Dirasah 8

Page 1

IRASAH D MEDP Newsletter Desember 2009

MENYOSONG PROGRAM MEDP 2010 DIRASAH D IRASAH

1


DA F T A R I S I

DIRASAH MEDP Newsletter

Alamat: Lantai 8 Blok C 808 Gedung Departemen Agama Jl. Lapangan Banteng Barat no. 3-4 Jakarta Dewan Redaksi: Bahrul Hayat, PhD, Dr. Mohammad Ali, Dr. Affandi Mochtar Pemimpin Umum: Drs. H. Firdaus, M.Pd Pemimpin Redaksi: Dr. Rohmat Mulyana, M.Pd Wakil Pemred: Aceng Abdul Aziz, M.Pd Staf Redaksi: Abdul Rouf, Bekti Indramaji, Ety Herawati, Fifi Mutia, Nina Hasanah, Muhibuddin Konsultan Produksi: PT. Madah Arbata Design: Ahmad Gabriel Website: medp.depag.go.id

4 SALAM REDAKSI 3

Menjelang 2010

LAPORAN UTAMA 4 7

Menyongsong Tahun 2010 Program MEDP 2009 Berjalan Sukses 9 Berhasil Berkat Kerja Bersama 11 Mensyukuri Dana Blockgrant 13 SKB 3 Menteri Tarik Bantuan Dana Daerah PENGALAMAN 14 Dasirin: Penerimaan Gagasan Sangat Alot PROFIL 16 MI YATPI Latak Grobogan, Tercitrakan Sebagai SD Plus 18 MA Abu Dharin Bojonegoro, Meramu Modernitas dengan Tradisi

11

2

Desember 2009

7

20 Madrasah YSPIS Gandrirojo, Di Desa Berwawasan Kota PROGRAM 22 MEDP Helat Pelatihan Peningkatan Kapasitas 25 Menag: Kualitas Madrasah Terus Ditingkatkan 26 Guru Madrasah Dapat Dana Hibah APBD 27 Dana BOS Depag Disalurkan SUKSES 28 Pondok Pesantren Langitan, Kampus Bebas Rokok 31 Penarik Becak Terobsesi Bangun Madrasah PERSPEKTIF 32 Keberhasilan Pendidikan Islam 34 Tonggak Peradaban

18

28


SAL AM RE DAKSI

Menjelang 2010

P

embaca, tak terasa kita segera akan memasuki tahun 2010. Kesibukan-kesibukan menyelesaikan berbagai kegiatan MEDP tahun 2009 tentu tak boleh membuat kita lupa untuk bersiap memasuki tahun 2010. Kita tahu, program kegiatan MEDP pada 2010 menjadi sangat penting mengingat hanya dalam waktu dua tahun berikutnya program MEDP ini akan segera berakhir. Semua program yang dirancang harus diperhitungkan dengan matang agar pada tahun 2012 semua program MEDP bisa kita selesaikan dengan baik. Untuk itu, kita perlu mengaca pada program-program dan usahausaha yang telah kita lakukan selama 2009. Bagi kami, tahun 2009 merupakan tahun yang sangat berarti. Pada tahun ini blockgrant telah disetujui dan dikucurkan. Kegiatan-kegiatan mulai dari penguatan infrastruktur, sejumlah pelatihan, dilanjutkan dengan pendidikan guru, sertifikasi guru, dan lainnya, juga telah kita laksanakan dengan baik. Tentu kami tak boleh menutup mata dari keluhan terlambatnya pelaksanaan beberapa program MEDP di tahun 2009.

Namun sebagian besar program 2009 terbukti selesai dilaksanakan. Semua infrastruktur MEDP hingga tingkat bawah sudah selesai sejak lama. Hal paling penting lainnya adalah tersusunnya Madrasah Development Plan (MDP, Rencana Pengembangan Madrasah) oleh 500 madrasah peserta MEDP. Inilah yang akan menjadi dasar bagi kami untuk menilai keseriusan para pengelola madrasah dan fasilitatornya dalam menyambut MEDP. Semua pelatihan untuk fasilitator dan DCU juga sudah sukses dilakukan. CPMU beberapa kali melakukan pelatihan untuk memberikan pembekalan kepada mereka dalam mengawal program MEDP. Dengan pandangan demikian, kita yakin pada tahun 2010 kita dapat bekerja lebih baik untuk menindaklanjuti blockgrant yang telah mulai dikucurkan. Kami pun telah menyiapkan sejumlah program yang segera diajukan ke Asia Development Bank (ADB) dan Departemen Keuangan, untuk kita laksanakan bersama pada tahun 2010. Semoga sukses selalu. „ Dr Rohmat Mulyana, M.Pd. Manajer Proyek MEDP

DIRASAH

3


LA P O RA N UT A M A

google.com

Menyongsong Tahun 2010 Pada tahun ahun 2010 dipastikan akan banyak program yang akan dilakukan untuk menindaklanjuti dana blockgrant yang telah dikucurkan.

T

ahun baru datang, berbagai program pun dicanangkan. Begitu juga dalam proyek MEDP. Program yang akan berakhir pada 2012 ini menjadikan tahun 2010 sebagai tahun pengembangan atas program yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya, seperti pengadaan barang untuk madrasah, pembangunan sarana prasarana, pengembangan kualitas guru, manajemen dan lainnya. Tahun 2009 yang akan segera berlalu merupakan tahun sangat berarti dalam perjalanan MEDP. Pada tahun ini blockgrant telah di4

Desember 2009

setujui dan dikucurkan. Maka pada tahun 2010 dipastikan akan banyak program lain yang akan dilakukan untuk menindaklanjuti pengucuran blockgrant tersebut. CPMU sebagai penanggung jawab tingkat pusat program MEDP kini telah menyiapkan sejumlah program yang akan diajukan kepada Asia Development Bank (ADB) dan Departemen Keuangan. Program pada 2010 menjadi penting mengingat hanya dalam waktu dua tahun program MEDP akan segera berakhir. Sehingga semua harus diperhitungkan dengan matang


L AP O RAN UTAMA agar pada 2012 semua program MEDP bisa terselesaikan dengan baik. Sebagaimana kita ketahui, MEDP adalah sebuah program inisiasi yang bersifat inovatif dan prioritas bagi madrasah terpilih. Program ini lebih diarahkan untuk merangsang madrasah agar dapat mengembangan diri dengan berbasiskan perencanaan yang dibuat sendiri secara rasional, terurai secara jelas, dan disusun secara sistimatis berdasarkan data yang relevan, aktual dan valid. Tujuannya, agar madrasah tersebut mampu mengembangkan diri, terutama dalam menghasilkan siswa bermutu yang diakui setara dengan lulusan sekolah lain, baik tingkat regional, nasional, maupun global. Ketua Unit Pengelolaan Proyek di tingkat Pusat (CPMU) MEDP, Rohmat Mulyana menuturkan, madrasah sasaran yang berjumlah 500 — terdiri atas MI 206, MTs

236, dan MA 58 dengan perbandingan madrasah swasta-negeri 9:1 — diwajibkan menyusun rencana pengembangan madrasah yang memuat berbagai program prioritas untuk diusulkan kepada pemerintah melalui MEDP dan sumber-sumber pendanaan lain, seperti pemerintah daerah (APBD), donasi, dan peran serta masayarakat. Sementara itu, menurut advisor senior MEDP Wahidin, secara garis besar program yang akan dicanangkan pada 2010 terbagi atas dua hal. Pertama adalah program yang berorientasi pengembangan atas program yang telah dilaksanakan pada 2009. Sedangkan program kedua adalah program yang memang baru akan dilaksanakan pada 2010. Untuk program pendalaman, Wahidin mencontohkan pelatihan untuk pendalaman materi para guru. Selain itu pelatihan untuk ketua yayasan dan yang lainnya. google.com

DIRASAH

5


LA P O RA N UT A M A

Dengan hanya pelatihan sekali, kadang para guru belum menangkap materi dengan baik, sehingga memelukan pendalaman secara terus menerus. “Kita akan selalu meningkatkan materi pelatihan agar kualitas penyelenggara pendidikan bisa lebih bagus,” jelas Wahidin. Selain berbagai program untuk mengembangkan kualitas guru dan manajeman, juga ada program kelanjutan pembangunan sarana fisik. Pembangunan sarana fisik ini tentunya akan cukup mewarnai MEDP pada 2010. Dana yang telah digulirkan pada 2009 yang sebagian besar untuk pembangunan dan pengadaan fisik. “Dalam MEDP ini memang ada empat program besar, salah satunya adalah pengadaan fisik. Dan program fisik inilah yang menyedot dana lebih dari 50% dari blockgrant,” jelas Wahidin. Sedangkan untuk program yang 6

