Waspada, Senin 16 Agustus 2010

Page 17

A6

Semarak Ramadhan

WASPADA

Minggu 15 Agustus 2010

Ustadz Drs. HM. Sinambela

Demi Tuhan, Untuk Manusia “Atas Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorongkan oleh keinginan luhur” merupakan salah satu kata kunci (keyword) dalam Pembukaan Undang-Ubdang Dasar 1945. Kalimat ini merupakan simbol dari ke’arifan, kecerdasan, dan religiositas yang sekaligus menjadi karakter penduduk negeri ini. Sudah terlalu lama tabuh perjuangan telah dibunyikan, betapa banyak derita yang dialami para pejuang dan keluarganya. Berapa banyak nyawa yang melayang, dan terlalu banyak tokoh serta cendekiawan yang duijebloskan ke dalam tahanan. Kini Allah membuka rahmat kemerdekaan. Pantas jika para pendiri (te Founding Father) bangsa menyebutnya sebagai rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Pada saat yang sama kemerdekaan juga merupakan hasil perjuangan, sebab merupakan keinginan luhur (fitrah kemanusiaan). Secara antropologis sikap para pendiri bangsa yang juga dapat disebut sebagai salah satu karakter bangsa ini adalah theo-anthoposentris (demi Tuhan, untuk manusia). Sebab ada dua sikap yang diperlihatkan manusia saat mereka memperjuangkan atau melakukan sesuatu. Pertama, theosentris, berpusat pada tuhan, semua dilakukan demi dan untuk tuhan. Kedua, anthroposentris, berpusat pada manusia, semuanya karena dan untuk manusia. Karakter tersebut—dan dengan demikian karakter penduduk negeri ini—adalah kombinasi keduanya, theoanthroposentris, semua dilakukan karena Tuhan tetapi sekaligus untuk manusia. Sebab Tuhan tidak pernah butuh apa pun dari manusia. Manusia diciptaakan Allah untuk mengabdi kepada-NYa [QS.al-Dzâriyât: 56]. Tetapi jika manusia melakukan yang baik, itu adalah untuk dirinya, dan bilamana ia berbuat yang buruk akibatnya juga untuk dirinya sendiri. [QS. Fushshilat: 49]. Namun kini karakter tersebut seakan tak lagi bersemi dalam hidup dan kegiatan-kegiatan pembangunan bangsa ini. Pidato para pemimpin sediti sekali menyinggung agama dan rahmat Allah. Para pemimpin lebih cenderung menggunakan kata ‘kita’ bahwa semua atas usaha dan rencana strategis (renstra) yang kita susun. Sikap anthroposentris semacam ini seringkali menyebabkan prilaku religius tak mewarnai kehidupan berbangsa dan pembangunan kita. Hari demi hari kehidupan berbangsa dan bermasyarakat semakin mendekati sekular. Sikap sekularistuk semakin menggurita dalam kehidupan kita, dari atas ske bawah. Sejajar dengan itu kehidupan beragama mengalami privatisasi dan didesak ke sudut yang ritualistik serta supremasi zikir-zikir formal dan tabligh akbar. Yang disebut terakhir cenderung dipelihara sebagai symbol atau ‘salop’ religiositas formal yang seringkali tak membekas dalam kebijakan dan pengelolaan pembangunan. Para saat yang sama agamawan pun bergerak kearah tumpukan harapan yang tersedia ini dengan simbol-simbol serban, jubah, dan mozaik-mozaik agama formal lainnya. Puasa Ramadhan disebut Allah sebagai ibadah yang khusus untuk-Nya (as-shaumu lî wa ana ajzî bih= al-Hadîs). Akan tetapi puasa yang baik akan mengangkat derajat pelakunya menjadi taqwa [QS.2/al-Baqarah:183]. Jadi theo-anthoroposentris, demi Tuhan untuk diri pelakunya. Puasa Ramadhan dengan demikian menjadi kebutuhan seluruh komponen negeri ini, mengembalikan mereka pada karakternya yang sesungguhnya, theo-anthroposentris, agar pembangunan bisa berjalan secara efektif, bermartabat, dan dirihai Allah Swt, baldatun thayyibatun wa rabbun ghafûr.Wa Allâhu A’lamu bi al-Shawâb.

