THESIS
Program Studi Magister Rancang Kota
Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan
Institut Teknologi Bandung 2025


![]()
Program Studi Magister Rancang Kota
Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan
Institut Teknologi Bandung 2025


Perancangan Kawasan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung
Berdasarkan Pendekatan Kawasan Rendah Emisi (KRE)
Studi Kasus: Kawasan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung, WP Kawasan Perkotaan Soreang Terpadu

Amira Nuha Bachtiar 25623008
Dosen Pembimbing:
Dr. Eng. Mochamad Donny Koerniawan, S.T, M.T.
Prof. Ir. Haryo Winarso, M.Eng., Ph.D

Designing the Government Center Area of Bandung Regency Based on Low Emission Zone (LEZ) Approach. A Case Study of Government Center Area of Bandung Regency, WP Soreang Terpadu.

Amira Nuha Bachtiar
NIM. 25623008
Mahasiswa Peneliti

Dr. Eng. Mochamad Donny Koerniawan, S.T, M.T.
Penanggung Jawab/Dosen Pembimbing 1

Prof. Ir. Haryo Winarso, M.Eng., Ph.D.
Penanggung Jawab/Dosen Pembimbing 2


Fenomena Urban Heat Island (UHI) atau panas yang terperangkap menjadi isu signifikan di kawasan perkotaan karena pesatnya perkembangan kegiatan yang ada di dalamnya, serta berkurangnya area hijau. Haltersebutberdampakpadakenyamanantermalruang luarpadakawasan.
Khan, et al, 2022
Sensitive Urban Design (CSUD)
Climate Sensitive Urban Design (CSUD) merupakan pendekatan yang menekankan pentingnya memahami kondisi kenyamanan termal sebelum melakukan perancangan suatu kawasan, mencakup faktor-faktor seperti paparan sinar matahari, kelembapan, suhu lingkungan, serta kecepatan angin. Mempertimbangkan kenyamanan termal sangat penting dalam hal memperbaiki iklim mikro perkotaan serta mengurangi konsumsi energi yang memiliki dampak lebih luas bagi kotasecarakeseluruhan.
Tapias E dan Schmitt G, 2014
Persoalan Praktis
KawasanPusatPemerintahKabupatenBandung
Kawasan sangat potensial untuk dikembangkan kegiatan komersial (perdagangan), perumahan, serta berbagai fasilitas penunjang lainnya yang berfungsi sebagai pusat aktivitas yang melayani kawasankawasan sekitarnya (berdasarkan RDTR WP Kawasan PerkotaanSoreangTerpadu).
Rendah Emisi (KRE)
Implementasi Kawasan Rendah Emisi (KRE) bukan hanya sekadar penetapan regulasi, melainkan sebuah tahapan kunci yang sangat relevan dengan disiplin rancang kota. Dalam mengurangi permasalahan UHI, CSUDmendukungKREdenganmenciptakanlingkungan yangmenarikuntukberjalankakidanbersepeda.KRE dirancang untuk berkontribusi pada peneduhan dan pendinginankawasansebagaipenyaringpolusiudara.
ITDP Indonesia, 2025
Kawasan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung
KawasanPusatPemerintahKabupatenBandungdipilih sebagai lokasi studi karena memiliki fungsi lahan yang beragam. Melalui pendekatan KRE, perancangan bertujuan untuk mewujudkan sebuah kawasan pusat pemerintahanyangtidakhanyanyamansecaratermal, tetapijugasehatdengankualitasudarayanglebihbaik, sertaberkelanjutan.
PenurunanKualitasUdara
Adanya potensi penurunan kualitas udara akibat beragamnya aktivitas di dalam kawasan sehingga menjadi salah satu penyebab fenomena Urban Heat Island (UHI). Selainitu,kurangnyakenyamanantermal juga menghambat aktivitas sosial masyarakat dan mengurangikualitashidupsecarakeseluruhan.
Persoalan Perancangan
DisebelahtenggaraKawasanPusatPemerintahKabupatenBandungyangmerupakanlahanpertaniandanlahankosong dapatmembuatkawasaninidilewatianginyanglebihkencang,dansuhuudarayanglebihpanasjikadibandingkandengan kawasanlainnyadiWPKawasanPerkotaanSoreangTerpadu.Diperlukanperancanganfisikkawasanmelaluipendekatan ClimateSensitiveUrbanDesign(CSUD) danKawasanRendahEmisi(KRE)seperti greencorridor, materialalbedotinggi, perancanganulangintensitasdantatamassabangunan,sertavegetasipeneduh.
Tujuan
Merancang Kawasan Pusat Pemerintah
Kabupaten Bandung yang terletak di WP Kawasan Perkotaan Soreang Terpadu dengan pendekatanKawasanRendahEmisi(KRE)
Mengidentifikasi karakteristik permasalahan yang berkaitan dengan Kawasan Rendah Emisi (KRE) di kawasanperancangan
Menyusun prinsip perancangan terkait pendekatan KawasanRendahEmisi(KRE)
Melakukan perancangan kawasan berdasarkan pedoman perancangan kawasan secara terpadu melaluipendekatanKawasanRendahEmisi(KRE)
Menguji hasil perancangan Kawasan Pusat PemerintahKabupatenBandungyangterletakdiWP Kawasan Perkotaan Soreang Terpadu yang diusulkan terhadap peningkatan kenyamanan termal dan pengurangan emisi dengan menggunakan simulasiperangkatlunakENVI-met
Manfaat Akademis
Hasilperancangankawasanakanmemberikan kontribusi pada literatur dan panduan perancangan kawasan perkotaan, khususnya dalamkonteksKawasanRendahEmisi(KRE) dikawasanpusatpemerintah
Manfaat Praktis
Hasil perancangan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), atau Panduan Rancang Kota (PRK) yang menjadi dasar untuk studi kelayakan implementasi Kawasan Rendah Emisi (KRE)dimasadepan
RuangLingkupKawasan Perancangan