Desember 2009

depag.go.id

baru, Wahidin mencontohkan studi banding kepala madrasah ke luar negeri. Semua program yang diajukan CPMU untuk program MEDP ini tentunya mengacu pada perbaikan kualitas semua aspek. Mulai dari guru, pengurus madrasah dan pengurus yayasan. Sebagaimana diketahu‫ﻩ‬, madrasah di Indonesia lebih dari 92% adalah milik swasta. Sehingga pengurus yayasan juga perlu mendapatkan pelatihan tentang pengelolaan yayasan pendidikan. Selain kedua program di atas, tentunya ada program lain yang akan dilakukan yaitu yang berkaitan dengan rutinitas program. Misalnya rapat-rapat program dan konsolidasi dengan semua kalangan. Juga ada program beasiswa yang memang rutin diberikan. Nampaknya 2010 menuntut semua pihak bekerja keras dan bekerja cerdas untuk menyukseskan kelanjutan program MEDP. (*at)


L AP O RAN UTAMA

Program MEDP 2009 Berjalan Sukses

C

PMU sebagai pengelola MEDP telah menyelesaikan semua program yang dicanangkan pada 2009. Mulai dari penguatan infrastruktur, sejumlah pelatihan, dilanjutkan dengan pendidikan guru, sertifikasi guru, dan lainnya. Advisor senior MEDP Wahidin mengakui, pihak tak menutup telinga dari keluhan keterlambatan dalam pelaksanaan berbagai program MEDP di tahun 2009. Namun terbukti semua program yang telah dicanangkan pada 2009 selesai dilaksanakan. Semua infrastruktur untuk mengelola program MEDP hingga tingkat bawah sudah selesai sejak

lama. Hal itu berupa pembentukan struktur pengelolaan kegiatan MEDP mulai dari tingkat pusat hingga daerah, berikut pelatihan-pelatihan penguatan atas mereka. Hal paling penting lainnya adalah tersusunnya Madrasah Development Plan (MDP, Rencana Pengembangan Madrasah) oleh 500 madrasah peserta MEDP. Semua pelatihan untuk fasilitator dan DCU sudah sukses dilakukan. CPMU beberapa kali melakukan pelatihan untuk memberikan pembelakan kepada mereka dalam mengawal program MEDP. Wahidin mengakui ada sejumlah fasilitator yang terlambat mendapatkan

DIRASAH

7


LA P O RA N UT A MA honor. Namun bukan karena kesengajaan, itu hanya masalah administrasi saja. Misalnya, sejumlah nama fasilitator tidak sesuai dengan kartu identitas yang mereka miliki, sehingga berkas harus diperbaiki. Begitu juga semua program untuk guru telah dilaksanakan. Seperti program syarat sertifikasi bagi guru yang belum memilikinya, kini sudah selesai dilakukan. Begitu juga bagi guru yang belum menempuh sarjana strata satu (S1), kini sudah mulai kuliah pada tahun ajaran 2009-2010. Memang jumlah guru yang dikuliahkan S1 hanya sekitar 45 guru, tidak sesuai dengan target yang dicanangkan semula yaitu 800 guru. “CPMU sudah mengundang semua guru yang belum S1 untuk menyelesaikan kuliah mereka,� jelas Wahidin. Sementara itu untuk peningkatan mutu guru dengan mengikuti kuliah S2, CPMU telah menyiapkan enam guru dari madrasah yang telah ditunjuk. Mereka saat ini sedang menunggu waktu kuliah saja. Sementara dua guru yang telah disiapkan untuk melanjutkan S3 ke luar negeri masih dipersiapkan. Mereka sedang dipersiapkan untuk memenuhi syarat bahasa Inggris yang harus memenuhi ketentuan yang ada dari universitas tujuan. Untuk program pelatihan peningkatan SDM madrasah, CPMU juga telah menyiapkan 10 paket palatihan. Mulai dari Training Capacity Building, Project Management Information System (PMIS), Financial 8

Desember 2009

Management Information System (FMIS), Subject Control and Methology, kepemimpinan dan lainnya. Ini menanddakan semua program pelatihan yang ditargetkan pada 2009 telah selesai dilakukan. Pamungkasnya tentunya adalah pengucuran blockgrant kepada lima ratus madrasah tujuan MEDP. Sebelum akhir tahun terbukti pengucuran itu telah dilaksanakan. Pengucuran blockgrant kepada lima ratus madrasah itu dilakukan secara bertahap. Madrasah yang telah dokumen pencairannya tuntas langsung dicairkan melalui bank yang telah ditentukan. Dalam mewujudkan semua program yang telah dicanangkan, terlibat tiga pihak. Selain Departemen Agama ada Departemen Keuangan dan Asian Development Bank (Bank). Semua program yang dilakukan harus disepakati ketiga pihak ini. Kordinasi di antara ketiga lembaga memang kadang-kadang membutuhkan waktu yang banyak. Program yang telah disetujui Depag, belum tentu juga disetujui ABD atau Depkeu. Sehingga membutuhkan persamaan presepsi dalam setiap program. Hal inilah kadang yang membuat program berjalan agak lamban. Namun Wahidin mengakui, inilah semua prosedur yang harus dilakukan. Dan terbukti walaupun dilakukan dengan prosedur yang panjang, alhamdulillah semua program 2009 telah selesai dilakukan sebelum tahun ini berakhir. „ (*at)


L AP O RAN UTAMA

Berhasil Berkat Kerja Bersama google.com

Program MEDP bukan seperti susuan bayi dari ibunya. Melainkan satu stimulan, rangsangan agar madrasah bisa mengembangkan diri.

K

eberhasilan program MEDP tentu disebabkan semua pihak mau terlibat, terutama dari pihak madrasah dan fasilitator yang merupakan ujung tombak pelaksana MEDP di lapangan. Menurut Mutammam MEd, fasilitator MEDP di Kabupaten Tegal, “Totalitas semua pihak yang terkait program MEDP, termasuk madrasah itu sendiri, menjadi kunci kesuksesan program ini.” Karena itu, selaku fasilitator pendamping, dirinya tidak bosan-bosan mengingatkan kepada pengelola

madrasah, program MEDP bukan seperti susuan bayi dari ibunya. Melainkan satu stimulan, rangsangan agar madrasah bisa mengembangkan diri. “MEDP hanya bagian dari proses-proses pengembangan madrasah itu sendiri.” Mutammam bertugas mendampingi enam madrasah tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs). Di Kabupaten Tegal terdapat 17 madrasah yang menjadi sasaran program MEDP, terdiri dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Stanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Untuk memudahkan pengelolaannya, ke-17 madrasah dikelompokkan menjadi tiga wilayah pendampingan dengan tiga orang fasilitator. Sebagai fasilitator pendamping, DIRASAH

9


LA P O RA N UT A MA

Flickr.com

Tamam bertugas menyusun rencana program pengembangan baik kualitas guru dan sarana maupun prasarananya. “Untuk kalangan guru, selain sertifikasi, kita mengusahakan agar mereka berkualifikasi pendidikan S1 sesuai dengan bidang keahliannya,” kata Tamam. Sebelum ada program MEDP, lanjut Tamam, tidak sedikit guru yang mengajar matematika tapi secara akademis mereka bukan lulusan jurusan matematika. “Tugas kita bagaimana mensikronkan program studi S1 yang diambil dengan bidang mata pelajaran yang selama ini digelutinya,” ungkap Tamam. Selain itu, MEDP juga memberikan program pembenahan/pengembangan sarana dan prasarana. Misalnya mengupayakan adanya perpustakaan, kantin, mushalla, WC dan toilet serta ruang belajar yang memadai. Ada pula program penyediaan buku-buku panduan, buku wajib dan sarana belajar lain seperti kelas multimedia. Intinya, program yang disusun mengarah pada peningkatan proses-proses pembelajaran. 10

Desember 2009

Program lainnya, kata Tamam, karena pada umumnya siswa madrasah berasal dari kalangan orangtua kurang mampu, maka programnya beasiswa. Beasiswa ini diberikan kepada siswa berprestasi agar melanjutkan studi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sama halnya dengan Tamam, Caswiyono, sapaan akrabnya, menjadi fasilitator bagi enam madrasah, dari 17 madrasah sasaran MEDP di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.’ Menurut penuturan Caswiyono, program MEDP merupakan momentum yang tepat untuk pengembangan arah madrasah menuju kualitas yang bagus. Mengapa? “Pengembangan ini bersifat buttom up, dari bawah bukan dari atas,” tandas Caswiyono. Jadi, atas dasar kebutuhan madrasah itu sendiri. Caswiyono Rusydie Cakrawangsa mengemban tugas mendampingi proses pengembangan madrasah. Misalnya, dari aspek perencanaan pengembangan pendidikan, pelaksanaannya hingga evaluasi. Selain itu, imbuh Caswiyono, mengadakan pelatihan kurikulum dan pelatihan untuk guru-guru.


L AP O RAN UTAMA

Mensyukuri Dana Blockgrant Hibah bantuan terhadap madrasah memang jarang diperoleh. Karena itu keberadaan bantuan blockgrant dari MEDP harus disyukuri dengan dimanfaatkan sebaik-baiknya.