Syari’ah Aktualisasi Islam AJARAN Islam, secara umum, berkaitan dengan aturan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia (hablum minan-nas), dan hubungan manusia dengan Tuhan (hablum minal-Lah), sebagaimana tertuang dalam Q.S. Ali Imran: 112. Kedua hubungan ini mekanisme dan juklaknya dalam syari’ah. Apabila aqidah merupakan teorititasi Islam, atau Islam secara teoritis, maka syari’ah ialah aktualisasi Islam atau Islam aktual atau aplikatif. Bagaimana menyeharikan aqidah, menyeharikan hubungan dengan Tuhan dan dengan manusia diatur oleh syari’ah. Secara umum, syari’ah terbagi kepada empat, yaitu: 1. Ibadah, yaitu pengabdian manusia kepada Tuhan sebagai bentuk kepatuhan dan ketundukan (hudhu’). Para ulama mengelompokkan ibadah kepada madhah dan ghayru mahdhah. Ibadah mahdhah ialah ibadah yang cara pelaksanaannya diatur oleh al-Qur’an dan hadits, yaitu shalat, puasa, zakat, dan haji. Cara pelaksanaannya harus mengacu dan berpijak pada nash al-Qur’an dan hadits. Pelaksanaan di luar ketentuan itu, selain tidak diterima sekaligus memperoleh ganjarana dosa. Sedangkan ghayru mahdhah ialah segala tingkah laku manusia yang dilakukan dengan motivasi karena Allah, seperti bersedekah, menolong orang lain, dan sebagainya. Seperti ibadah mahdhah, ibadah inipun jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dengan satu syarat, dilakukan ikhlash karena Allah SWT. Inilah maksud dari ayat al-Qur’an yang artinya: “Manusia tidak disuruh beribadah kecuali ikhlash karena Allah SWT” (Q.S. al-Bayyinah: 5). 2. Mu’amalah. Apabila ibadah mahdhah lebih ditekankan pada hubungan manusia dengan Tuhan, maka mu’amalah sebaliknya ditekankan pada hubungan sesama manusia (hablum minan-nas), seperti menyangkut politik, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, dan sebagainya. Terhadap bidang inipun Islam memberikan garis yang jelas secara nilai, sedangkan aplikasinya mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan zaman. Inilah maksud hadits bahwa “Islam relevan bagi setiap ruang dan waktu” (al-Islamu shalihun likulli zaman wa makan). Dalam bidang pendidikan, misalnya, Islam hanya memberi garisan bahwa belajar merupakan kewajiban, termasuk memfasilitasinya. Bagaimana metode dan strateginya disesuaikan dengan perkembangan zaman. Elastisitas mu’amalat ini menyebabkan Islam tidak kehilangan akal menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman sebagai akibat dari perkembangan sains dan teknologi. Kembali ke masalah pendidikan sehingga terjadi perubahan pada bentuk dari halqah, klassikal, dan sebagainya. Juga perubahan pada metode pembelajaran dari monolog kepada dialog, sehingga muncul beberapa istilah baru seperti CBSA, KBK, dan sebagainya. Prinsipnya ialah tidak bertentangan dengan nilai-nilai keislaman dan kemanusiaan. 3. Munakahat, yaitu suatu transaksi (’aqad) yang membenarkan seorang pria menggauli seorang wanita. Termasuk dalam bidang ini kajian lain seperti pembagian harta (warisan), perceraian (thalaq), dan sebagainya. Bidang ini penting bagi pemenuhan kemenausiaan, baik dalam kaitan penyaluran biologis maupun berkaitan dengan keteraturan dan harmoni sosial. 4. Jinayah siyasah, yaitu yang menyangkut dengan perdata dan pidana Islam serta yang berkaitan dengan urusan kenegaraan. Bidang ini juga penting dalam rangka tatakelola masyarakat dan pemerintahan sehingga terwujud masyarakat yang harmoni, rukun dan sejahtera serta negara yang makmur. Keempat bidang ini merupakan suatu kesatuan dan menjadi bidang inheren ajaran Islam, sehingga kehilangan salah satunya akan kehilangan makna utuh secara keseluruhan. Itulah sebabnya, al-Qur’an memberikan garis ideal dengan berislam yang utuh (udkhulu fis-silmi kaffah).

