3 minute read

Unraveling the Preferences in Challenges of Millenial Homeownership

Writer: Prisca Bicawasti B. S.

Advertisement

Rumah merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia yang memiliki rupa berbedabeda sesuai dengan karakteristik individu atau keluarga yang menempati. Perbedaan kebutuhan dasar ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara faktor gaya hidup dan profil pemilik seperti umur, tingkat pendidikan, besar penghasilan, dan lain-lain1. Hunian juga merupakan hak setiap masyarakat untuk dapat hidup pada rumah dan lingkungan yang layak untuk meningkatkan kualitas hidup2, 3, 4.

Berdasarkan demografi penduduk di Indonesia, sebesar 31.5% populasi adalah generasi milenial yang lahir pada tahun 1982-20005. Faktanya daya beli masih menjadi isu utama rendahnya kepemilikan rumah di kalangan generasi milenia6. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain tidak meratanya akses informasi terhadap KPR, lonjakan harga rumah yang tidak sebanding dengan peningkatan pendapatan, dan pengelolaan keuangan yang belum memprioritaskan hunian sebagai kebutuhan dasar7, 8, 9.

Shirvano Consulting memiliki kesempatan untuk melakukan riset tentang preferensi dan tantangan kepemilikan hunian bagi generasi milenial di tahun 2019. Data sampel diambil dari 279 responden terdiri dari 191 milenial pekerja dan 86 milenial pelajar/mahasiswa yang tinggal di D. I. Yogyakarta. Pertanyaan yang diajukan membahas tentang preferensi kepemilikan hunian dan kemampuan finansial. Sebanyak 98% reponden yang berasal dari generasi milenial menyadari pentingnya hunian dengan sertifikat hak milik.

191 responden Milenial pelajar/mahasiswa responden Milenial pelajar/mahasiswa

98% responden

Menyadari pentingnya rumah milik

Menekan pengeluaran dibandingkan menyewa

Hunian kebutuhansebagaiprimer

Pertimbangan memiliki hunian milik ala milenial 7

Sumber vektor: NikVector | shutterstock, Ahmad Safarudin, Simple Line | vecteezy, Valenty | creativemarket

Aspek fisik hunian

Hidup mandiri

Bebas beraktivitas (nyaman & privasi tinggi)

Investasi jangka panjang

Berdasarkan preferensi aspek fisik hunian, rumah dengan kriteria

Tipe 70

Terdiri 3 kamar tidur dan 2 kamar mandi menjadi idaman generasi milenial

Gaya arsitektur tropi

Terletak pinggir kota, terutama Kabupaten Sleman.

Preferensi hunian yang dipilih tidak hanya menjadi pemenuhan kebutuhan dasar primer, namun milenial juga menjadikan rumah sebagai bagian dari aktualisasi diri. Di mana penghuni dapat nyaman dan bebas beraktivitas secara mandiri.

Meningkatkan status sosial

Tempat berkumpul keluarga

Aspek kemampuan finansial

Berdasarkan kemampuan finansial, mayoritas generasi milenial memilih untuk memiliki rumah dengan

Kisaran harga 401 600 juta rupiah

Cara beli dan bangun bertahap.

Profil finansial generasi milenial didominasi pendapatan 0 2 juta rupiah perbulan.

Sebesar 0 10% pendapatan disisihkan untuk tabungan pendidikan dan pengembangan diri

34% milenial belum memiliki tabungan khusus hunian.

Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan hasil interview dan diskusi dengan pakar bidang perumahan. Berdasarkan hasil data preferensi wujud hunian dengan data kemampuan finansial, terdapat tiga opsi langkah untuk mendapatkan hunian bagi milenial yaitu beli tanah dengan bangun bertahap, mengambil KPR, atau kontan keras. Namun perlu menjadi perhatian bahwa penelitian ini dilakukan pada tahun 2019 sehingga membutuhkan pembaharuan harga dan besarnya bunga.