D

alam sejarah pendidikan nasional, termasuk di daerah (kabupaten/kota), mutu pelayanan pendidikan di madrasah tidak sebagus yang terjadi di sekolah. Maklum, dari tahun ke tahun penganggaran dana pendidikan untuk satuan pendidikan madrasah memang jauh lebih kecil. Realitas ketimpangan ini akan mungkin terus terjadi manakala pemerintah daerah

sendiri juga sangat kecil perhatiannya terhadap pendidikan berbasis agama ini. Hibah bantuan terhadap madrasah memang jarang diperoleh. Untunglah, Depag memperoleh bantuan (loan) dari Asian Development Bank (ADB) untuk program Madrasah Education Development Project (MEDP). Madrasah yang mendapatkan bantuan ini berjumlah 500 madrasah dari tiga DIRASAH

11


LA P O RA N UT A MA provinsi di Indonesia. Bantuan ini merupakan terobosan Depag untuk peningkatan mutu pendidikan madrasah. Madrasah yang mendapatkan bantuan dari ADB ini dibagi menjadi beberapa kelompok dengan satu tim fasilitator akademisi dengan kualifikasi pendidikan minimal S2 yang melakukan tugas fasilitasi dan pendampingan. Adapun bantuan hibah yang bersumber dari APBN bagi madrasah baru terjadi tahun 2009. Tercatat sebanyak 286 madrasah ibtidaiyah (MI) memperoleh blockgrant pengembangan sarana fisik dan mutu madrasah. Sementara, jenjang madrasah tsanawiyah ke atas masih direncanakan dianggarkan tahun mendatang. Kemajuan pada madrasah ini masih tergolong lebih terlambat dibanding yang dialami satuan pendidikan di lingkungan Departemen Pendidikan. Hingga tahun ini, bantuan pemerintah bahkan dari sumber APBD sekalipun telah mampu menjangkau pendidikan menengah. Di Kabupaten Malang, misalnya, lebih dari separo lembaga SMP negeri telah memperoleh hibah pengembangan RSSN/RSBI dengan total bantuan tidak kurang dari Rp 250-300 juta selama tiga tahun. Tahun 2008 lalu, 59 SMP juga memperoleh tiga jenis bantuan berbeda, dengan rincian 14 SMP (SSA, SMPN/S) memperoleh subsidi pembangunan RKB, 12 SMPN 12

Desember 2009

memperoleh subsidi pembangunan laboratorium IPA dan asrama, dan 33 SMP (29 SMPN, 4 SMP swasta) memperoleh bantuan pembangunan ruang perpustakaan dan media. Dana bantuan rehab juga dialokasikan dari sumber Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk SD/ MI sebesar Rp 250 juta bagi 202 lembaga. Dari total bantuan Rp 50,5 M, dana yang diperuntukkan bagi MI hanyalah Rp 500 juta untuk 20 lembaga. Sementara, 70 SD/SMP digelontor dana APBD yang jumlah berkisar antara 94,3 juta hingga 98,25 juta rupiah. Kurangnya perhatian terhadap pendidik dan peserta didik di madrasah juga merupakan ketimpangan lain. Tunjangan profesi pendidik terhadap guru madrasah yang telah lulus sertifikasi pencairannya jauh lebih terlambat karena mulai diperoleh tahun lalu sejak kelulusan 2006 silam. Sementara, alokasi bantuan sejenis BKSM (Bantuan Siswa Miskin/BSM) baru diperoleh tahun ini, selain dana BOS dua tahun sebelumnya. Untungnya, sebagian pemerintah daerah mulai dua tahun terakhir mulai mengalokasikan dana dari APBD untuk pendidikan Islam, khususnya madrasah. Hal ini akan terdorong lagi lagi dengan ditanda-tangani SKB Tiga Menteri tentang pendidikan agama. Itulah fakta dana bantuan yang dihadapi oleh madrasah kita. „


L AP O RAN UTAMA

SKB 3 Menteri Tarik Bantuan Dana Daerah

D

irjen Pendidikan Islam Dr. Mohammad Ali MA gundah. Pihaknya mengaku kerap ditemui para bupati dan anggota DPRD dari berbagai daerah yang mengeluhkan kekhawatiran mereka kalau-kalau nanti didatangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) jika mereka membantu penyelenggaraan pendidikan agama dan keagamaan. Padahal Dirjen melihat ada niat kuat dari berbagai daerah untuk membantu penyelenggaraan pendidikan agama dan keagamaan. “Namun mereka ragu lantaran acuan aturannya belum jelas,” kata Dirjen saat sosialisasi program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) ke-II di Bandung, Sabtu (21/11/2009). Maka untuk menghilangkan keragu-raguan dari para kepala daerah, tiga menteri -- Mendagri Gamawan Fauzi, Menteri Agama (Menag) Suryadharma Ali dan Mendiknas Muhammad Nuh -- segera mengeluarkan surat keputusan bersama (SKB) tentang pendidikan agama dan keagamaan guna menghindari kesalahpahaman penyelenggaraan pendidikan agama. SKB menjadi penting agar penyelenggaraan pendidikan bisa memenuhi standar. Sebelum 100 hari, SKB itu diharapkan sudah terbit sehingga segera dapat diberlakukan. Hal itu

penting karena, lanjut Dirjen, kepala daerah mempunyai tanggung jawab yang sama untuk memajukan anak didik di daerahnya masing-masing. Termasuk dalam pendidikan agama dan keagamaan seperti madrasah dan pondok pesantren. Dalam program 100 hari ini, pihak Depag juga menyiapkan aturan dan syarat pendirian madrasah diniyah dan pondok pesantren, termasuk persyaratan ujian nasionalnya. Selama ini, tidak sedikit kepala daerah mengartikan Surat Edaran Mendagri Moh. Ma’ruf Nomor 903/2429/SJ tentang Pedoman Penyusunan APBD 2006 dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD 2005, sebagai larangan alokasi APBD untuk pendidikan agama dan keagamaan. Alasannya, karena bidang agama tak mengalami desentralisasi sehingga anggarannya diambilkan dari belanja pemerintah pusat di APBN, bukan dari APBD. Kabupaten Aceh Barat, misalnya, hanya memberikan dana kesejahteraan guru di lingkungan Depdiknas. Akibatnya, seluruh guru madrasah se-Aceh Barat sempat melakukan aksi mogok mengajar pada Agustus 2006. Sejumlah gedung madrasah di Kabupaten Tangerang, Banten, juga dibiarkan rusak berat karena APBD Kabupaten Tangerang tidak mengalokasikan bantuan hingga 2005. DIRASAH

13


P EN G A L A M A N ilustrasi

Dasirin, Fasilitator MEDP Jawa Tengah

Penerimaan Gagasan Sangat Alot

B

ertempat di kawasan dingin Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Dirasah mewawancarai Dasirin, fasilitator MEDP yang bertugas melakukan pendampingan untuk madrasah-madrasah di Kabupaten Demak. Berikut ini hasil wawancara dengannya. Apa kesan Anda selama mendampingi madrasah-madrasah di Demak? Sejauh saya amati, mandrasah itu punya keunikan, terutama dari sisi manajemen dan kepemimpinan. Bisa dijelaskan lebih lanjut? Pada madrasah, khususnya yang swasta, kepala madrasah seringkali punya masa jabatan yang lama sekali. Bahkan ada yang sudah 15 tahun menjabat tak diganti-ganti. Ini kadang menyebabkan perkembangan kinerja atau manajemen madrasah menjadi tidak terlalu signifikan. Bahkan bisa mengganggu perkembangan. Memang harus diakui, dari sisi kepentingan yayasan yang 14

Desember 2009

Di madrasah, selain ada yayasan, juga ada kyai. Seringkali, untuk bisa menerima sebuah gagasan kemajuan dan saran penataan madrasah sesuai pedoman MEDP, prosesnya sangat alot mengelola madrasah, itu merupakan keuntungan dan cukup ideal, karena menciptakan stabilitas. Tapi, manakala kepemimpinan yang bertahan lama ini menerapkan pola yang otoriter, yang menempatkan guru bukan sebagai mitra yang setara, itu tentunya tidak menguntungkan madrasah untuk jangka panjang. Mudah-mudahan, melalui berbagai kegiatan MEDP, bisa terjadi transformasi pola kepemimpinan menuju pola yang lebih demokratis dan selaras dengan semangat kemajuan. Lalu apa sisi keunikan lain yang