Konsultasi Zakat

Bangkitkan Ramadhan Dengan Ibadah Berjamaah MEDAN (Waspada): Ustadz Drs. HM. Sinambela mengatakan, setiap amal kebaikan yang dilakukan oleh manusia niscaya Allah SWT melipat gandakan sepuluh kali lipat, bahkan sampai 700 kali lipat lebih pahala. Sinambela menyampaikan tausyiah pada kuliah subuh Ramadhan 1431H hari keempat, di Masjid Ar-Rahman Jalan Prof. HM Yamin,SH, Sabtu (14/8). Jika kamu bersyukur atas nikmat yang kuberikan, kata Allah niscaya akan kutambah. Tapi jika kamu kufur, maka sebaliknya akan kuberi azab yang sangat pedih. Kecuali puasa, Allah akan membalasnya karena Allah Maha Tahu baik secara zahir maupun bathin. Maka beruntunglah jika kita melaksanakan ibadah puasa karena didasari atas Iman dan memohon ridho Allah. Kata Sinambela, ada dua

hadits yang memberikan nilai plus tentang puasa yaitu siapasiapa yang dapat menegakan puasa dengan Iman dan semata-mata mengharapkan ridho Allah, maka niscaya Allah mengampunkan segala dosadosa yang telah lalu. Di bulan Ramadhan, Allah menjanjikan rahmat, berkah. Tapi mengapa masih banyak umat Islam yang tidak berpuasa ? Semua ini disebabkan cahaya imannya lemah. Pandangan cahaya Iman kabur, dan tidak tertanam dalam hatinya makna berpuasa. Padahal Allah sudah memberikan berbagai fasilitas yang bisa dipergunakan. Maka diim-

bau kepada kaum muslim, segarkan, bangkitkan Ramadhan dengan ibadah-ibadah baik di Masjid, surau, mushalla dan tempat-tempat lainnya secara berjamaah, karena Allah pasti memberikan pahala berlipat ganda, pinta Sinambela. Orang yang melaksanakan ibadah puasa kedudukannya dalam Islam telah menempatkan pada sendi Islam yaitu puasa sebagai benteng. Maka kalau salah satu rukun Islam tidak dipenuhi maka tidak sah. Kemudian meninggalkan dua kalimah syahadat (orang meninggalkan Islam adalah kafir, meninggalkan shalat lima waktu dan meninggalkan puasa Ramadhan tanpa alasan yang jelas. Islam sudah mengatur berbagai cara baik dalam melaksanakan yang sunat maupun wajib. Maka jika kita memudahmudahkan syariat berarti mempermainkan Allah. Maka iku-

tilah aturan yang telah ditentukan dan mari kita laksanakan ibadah puasa dengan sempurna agar kita mendapat ampunan Dari Allah SWT. Laksanakan perintah Allah agar segala dosa-dosa yang melekat dalam hati dapat terkikis dengan mendapat ampunan. Jika kita ingkar dari Allah, maka azab yang kita peroleh. Ramadhan memiliki nilai bonus berlipat ganda dari Allah. Dan jangan semata-mata menggantungkan kehidupan duniawi saja yang hanya sementara. “Mari kita tingkatkan dan sempurnakan puasa kita, hingga hari ke-30 (final). Jangan awalnya bergairah tapi ketika harihari berikutnya makin mengendor. Karena Allah SWT menghendaki kemudahan pada hambanya, tidak menghendaki kesulitan. Namun kita sendirilah yang selalu mempersulit diri,” demikian HM Sinambela.(m25)

