memberikan pertolongan dengan membawa Husnianto ke rumah warga. Karena mengalami luka patah kaki kanannya, Husnianto dilarikan ke PKM Jenggawah dan selanjutnya dirujuk ke IGD RSD Soebandi Jember. Menurut informasi, korban ini baru pulang dari pantai Watu Ulo bersama teman-temannya. ”Korban berangkat dulu. Pulang sendirian,” kata,” Salim, teman korban. Korban sendiri diketahui mabuk setelah ditolong warga, dari mulut Husnianto tercium bau alkohol. (jum/hdi/jpnn)

PENIPUAN

AKHIRAKHIR ini pemerintah pusat dan daerah berlomba-lomba memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk menunjukkan kinerjanya, termasuk mengoptimalkan berbagai media terkini. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi mempermudah setiap aktivitas masyarakat, tak terkecuali pemerintah. Jika dahulu radio menjadi media primadona, berbeda halnya dengan saat ini. Meskipun tak jarang beberapa kantor pemerintahan juga memiliki radio tersendiri, nyatanya media alternatif lain kian banyak digunakan. Website, Facebook, dan twitter, adalah segelintir contoh social media (media sosial) yang kini digemari beberapa instansi pemerintah dalam upaya mendekatkan diri kepada masyarakat. Media-media tersebut dipilih, bukan hanya karena fungsinya yang beraneka ragam, seperti menulis komentar, upload foto, mengirim gambar, dan sebagainya. Akan tetapi, lebih kepada tren yang saat ini digemari masyarakat. Seperti kita tahu, masyarakat abad 21 sudah bisa dikatakan sebagai masyarakat melek media. Dikatakan demikian, karena masyarakat tidak hanya melihat tontonan yang diberikan media, tapi mampu pula mengkritisi content yang tidak sesuai. Momentum itu dimanfaatkan pemerintah sebagai ajang menciptakan tata pemerintahan yang baik (good governance) sekaligus demokratis. Di satu sisi, keberadaan media-media tersebut memang

sangat menguntungkan. Namun, jika pemerintah tidak hati-hati, bukan tidak mungkin media-media tersebut justru memberikan dampak negatif bagi yang menggunakan. Jika kita melihat fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono juga memiliki akun twitter dan Facebook fan page yang menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Entah ingin eksis atau memang benar-benar dibutuhkan, nyatanya fenomena “pemerintah dalam media sosial” kian banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Memang, hal itu sah-sah saja mengingat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) tidak bisa dimungkiri. Namun, yang menjadi pertanyaan, optimalkah media yang digunakan pemerintah itu? Hal itu jelas memerlukan kajian yang lebih jauh dan lebih dalam. Jika kita melihat, masih banyak website pemerintah yang usang karena jarang atau bahkan tidak pernah di-update. Itu tentu semakin memperburuk citra pemerintah. Lalu, untuk apakah mediamedia tersebut dibuat jika pemanfaatannya hanya maksimal di awal pembuatannya? Tentu, kita sebagai warga negara yang baik sudah seharusnya berperan aktif sebagai citizen journalism. Dalam artian, warga negara yang ikut ambil bagian dalam kegiatan jurnalistik. Memberikan saran dan kritik membangun terhadap pemerintah melalui media-media sosial yang ada, juga bisa dikategorikan dalam bentuk citizen journalism. Kita sebagai

O l e h

MUTIARA APRILIA * masyarakat Indonesia, tentu menginginkan keterbukaan informasi yang berkualitas. Bukan hanya informasi terkait kegiatan pemerintah semata, tapi juga transparansi anggaran yang digunakan pemerintah. Jika hal demikian dilakukan, paling tidak bisa meminimalkan kecurigaan masyarakat terhadap pemerintah. Fungsi humas (hubungan masyarakat) dalam lembaga pemerintahan hendaknya juga menjadi kekuatan penting yang tidak boleh diabaikan. Humas memiliki fungsi menjadi mediator antara instansi dengan publik. Peran dan tanggung jawab yang diemban staf humas pun tidak sembarangan. Sedikit saja salah bicara, reputasi perusahaan dan instansi menjadi taruhannya. Oleh karena itu, diperlukan pemanfaatan media pemerintah secara optimal melalui fungsi hubungan masyarakat. Media pemerintah sudah selayaknya menjadi media informasi bagi masyarakat. Jangan sampai keberadaannya justru tak diketahui masyarakat. Sosialisasi berkelanjutan kepada masyarakat agar terus memberikan feedback (umpan balik) terhadap keberadaan media pemerintah sebagai sarana membangun relasi dengan publik juga harus terus dilakukan. Sosialisasi itu juga tak perlu melulu dilakukan secara formal, cukup mengoptimalkan media yang ada dengan menyertakan kolom komentar