P EN GALAMAN prospektif untuk pengembangan madrasah? Di Kabupaten Demak, ratarata madrasah memiliki banyak peminat. Ini merupakan potensi dan kelebihan madrasah. Kita bisa melihat betapa masyarakat berbondong-bondong menyekolahkan anak di madrasah, padahal sarana dan prasarana yang dimiliki madrasah sangat minim, kalah dibandingkan sekolah. Bagaimana dengan sistem pembelajaran yang diterapkan di madrasah? Rata-rata madrasah masih menerapkan sistem pembelajaran yang monoton. Teknologi informasi maupun berbagai metode kontemporer yang banyak diperkenalkan pakar pendidikan, belum terlalu dipergunakan. Belum cukup banyak inisiatif untuk, misalnya, merancang alat bantu pembelajaran yang bisa membuat proses belajar mengajar menjadi menarik. Karena itu, upaya-upaya seperti yang dilakukan oleh MEDP untuk memperkenalkan metode-metode pembelajaran yang inovatif menjadi sangat penting. Bagaimana soal kesiapan madrasah dalam memanfaatkan blockgrant? Soal block grant, madrasah sebetulnya sudah siap, baik dari sisi SDM maupun administrasi. Termasuk juga soal teknik pengadaan barang dan jasa, desain bangunan, dan semacamnya. Namun, karena belum ada instruksi

dari CPMU, sekalipun dana sudah ada di rekening madrasah, belum direalisasikan. Apa tantangan terberat selama Anda menjalankan tugas pendampingan? Di madrasah itu ada yayasan, juga kyai. Seringkali, untuk bisa menerima sebuah gagasan kemajuan dan saran penataan madrasah sesuai pedoman MEDP, prosesnya sangat alot. Apa yang Anda lakukan untuk mengatasi tantangan tersebut? Jika pendekatan pertama kepada pimpinan madrasah gagal, saya lanjutkan dengan pendekatan berikutnya. Berbagai komponen madrasah termasuk para guru, saya kumpulkan untuk diajak musyawarah. Di sana, ide-ide yang ingin saya sampaikan, ya saya sampaikan sehingga menjadi pembahasan bersama. Alhamdulillah, peserta yang beragam inilah yang bisa melenturkan pendapat yang tadinya alot. Terakhir, apa ide Anda menyangkut pengembangan madrasah? Saya berharap, ke depan, pengembangan madrasah tidak hanya pada aspek fisik, melainkan lebih banyak menyentuh peningkatan mutu pendidik dan peserta didik. Dan semoga MEDP juga bisa lebih memfasilitasi fasilitator untuk belajar tentang metode-metode peningkatan mutu pembelajaran, termasuk sistem pembelajaran yang inovatif, sebagai bekal untuk pendampingan pada madrasah. „ DIRASAH

15


PROFIL

MI YATPI Latak Grobogan

TERCITRAKAN SEBAGAI SD PLUS

google.com

Madrasah ini relatif diminati masyarakat. Salah satu kunci ia lebih disukai karena keberhasil madrasah ibtidaiyah ini menempatkan dan mencitrakan diri sebagai SD plus.

D

idirikan secara bersahaja pada Maret 1968 oleh trio KH. Muhammad Ma’sum, Ruslan, dan Muh. Sofwan, MI YATPI Latak Grobogan semakin menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Kini, di madrasah ini terdapat sepuluh rombongan siswa yang belajar, dengan jumlah total murid 253 orang, dan diasuh oleh 13 guru. Madrasah ini memang relatif diminati masyarakat. Di dekat 16

Desember 2009

madrasah ini terdapat tiga SD. Ternyata dua SD kekurangan murid karena masyarakat lebih memilih madrasah ibtidaiyah. Dan salah satu kunci lebih disukainya adalah karena keberhasilan menempatkan dan mencitrakan madrasah ibtidaiyah sebagai SD plus. Ya, para siswa yang belajar di madrasah ini memang mendapatkan sajian pendidikan umum maupun pendidikan agama yang sama maksimal. Perkembangan positif demikian


PROF I L tentunya tak terjadi begitu saja. Di zaman dulu, situasinya terbalik. Karena pada masa lalu, seringkali ada tekanan politik dari pemerintah desa agar warga menyekolahkan anak-anak mereka di SD. Era keterbukaan saat ini memberi berkah. Masyarakat kini bebas memilih, dan mereka cenderung memilih MI karena citranya sebagai SD plus. Di madrasah ini, pembentukan akhlakul karimah menjadi prioritas. Kita tentu paham, bahwa harapan terbesar orang tua murid ketika menyekolahkan anak-anak mereka di madrasah ibtidaiyah, agar anakanak itu bisa tumbuh menjadi pribadi religius yang dicerminkan dengan akhlaqul karimah. Nah, menyadari hal ini, pengelola MI YATPI LATAK Grobogan meluncurkan berbagai kiat pembentukan akhlakul karimah. Antara lain, melalui rangkaian kegiatan pengembangan diri yang berorientasi spiritual: melalui pembiasaan membaca doa-doa, hafalan asmaul husna, hafalan juz amma, dan pembiasaan shalat dhuha berjamaah. Lokasi madrasah yang berada di lingkungan masjid tentunya sangat memudahkan pencapaian hal-hal di atas. Sejauh ini, MI YATPI LATAK Grobogan juga punya prestasi yang membanggakan. Antara lain, salah satu siswa madrasah ini pernah meraih Juara I Pidato Bahasa Arab pada Porseni Tingkat Jawa Tengah.

Ini tentunya buah dari kegiatan yang intensif dilaksanakan, yaitu kegiatan drumband dan latihan pidato bagi para siswa. Meraih perkembangan dan prestasi sebagaimana di atas, tentunya memerlukan kiat-kiat manajerial. Sebagaimana diungkapkan oleh M. Ali Huda, salah satu putra pendiri madrasah yang juga menjadi Ketua Komite Madrasah, salah satu kiat itu adalah dengan selalu memotivasi para guru agar bekerja dengan maksimal. “Kita mengajak para guru untuk sama-sama meluruskan niat ketika bekerja di madrasah, yaitu berjuang karena Allah.� Di samping itu, madrasah yang dipimpin oleh Suswanto, S.Ag ini juga punya kiat untuk selalu berkomunikasi dengan masyarakat. Antara lain melalui pengajian akhir tahun, rapat para wali murid, dan penyelenggaraan karnaval. Satu hal yang patut disyukuri, masyarakat di sekeliling madrasah ini, ternyata juga mudah mewakafkan tanah. Seperti untuk pengembangan lokal dengan memanfaatkan dana MEDP, saat ini sudah tersedia lahan seluas 2000 m2 yang merupakan wakaf salah satu warga. Warga bisa seperti itu, karena memang mereka telah tercelup menjadi agamis berkat Ke depan, madrasah ini bercita-cita menjadi madrasah yang lebih maju dan berprestasi. Semoga teraih! „ DIRASAH

17


PROFIL

MA Abu Dharin Bojonegoro

Meramu Modernitas dengan Tradisi

google.com

Di madrasah ini nilai-nilai kemodernan dipadukan dengan tradisi salaf. Salah satu simbolmya: pengajaran kitab kuning bagi seluruh siswa dan siswi madrasah.

M

adrasah aliyah yang telah dirintis sejak 1947 dalam wujud muallimin mualimat ini, sekarang memiliki 638 siswa. Jumlah yang relatif banyak untuk sebuah lembaga pendidikan Islam swasta. Asal siswa pun beragam: tak hanya dari Jawa Timur dan provinsi lain di Pulau Jawa, tapi juga dari Aceh dan Papua. Apa kiat pengelola madrasah 18

Desember 2009

untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap madrasah yang didirikan oleh Mbah Abu Dharin ini? Kepala MA Abu Dharin saat ini, M. Sholeh, menjelaskan bahwa selama ini diterapkan dua kiat. Pertama, pengelola madrasah selalu berupaya meningkatkan mutu pembelajaran, sehingga kepercayaan masyarakatpun kian terpupuk. Kedua, pengelola madrasah mengembangkan jaringan alumni,


PROF I L salah satunya melalui kegiatan tahunan yang mengundang kehadiran para alumni. Pada momen inilah, para alumni dipersuasi untuk menitipkan anak atau kerabat mereka untuk bersekolah di MA Abu Dharin. Madrasah aliyah ini tergolong madrasah yang mengedepankan corak pendidikan salaf, dengan pendidikan agama sebagai titik tekan. Mirip dengan madrasah aliyah di lingkungan Pesantren Tambak Beras, Jombang. Tak mengherankan, karena sebagian pendiri madrasah ini memang berasal dari Ponpes Tambak Beras, Jombang. Kurikulum di madrasah ini, 60 persen merupakan kurikulum pendidikan agama, sementara pendidikan umum hanya mengambil porsi 40 persen. Filosofinya, di madrasah ini nilai-nilai kemodernan dipadukan dengan tradisi salaf. Salah satu simbol pelestarian tradisi salaf itu adalah pengajaran kitab kuning bagi seluruh siswa dan siswi madrasah. Melalui kebijakan ini, setidaknya siswa yang karena satu dan lain hal tidak bisa mondok di pesantren, bisa tetap mengenal kitab kuning. Sejauh ini, beberapa terobosan peningkatan mutu telah dilakukan oleh pengelola madrasah. Dalam hal pembelajaran, untuk meningkatkan kemampuan para siswa, pihak madrasah melaksanakan bimbingan intensif bagi siswa kelas 3, lima bulan sebelum ujian.

