63
sejak awal musim berbiak hingga berakhirnya musim berbiak. Tempatnya berupa areal terbuka dan bersih dari tumbuhan bawah. Selama pengamatan ditemukan sebanyak tiga merak hijau jantan di TNAP dan tiga merak hijau jantan di TNB yang melakukan aktivitas perkawinan.
Strategi yang digunakan merak hijau
jantan di kedua lokasi tersebut memiliki kesamaan yaitu menguasai sumberdaya (pakan atau minum), sehingga memiliki peluang yang lebih besar untuk kawin. Wilayah yang dikuasainya hanya sesaat atau half-time territory yaitu penguasaan wilayah teritori hanya pada saat musim berbiak saja. McFarland (1987) dalam Dwisatya (2006) menyatakan bahwa betina akan memilih jantan yang teritorinya kaya pakan dan tempat bersarang yang memadai. Proses kopulasi merak hijau sangat cepat baik di TNAP maupun TNB, yaitu berdurasi rerata 10-19 detik. McFarland (1993) menyatakan bahwa kopulasi pada jenis burung berlangsung singkat. Hasil penelitian Dwisatya (2006) di TMII mendapatkan proses kopulasi secara keseluruhannya berlangsung singkat, hanya dalam hitungan detik yaitu antara 9-24 detik. Durasi maupun frekuensi aktivitas kawin sama pada beberapa tipe habitat baik di TNAP maupun TNB. Hal ini dipertegas dengan hasil uji chi-square yang menunjukkan nilai χ2 dari χ2
tab
hitung
lebih kecil
berarti perilaku kawin tidak dipengaruhi oleh tipe habitat. Faktor yang
mempengaruhi proses perkawinan, diantaranya: 1) Keadaan cuaca, 2) Kecepatan angin, 3) Aktivitas satwa lain, 4) Faktor internal merak hijau (kesiapan kawin), 5) Jumlah merak hijau betina, 6) Jumlah merak hijau jantan pengganggu, 7) Predator, 8) Ketidaksempurnaan fisik, dan 9) Gangguan aktivitas manusia. 5.1.6 Perilaku Pasca Kawin Merak hijau jantan pada pasca perkawinan akan merontokkan bulu hiasnya setelah hujan turun (Gambar 21).
Perontokan bulu hiasnya tidak serentak
seluruhnya, namun secara bertahap yaitu dari bulu hias yang terpanjang. Waktu