Lacuo

Page 58

58 Ma?”, tubuhnya bergerak-gerak gelisah dan pelupuk matanya basah. Sang ibu hanya mengelus-elus pelan rambut dan pipi putrinya, menghilangkan air mata dari anaknya dengan penuh kasih sambil merasa bingung, apa gerangan yang terjadi. Rasa khawatir mulai merambat kedalam hatinya seperti berlipat tahun-tahun yang lalu. Perlahan ia menyapu pandangannya ke sekelilingnya untuk mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menyelimuti sang anak. Saat itulah dia baru menyadari buku bersampul biru terbuka dengan kertas berserakan di lantai di depan televisi. Kursi di depannya menghalanginya waktu dia duduk di samping sang anak. Namun ketika dia berdiri, ia bisa lihat jelas buku itu terkoyak karena marah. Sang ibu membacanya dengan dengan rakus, dia coba dengan tangannya yang bergetar meraih lebih banyak kertas, meraih lebih banyak tumpahan hati anaknya. Lalu aku melihat matanya menatap khawatir anaknya. Dia berdiri dengan tangan bergetar memegang kertas dan tangisannya tumpah. Sang ibu tidak hanya menangisi sang anak tercintanya, tapi juga menangisi dirinya sendiri. Sesaat tubuhnya limbung dan terpecahlah vas bunga yang ada di meja samping kursi itu. Bersamaan dengan suara kaca yang memecah keheningan malam, terbangunlah sang anak. “Mama... engkaukah itu?” Sang anak terbangun dengan mata merah tangis menatap ibunya. “Putri, kamu sudah bangun?” Sang ibu menatap putrinya dengan kasih, dia mencoba mendekat “Kamu tidak apa-apa kan Sayang? Kenapa harus menangis?” Sang ibu mendekati sang anak dengan tangan terangkat berharap dipeluk oleh putrinya. Putrinya terlihat ragu-ragu sejenak kemudiaan dia berpaling dari ibunya dan berlari pergi. “Pembohong!” “Raina! Kemana kau akan pergi!” Sang ibu berteriak kepada sang anak yang telah mencapai pintu depan rumah. Saat itu aku bisa merasakan hati sang putri berada diantara dua pintu. Satu pintu menuju dunia untuk


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.