Sementara dalam hal manajemen madrasah, pihak Kepala Madrasah memilih untuk memberi kepercayaan penuh kepada seluruh komponen madrasah. Struktur yang ada di madrasah – khususnya menyangkut keberadaan para wakil kepala madrasah – benar-benar diberdayakan. Kemudian, karena madrasah ini berada di bawah naungan Pondok Pesantren, terdapat struktur pengurus inti, pengurus harian dan pengelola madrasah. Untuk kelancaran proses manajerial madrasah, pihak pengurus harian selalu bekerjasama dengan pengelola madrasah. Melalui model pembelajaran dan manajemen demikian, MA Abu Dharin telah meraih berbagai prestasi. Salah satu siswa madrasah ini pernah meraih juara II pada lomba tahfidz Al-Qur’an tingkat internasional. Kemudian, pada lomba baca kitab kuning se-Jawa Timur, siswa madrasah ini meraih juara harapan. Dari sisi akademik, lulusan madrasah ini banyak yang bisa melanjutkan ke perguruan tinggi ternama seperti UGM, ITS, UIN Jakarta, dan lainnya. Madrasah ini juga menjadi satu-satunya madrasah swasta di Jawa Timur yang siswanya mendapatkan beasiswa untuk belajar di UIN Malang. Semoga melalui blockgrant dan berbagai sentuhan lain dari MEDP, madrasah ini bisa terus berkembang menjadi madrasah yang maju pada keseluruhan aspeknya. „ DIRASAH

19


PROFIL

Madrasah YSPIS Gandrirojo

Di Desa Berwawasan Kota google.com

Seluruh siswa diharapkan punya visi jauh ke depan. Meski ada di lingkungan desa, namun berwawasan kota

P

erbedaan lokasi bukan menjadi halangan untuk maju. Tekat itulah yang diusung Madrasah Aliyah (MA) Yayasan Sosial Pendidikan Islamiyah Syafiiyah (YSPIS) Gandrirojo. Sekolah yang berlokasi di Kecamatan Sedan itu, terus menggembleng ratusan siswanya untuk menjadi calon-calon pemimpin masa depan. Madrasah tersebut kini memang makin eksis di tengah-tengah masyarakat. Khususnya masyarakat Kecamatan Sedan dan sekitarnya. Madrasah yang berdiri sejak 1995 itu, kini makin mendapat tempat di hati masyarakat. Makin banyak 20

Desember 2009

orang tua murid yang mempercayakan dengan menyekolahkan anaknya ke sekolah tersebut. Saat ini, setidaknya ada 269 siswa yang menimba ilmu di sekolah tersebut. Makin mendapat kepercayaan masyarakat, pihak manajemen terus berbenah untuk melengkapi sejumlah fasilitas sekolah. Selain memiliki tujuh ruang kelas, satu ruang guru, satu ruang kepala sekolah, satu ruang tata usaha, perpustakaan, dan satu tempat peribadatan, Madrasah Gandrirojo juga memiliki aula yang cukup representatif untuk tempat pertemuan. Selain itu, saat ini pihak manajemen juga sedang berupaya untuk membangun ruang laborat. Baik laborat IPA, komputer maupun laborat bahasa, khususnya bahasa Arab dan Inggris. Ruang laborat mende-


PROF I L sak untuk segera diwujudkan guna meningkatkan keterampilan berbahasa para siswa. Rencananya, ruang laborat akan dibangun yang salah satu sumber dananya menggunakan dana proyek Madrasah Education Development Project (MEDP). “Kami menginginkan seluruh siswa yang belajar di sini punya visi jauh ke depan. Meski sekolahnya di lingkungan desa, namun berwawasan kota,” ungkap Kepala MA YSPIS Gandrirojo, Muhtar Nuha SH MSi. Selain itu, para siswa juga diajari metode pembelajaraan pengembaraan. Seperti siswa dikenalkan berbagai macam teori, pendapat atau madzhab. Namun, pada akhirnya siswa ditujukkan pada teori, pendapat atau madzhab yang ideal. Sehingga melalui metode pengembaraan, siswa akan memiliki banyak referensi. Yang pada akhirnya, siswa diharapkan mampu menjawab berbagai problema yang akan muncul. Selain itu, MA Gandrirojo tampaknya juga memraktikkan teori paham aswaja. Yakni, mempertahankan hal-hal lama yang baik, dan mencari hal-hal baru yang lebih baik. Yang dalam istilah bahasa arabnya dikenal almuhafadhatu ‘alalqadimis shaleh, walakhdzu biljadidil ashlah. Terbukti, meski pembelajaran menggunakan kurikulum nasional, namun MA tersebut tetap membuat program unggulan baca kitab kuning. Yakni, kitab bertuliskan huruf arab tanpa dilengkapi harokat. Atau istilah lainnya disebut kitab gundul. Program unggulan kitab kuning yang diusung madrasah ini dimak-

sudkan untuk mempertahankan basis kultur religius. Melalui cara itu, lulusan sekolah tersebut diharapkan memiliki akhlakul karimah. “Alhamdulillah, tiga tahun berturut-turut, sekolah kami lulus 100 persen,” ungkap Nasihun Amin, staf madrasah. Agar wawasan ke depan para siswa makin matang, sekolah itu secara periodik juga menggelar Latihan Kader Dasar (LKD). Terakhir LKD di gelar akhir bulan Desember 2008. LKD tersebut merupakan angkatan XIV. Kegiatan itu dimaksudkan untuk mencetak kader generasi yang penuh dengan dinamika kreasi, kualitas keilmuan, amal dan akhlak. Sehingga tercipta kader leader of future. Kegiatan yang digelar dengan memanfaatkan momen libur sekolah itu menjadi wahana yang efektif untuk melatih para siswa menjadi generasi muda yang bertanggungjawab, menerapkan teori kerja yang populis, cakap menjadi seorang pemimpin, mandiri, disipilin, rahmah dan maslahah. Sebab, lewat momen itu para siswa mendapat pelajaran di luar materi pelajaran yang biasa disampaikan secara rutin setiap hari. Seperti materi pelajaran manajemen organisasi, administrasi dan aktivitas organisasi, teknik diskusi dan pengambilan keputusan, aswaja, mengelola mading sekolah, dan manajemen pengarsipan data. Kemudian ekosistem sosial dan kesehatan masyarakat, dasar-dasar kepemimpinan, kepemimpinan dalam kajian Islam kontemporer, hukum dan pergeseran disiplin kehidupan. (at/jp) DIRASAH

21


P RO G RA M

MEDP Helat Pelatihan Peningkatan Kapasitas CPMU menggelar rapat koordinasi terakhir tentang persiapan teknis pelaksanaannya

S

ebagai bagian dari upaya peningkatan mutu madrasah melalui Madrasah Education Development Project (MEDP), diselenggarakan 10 paket Pelatihan Manajemen Madrasah dan Pengembangan Kapasitas Madrasah. Kegiatan yang berlangsung sekaligus di Jawa Tengah dan Jawa Timur ini dilaksanakan bersamaan di empat titik: Kota Batu, Tretes Kabupaten Pasuruan, Bandungan Kabupaten Semarang, dan Kota Tegal. Tahap pertama, mengambil waktu tanggal 11-23 November 2009, sementara tahap kedua tanggal 30 November-4 Desember 2009. Pada pelatihan di Kota Batu yang diorganisasikan oleh PT. Amythas and Associate di Kota Batu, para peserta mendapatkan sajian materi-materi berbobot semisal Konsep Manajemen Berbasis Madrasah, Metode Penciptaan Lingkungan Madrasah yang Sehat, Perencanaan bagi Madrasah, Manajemen Keuangan, Pengadaan 22

Desember 2009

Barang dan Jasa, Kepemimpinan Madrasah, Peningkatan Standar Mutu Madrasah dan Akreditasi, Pengelolaan dan Pemeliharaan Fasilitas Sekolah, serta Advokasi Madrasah dan Penciptaan SDM Madrasah Berbasis Dukungan Madrasah. Materi serupa juga disajikan pada pelatihan yang diorganisasikan oleh SIMES (Semarang Institut for Moslem Education Studies) di Bandungan, Kabupaten Semarang. Sebagai tambahan pengalaman yang menarik, SIMES membawa para peserta berkunjung dan melakukan studi banding ke Komunitas Qoryah Thoyyibah di Tingkir, Kalibening, Salatiga. Ir. Imam Machfudin, Kordinator Kegiatan dari PT. Amythas and


P ROGRAM Associate menjelaskan, salah satu tujuan pokok pelatihan yang diikuti berbagai komponen madrasah sasaran MEDP (Pengurus Yayasan, Komite Madrasah dan Kepala Madrasah) itu, adalah agar madrasah bisa menerapkan manajemen yang baik. Penerapan manajemen yang baik oleh madrasah ini tentunya sangat dibutuhkan seiring dengan mulai dicairkannya blockgrant MEDP pada tahun ini. “Diharapkan, madrasah bisa memiliki perencanaan program dan mekanisme pertanggungjawaban dan pelaporan yang baik, juga sistem pengelolaan keuangan yang baik,� katanya. Ia optimis, ide-ide segar yang disampaikan selama pelatihan oleh para trainer profesional, bisa memberi dampak positif bagi madrasah.

