Waspada, Sabtu 20 April 2013

Page 22

Kreasi

B8

Waspada/Dio Utama

SELAIN seragam, tembok juga menjadi sasaran sejumlah pelajar dalam melakukan aksi corat-coret, Kamis (18/4).

WASPADA

Sabtu 20 April 2013

Waspada/Arianda Tanjung

PUNCAK corat-coret pelajar SLTA biasanya ditandai dengan berkonvoi, seperti anak-anak SMAN 1 Medan, Kamis (18/4).

Corat-coret = Hura-hura ENTAH mulai kapan dan oleh siapa, setiap tahunnya hari terakhir pelaksanaan Ujian Nasional (UN) selalu diwarnai dengan aksi corat-coret, hingga wajah dan rambut pun tak luput ikut disemprot cat kaleng. Tak hanya itu, untuk lebih memeriahkan tradisi tersebut, biasanya siswa juga berkonvoi menggunakan kendaraan sepeda motor dan mobil mengitari jalanan menuju lokasi wisata. Terkesan perbuatan ini telah menjadi budaya dan euforia negatif, padahal pengumuman kelulusan belum

digelar. Pantauan Kreasi di lapangan, Kamis (18/4), sejumlah sekolah di Kota Medan masih melakukan corat-coret meskipun sudah ada imbauan dari pemerintah melalui Dinas Pendidikan tidak melakukan aksi tersebut, seperti yang terjadi di SMAN 1 Medan. Sekira pukul 12.30 WIB, satu per satu siswa mulai keluar dari kelasnya setelah bel

berbunyi. Awalnya, suasana sunyi terlihat di depan sekolah favorit itu. Namun 15 menit kemudian, sejumlah pelajar mulai mengeluarkan cat pilox, spidol, dan spontan mencoretkan baju seragam temantemannya. Kurang puas, dinding bangunan rumah yang berdekatan dengan mereka pun menjadi korban pelampiasan. Dengan girangnya, siswa saling mencoret seragam, rambut, dan wajah satu sama lain. Bahkan teman yang tidak ingin ikut-ikutan pun tampak dipaksa dan

menjadi korban rekanrekannya. Kebiasaan coratcoret seragam kerap berlanjut dengan konvoi di jalan raya. Hal ini meninggalkan kesan yang berlebihan dalam meluapkan kegembiraan. Terlebih lagi, hasil UN itu sendiri belum diumumkan dan siswa yang larut dalam kegembiraan itu juga belum ada jaminan pasti lulus. *Dio Utama SEORANG pelajar menghindar saat hendak disemprot cat pilox oleh temannya . -Waspada/Arianda Tanjung-

Peduli ‘Saudara’ Yang Membutuhkan SMAN 3 Medan BILA banyak siswa menggelar corat-coret di hari terakhir pelaksanaan Ujian Nasional (UN), Kamis (18/4), suasana berbeda terjadi di SMAN 3 Medan. Seusai pelaksanaan ujian, siswa menggelar doa bersama dan aksi sumbangan pakaian seragam di halaman sekolah. Tanpa dikomandoi, seluruh siswa berpartisipasi menyumbangkan seragam mereka masing-masing. “Kita melakukan kegiatan ini dalam rangka bersyukur karena UN berlangsung lancar tanpa hambatan. Selain itu, upaya pihak sekolah untuk mendinginkan euforia dengan harapan meminimalkan fenomena tersebut,” ujar Drs H Emiruddin Harahap MM. Wakil Kepala Bidang Kesiswaan di SMANTig itu menambahkan corat-coret merupakan tradisi serta watak euforia negatif yang dilakukan pelajar setiap sehabis melakoni UN. Sebab, belum lagi dinyatakan PELAJAR SMAN 3 Medan menyumbangkan baju seragam sekolah usai melaksanakan UN, Kamis (18/4), sebagaimana imbauan pemerintah. -Waspada/Arianda Tanjung-

UN-ku Di Atas Kursi Roda SEMANGAT belajar Nur Habibah Siregar patut diacungi jempol. Meski kondisi kesehatannya belum pulih dan harus duduk di kursi roda, Habibah tetap bersemangat untuk mengikuti Ujian Nasional (UN) di sekolahnya. Sebelumnya, Habibah harus duduk di atas kursi roda karena terkena gejala kejang otot dan stroke ringan akibat terlalu banyak pikiran. Kepada Kreasi usai UN, Kamis (18/4), Habibah sedikit mengobrol sembari terlihat bahagia. Ketika ditanya alasan memaksakan diri mengikuti ujian susulan dalam keadaan sakit, anak sulung dari tiga bersaudara ini mengaku kondisinya saat ini bukanlah halangan untuk mematahkan niatnya lanjut pendidikan hingga ke perguruan tinggi favorit, yakni Institut Teknologi Bandung (ITB).

Info Kreasi Jika sekolah atau kampus kalian bikin kegiatan dan ingin diliput tim Kreasi, silakan hubungi: Afli (085658109651), Arianda (085658008201), Dio (085262748330)

“Aku mau tamat tahun ini dan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, bang. Setidaknya aku sudah berusaha untuk lulus dan tidak malu sama kawan-kawan sekelas,” lanjutnya menambahkan awalnya sempat merasa sedih. “Rasa sedih memang ada. Kenapa saat ujian sudah dekat aku malah sakit? Tapi setelah mendapat nasehat dan motivasi dari orangtua, guru, dan kawan-kawan, aku tambah percaya diri tetap ujian tahun ini,” ujar putri dari Bahrum Siregar dan Sofiah Tanjung ini. Disinggung soal ITB yang juga perguruan tinggi favoritnya, Habibah mengiyakan namun sadar akan kemampuan yang dimilikinya terbatas maka dirinya memilih Institut Pertanian Bogor (IPB). “Pengennya masuk ITB, tapi karena nilainya kurang makanya coba IPB aja,” tutup Habibah sesaat sebelum pulang. *Arianda Tanjung NUR Habibah Siregar dibantu Wakil Kepala SMAN 3 Medan Drs H Emiruddin Harahap MM seusai mengikuti UN, Kamis (18/4). -Waspada/Arianda Tanjung-

lulus, mereka sudah larut dalam kegembiraan. “Ini perbuatan yang memprihatinkan sekaligus menyedihkan. Ingat, masih banyak di luar sana anak-anak yang membutuhkan seragam sekolah. Jadi kenapa harus dicorat-coret? Alangkah baiknya bila baju itu disumbangkan,” sebut Emir. Afdhal Simanjuntak, siswa SMANTig, mengatakan dirinya tidak ingin takabur dengan melakukan corat-coret sebagaimana sekolahsekolah lain. “Bukannya nggak mau corat-coret, bang, tapi saya pikir kegiatan ini menjurus takabur. Kan belum ada pengumuman, kok udah kayak gitu? Lebih bagus bajunya disumbangkan aja,” ujarnya. Seharusnya, di tahun-tahun sebelumnya sudah kita sadari bahwa tradisi corat-coret itu sudah mencerminkan kita sebagai generasi yang penuh hura-hura dan tidak mempedulikan orang lain. Bukankah lebih baik baju seragam itu dikumpulkan dan disumbangkan kepada mereka yang lebih membutuhkan sesuai imbauan pemerintah? *Arianda Tanjung


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.