Legenda:
Climate Sensitive Urban Design (CSUD)
Pendekatan desain yang menekankan pentingnyamemahami kondisi iklim mikro suatu kawasan dalam perancangan (Tapias E dan Schmitt G, 2014)
Urban Heat Island (UHI)
Panas yang terperangkap dan diserap oleh area permukaandikawasan (Khan,etal,2022)
Kawasan Rendah Emisi (KRE)
Strategi dalam mewujudkan kawasan perkotaan yang mempertimbangkan kualitas udara dan mendorong mobilitas berkelanjutan (ITDP Indonesia,2024)
Kenyamanan Termal Ruang Luar
Pengaruh yang disebabkan oleh parameter iklim eksternal yaitu kelembaban relatif udara, suhu radiasi rata-rata, suhu udara, dankecepatanangin
Software ENVI-met Simulasi kenyamanan termal bagi pejalan kaki yang ada di kawasan

Terpadu
dengan menganalisis kondisi kenyamanan termal dan kualitas udara pada kawasan untuk mendapatkan perancangan kawasan yang optimal terhadap kenyamanan termaldanrendahemisi


Pendekatan Berbasis Kinerja dan Simulasi

Pendekatan Kawasan Pusat Pemerintah
Penggunaan perangkat lunak ENVI-met serta EDGE Buildings memungkinkan evaluasi kinerja dari perancangan yang dibuat terhadap parameter kenyamanan termal dan efisiensienergi
Perancangan kawasan pusat pemerintah yang mendukung rendahemisidapatmendukung aktivitas para pengguna kawasan tersebut, baik bagi pegawai pemerintah, pengunjung, maupun masyarakatumum
LatarBelakang danIsu Perancangan
Latar Belakang
Kawasan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung di WP Kawasan Pusat Perkotaan Soreang
Terpadu memiliki tantangan sebagai kawasan pusat pemerintah dalam memperhatikan pendekatan Kawasan Rendah Emisi (KRE) dan kenyamanan termal ruang luar di dalam kawasan.
Tujuan
Pengumpulan datadanAnalisis
Rumusan Persoalan
Beragamnya aktivitas di dalam kawasan sehingga menjadi salah satu penyebab penurunan kualitas udara Selain itu, kurangnya kenyamanan termal juga menghambat aktivitas ruang luar dan mengurangi kualitas hidup secara keseluruhan.
Merancang Kawasan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung yang terletak di WP Kawasan Perkotaan Soreang Terpadu dengan pendekatan Kawasan Rendah Emisi (KRE)
Kajian Literatur
Studi literatur
Climate Sensitive Urban Design (CSUD)
Kawasan Rendah Emisi (KRE)
Kenyamanan Termal
Ruang Luar
Kawasan Pusat Pemerintah
Studi preseden Review kebijakan
RTRW Kabupaten Bandung
RDTR WPKawasan
Perkotaan Soreang
Terpadu tahun 2021 - 2040
Sasaran 2
Observasi
Tata guna lahan
Intensitas dan tata massa bangunan
Sirkulasi (jalur kendaraan, pejalan kaki, sepeda, dan lahan parkir)
Ruang terbuka (RTH, RTB, serta persebaran dan jenis vegetasi) Material tutupan lahan
Kawasan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung
Sasaran1
Iklim Mikro Kawasan
Suhu udara Suhu radiasi matahari Kecepatan angin Kelembapan relatif (Rh)
Kualitas Udara Kadar NO2 Kadar CO Kadar Polutan (PM2.5)
Prinsip dan kriteria perancangan kawasan berdasarkan pendekatan Kawasan Rendah Emisi (KRE)
Sasaran 3
Simulasi Efisiensi Energi dan Emisi Karbon pada Bangunan EDGE Buidings
Keluaran
Pengembangan Alternatif Desain 1 dan 2
Membuat 2 (dua) alternatif berdasarkan prinsip dan kriteria
Sasaran 4
Alternatif 2
Alternatif 1
Simulasi Kenyamanan Termal pada Kawasan Perancangan oleh Perangkat Lunak ENVI-met
Pemilihan alternatif perancangan dan modifikasi ulang alternatif jika hasil simulasi belum optimal
Pemilihan Desain Final: Perancangan Optimal Kawasan dengan Pendekatan Kawasan Rendah Emisi (KRE)