Pencairan Blockgrant Pada sessi pembukaan pelatihan di Kota Batu, Dr. Rokhmat Mulyana, Project Manager MEDP, menyampaikan berbagai hal penting terkait perkembangan blockgrant. Saat ini, sudah ada beberapa madrasah yang mendapatkan blockgrant. Pencairan dilakukan bertahap, dimulai dari provinsi dengan madrasah sasaran MEDP yang lebih sedikit. “Kita targetkan pada tahun 2009 ini blockgrant sudah bisa diterima 500 madrasah sasaran,� jelasnya. Rochmat juga menekankan agar dana blockgrant yang diterima madrasah bisa dikeluarkan sesuai dengan Madrasah Development Plan, dan madrasah berkonsultasi secara intensif dengan para fa-

DIRASAH

23


P R O G RA M

silitator. Selain itu, pengeluaran dana juga harus bisa dipertanggungjawabkan dengan baik. “Saya berharap, blockgrant ini benar-benar bisa meningkatkan kualitas madrasah,” tegasnya. Pada kesempatan yang sama, Joko Surono yang mewakili Kepala Kanwil Depag Jawa Timur, juga menyampaikan beberapa arahan terkait dengan pemanfaatan dana blockgrant. Blockgrant pada hakikatnya diberikan untuk memberi dorongan motivasi bagi madrasah agar bekerja secara inovatif dan kreatif, sehingga bisa mengejar ketertinggalan. Ia menjelaskan, madrasah tak bisa bergantung sepenuhnya pada dana blockgrant, karena memang jumlahnya sangat terbatas. “Sebaiknya, blockgrant diposisikan sebagai faktor perangsang untuk memobilisasi pendanaan dari sumber-sumber 24

Desember 2009

lain,” katanya. Senada dengan Rochmat Mulyana, Joko Surono juga berharap madrasah penerima blockgrant bisa memfungsikan DCU, PCU, termasuk MDC dan fasilitator, sebagai mitra. Pelaporan pengeluaran dana block grant maupun pencapaian hasil kegiatan yang dibiayai blockgrant, harus bisa dilaporkan secara baik dan teratur. Selama penyelenggaraan pelatihan baik di Kota Batu maupun di Bandungan Kabupaten Semarang, peserta tampak terlibat secara aktif, karena memang para fasilitator dan trainer merancang pelatihan berdasarkan kaidah-kaidah pendidikan orang dewasa. Selain itu juga diterapkan model pembelajaran yang efektif sekaligus menyenangkan yang membuat peserta sanggup bertahan mengikuti pelatihan walau durasinya lumayan lama. Terkait dengan itu, Agus Sofwan Hadi, pimpinan Simes, menjelaskan pihaknya memang mengupayakan rancangan pelatihan yang bisa memberi kesan mendalam bagi para peserta. Di samping itu, dari sisi materi, peserta juga mendapatkan banyak hal berharga. Seperti disampaikan oleh Muhammad Hubbunnajib dari MTs Bani Kholil, “Melalui pelatihan ini, saya mendapatkan banyak ilmu dan pengetahuan berharga, khususnya menyangkut manajemen dan kepemimpinan, untuk diterapkan di madrasah yang saya kelola.”


PROGRAM

Menag: Kualitas Madrasah Terus Ditingkatkan

M

enteri Agama Suryadharma Ali mengakui, kualitas madrasahmadrasah kita masih lebih rendah dibandingkan sekolah umum. Karena itu, pemerintah melalui Departemen Agama akan terus berusaha mewujudkan kesetaraan kualitas antara sekolah madrasah dengan sekolah umum. Itu disampaikan Suryadharma pada acara “International Seminar and Field Visit On Madrasah” di Jakarta, Selasa. Dalam pidatonya berbahasa Inggris, Suryadharma mengatakan sekarang ini ada enam juta usia yang belajar di Madrasah Ibtidaiyah, Tsnawiyah dan Aliyah. “Mereka tersebar pada 40.000 sekolah madrasah di seluruh Indonesia, di mana dari jumlah itu 17,5 persen belajar di sekolah madrasah negeri. Sisanya mereka belajar di lembaga pendidikan Islam atau pondok pesantren,” kata pria yang juga ketua umum PPP. Ia mengatakan sistem pendidikan di sekolah madrasah tetap mengacu kepada standar internasional baik itu, kurikulum, infrastruktur, tenaga pendidik dan staf termasuk manajemen dan keuangan. Namun, sekolah madrasah lebih unik karena pelajaran agamanya lebih banyak dibandingkan di sekolah umum,” tutur dia.

Ditambahkannya, memang banyak sekolah madrasah yang dikelola oleh masyarakat langsung, Namun, pemerintah tetap bertanggungjawab atas kualitas sekolah madrasah tersebut khususnya yang dikelola masyarakat, jelasnya. Pemerintah melalui Departemen Agama akan menyetarakan mutu antara sekolah madrasah dan umum. “Saya dulu juga sekolah di madrasah, termasuk Pak Nuh (menteri pendidikan nasional) juga lulusan sekolah madrasah,” kata Suryadharma menunjuk Menkominfo Muhammad Nuh yang duduk di sampingnya. Acara itu juga dihadiri perwakilan sembilan negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia yakni India, China, Bangladesh, Brasil, Mexico, Mesir, Pakistan, Nigeria. DIRASAH

25


P RO G RA M

Guru Madrasah Dapat Dana Hibah APBD Diharap pemerintah tak hanya memberi bantuan materi, tapi jua semacam pelatihan

T

ampaknya semakin banyak Pemerintah Daerah memberikan bantuan dana hibah kepada para guru madrasah. Dana bantuan itu berasal dari APBD. Pemerintahan Kota Cirebon, misalnya, untuk pertama kalinya mengalokasikan dana Rp 285,6 juta dari pos bantuan dana hibah APBD. Hal serupa dilakukan Pemkot Depok dengan total nilai bantuan Rp 5,4 miliar. Di Cirebon, dengan dana itu sebanyak 476 orang guru dari 71 madrasah Raudatul Anfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsawaniyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) mendapatkan dana hibah dari Pemkot Cirebon sebesar Rp 600.000,- per orang. Penerima bantuan berharap, bantuan dana hibah tersebut jangan diberikan sekali ini saja, tetapi bisa diberikan setiap tahun. Nani, salah seorang tenaga pendidik di RA Al Ikhlas Kel. Pegambiran Kota Cirebon mengaku, di sekolah-sekolah tingkat RA masih banyak guru yang hanya mendapat honor Rp 100.000,-. “Makanya bantuan sebenar Rp 26

Desember 2009

600.000,00 ini sangat berharga bagi kami,” katanya. Wakil Wali Kota Cirebon H. Sunaryo H.W., S.I.P. saat pemberian dana bantuan meminta, bantuan tersebut harus diterima utuh oleh penerima bantuan, sehingga bisa memberikan manfaat yang optimal. “Ini merupakan hak penuh yang harus diberikan utuh kepada penerima bantuan,” katanya di gedung Islamic Center Cirebon. Sunaryo menyatakan, bantuan senilai Rp 600.000,- tersebut merupakan bantuan selama enam bulan, sehingga setiap bulan besarnya Rp 100.000,-. Sementara itu Kakandepag Kota Cirebon D. Arifin menyatakan, jumlah guru madrasah di Kota Cirebon mencapai 600 orang. “Untuk tahap awal ini bantuan baru menjangkau untuk 476 orang. Kami berharap nantinya kalau ada bantuan lagi, semua orang bisa mendapatkan bantuan,” harapnya. Sementara di Depok, seluruh guru dari lembaga atau yayasan penyelenggara pendidikan swasta yang tergabung dalam Badan Masyarakat Perguruan Swasta (BMPS) Kota Depok untuk kali keempatnya sejak tahun 2006 mendapatkan bantuan keuangan yang bersumber dari dana APBD


PROGRAM Kota Depok tahun 2009. Total keseluruhan anggaran yang dicairkan untuk program ini yaitu sebesar Rp 5,4 miliar kepada 18.000 tenaga pendidik dan kependidikan swasta di Depok. Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Al Hikmah Sawangan, Daud Sulaiman menyambut baik perhatian pemerintah ini. Ia mengharapkan, ke depannya, pemerintah tidak hanya memberi bantuan dari segi materi saja. “Kami juga berharap, pemerintah mau memberikan bantuan semacam pelatihan kepada kami agar kemampuan kami bertambah,” tandasnya. Walikota Depok, Nur Mahmudi Ismail mengharapkan agar penggunaan dana ini dapat digunakan sebaik mungkin dan mampu memberikan perbaikan pada kinerja guru. “Kami juga menghimbau agar para guru hendaknya tidak memasukkan nama-nama yang tidak termasuk tenaga pendidik dan kependidikan ke dalam daftar guru yang akan diberikan bantuan keuangan. guru harus memberikan contoh yang baik,” ujarnya saat menyampaikan sambutan di Aula Balai kota Depok, Selasa (15/9). Nur Mahmudi menambahkan agar tunjangan ini dapat menjadi penyemangat bagi guru swasta yang ada di Depok agar dapat bekerja menjadi lebih baik lagi. “Sekolah swasta juga harus bisa ikut bersaing melahirkan lulusan yang berkualitas. Jangan hanya mengeluarkan program yang ituitu saja,” terang Nur Mahmudi.