Mandi Pangir

Sekedar Pengganti Shampo Di Zaman Dulu AROMA daun pandan yang direbus di dalam belanga di dapur rumah Nek Senen, 80, di Jl. Lukah Kec. Medan Amplas tercium jelas. Daun pandan itu direbus bersama manggar pinang, akar wangi, jeruk nipis dan rempah-rempah lainnya. Air rebusan itu bukan dijadikannya bahan untuk membuat kue atau minuman, namun, hasil rebusan rempah-rempah tadi dibuatnya untuk mandi. Itulah yang disebut dengan mandi pangir. Mandi pangir ini merupakan salah satu kebiasaan sebagian besar warga Medan menyambut bulan suci ramadhan, selain melakukan ziarah kubur, bersih-bersih rumah dan masjid. Mandi pangir ini biasanya dilakukan orang satu hari sebelum berpuasa. Nenek yang memiliki 12 anak itu sendiri tidak mengetahui asal-muasal mandi pangir ini. Meski tak mengetahui asalnya dari mana, tapi nenek tersebut selalu membuat rebusan pangir itu setiap menyambut bulan suci ramadhan dan malam takbiran. “Sudah dari dulu itu ada, nenek nggak tahu awal cerita mandi pangir ini,” jelas Nek Senen. Dalam menyambut bulan suci ramadhan, kata Nek Senen, kita sebagai orang muslim haruslah bersih dan wangi. “Sebenarnya orang-orang dulu, mandi pangir ini sekedar pengganti shampo aja, biar rambut wangi. Zaman nenek dulukan belum ada shampo, jadi biar wangi, buat ramuan ini,” jelas nenek yang memiliki 48 cucu ini sembari mengatakan tak ada maksud lain melakukan mandi pangir ini. Mandi dengan air rebusan pangir, tak hanya membuat rambut wangi, tetapi seluruh

(Dewan Syari’ah LAZ Peduli Ummat Waspada)

Zakat Tabungan Dan Deposito Tanya : Assalamu’alaikum Wr.Wb. Pengasuh Konsultasi Zakat LAZ Peduli Ummat Waspada yang dirahmati Allah, bersama ini dengan hormat, mohon penjelasan dari Ustadz tentang zakat tabungan/deposito. Adapun yang menjadi permasalahan bagi saya adalah : Saya mempunyai tabungan harian dan deposito berjangka pada bank syari’ah masing-masing nominal Rp.100.000.000,(seratus juta rupiah). Pada waktu akad dengan bank, saya minta bagi hasil dari tabungan dan deposito,setiap bulannya dikeluarkan zakatnya 2,5 %.Hal ini dilaksanakan oleh bank. Apakah saya masih harus membayar zakat lagi dari nominal tabungan dan deposition pada akhir tahun? Atas penjelasan Ustadz saya ucapkan terima kasih. (Abdul Hadi) Jawab : Wa’alaikumussalam Wr.Wb. Bapak Abdul Hadi yang dirahmati Allah,alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah SWT.karena semakin banyak hamba Allah yang menyadari kewajiban zakat dan berusaha untuk menunaikannya sebaik-baiknya. Semoga Allah melimpahkan keberkahan-Nya kepada Bapak Abdul Hadi dan kita semua. Amin. Zakat tabungan/deposito disamakan dengan zakat emas simpanan, sebab uang sebenarnya nilai dasarnya adalah emas. Bahkan dulu, dan konon menurut pada ahli, uang yang bisa stabil itu bila memang yang digunakan betul-betul uang emas, seperti uang dinar. Emas simpanan bila disimpan setahun dan mencapai nishab (batas minimal wajib zakat) yaitu 85 gram, maka zakatnya 2,5 %. Demikian jugalah uang yang disimpan mencapai nishab , setelah setahun zakatnya 2,5 %. Rasulullah Saw. Bersabda :”Kurang dari 20 misqal emas atau 200 dirham perak tidak wajib zakat “.(HR. Daraquthni dari Ibnu Umar dan Ibnu Syu’aib ra.). 20 misqal sama dengan 85 gram. Zakat uang simpanan/tabungan dihitung dari pokok dan bagi hasilnya, bukan hanya keuntungan/bagi hasilnya saja. Oleh karena itu zakat yang dikeluarkan adalah 2,5 % dari keseluruhannya. Bila dalam pelaksanaannya dari tabungan/ deposito sudah dikeluarkan 2,5 % dari bagi hasil setiap bulannya, maka di akhir tahun tinggal dihitung secara keseluruhan apakah masih ada kekurangan jika dijumlah dari pokok dan bagi hasilnya. Kalau ternyata masih ada kekurangan, tinggal menambahkan saja. Semoga Allah membimbing kita semua. Amin. Untuk kajian lebih lanjut dapat dibaca Fiqh Zakat oleh DR.Yusuf Al-Qardhawi, dalam edisi bahasa Indonesia halaman 243-296. LAYANAN JEMPUT ZAKAT (Khusus Kodya Medan): 77775262 Pembayaran ZIS via Bank Zakat Infak/Sedekah BMI 211.00044.15 BMI 211.00002.15 BSM 006.002240.7 BSM 006.000832.1 BNI Syariah 0092687629 BNI 005.7504808 BCA 022.1750828 Bank Sumut 100.02.04.034144.5 Bank Mandiri 106.000220380.3