Climate Sensitive Urban Design (CSUD)
Pendekatan desain yang mempertimbangkan faktorfaktor iklim mikro seperti suhu radiasi matahari, kelembabanrelatif,kecepatanangin,sertasuhuudara terhadaplingkunganperkotaan
Tapias E dan Schmitt G, 2014
Urban Heat Island (UHI)
UHIdisebabkanolehsuhupanasyangdihasilkanoleh kawasan perkotaan, yang seharusnya diradiasikan kembali oleh energi matahari, namun terperangkap oleh permukaan perkotaan sehingga menyebabkan suhu udara meningkat. Sumber panas tersebut cenderung menaikan suhu daerah perkotaan dibandingkandengandaerahsekitarnya
Jabbar. H, et al, 2023
Kawasan Rendah Emisi (KRE)
Instrumen kebijakan dan proses perancangan partisipatif untuk mengurangi dan membatasi akses untukkendaraanbermotorberemisi.
ITDP Indonesia, 2025
Kenyamanan Termal
Kondisi psikologis yang menjadi faktor dalam melakukan penilaian kualitas iklim mikro perkotaan dan mempertimbangkannya ke dalam perancangan dalammewujudkanpembangunanberkelanjutan
Standar ISO 7730
Orientasi
Terjadi penurunan suhu udara hingga 5,5°C pada bangunan dengan orientasi utara-selatan. Selain itu, penyesuaian arah bangunan dengan aliran angin dapat meningkatkan ventilasi alami, sehingga memperbaikikualitasudaradidalambangunan
Paramita, 2013; Tsoka, 2017
Material Bangunan dan Permukaan Kota serta
Vegetasi
Material berwarna terang memiliki reflektivitas tinggi dan daya serap panas yang rendah, sementara material berwarna gelap lebih banyak menyerap panasdaripadamemantulkannya

Koch-Nielsen (2002): Stay Cool: A Design Guide for the Built Environment in Hot Climate
Kepadatan Bangunan
Bangunanyangjaraknyaberdekatanakancenderung menghasilkan pembayangan yang dapat mengurangi suhupanas
Koch-Nielsen (2002): Stay Cool: A Design Guide for the Built Environment in Hot Climate
Green Plot Ratio (GnPR)
Peningkatan GnPR berkorelasi langsung dengan peningkatan jumlah biomassa vegetasi yang dapat memberikanberbagaimanfaatekologissignifikan
Green Plot Ratio: An ecological measure for architecture and urban planning. Journal of Landscape and Urban Planning (Ong, 2002)
Tempat yang menjadi pusat kegiatan pemerintah, yang mencakup berbagai bangunan perkantoran pemerintahdanfasilitaspenunjanguntukmendukung pelaksanaantugas-tugasdanaktivitaspemerintah
Tapias E dan Schmitt G, 2014
Simulasi ENVI-met
Terdapat salah satu fitur yaitu BIO-met yang digunakan untuk mengetahui kenyamanan termal yang datanya didapatkan dari data hasil simulasi seperti suhu udara (Ta), kelembaban relatif (Rh), kecepatan angin (v), serta suhu udara yang terperangkapdipermukaansuatuarea(TmRT)
Tapias E dan Schmitt G, 2014

TataGunaLahan
IntensitasdanTataMassaBangunan SirkulasidanParkir,sertaJalurPedestrian RuangTerbuka
AktivitasPendukung
SistemPenanda
Preservasi
Hamid Shirvani, 1985

Studi Kasus: Daye Road, Kota Chengdu, The Southwestern of China

UrbanGreen LandUse
KotaChengdu,Cina,memilikikondisigeografisdaniklimyangsangat mempengaruhi tingkat suhu udaranya. Topografi cekungan yang dikelilingi pegunungan menyebabkan udara sulit bersirkulasi, sehingga suhu panas cenderung terperangkap di daerah rendah. KondisiiklimChengduyanglembap,kurangnyasirkulasiudarayang baik, serta intensitas sinar matahari yang rendah membuat suhu panaslebihmudahmenumpukdiwilayahtersebut.
PerancangandanSimulasi

Jalan Daye memiliki kepadatan bangunan yang lebih tinggi dan tingkat penghijauan jalan yang lebih rendah.

Alun-alun dan RTH Perkantoran Komersial
Sumber: Breathing City: Mitigating Air Pollution Through Urban Microclimate Design (Hanwen Hu, 2020)

Rekomendasiperancangan padakarakteristikbangunandi dalamkawasan: Vegetasi
Materialtutupanlahan
KonfigurasiIntensitas
Bangunan

Studi Kasus: Kota Tua, Jakarta

Sektortransportasidaratmerupakankontributorterbesarpolusi udaradiJakartayangmenyumbangsekitar64%emisiNitrogen Oksida(NOx)dan58,9%emisiPartikulat(PM2.5)
Peraturan Gubernur Nomor 36 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Kota Tua: perlu adanya upaya pembatasan lalu lintas kendaraan bermotor untuk menjaga kelestarian bangunan dan lingkunganbersejarah

Pedestrianisasi 6 (enam) ruas jalan yang mengelilingi bagiandalamKawasanKotaTua,dengantotalluasarea intervensisebesar0,14km².Akseskendaraanbermotor dilarang memasuki area tersebut. Pengecualian diberikanhanyauntukarmadabusTransjakarta

Meningkatkan kualitas infrastruktur pejalan kaki dan pesepeda. Adanya penambahan vegetasi peneduh yang menunjukkan pentingnya elemen vegetasi dalam perancanganruangpublikyangnyaman
Sumber: ITDP Indonesia
Studi Kasus: Kawasan Inti Pusat Pemerintah (KIPP) , IKN