Dana BOS Depag

Disalurkan

D

ana biaya operasional sekolah (BOS) yang dikucurkan Departemen Agama (Depag) untuk madrasah dan sederajatnya di seluruh Indonesia dicairkan pada akhir November 2009. Informasi pencairan dana ini telah diedarkan ke seluruh jajaran Depag. Mekanisme pencairan dana BOS tahun ini terjadi perubahan, yakni dilakukan melalui Kanwil Depag setempat dan disalurkan langsung ke sekolah tanpa melalui Kantor Depag kabupaten/kota seperti tahun lalu. Total dana BOS triwulan IV tentu saja bervariasi tergantung daerah masing-masing. Misalnya di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), untuk madrasah ibtidaiyah (MI) dan sederajatnya dan madrasah tsanawiyah (MTs) dan sederajatnya, dana BOS-nya sebesar Rp 11,348 miliar. Sementara di kota dan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, sebanyak 100.549 siswa MI dan MTs mendapatkan dana BOS dari Depag. Dana BOS Depag tahap ketiga untuk periode OktoberDesember 2009 itu mencapai Rp12,7 miliar dengan jumlah penerima sebanyak 100.549 siswa MI dan MTs di kota dan Kabupaten Sukabumi. DIRASAH

27


S U K S ES

Pondok Pesantren Langitan

Kampus Bebas Rokok google.com

Pesantren Langitan sudah sejak 2003 membebaskan kampus dari asap rokok.

D

i banyak daerah kini sudah dicanangkan dan dilaksanakan program Sekolah Bebas Rokok (SBR), mungkin juga istilah lainnya Kampus Bebas Rokok (KBR). Dengan berbagai kegiatannya, SBR atau KBR ini berusaha mewujudkan sekolah dan kampus yang bersih serta sehat sehingga dapat mendukung suasana yang lebih berkualitas. Bagi daerah-daerah yang belum mencanangkan program tersebut, 28

Desember 2009

tentu sebaiknya tidak lantas tidak berusaha mewujudkannya. Sambil menunggu pihak pemerintah daerah bersama dinas terkait mewujudkannya, minimal tiap sekolah harus dapat memulainya dengan semangat mewujudkan sekolah yang bersih dan sehat lewat SBR/KBR. Kampus bebas rokok bukan isapan jempol, karena sudah banyak lembaga pendidikan yang melaksanakannya. Pondok Pesantren Langitan, Tuban Jawa Timur, termasuk salah satu lembaga pendidikan yang sejak 2003 telah membebaskan kampusnya dari rokok. Dan, itu dilakukan tanpa gembar


SUKSE S gembor, tanpa keharusan daerahnya mengelurkan Perda Haram Merokok. Pondok Pesantren Langitan berdiri jauh sebelum Indonesia merdeka, tepatnya pada tahun 1852 di dusan Mandungan, desa Wedangan kecamatan Widang Kabupaten Tuban Jawa Timur. Pesantren yang letaknya persis di samping sungai Bengawan Solo dan berdiri di atas lahan seluas 7 ha itu, saat ini dipimpin KH Abdullah Faqih, ulama kharismatik Nahdlatul Ulama (NU). Larangan mengkonsumsi rokok di Pesantren Langitan berlaku untuk umum. Para santri, ustadz serta pengasuh seluruhnya tidak diperbolehkan merokok di lingkungan pesantren. Kampus pesantren ini benarbenar bebas dari bau asap rokok. Kondisi ini membuat kagum mantan Menteri Agama Tarmizi Taher yang pernah berkunjung ke sana. Yang menarik, pengaruh larangan merokok tidak hanya terjadi di sekitar pesantren yang kini dihuni tak kurang dari 5500 santri dari berbagai daerah di tanah air, tapi juga lingkungan sekitar pondok pun ikutikutan untuk tidak mengkonsumsi rokok. Buktinya, di warung nasi Mira dekat kampus, di atas meja kasir, tertulis besar-besar pengumuman “Tidak Menjual Rokok!� Menurut pimpinan Pesantren Langitan, yang mendasari adanya kebijakan melarang mengkonsumsi rokok tersebut, karena dilihat para santri sudah ‘tabdzir’ dan berlebihan dengan mengkonsumsi rokok. Padahal mereka tidak memiliki kerja

dan pendapatan kecuali uang dari para orang tua. Uang yang seharusnya digunakan untuk biaya nyantri, sering digunakan untuk membeli rokok. Akhirnya dikeluarkanlah kebijakan tersebut. Kebijakan larangan merokok tersebut diterapkan secara tadriji (bertahap). Mula-mula larangan merokok itu hanya berlaku untuk para santri di bawah usia 18 tahun. Setelah berhasil, kemudian larangan meningkat kepada santri berusia di bawah 20 tahun dan setelah berhasil akhirnya kebijakan berlaku untuk semua santri, ustadz dan para pembina. arena itu, sangat sulit mendapatkan rokok di koperasi pesantren. Kebijakan pondok pesantren melarang para santrinya merokok, merupakan kebijakan sangat tepat. Tak sedikit mereka yang sekarang ini menjadi pecandu narkoba, obatobatan dan barang haram lainnya, mula-mula dari merokok. Kebijakan itu selain sangat sehat, juga mencegah siswa terkena bahaya narkoba apalagi HIV/AIDS. DIRASAH

29


S UK S ES Memang tepat pemberlakuan larangan rokok secara bertahap tadi, dan layak ditiru. Masalahnya, tak jarang larangan hanya diberlakukan bagi siswa saja. Mestinya, kalau selama ini di semua sekolah telah disepakati aturan anak sekolah tidak boleh merokok, tentu aturan itu harus disempurnakan. Guru dan karyawan juga tidak boleh merokok di lingkungan sekolah. Lingkungan radius tertentu dari sekolah juga harus dilarang untuk dijadikan tempat merokok dan jualan rokok serta promosi atau iklan rokok. Soal adanya guru yang merokok di lingkungan sekolah atau ada anak sekolah yang sembunyisembunyi merokok di lingkungan sekolah, itu dapat diatasi dengan ketegasan pimpinan sekolah. Sedangkan untuk tempat penjualan rokok di sekitar sekolah, minimal membutuhkan pendekatan dari pihak sekolah yang didukung instansi terkait sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

google.com

30

Desember 2009

Hal yang terakhir sangat penting adalah karena di tempat tertentu ternyata beberapa anak sekolah suka mangkal dan sembunyi-sembunyi merokok. Kalau tahu ada gurunya lewat, mereka akan menghentikan atau membuang rokoknya. Tanpa disadari, keberadaan tempat mangkal untuk merokok dapat menjadi ancaman serius bagi anak sekolah dan lingkungan sekolah. Apalagi tempat mangkal biasanya juga menjadi tempat belajar merokok anak sekolah. Demikian halnya dengan iklan atau promosi rokok di radius tertentu dari lingkungan sekolah. Hal itu juga menimbulkan dampak yang sama buruknya terhadap siswa. Fenomena sekaligus gambaran buruk yang demikian menuntut adanya keberanian guru untuk mengingatkan anak sekolah dan sesama guru untuk mendukung terwujudnya sekolah yang bersih dan sehat berkat bebas rokok. „


SUKSE S

Penarik Becak Terobsesi Bangun Madrasah

S

alim Ruhmana (68 tahun) yang kesehariannya menarik becak ternyata memiliki pemikiran yang mungkin tidak terbayangkan oleh orang lain. Sosok yang saat ini sudah tampak masih lebih muda dibandingkan usianya, terlihat bahagia bisa mewujudkan angannya mendirikan sekolah, Madrasah Diniyah Awaliyah Nurul Hidayah di kampung halamannya, Dusun Karangcengek, Desa/Kec. Pamarican, Kab. Ciamis, Jawa Barat. Salim mengungkapkan keinginan membangun madrasah bermula dari rasa penasaran melihat anak-anak bermain di sekitar rumahnya, menyebut diri mereka belajar di madrasah. Selidik punya selidik, ternyata setelah dilihat madasah itu hanya rumah biasa. Apa yang dilihatnya sangat menyentuh lubuk hatinya. Anganangan mendirikan ruang belajar yang lebih baik terus berkecamuk dalam pikirannya. Menyadari kondisinya hanya sebagai tukang becak dengan penghasilan ratarata Rp 20.000-Rp 30.000 akhirnya memunculkan ide untuk meminta sumbangan. Dari pintu ke pintu rumah yang didatangi, Salim mengungkapkan rencananya membangun madrasah. Setelah bertahun-tahun

menyisihkan sebagian dari hasil menarik becak di Jakarta, ditambah dengan sumbangan dari donatur yang didatanginya, akhirnya tahun 2003 impiannya mulai terwujud. Pondasi yang rencananya akan dibangun lima lokal atau ruang mulai terwujud. Melihat hasil kerjanya mulai tampak, hal itu seolah menjadi cambuk untuk semakin giat bekerja dan mencari donatur. Posisinya sebagai tukang becak yang mangkal di samping UIN, Jalan Supratman dan dekat dengan Masjid Al-Ikhlas Jakarta, ternyata dapat dimanfaatkan untuk mencari peluang penggalangan dana. “Ketika sedang menarik penumpang, saya ceritakan sedang membangun madrasah di kampung. Semula memang ada yang tidak percaya, namun setelah diyakinkan, akhirnya memberikan sumbangan,� ungkap Salim yang mengawali menarik becak sejak tahun 1993. „ DIRASAH