dan saran, lalu dilanjutkan dengan menindaklanjuti opini masyarakat yang masuk. Itu hal yang perlu menjadi perhatian serius. Jika bukan pemerintah, kepada siapa lagi masyarakat akan berharap. Pemerintah yang mengusung misi menyejahterakan masyarakat, tentu juga harus jeli melihat permasalahan tersebut. Karena sejatinya, menyejahterakan masyarakat tak boleh setengah-setengah. Keterbukaan informasi di zaman serba canggih seperti saat ini harus menjadi salah satu pelayanan yang diberikan instansi pemerintah. Dengan tetap mengedepankan prinsip take and give (menerima dan memberi), diharapkan media pemerintah yang ada bukan hanya bermanfaat bagi publik eksternal, tapi pula publik internal di dalam instansi itu. Pembuatan house of journal, internal magazine, dan media sosial yang khusus para karyawan untuk saling bertukar informasi adalah segelintir contoh bahwa pemerintah juga perlu mengoptimalkan media yang dimiliki dengan melibatkan publik internal secara konsisten. Hal itu beralasan karena lewat media-media tersebut, para staf mampu mengetahui secara detail kinerja apa yang telah mereka hasilkan. Melalui inovasi secara periodik tehadap media yang ada, juga dapat menghindarkan publik dari kejenuhan. Desain website yang terlalu kaku dan lama ketika diakses membuat publik menjadi tidak tertarik mengetahui isinya. Demikian pula dengan

media internal pemerintah, jika hanya diproduksi sebagai bentuk “pemanis” semata tanpa ada evaluasi untuk apa sebenarnya media tersebut diciptakan, saya kira media tersebut tak ubahnya seperti hiasan dinding yang jarang orang melihatnya. Menilik beberapa perusahaan sukses, seperti Whole Foods Market, Adidas, Fortune, dan lain-lain, juga tak luput dari komitmen perusahaan tersebut memberikan pelayanan terbaik kepada publik mereka melalui pemanfaatan media yang optimal. Melalui website, YouTube, Facebook, dan media lain, mereka berinteraksi dan mengakomodasi kebutuhan masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan yang harus diprioritaskan. Memang perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahaan profit yang roda perekonomiannya sangat ditentukan keinginan masyarakat menggunakan produk mereka dihasilkan. Namun, hal tersebut tak selayaknya dijadikan alasan oleh pemerintah untuk tidak memberikan pelayanan seperti yang diberikan perusahaan yang berorientasi profit tersebut. Belum terlambat untuk terus melakukan perbaikan di segala aspek. Terlebih lagi, aspek yang sangat diperlukan masyarakat modern, yakni keterbukaan informasi. Semoga tulisan ini menginspirasi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan Situbondo. *) Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Brawijaya Malang, asal Situbondo.