Waspada/Mursal AI

UNTUNG: Penjual pangir Jumiati, 55, warga Tembung meraup keuntungan dari penjualan pangir sehari menjelang ramadhan. Dulunya, ramuan pangir ini hanya digunakan sebagai pengganti shampoo, namun kini mandi pangir ini sudah menjadi kebiasaan. Foto diambil, Selasa (10/8). tubuh juga ikut harum. Bahkan, harumnya bisa tahan sampai tiga hari. “Wanginya tahan lama, bisa sampai tiga atau empat hari,” kata Nek Senen. Sekarang, kebiasan mandi pangir yang dilakukannya tempo dulu, kini dilakukan juga oleh anak dan cucunya. Menurutnya, dalam Islam, mandi pangir ini tidakwajib, akan tetapi karena sudah menjadi kebiasaan, jadi kalau tidak mandi pangir rasanya tidak enak. Ketika ditanya sejak tahun berapa memulai mandi pangir ini, Nek Senen tak mengetahuinya secara pasti. Namun, katanya, mandi pangir tersebut sudah dilakukannya sejak dia masih anak-anak. “Mamak

nenek yang dulu buatkan.” Sementara itu, penjual pangir di Pasar Aksara Jumiati, 55, mengaku meraup keuntungan dari hasil penjualan pangir ini. Baru sekitar jam 9 saja, dia sudah mampu menjual 200 ikat pangir. Seikat pangir yang dijualnya hanya Rp. 1.000,-. “Hasilnya lumayan. Ini tinggal sedikit lagi. Sebab, banyak warga yang membeli, karena kebanyakan pembeli malas mencari bahan-bahan itu sendiri, jadi mereka beli siap saja dan tinggal rebus,” ujar Jumiati. Dikatakannya, modalnya menjual seikat pangir hanya enam ratus rupiah. Jadi, dia hanya mengambil keuntungan sebesar empat ratus rupiah dari

seikat pangir. “Bahan-bahannya ada yang saya cari, ada juga yang saya beli, jadi setelah ramuannya terkumpul saya ikat,” terangnya sembari mengaku menjadi penjual pangir musiman di pasar tersebut. Agar wangi pangir ini dapat bertahan lama, Jumiati menyarankan, setiap satu ember besar, harus memakai dua atau tiga pangir. Mengenai budaya mandi pangir tersebut, ibu dari tiga orang anak ini juga tidak mengetahuinya. Namun, katanya, menjelang puasa kalau tidak mandi pangir sepertinya tidak afdhol (sah). “Kebanyakan orang bilang seperti itu,” jelasnya tersenyum. (cmai)