31


P E RSP EK T I F

google.com

D

Keberhasilan Pendidikan Islam

alam l kh khazanahh IIslam, l pendidikan biasa dikenal dengan istilah tarbiyyah, ta’lim, ataupun ta’dib. Kedudukan pendidikan disadari begitu penting dalam membentuk pribadi, masyarakat, negara, bahkan peradaban. Sebab, sebuah peradaban akan diakui, jika eksistensi pendidikan mampu hidup dalam bingkai masyarakatnya. Tapi pada praktiknya, ketika pendidikan terlembagakan, orientasi pendidikan menjadi beragam, dan lahir dikotomi antara pendidikan agama-non agama, keakhiratan-keduniaan, dan sebagainya. Padahal, Islam selalu menggan32 32

Desember Desember 2009 2009

tungkan pendidikan pada satu arah tujuan, tauhidullah. Tanpa harus mendikotomi urusan dunia dan akhirat. Dan orientasi pendidikan Islam adalah membentuk pribadi beradab. Syed Muhammad Naquib al-Attas (Islam and Secularism, 1978) menilai bahwa tujuan pendidikan adalah untuk menanamkan kebaikan dan keadilan dalam diri manusia sebagai seorang manusia dan individu. Bukan hanya sebagai seorang warga negara ataupun anggota masyarakat. Karena itu, menurut al-Attas, yang mesti ditekankan adalah menanamkan nilai-nilai manusia sejati. Yaitu kesadaran penuh terhadap


P ER SPE KTI F tanggung jawab diri kepada Tuhan. Bukan orientasi terhadap nilai manusia sebagai entitas fisik, yang diukur dalam konteks pragmatis dan utilitarian, berdasarkan kegunaannya bagi negara, masyarakat, dan dunia. Pendidikan ala Barat yang hari ini dominan diaplikasikan, lebih mengarahkan pendidikan sebagai alat mobilisasi sosial-ekonomi individu dan negara. Para siswa maupun orang tua terjangkit penyakit diploma. Berupa usaha meraih suatu gelar pendidikan, bukan karena kepentingan pendidikan, tapi karena nilai-nilai ekonomi dan sosial. (Roger Dale, The Diploma Disease: Education, Qualification, and Development, 1976). Maka realitas yang terjadi, peradaban Barat alpa memandang nilai luhur ilmu sebagai pembangun kepribadian bermoral. Prof Wan Mohd Nor Wan Daud, guru besar pendidikan dan pemikiran Islam dari Universitas Islam Internasional Malaysia, mencatat kisah Demonsthenes, seorang filosof Yunani, yang mengungkap pandangan kaum cendekiawan yang pintar menjustifikasi amalan bejat, “Kami mempunyai institusi pelacuran kelas tinggi (courtesans) untuk keseronokan, gundik untuk kesehatan harian tubuh badan, dan istri untuk melahirkan keturunan halal dan menjadi penjaga rumah yang dipercayai” (Wan Mohd Nor Wan Daud, Budaya Ilmu: Satu Penjelasan, 2003). Pendidikan Islam yang berpijak kepada al-Qur’an dan hadis meletakkan dasar-dasar yang khas tentang berbagai aspek kehidupan.

Mulai dari masalah ekonomi, sosial, politik, hukum, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Seluruhnya tidak sebatas berorientasi duniawi, tetapi juga diutamakan ukhrawi. Dalam bidang sosial misalnya, pendidikan Islam menggariskan sistem sosial yang didasarkan atas kesetaraan sebagai hamba Allah, bukan atas perbedaan suku, ras, golongan, bahasa, warna kulit, pangkat dan sebagainya (QS al-Hujurat [49]: 13). Bidang politik, Islam mencitacitakan negara yang dipimpin orang yang adil, jujur, amanah, dan kredibel. Sehingga dalam praktiknya, ia tidak menyalahgunakan kekuasaan, menciptakan kemakmuran rakyat, serta mendengar dan memperhatikan aspirasi masyarakat yang dipimpinnya (QS an-Nahl [16]: 90). Dalam bidang ekonomi, Islam menginginkan keadaan ekonomi yang didasarkan pada pemerataan, anti monopoli, saling menguntungkan, tak saling merugikan seperti penipuan, pencurian, dan lainnya (QS al-Hasyr [59]: 7). Begitu pula dalam berbagai aspek lainnya, yang mengintegrasikan nilai-nilai moralitas dalam pribadi. Semua itu tergambar dalam cermin pendidikan Nabi SAW, para Sahabat dan ulama salaf. Pendidikan yang berlandaskan wahyu dengan tujuan pembentukan pribadi berakhlak islami ini merupakan tujuan utama diutusnya Rasulullah, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (HR Ahmad dan Malik). daden robi rahman/gtr DIRASAH

33


P ER SP EK T I F

Tonggak Peradaban

P

endidikan sebagai representasi tradisi ilmu, merupakan tonggak utama pembangunan sebuah peradaban. Sejarah membuktikan bagaimana dominasi sebuah peradaban yang kaya dengan tradisi ilmu, mempengaruhi peradaban lainnya. Sejarah kejayaan Islam yang pernah menjadi trendsetter selama kurun waktu hampir 700 tahun buktinya. Sejak kepemimpinan Nabi SAW, Khulafa’ Rasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah, hingga Turki Osmani, kejayaan Islam terjadi karena tradisi keilmuan sangat ramai dikumandangkan. Rasulullah sangat aktif memberi motivasi para Sahabatnya untuk membudayakan ilmu. Bahkan, para Sahabat dikenal sebagai kalangan yang haus ilmu. Di masa awal pengangkatan beliau sebagai Rasul, beliau langsung memerintahkan para Sahabatnya untuk menghapal wahyu yang turun berangsur-angsur, sekaligus menuliskannya. Tradisi baca tulis pun mulai ramai diminati, disamping hapalan al-Qur’an yang menajamkan intelegensi masyarakat Islam. Baca tulis juga dijadikan pelajaran wajib bagi anak-anak muslim waktu itu. Bahkan agar para tawanan perang Badar bisa bebas, mereka disyaratkan untuk mengajarkan baca 34 34

Desember Desember 2009 2009

tulis kepada kaum Muslimin. Rasulullah pernah menugaskan Abdullah ibn Said ibn al-Ash untuk mengajarkan tulis menulis di Madinah. ‘Ubadah ibn Shamit dimandatkan sebagai pengajar tetap tulismenulis ketika itu. Kecintaan Sahabat terhadap ilmu, dimotivasi pemahaman mereka terhadap al-Qur’an yang mendorong mereka untuk mengoptimalkan akal dan pikiran. (Lihat misalnya QS 2: 73, 242,6:151,12:2,24:61,40:67 ,43:3, 57: 17). Ibnu Taimiyah mencatat, banyak Sahabat yang tinggal di asrama untuk mengikuti madrasah Rasulullah (suffah). Diperkirakan mencapai 400 orang. Rasulullah mempunyai 65 sekretaris, yang bertugas menulis berbagai hal khusus. Termasuk Zaid bin Tsabit, interpreter bahasa asing hingga diperintahkan belajar bahasa Ibrani dan Suryani. Itu diikuti generasi setelahnya. Jabir ibn Abdullah misalnya, hanya untuk mencari dan mendapatkan satu hadis saja, ia menempuh perjalanan satu bulan dari Madinah ke Arisy di Mesir. Begitu pula Ahmad ibn Hambal yang menempuh perjalanan ribuan kilometer hanya untuk mencari sebuah hadis. Padahal, disamping konsentrasi menuntut ilmu, ia juga harus bertani untuk mecukupi bekal hidupnya. (daden/gtr)


LE NSA

Peresmian Blockgrant dan Rapat Koordinasi Tingkat Nasional MEDP Depag RI 2009 “Membangun Madrasah Berbasis Perencanaan Pengembangan Madrasah� Jakarta 10-12 Desember 2009

Foto-foto:Istimewa

DIRASAH

35


Program MEDP untuk Madrasah yang Lebih Baik!

Departemen Agama RI

36

Departemen Agama RI Berperan Menuntaskan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun melalui Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Pondok Pesantren Salafiyah Ula dan Wustho, serta Program Paket A dan B di Pesantren

Desember 2009


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.