Ulat dan Nabi Sulaiman

JUMAI/RADAR JEMBER/JPNN

DIPENJARA: Tersangka Amsori dikeler ke Mapolsek Sukowono untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Pengganda Uang Dibekuk JEMBER - Menipu banyak orang dengan modus menggandakan uang, Amsori, 52, warga Dusun Sumberpiring Desa Sukosari, Sukowono, Jember, harus berurusan dengan hukum. Tersangka ini diduga melakukan penipuan terhadap beberapa korbannya. Yang menarik, pada petugas Polsek Sukowono berhasil menangkapnya, Amsori memiliki beberapa anak buah yang menjadi combe atau perantara, agar korban tertarik untuk mengikuti perintahnya. Dari hasil penyidikan, rata-rata para korban adalah yang merasa kesusahan soal keuangan. Para korban didekati oleh perantara yang meyakinkan jika Amsori bisa menggandakan uang. Salah satu korbannya yakni Halik, 53, warga Dusun Blok Krajan Desa Padek Kecamatan Besuki, Situbondo. Korban ini harus kehilangan jutaan rupiah karena tertipu dengan modus penggandaan uang oleh Amsori. Korban yang menjadi ketua arisan di daerahanya ini, rupanya ingin memutar uang yang sudah terkumpul agar menjadi lebih banyak. Kebetulan, ada combe Amsori yang datang ke rumahnya. Korban semakin yakin karena dengan perantara ini masih ada hubungan famili. Tanpa ada rasa curiga, korban langsung menyerahkan uang dengan nilai total sekitar Rp 50 juta. Korban berharap uangnya bisa berlipat ganda dengan dilakukan cara ritual gaib. Apalagi saat peragaan di rumah korban, uang yang awalnya sedikit bisa menjadi banyak. “Katanya dia bisa melipatgandakan uang dari Rp 50 juta menjadi Rp 500 juta,” kata korban kepada polisi. Uang pun diserahkan ke Amsori. Kata tersangka, sebagian digunakan untuk keperluaan ritualnya. Tetapi, korban mulai sadar sebelum proses ritual ini berlangsung. Inilah yang membuat korban merasa curiga. Dia pun nagih pada tersangka untuk segera mengembalikan uang Rp 50 juta yang sudah diserahkan. Namun, pelaku selalu berkelit. Karena tidak sabar akhirnya korban pun melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian. Tersangka pun langsung ditangkap anggota Reskrim Polsek Sukowono pada Rabu (14/8) sekitar pukul 23.00 WIB di rumahnya. Yang menarik, dari data kepolisian menunjukkan jika Amsori ini ternyata pernah masuk penjara dengan kasus yang sama. ”Untung ada korban yang segera melaporkan kejadian itu. Karena terbongkarnya kasus ini setelah ada laporan masuk,” kata Kapolsek Sukowono AKP Zaenuri, melaui Kanitreskrim Aiptu Agus Senja. Rupanya, korban ini sudah berkali-kali datang ke rumah tersangka Amsori agar uang yang sudah terlanjur disetorkan segera dikembalikan. Karena tidak menepati janjinya, maka korban melaporkan kasus ini ke polisi. Ternyata korban penggandaan uang oleh Amsari ini bukan hanya satu orang saja. Ada juga Rudi, warga Banyuwangi yang mengalami kerugian sampai Rp 14 juta. Bahkan, karena tidak bisa membayar dengan uang tunai, maka Amsori membayar dengan tiga set kursi yang ada di rumahnya. (jum/ram/hdi/jpnn)

PADA suatu hari datang seekor ulat kepada Nabi Sulaiman sambil mengeluh dan berkata, “Wahai Nabi Sulaiman apakah ada cara dan jalan bagi diri ini untuk berubah bentuk?”. “Ada apa wahai ulat, kok secara tiba-tiba engkau ingin berubah bentuk? “Malang nian nasibku ini Wahai Nabi. Ketika aku datang ke halaman orang, mereka segera membersihkan dan menyapu. Ketika aku datang pada anak kecil, mereka menangis karena ketakutan. Ketika aku ada di tanaman dan buah-buahan, tanpa rasa kasihan para petani menyemprotku. Sungguh aku tidak tahan Wahai Nabi. Berikanlah aku jalan.” Dengan bijaksana Nabi Sulaiman menjawab, “Ada wahai ulat, namun cara itu sangatlah sulit. Engkau harus berpuasa selama empat puluh satu hari. Jika engkau bisa melakukan itu, maka bentukmu akan berubah menjadi kupu-kupu yang indah.” “Akan aku lakukan Wahai Nabi Sulaiman.” Seperti diketahui, Nabi Sulaiman adalah utusan Allah dengan anugerah bisa berkomunikasi dengan hewan dan binatang. Ulat menjadi kepompong lalu berubah menjadi kupukupu adalah kejadian ilmiah

yang seharusnya secara cerdas bisa kita tangkap betapa besar karunia Allah dengan mewajibkan makhluknya berpuasa. Kalau ulat berpuasa hanya ingin berubah secara fisik menjadi kepompong lalu menjadi kupu-kupu, maka manusia dengan berpuasa akan berubah sifat, perangai, tabiat, dan kebiasaannya. Itu masih belum dalam sudut pandang medis dan ilmu kesehatan. Manusia diberikan pilihan oleh Allah, apakah tetap akan menjadi ulat, ataukah lebih suka menjadi kepompong, ataukah bahkan ingin menjadi kupu-kupu yang indah; yang setiap insan mengagumi keindahannya, merindukan, dan mengharapkan kehadirannya. Bahkan, saking bermanfaatnya, kupu-kupu sampai dimitoskan; jika ada kupu-kupu, maka akan ada tamu penting; jika ada kupu-kupu, maka akan ada rezeki. Sebelum berpuasa mempunyai perangai pemarah, maka dengan melakukan puasa Ramadan, kita bisa bersabar atas apa yang terjadi terhadap diri ini. jika sebelum berpuasa mempunyai sifat kikir, maka akan jadi dermawan karena ternyata merasakan lapar dan haus sangatlah tidak mengenakkan. Hati angkuh seperti batu akan mencair dingin laksana salju karena berkah dan