Masjid Nurul Iman

Dibangun Atas Dasar Keinginan Pegawai SEKARANG ini, para dokter, pegawai maupun pasien RSUP H. Adam Malik Medan tak lagi kesulitan untuk menunaikan ibadah shalat dan mengadakan pengajian rutin di tempat yang layak lagi nyaman. Berbeda dengan 17 atau 18 tahun lalu, para pegawai RSUP HAM terpaksa mengerjakan shalat lima waktu di Ruangan Rawat Inap Rindu A. “Dari situlah muncul ide, bagaimana kalau di lingkungan RS. ini dibangun Masjid. Sehingga pada waktu itu, pejabat-pejabat RS. Adam Malik yang beragama Islam meminta persetujuan direktur, pada waktu itu direkturnya Prof. Marwali Harahap,” ujarWakil Ketua Majelis Kegiatan Rohani Islam RSUP HAM Syamsuddin Angkat, SH, SE kepada Waspada, Sabtu (14/8). Niat tulus para pegawai untuk mendirikan Masjid dilingkungan RSUP HAM, ternyata disambut baik oleh direktur pada waktu itu. Direktur pun menyetujuinya. Pada tahun 1991 atau 1992, adalah tahun peletakan batu pertama. “Ditunjuklah pada waktu itu Prof. Renaldi Harun sebagai ketua pembangunan dan sekretarisnya Drs. H. Chalid Alwi,” ungkapnya. Dia juga menyebutkan beberapa nama lagi yang menjadi panitia pembangunan Masjid yang bernama Nurul Iman tersebut seperti Dr. Zulkarnain Tala, drg. Armand P. Daulay, dr. H. Djumna Hasbullah, Drs. H. Thamrin Apt, Dr. Purnamawati,

Diasuh Oleh:

Ustadz H. Muhammad Nuh

Dr. Rahayu Sp.A, drg. Asmulian Dwijaya. “Masih banyak lagi, saya lupa siapa-siapa saja,” terangnya sembari sibuk membolak-balik berkas untuk mencari nama di SK pembangunan Masjid yang tak kunjung ketemu. Dikatakannya, saat Masjid ini lantainya masih tanah, pegawai RSUP H. Adam Malik sudah melaksanakan pengajian di dalam Masjid tersebut. “Pada waktu itu lantainya masih tanah, cuma sudah ada atap.

Tahun 1995, barulah Masjid ini siap pakai.” Saat ini kondisi Masjid juga sudah banyak perehaban, seperti penambahan ruangan perpustakaan, gudang, tempat wudhu serta pelebaran Masjid yang diketuai langsung dan berdasarkan inisiatif dari Dirut RSUP HAM saat ini Dr. H. Djamaluddin Sambas, MARS. “Beliau melihat banyaknya keluarga pasien, para dokter, dan pegawai serta warga disekitar lingkungan RS Adam Malik

untukmelaksanakanshalat,maka dirut berinisiatif melakukan pelebaran,” ujarnya sembari mengatakan berdirinya Masjid Nurul Iman ini adalah hasil swadaya para pegawai RSUP HAM. Syamsuddin juga mengimbau kepada pegawai RSUP H. Adam Malik agar melaksanakan shalat Tarawih di Masjid ini, karena setiap harinya ada ceramah dari para ustadz. “Masyarakat sekitar juga bersyukur dengan direhabnya Masjid ini,” akhirnya menambahkan. (cmai)

Keterangan: Rubrik ini terbit setiap hari selama Bulan Ramadhan yang dikelola oleh LAZ Peduli Ummat Waspada. Bagi Anda yang ingin konsultasi zakat melalui rubrik ini dapat dikirim ke alamat kami: Jl. Brigjend Katamso No. 1 Medan 20151 (Gedung Harian Waspada) Telp/fax. (061) 4511936 / 08126526295 atau e-mail: peduliummat@waspada.co.id