Latar Belakang
KawasanIntiPusatPemerintah(KIPP)terletakdikawasanintiwilayahperkotaanIbuKota Negara (IKN), serta memiliki peran utama sebagai pusat penyelenggaraan fungsi pemerintahan
Kawasanseluas6.671,56Ha

Integrasi antara ruang publik dan privat dalam lingkunganyangadaptifterhadapkonturtanaheksisting

Bangunan cerdas untuk mencapai penghematan energi hingga60%padatahun2045 ⟶ NetZeroEmission

konsep 10 minutes city. Jarak maksimal rata-rata berjalankakiyaitu±700meterdalam10menitdengan kondisitopografiyangcenderungdatar

Setiapelemenruangterbukahijaudanbiruberfungsioptimal dalam penyerapan air hujan, pengurangan suhu, dan peningkatankualitasudara
Sumber: Paparan Prinsip Rancang Kota Ibu Kota Nusantara (IKN), OIKN (2023)

Datasekunder
Buku
Jurnal
Dokumenkebijakan
Laman weatherspark.com (suhu, angin, kelembapanrelatif,danradiasi)
Laman IQAir untuk kondisi konsentrasi polutan (CO,NO₂,PM2.5)
Kalkulator karbon (www.carbonfootprint.com) untuk estimasi emisi karbon per kendaraan ratarata
Observasilapangan
Kondisieksistingpadaelemenperancangan TataGunaLahan
IntensitasdanTataMassaBangunan
Sirkulasi
RuangTerbuka
AktivitasPendukung
Metode perancangan kawasan mengadopsi metode fragmental yang sistematis. Metode perancangan
Fragmental adalah salah satu metode perancangan yang bersifat relatif singkat dan terbatas, meliputi meliputi tahapan pengumpulan data, analisis data, perumusan prinsip dan kriteria, serta perancangan kawasan Shirvani, 1985
1.ElemenKawasanRendahEmisi(KRE)
EmisiKendaraan
EfisiensiEnergiBangunan
Vegetasi
ProporsiRuangHijau
2.ElemenIklimMikro SuhuUdara
SuhuRadiasiMatahari KecepatanAngin KelembapanRelatif(Rh)
3.IndeksKenyamananTermal PMV
4.ElemenRancangKota TataGunaLahan
IntensitasdanTataMassaBangunan
Sirkulasi
RuangTerbuka
AktivitasPendukung
ENVI-Met bekerja sebagai model yang memungkinkananalisisarahdankecepatanangin, temperaturudara,kelembabanrelatifudara,radiasi matahari ⟶ biotermal(PMV)
EDGEBuildings
OutputdariperangkatEDGEyaitusertifikasiyang menerangkanbahwabangunantersebutmencapai penghematanminimal20%dikategori(Energi,dan Material)berdasarkan baseline


KabupatenBandungmerupakankabupatenyangberadadiProvinsiJawaBaratyaituterletakantara107°22’–108°5’
Bujur Timur dan 6°41’–7°19’ Lintang Selatan. Kabupaten Bandung terdiri dari 31 Kecamatan, 270 Desa dan 10 Kelurahanyangterbagikedalam8(delapan)WilayahPengembangan(WP).KabupatenBandungmemilikibeberapa misi pengembangan wilayah, diantaranya yaitu memiliki tata kelola pemerintah yang baik atau Good Governance, berupayauntukmenjagadanmemulihkanlingkunganagartetapbersih,bebasdaripolusi,danpotensilainnyayang merusak kualitas lingkungan, dan lain-lain.Kecamatan Soreang memiliki kemiringan lahan di angka 0 - <8% atau masukkekategoridatar.
Sejarah Perkembangan Kawasan
Pusat pemerintah Kabupaten Bandung dipindahkan dari Kecamatan Baleendah ke Kecamatan Soreang pada tahun 1985, tepatnya di Kecamatan Soreang dibangun komplek perkantoran baruyangluasnyamencapai24Ha,dengandesainarsitekturyang memilikicirikhasgayaPriangan.PemindahanKomplekPemdake KecamatanSoreangmembuatpengembanganbarudiKabupaten Bandung.

Rencana Pengembangan
SWP A, WP Kawasan Perkotaan Soreang Terpadu
KawasanperancanganberadadiSub-WilayahPerencanaan(SWP)A. danberfungsisebagaikawasanpusatpemerintah di sebelah barat deliniasi, serta kawasan sosial budaya, kawasan komersial, dan kawasan pertanian di sebelah timur deliniasikawasanperancangan.
Penataan dan pemeliharaan bangunan serta lingkungan di pusat kegiatan pemerintahan
Pengembangan fasilitas umum dan sosial skala lingkungan
Rencana pembangunan jaringan LRT/monorail, pengembangan moda BRT serta terminal dan halte
Penyediaan jalur pejalan kaki di ruas jalan strategis, street furniture, serta jalur sepeda
RDTRWPKawasanPerkotaanSoreangTerpadu2023-2042
Data Iklim 16 - 18 April 2025
Hasil Pengamatan Kelembapan Relatif (%Rh) Suhu Udara (°C) Kecepatan Angin (m/s) Arah Angin
Siang (1)
(1)
Siang (2)
Malam (2)
Siang (3)
Malam (3)
Sumber:weatherspark.com