O l e h

GHOZI ZAINUDDIN * siraman rohani puasa. Sifat rakus dan tamak akan berubah menjadi kesederhanaan karena ternyata harta tidak akan terbawa ke alam sana. Betapa kita bisa belajar dan mengambil manfaat dari kisah dan dialog Nabi Sulaiman dan seekor ulat. Kita bisa mengambil manfaat dan pelajaran berharga bahwa seekor ulat saja bersedia dan mampu berpuasa demi mengubah nasibnya. Kita sebagai manusia yang dikaruniai pikiran malah enggan berpuasa. Apakah kita memutuskan akan tetap menjadi ulat yang keberadaannya selalu jadi benalu, menjadi penyakit, dan sampah di masyarakat. Abaikan saja perintah dan kewajiban puasa, kita berhak makan dan minum sepuasnya di siang hari. Kita bebas melakukan apa saja sesuai kesenangan semu. Meskipun demikian, sebenarnya sangat banyak dari kita yang berpuasa di bulan Ramadan tapi tetap menjadi ulat, karena kita hanya berpuasa sebatas menahan lapar dan haus. Tidak kita sadari kita telah menjerumuskan diri ini. kita telah membawa jiwa ini ke ruang kosong tak bermakna yang

pada akhirnya, baik di mata Allah maupun di mata sosial, kita akan semakin jatuh dan tidak dihargai sebagaimana layaknya ulat yang keberadaannya tidak diharapkan manusia. Proses ulat menjadi kepompong dicapai setelah ulat berpuasa selama dua puluh satu hari, maka jangan heran sering kali kita melihat ulat bergelantungan sebagai bukti bahwa secara fisik ulat sudah mulai kelelahan, tapi dengan niat dan kesungguhan yang kuat untuk berubah menjadi kupukupu, ia tetap meneruskan berpuasa. Kita juga mengalami hal yang sama, puasa pertama sampai hari ke sepuluh Ramadan sangatlah antusias, bersemangat, dan itu bisa dilihat dari banyaknya masjid yang terisi jamaah yang melaksanakan salat Isak dan salat tarawih, pengajian, dan tadarus. Memasuki lima belas hari menjelang Ramadan godaan sudah mulai datang menggelitik. Ada yang sibuk memikirkan kue, ada pula yang memikirkan baju Lebaran. Juga banyak yang sibuk menonton tayangan televisi dan akhirnya malas melakukan ibadah-ibadah sunah. Jika itu tidak bisa kita lewati, maka cukuplah puas menjadi kepompong-kepompong bergelantungan yang nasib

dan keberadaannya tergantung arah angin. Ia bisa bergerak ke kiri, bisa juga ke kanan, tanpa patokan dan prinsip yang jelas. Semoga kita bisa menjadi kupu-kupu yang indah, baik dalam hubungan dengan Allah sang pencipta maupun hubungan sosial dengan masyarakat sekitar. Itu bisa kita capai dengan kesungguhan menjalankan puasa Ramadan; bukan hanya dalam persoalan menahan lapar dan haus. Semua hal-hal negatif yang ada pada diri ini harus berubah menjadi energi positif yang akan berpengaruh terhadap otak yang selanjutnya teraplikasi dalam sikap sehari-hari. Ramadan sudah berlalu. Apakah kita tetap menjadi ulat, kepompong, ataukah sudah menjadi kupu-kupu? Semoga kita tidak menjadi kupu-kupu hanya beberapa hari setelah puasa Ramadan, tapi menjadi kupu-kupu selamanya. Sebab, secara prinsip, apakah puasa kita diterima Allah ataukah tidak, akan terlihat setelah bulan Ramadan. Bukan dalam hitungan hari atau bulan, tapi selamanya sampai kita dipertemukan oleh Allah pada Ramadan selanjutnya, dan begitu seterusnya. *) Pengurus takmir masjid Ponpes Salafiyah Sukorejo.