Rubrik Tanya Jawab MUI Medan Pertanyaan via: zuhriii@yahoo.com Oleh Dr. H. Ahmad Zuhri, Lc. MA (Wakil Ketua Komisi Fatwa MUI Kota Medan)

Tanya: Banyak gelar atau nama yang telah diberikan kepada bulan Ramadhan, mulai dari Syahrul rahmah, syahrul Qur’an, syahrul barakah, syahrul maghfirah dan lainnya. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan Syahrul Maghfirah, bahkan sepuluh hari kedua dari bulan ramadhan disebut dengan maghfirah, dan apa saja sarat agar taubat kita di terima Allah? Fathimah Zahra Medan. Jawab:

Jawaban Sambungan... Nikmat Dibukanya Pintu Taubat Apabila Alloh menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Alloh bukakan pintu taubat baginya. Sehingga ia benarbenar menyesali kesalahannya, merasa hina dan rendah serta sangat membutuhkan ampunan Alloh. Dan keburukan yang pernah ia lakukan itu merupakan sebab dari rahmat Alloh baginya. Sampai-sampai setan akan berkata, “Duhai, seandainya aku dahulu membiarkannya. Andai dulu aku tidak menjerumuskannya kedalam dosa sampai ia bertaubat dan mendapatkan rahmat Alloh.” Diriwayatkan bahwa seorang salaf berkata, “Sesungguhnya seorang hamba bisa jadi berbuat suatu dosa, tetapi dosa tersebut menyebabkannya masuk surga.” Orang-orang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Dia menjawab,“Dia berbuat suatu dosa, lalu dosa itu senantiasa terpampang di hadapannya. Dia khawatir, takut, menangis, menyesal dan merasa malu kepada Robbnya, menundukkan kepala di hadapan-Nya dengan hati yang khusyu’. Maka dosa tersebut menjadi sebab kebahagiaan dan keberuntungan orang itu, sehingga dosa tersebut lebih bermanfaat baginya daripada ketaatan yang banyak.” Tanya: Bagaimana caranya shalat taubat pak uztazd, niat dan jumlah rakaatnya serta waktunya yang lebih utama dilakukan. Wasslam majlis Ta’lim Ibu-ibu An-Nida’

Waspada/Mursal AI

KEINGINAN: Masjid Nurul Iman yang berada dilingkungan RSUP H. Adam Malik Medan. Masjid ini berdiri karena adanya keinginan para pegawai RSUP HAM untuk memiliki tempat shalat yang layak dan nyaman. Foto diambil Sabtu (14/8).

Jawab: Shalat Taubat adalah shalat sunnat yang dilakukan seorang muslim saat ingin bertobat terhadap kesalahan yang pernah ia lakukan. Shalat taubat dilaksanakan dua raka’at dengan waktu yang bebas kecuali pada waktu yang diharamkan untuk melakukan shalat (lihat pada shalat sunnat). Niat Shalat Niat shalat ini, sebagaimana juga shalat-shalat yang lain cukup diucapkan didalam hati, yang terpenting adalah niat hanya semata karena Allah Ta’ala semata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan Ridho Nya, apabila ingin dilafalkan jangan terlalu keras sehingga mengganggu Muslim lainnya, memang ada beberapa pendapat tentang niat ini gunakanlah dengan hikmah bijaksana. Hadits terkait Hadits Rasulullah SAW terkait shalat taubat antara lain : Dari Ali bin Abi Thalib r.a ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: ‘Tidaklah seseorang melakukan dosa kemudian ia bersuci (berwudhu) dan shalat lalu minta ampun kepada Allah, melainkan Allah akan mengampuni dosanya itu, beliau lalu membacakan firman Allah (QS. Ali Imran 135).’” (HR. at-Tirmidzi, Abi Dawud dan dihasankan oleh al-Albani).


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.