Sumber:HasilOlahan,2025
Temperatur Permukaan Tanah (°C) atau Land Surface Temperature

Sumber:HasilOlahan,2025

Sianghari=78-88% ⟶ cukupuntukmenciptakankenyamanantermal;Malamhari>90% ⟶ jenuhdanmenyebabkan ketidaknyamanantermal
Temperatur udara di siang hari berada di atas 25°C sehingga dapat menimbulkan ketidaknyamanan termal di KabupatenBandung
Pola angin di kawasan ini menunjukkan dominasi angin siang hari yang berhembus dari arah barat laut ke arah tenggaradengankecepatansedanghinggatinggi,sertaanginmalamhariyangberhembusdariarahselatan-barat dayakearahutara-timurlautdengankecepatanyanglebihrendah
Variasisuhumengindikasikanadanyaperbedaankarakteristikpermukaandantutupanlahandidalamkawasan,yaitu areadenganLSTlebihtinggicenderungmenjadisumberpanasyangdapatmeningkatkanketidaknyamanantermal (38°)yaituterdapatdisebelahtimurkawasanperancangan
Indeks Kualitas Udara (AQI)
PM2.5 (μg/m )3 Level Deskripsi
0 - 12,0
12,1 - 35,4
35,5 - 55,4
55,5 - 150,4
Jumlah Polutan

Jumlah NO2
2
Kualitasudarabaikdanbersih
Kualitas udara cukup dapat diterima, namun ada risiko bagibeberapaorangyangsensitifterhadappolusiudara
Gangguan kesehatan akan dialami sekelompok orang yangsensitif,dankelompokoranglainnyamemilikirisiko lebihrendah
Gangguan kesehatan yang lebih serius akan dialami sekelompok orang yang sensitif, dan kelompok orang lainnyajugamemilikirisiko
Kabupaten Bandung secara umum masuk dalam kategori "sedang" atau “moderate”, dengan polutan PM2.5 yang konsentrasinya mencapai 16.5 μg/m ⟶ melampaui ambang batas aman yang direkomendasikanWHOyaitu15μg/m untukrata-ratadalam24jam 3 3
Sumber:AQI.in;HasilOlahan,2025
Tingkat NO di Kabupaten Bandung berdasarkan AQI.in adalah13ppb ⟶ amandansehatbagimasyarakat,angka tersebut berada di bawah ambang batas WHO yaitu sebesar13.29ppb
Jumlah CO
Tingkat emisi CO di Kabupaten Bandung berdasarkan AQI.in yaitu 157 ppb ⟶ aman dan sehat bagi masyarakat, angka tersebut berada di bawah ambang batasWHOyaitumaksimal3.490ppb

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BandungTahun2016-2036,Kawasaninimemilikistruktur tata guna lahan yang mencakup fungsi utama sebagai kawasan pusat pemerintah, serta dilengkapi dengan kawasankomersial,kawasansosialdanbudaya,danruang terbukayangmenunjangaktivitasmasyarakat
Pertanian 11.1%

SosialBudaya 16.7%
Pemerintahan
55.6%
PerdagangandanJasa 16.7%
01
Orientasi Bangunan
02 Hampir seluruh bangunan di kawasan ini menghadap ke jalur pejalan kaki maupun jalur kendaraan, serta menunjukkan konektivitas dan aksesibilitas yang aktif. Terdapat beberapa bangunan yang fasad bangunannya menghadap utara ataupun selatan. Sedangkan bangunan lain banyakmenghadapketimurataubarat.
Jarak antar bangunan
Terdapat beberapa blok bangunan yang jaraknya cukup rapat memiliki pembayangan antar bangunan yang baik sehingga dapat menurunkansuhupermukaan dan suhuudara di sekitar bangunan. Sementara itu, sebagian besar bangunan lainnya memiliki jarak yang cukupbesar denganbangunansekitarnya.

Sumber:HasilOlahan,2025
Jalandiseluruhkawasanmerupakanjalandenganberorientasikankendaraanbermotor,baikdiluarKomplek PemdamaupundidalamKomplekPemda.

Car Oriented Street di luar dan di dalam kawasan



Green Corridor
Terdapat beberapa green corridor yang belum konsistendibeberapaareadidalamkawasan.


Green Corridor di beberapa area di dalam kawasan.
Analisis Jumlah Kendaraan di Dalam Kawasan
Kawasan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung mulai dari kantor dinas, fasilitas pelayanan publik, hingga fasilitas penunjang lainnya, dapat diketahui bahwa total Satuan Ruang Parkir (SRP) sebanyak 1.159 SRP. Angka tersebut mengindikasikan bahwa kawasan ini memiliki potensi untuk menampung sekitar 1.159 unit kendaraan bermotorpadajam-jamsibuk Berdasarkan perhitungan kalkulator emisi karbon (www.carbonfootprint.com), dirata-ratakan jumlah konsumsi bensin oleh per kendaraan yaitu 1.500 liter/tahun dapat menghasilkan 4 tCOe. Sehingga dapat diketahui bahwa di dalam Kawasan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung terdapat total emisi sebesar 4.636 tCOe/tahun