Ekspresikan Dirimu! BAGAIMANAPUN, mengekspresikan diri merupakan bagian dari kebutuhan hidup manusia. Ekspresi merupakan bagian dari ungkapan isi hati seseorang. Seperti yang kita tahu, berbagai perasaan seseorang dapat kita lihat dari ekspresi atau raut wajah mereka. Kita dapat melihat seseorang sedih, bahagia, galau, dan sebagainya, dari ekspresi wajah dan tingkah lakunya. Seseorang dapat mengekspresikan diri sebebas-bebasnya dengan berbagai cara, seperti berfoto, membuat video, menulis, dan banyak lagi contoh atau sarana manusia mengekspresikan diri. Dengan berekspresi, kita dapat menuangkan segala hal yang ada di dalam hati kita; segala hal yang mungkin tak dapat disampaikan dengan kata-kata. Bagaimana orang mengartikan ekspresi? Bagaimana Anda (pembaca) mengartikannya? Saya mengartikannya sebagai sebuah ungkapan hati yang mungkin orang lain tak tahu apa yang ingin kita sampaikan

dan orang tersebut mengartikannya sebagai sesuatu yang tidak seperti kita maksud. Ungkapan hati yang mungkin sebagian dari kita lakukan sebagai pelampiasan dari sesuatu hal yang tidak kita inginkan, atau mungkin yang kita harapkan. Kita tak mungkin dapat menyembunyikan (sesuatu yang ingin kita sembunyikan). Sebab, ekspresi wajah kita akan membuat orang lain mengetahuinya. Sebagian orang mengartikan hal itu sebagai permainan wajah. Benar memang. Para aktor dan aktris apabila tidak dapat berakting dengan raut wajah, bagaimana mungkin mereka akan bisa mempermainkan peran yang akan mereka lakoni? Lalu, bagaimana dengan seorang yang bukan aktor maupun aktris dan mereka dapat bermain dengan wajah mereka untuk menjadi seseorang yang lain? Di muka menjadi si A dan di belakang menjadi si B. (Berpura-pura/ bermuka dua) apakah mereka dapat kita artikan sebagai aktor dan aktris? Dapat memainkan

O l e h

CAHYANTI WULAN SUCI * berbagai karakter dalam situasi yang berbeda-beda. Berwajah baik; manis yang menyembunyikan keburukan di balik kepolosan, dan juga dapat memainkan karakter buruk. Seorang yang bijaksana tidak akan membohongi dirinya sendiri dengan menjadi seorang yang lain. Menjadi diri sendiri menjadi lebih baik daripada berpura-pura atau meniru gaya seseorang agar menjadi sama atau mirip dengan seseorang tersebut. Apakah mungkin itu jawaban yang tepat untuk pertanyaan di atas? Entahlah, jawaban tersebut ada pada diri kita masingmasing. Bagaimana dengan para pejabat dan para petinggi negeri kita? Bersembunyi di balik wajah mereka sendiri; mengagung-agungkan dan mendengung-dengungkan janji-janji yang ternyata mereka sendiri

tidak dapat menepati janjijanji manisnya itu. Ekspresi yang sesungguhnya adalah ungkapan atau suatu perasaan yang timbul atau muncul dari hati seseorang tanpa ada kebohongan dan bersifat tulus. Mengeksploitasi ekspresi dan menuangkannya ke dalam sebuah gagasan atau ide akan menciptakan sebuah karya yang besar yang akan membuat hati seseorang yang menuangkannya merasa bebas tanpa batas. Mengeksploitasi ekspresi dapat kita lakukan dengan berbagai cara. Misalnya, ketika ada suatu even dan kita merupakan tipikal anak yang suka jeprat-jepret segala hal, kegiatan tersebut dapat menjadi suatu bahan yang bagus untuk menjadi objek pemotretan. Dengan ekspresi yang apa adanya, semua itu akan menjadi lebih natural dan lebih bagus. Video juga dapat kita manfaatkan untuk mengekspresikan diri kita. Misalnya, kita sedang bahagia, kemudian kita mengambil handy cam

dan membuat sebuah video lipsinc. Seperti yang dilakukan Duo Racun. Kita juga dapat mengekspresikan diri melalui tulisan. Apabila kita sedang sedih diputus pacar, misalnya, kita dapat menuliskan perasaan kita di kertas putih dan membuat sebuah karya yang hebat, seperti sebuah puisi, cerpen, lagu, dan lainlain. Sebab, setiap karya yang di dalamnya terdapat sebuah perasaan yang mengikutinya atau bisa dibilang karya tersebut berasal dari hati, maka karya tersebut akan lebih indah dan mengagumkan. Jadi, buat sobat-sobatku ayo sama-sama kita ekspresikan jiwa dan isi hati kita. Mari kita buat karya-karya baru yang mencengangkan. Dengan menuangkan isi hati, kita akan lebih bisa mengekspresikan segalanya dengan bebas. Jangan hanya kita pendam, karena itu akan menimbulkan penyakit hati. Ekspresikan dirimu! *) Pelajar kelas XII IPA SMAN 1 Purwoharjo.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.