UMR Yogyakarta ± Rp 1.850.000 (2019)

Mengajukan KPR 142 juta rupiah (tanah dan bangunan)

Besar angsuran 925rb/bulan selama 30 tahun om, istockphoto, mulyasriwahyuni freepik.com

Dalam kasus tersebut, salah satu solusi yang dapat diambil adalah mengambil KPR pada rumah bersubsidi sesuai dengan program arahan pemerintah. Simulasi perhitungan ini dilakukan dengan suku bunga pertahun 6.75%.

Namun di sisi lain banyak pertimbangan yang harus diperhatikan dalam membeli sebuah rumah seperti pada aspek akses; biaya transportasi menuju kantor, sekolah, atau pasar; kualitas hidup lingkungan sekita; keadaan layak huni bangunan; standar material dan konstruksi bangunan; dan pengeluaran lain yang dapat dipengaruhi oleh keadaan dan lokasi rumah.

Opsi Mendapatkan Hunian Milik Ala Milenial

Opsi pertama adalah mengambil estimasi harga tanah seharga 300 juta untuk 100 m2 dengan biaya pembangunan sebesar 280 juta yang dilakukan selama 2 3 bulan pengerjaan. Biaya pembangunan dapat disesuaikan dengan konsep bangunan tumbuh menyesuaikan kebutuhan penghuni saat itu serta dilakukan penyesuaian harga material dan pekerja. Sehingga total biaya yang dibutuhkan sekitar 580 juta rupiah untuk mendapatkan hunian.

Opsi yang kedua adalah mengajukan KPR dengan estimasi harga tanah dan bangunan 675 juta rupiah. Pada awal pengajuan, milenial menyiapkan DP sekitar 30% atau 202 juta rupiah, maka hunian dapat diangsur sekitar 3 juta rupiah per bulan selama 30 tahun. Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan suku bunga pertahun 6.75%. Milenial diharuskan memiliki pendapatan sekitar 2x angsuran perbulan atau 6 juta rupiah untuk memehuni kebutuhan lain.

Opsi yang ketiga adalah kontan keras dengan estimasi harga tanah dan bangunan sebesar 675 juta rupiah. Opsi ini diambil saat milenial memiliki sejumlah uang atau tabungan dengan nominal yang sesuai dengan harga rumah yang diinginkan.

Pelindung: M. Retas Aqabah

Pembimbing: Rendy A . Diningrat

Penelit i: Arbi Ali Farmadi, Rizkiana Sidqiyatul

Hamdani, Fadhila Nur Latifah Sani, Sayyid

Habibullah

Asisten Penelit i: Icha Pajrisa Dwi P., Septi Mooi,

Penelitian ini menyimpulkan bahwa generasi milenial masih memiliki keinginan yang tinggi untuk memiliki sebuah hunian. Generasi ini masih memiliki preferensi fisik hunian yang tergong ideal untuk berhuni dan mengaktualisasikan dirinya. Namun sayangnya, keinginan tidak berbanding lurus dengan keadaan finansial yang tergolong sangat terbatas. Situasi ini tidak sepenuhnya dibebankan kepada generasi milenial. Dibutuhkan sinergi dari seluruh aktor dalam menyediakan hunian tinggal yang layak huni. Baik dari pembaharuan kebijakan dan inovasi atas skema baru untuk pembiayaan, desain hunian, teknologi bangunan, dan lain lain.

Aarth Schafer Hutabarat, Zafitra Emirald

Muttaqien, Dini Norma Perwirasari, Kenia Ayu

Sica Oryziana , Yunita Laras, Ansi Arivia, Dea

Cahya Edinita, Dwiani Kartikasari

Sur veyor: Dhiya Sholiha, Muhammad Fadhli

Ihsani, Miftahus Salam, Farah Bella, Arina Nada

T im Diseminasi: Rosalina Woro Subekti, Interns

Batch 5, Shir vanians

Sumber Dana: Shir vano Consulting

Rumah Halaman all, KOMPAS.com, Dec. 14, 2016. https: //properti.kompas.com/read/2016/12/14/160706321/lima.tahun.lagi.generasi.milenial.terancam.tidak.bisa.membeli.rumah?page all (accessed May 24, 2023) Marketeers, Sekitar 2,8 Juta Millennial Jakarta Terancam