Kemiringan atau Slope
Permukaanlandaidengankemiringan0–5%
Di beberapa jalur pejalan kaki sudah memiliki kanopiberupapohonyangmemberikannaungan, namun ada beberapa jalur pejalan kaki belum memiliki kanopi berupa pohon yang cukup untuk memberikannaungan


Perhitungan Emisi Karbon Eksisting
Perhitungan emisi karbon diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kondisi eksisting dapat mengurangi atau menambah emisi karbon berdasarkanvegetasiyangadadidalamkawasan. Perhitungan emisi karbon yang dihitung berdasarkan Standar Khusus Nomor 89/SALTRA/KBPI/6/2024KementerianKLHK:
Diperolehtotalemisikarbonyangdihasilkanoleh kawasan perancangan eksisting yaitu sebesar 111,1TonCO2/tahun.



Peraturan Ruang Terbuka Hijau
Berdasarkan RDTR Wilayah Perencanaan Kawasan Perkotaan Soreang Terpadu Tahun 2023-2042, ketentuan dalam merancang ruang terbuka yaitu dengan menyediakan minimal 10% RTHdisetiapkavlingbangunan.
Green Corridor
Area hijau pada jalur pejalan kaki dibuat dengan menyediakan lanskap yang menjadi elemen peneduhdanatraktifpadakawasanperancangan.


04
Ruang Terbuka Hijau Antar Blok Bangunan
Ruang terbuka di dalam Kawasan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung ditempatkan pada ruang antar blok kawasan dengan memanfaatkanpembayangandarivegetasiberupa pohon-pohontinggisertadaribangunan.
05
Terdapat ruang terbuka publik di dalam kawasan berupa hutan kota komplek pusat pemerintah, taman rusa, green corridor, taman difabel, Lapangan Upakarti, taman perpustakaan, dan tamanbuah.
06
Klasifikasi Fungsi Vegetasi
3(tiga)fungsiutamauntukmeningkatkankualitas udara, antara lain vegetasi penyerap debu dan polutan, pereduksi Karbon Monoksida (CO), dan pereduksiNitrogenDioksida(NO₂).
Perhitungan Green Plot Ratio (GnPR)
Angka GnPR kondisi eksisting berada di angka 1,14danmasihdibawahstandardariprinsipyang ditetapkan, yaitu GnPR ≥ 1,5 untuk kawasan perkantoran.
TataGunaLahan
Variabel
Perancangan: Fungsi
Prinsip: Creating adaptive urban environments that respond to climate variability
BentukdanTata
Variabel
AreaHijau
Menambahkan greenbelt disekitarkawasansertataman-taman kecilyangtersebaryaitu pocketpark
Koerniawan,2022;CoolingSingapore,2017
Penggunaan lahan
Maksimal70%untukareaterbangundanminimal30%untukarea RTH
RDTRWPKawasanPerkotaanSoreangTerpaduTahun2023-2042
MassaBangunan Prinsip: Optimizing building massing for temperature regulation
Massa Bangunan
Perancangan: MassaBangunan
BentukdanTata MassaBangunan
Variabel
Perancangan: BentukBangunan
Prinsip: Selecting heatreducing materials for sustainable environments
H/WOptimal≤0,75yaitudengantipebangunanberlantairendah terbuka(LCZ6),dianggapoptimalkarenamemungkinkanaliran anginmencapaitingkatpejalankaki,menciptakankondisiyang sejukdannyamanolehpembayanganbangunansebagaipeneduh yangsignifikan
StayCool:ADesignGuidefortheBuiltEnvironmentinHotClimate,Koch-Nielsen, 2002
Menambahkanelemensepertibreezewayshorizontal,halaman terbuka,ataubentukruangterbukalainnyadibagiandasar bangunan yang dapat memfasilitasi pergerakan udara dan menciptakanaliranventilasisilangantarbangunan
Qaiddkk,2016;Emmanuel,2005
Orientasi bangunan utara-selatan memberikan kenyamanan termalyanglebihbaik
Paramita,2013;Tsoka,2017
Material
Sirkulasi Kendaraan
Variabel Perancangan: Sirkulasi Kendaraan Bermotor
Prinsip: Designing roof shapes for heat and pollution mitigation
Prinsip: Regulating vehicle circulation density based on urban functions
Atap
Memanfaatkanfasaddenganpeneduhdinamis,fasadkromogenik, fasadaktifsurya(activesolarfaçade)danfasaddenganventilasi aktif
Attiadkk,2020
IndeksReflektansiSuryaatau Solar Reflectance Index (SRI) minimum29(atauAlbedo>0,3)
Mengidkk,2009;SimulasiEDGEBuildings
Menggunakan material bangunan inovatif seperti material fotokatalitik pendingin, material retro-reflektif, atau material termokromikuntukbangunan
StudiKasus:ClimateSensitiveUrbanDesign(CSUD)–Chengdu,The SouthwesternofChina
Menyediakan greenroof
StudiKasus:ClimateSensitiveUrbanDesign(CSUD)–Chengdu,The SouthwesternofChina
Street Redesign
Mengubah jalur kendaraan bermotor menjadi jalan yang berorientasipadamanusia,misalnyamelaluikonsep sharedstreet ataupedestrianisasitotaldibeberaparuasjalan
ITDPIndonesia,2025
Membuatkantongparkiryangterpusat
ITDPIndonesia,2025
Sirkulasi Kendaraan
Variabel
Perancangan: Sirkulasi
Kendaraan Bermotor
Variabel
Perancangan:Jalur Pedestriandan Sepeda
RuangTerbuka
Variabel
Perancangan: RuangTerbuka Hijau
Prinsip: Reducing heat absorption with sustainable road materials
Prinsip: Optimizing pedestrian slope for ease of movement
Prinsip: Integrating microclimate elements for thermal comfort
Prinsip: Facilitating healthy wind flow with green space design
Prinsip: Improving quality of life through accessible green open spaces
Material Persentase penerimaan radiasi matahari oleh material beton dinilaipalingminimaldaripadaaspal
StayCool:ADesignGuidefortheBuiltEnvironmentinHotClimate,Koch-Nielsen, 2002
Kemiringanatau slope
Vegetasi
Orientasi
Koefisien Hijau
RuangTerbuka
Variabel Perancangan: RuangTerbuka Hijau
Prinsip: Mitigating urban heat island effects through strategic green spaces
Jenis Vegetasi
Dijalurdengankemiringan0-5%,pejalankakidapatbergerak dengankecepatanlebihcepat(5km/jam)
StudiKasus:ClimateSensitiveUrbanDesign(CSUD)–Chengdu,The SouthwesternofChina
Penambahanelemenvegetasisebagaikanopihijaudisepanjang jalurpejalankakidansepedauntukmenyediakannaunganserta menyaringpolusiudara
Emmanuel,2005;StudiPreseden:KonsepPerancanganKIPPIKN
Menambahkantamanhijau(greencourtyard)yangtersebaruntuk mendistribusikanpotensianginyangdatangkekawasan
CoolingSingapore,2017
Menyediakanminimal10%RTHdisetiapkavling,sertaGreenPlot Ratio(GnPR)minimal1,5untuksemuakavlingpengembangan baru untuk kawasan perkantoran dan menyediakan tutupan kanopiminimal50%diatassemuajalurpejalankaki
RDTRWPKawasanPerkotaanSoreangTerpadu2023-2042;GreenPlotRatio (Ong2002)
VegetasiPenyerapDebu
Polutan:
1.AsamKeranji
2.JambuAir
3.KembangMerak
4.Trengguli
5.Sonokeling
VegetasiyangDapatMereduksi NO: 2
1.Lolipopmerah(Jacobina carnea)
2.Kihujan(Malphigiasp)
3.Akalipamerah(Acalypha wilkesiana)
4.Nusaindahmerah (Mussaendaherythrophylla)
5.Daunmangkokan(Notophanax scultellarium)
6.Kacapiring(Gardeniaaugusta)
7.Azalea(Rhododendronindicum)
8.Bakung(Crinumasiaticum)
DLHKKotaSemarang,2018
Vegetasi yang Dapat MereduksiCO:
1.Trambesi (Samanea saman)
2.Cassia(Cassiasp)
3.Kenanga (Canangium adoratum)
4.Pingku (Dysoxylum excelsum)
5.Beringin(Ficusbenyamina)
6.Mahoni (Swettiana mahagoni)
7.Jati(Tectonagrandis)
8.Nangka (Arthocarpus heterophyllus)
9.Johar(Cassiagrandis)
10.Akasia (Acacia auriculiformis)
Variabel Perancangan: RuangTerbukaBiru
Prinsip: Enhancing cooling and humidity balance through water features
FiturAir
Menyediakanbadanairdikawasan perancanganyangberfungsi untukmenurunkansuhudanmeningkatkankelembapankawasan
StudiPreseden:KonsepPerancanganKIPPIKN;CoolingSingapore,2017

Visi
Mewujudkan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung Di WP Kawasan Perkotaan Soreang Terpadu yang RendahEmisidenganMengutamakanKenyamananTermal,KeberlanjutanLingkungan,danMobilitasInklusif MelaluiPenerapanKawasanRendahEmisi(KRE)
Microclimate and Outdoor Thermal Comfort

Mewujudkan lingkungan perkotaan yang adaptif terhadap kondisi iklim mikro setempat melalui tata guna lahanfleksibeldaninfrastrukturhijau yangresponsif
Menggunakan material yang berkelanjutan, seperti penggunaan permukaan yang reflektif panas dan material perkerasan (pavement) rendahpenyerapanpanas
Merancangataphijauyangresponsif terhadap iklim untuk meningkatkan sirkulasiudaradanmereduksipolusi partikel
Urban Morphology and Building Mass

Mengoptimalkanbentukdanorientasi massa bangunan untuk mendukung ventilasi alami dan pengendalian suhu
Menjamin kualitas udara dan efek pendinginan melalui perencanaan koridor angin, buffer vegetatif, dan bentuk bangunan yang memungkinkan permeabilitas angin maksimal
Perancangan Kawasan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung melalui Pendekatan Kawasan Rendah Emisi (KRE)


Low-Emission Mobility and Accessibility
Meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas transportasi umum dan pejalan kaki dengan menyediakan jalur transportasi umum dan pedestrian yang teduh, serta desain kemiringan jalur pejalan kaki yang ramahbagisemuapengguna


Green and Blue Open Space
Meningkatkan cakupan ruang terbuka hijau dan biru secara strategismelaluipocketpark,koridor hijau, dan ruang terbuka biru untuk mendukungkeanekaragamanhayati, daninteraksisosial.
Meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan menghadirkan ruang-ruang yang sehat, nyaman secara termal, dan selaras dengan kondisiiklimmikrokawasan Mengintegrasikanelemeniklimmikro dan fitur air yang mampu menurunkan suhu ruang luar kawasan dan menciptakan ruang publikyangnyamantermal



Tata Guna Lahan
Didominasizonaperkantoran



Alternatif 1 (Skenario Terpilih)
Tata Massa Bangunan


Sirkulasi
Pedestrian-isasitotaldi beberaparuasjalan Jumlahruasjalantidak diintervensi
Kantongparkir=lapangan
Orientasi fasad utaraselatan Adaptifterhadapangin



Ruang Terbuka
PenanamanBerlapis
KoridorHijau
Emisi vegetasi = 10,6 Ton CO /tahun 2
GnPR=1,5




Tata Guna Lahan
Didominasi zona perkantoran danRTH


Tata Massa Bangunan



Orientasi fasad dominasi utara-selatan Adaptifterhadapangin


Sirkulasi

Pedestrianisasi total di komplekperkantoran Ruasjalandiintervensitotal
Kantong parkir = gedung parkir

Ruang Terbuka
PenanamanBerlapis
KoridorHijau
Emisi vegetasi = 10,3 Ton CO /tahun 2 GnPR=1,95



PerancanganKawasanPusatPemerintahKabupatenBandungmelalupendekatanKawasanRendahEmisi (KRE)dibuatberdasarkanprinsip-prinsipyangsudahdisusunpadatahapanperancangan.Hasilperancangan kawasanalternatif2terpilihsebagaiskenarioterbaik:


Key Points:
Konsep tata guna lahan dirancang secara fleksibel di atas area seluas 39,8 Ha untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan iklim dan kebutuhan sosial. Selain itu, pocket park (taman-tamankecil)yangtersebardiantarabangunan danjalurpedestriandisediakanuntukmeningkatkankualitas lingkungan dan mendukung aktivitas masyarakat di dalamnya.



Intensitas dan Tata Massa Bangunan
Arahanginsiang
Arahanginmalam









Key Points:


Semua bangunan utama baru diorientasikan menghadap Utara-Selatan
MenjagarasioH/Wagartidaklebihdari0,75,menciptakantipologi bangunanberlantairendahyangterbuka(LCZ6)untukmemaksimalkansirkulasiudara.
Stabilised Soil Blocks dan atap (greenroof).
Desain bangunan dirancang untuk menciptakan


Green Corridors yaitudenganmengubahjalan-jalaninternalutamamenjadikoridorhijaudengan mengurangi lajur kendaraan, menambahkan median jalan bervegetasi, serta menyediakan jalur pejalankakidansepedayanglebardanternaungikanopipohon.
Parkir terkonsolidasi yaitu dengan mengganti kantong-kantong parkir di permukaan dengan struktur parkir vertikal yang memiliki fasad hijau atau mengubahnya menjadi lahan parkir permeabelyangternaungi.
Konektivitas pejalan kaki untuk memastikan seluruh jalur pedestrian aman, nyaman, dan terhubungdenganbaikkeseluruhfungsididalamkawasan

Ruang Terbuka



























Key Points:




Green Corridor atau koridor hijau yang membentang dari barat laut ke tenggara, sejajar dengan arahangindominan,untukmenarikudarasejukkedalamkawasan.
Penanaman berlapis dengan mengkombinasikan pohon tinggi (seperti Angsana, Mahoni) dengan semakpadat(sepertiKacaPiring)untukmemaksimalkanpenyerapanpolutan(debu,CO,danNO₂). Green Plot Ratio (GnPR) sebesar 1,95 (target minimal 1,5 untuk kawasan perkantoran) untuk menyediakantutupankanopivegetasibagikawasan.
Integrasi elemen air dengan memadukan fitur air secara strategis untuk membantu menurunkan suhudanmeningkatkankelembabanudara


Komparasi Kenyamanan Termal
Komparasi Emisi Karbon

Kondisi kenyamanan termal Alternatif 2:
Pukul 08.00 WIB angka PMV berada di rata-rata maksimal 1,41 yaitu mengindikasikan “hangat yang nyaman”
Pukul 12.00 WIB angka PMV berada di 2,30 yaitu mengindikasikan“hangat”
Pukul 17.00 WIB angka PMV berada di 0,49 yaitu mengindikasikan“dinginyangnyaman”


Vegetasi Kendaraan Bangunan


Vegetasi: mengubah kerapatan vegetasi menjadi 42 pohon / Ha serta mengubah luas area tanam pada kawasanmenjadi27,86Hapadaalternatif2
Material: 1) Dinding eksterior yaitu Stabilised Soil
Blocks; 2) Atap dingin SRI ≥ 78 atau green roof, dan menambah material beton pracetak; serta 3) Kaca jendelasingleglazing
Sirkulasi:Pedestrianisasitotaldikomplekpemda,serta penyediaan gedung parkir 4 (empat) lantai dengan ± 308SRP











Program Studi Magister Rancang Kota
Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan
Institut Teknologi Bandung 2025