Perancangan Kawasan Rendah Emisi pada Pusat Pemerintah Kab Bandung

Page 1


THESIS

Program Studi Magister Rancang Kota

Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan

Institut Teknologi Bandung 2025

P RT F LIO

Perancangan Kawasan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung

Berdasarkan Pendekatan Kawasan Rendah Emisi (KRE)

Studi Kasus: Kawasan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung, WP Kawasan Perkotaan Soreang Terpadu

Amira Nuha Bachtiar 25623008

Dosen Pembimbing:

Dr. Eng. Mochamad Donny Koerniawan, S.T, M.T.

Prof. Ir. Haryo Winarso, M.Eng., Ph.D

Designing the Government Center Area of Bandung Regency Based on Low Emission Zone (LEZ) Approach. A Case Study of Government Center Area of Bandung Regency, WP Soreang Terpadu.

Mahasiswa Peneliti dan Dosen Pembimbing

Amira Nuha Bachtiar

NIM. 25623008

Mahasiswa Peneliti

Dr. Eng. Mochamad Donny Koerniawan, S.T, M.T.

Penanggung Jawab/Dosen Pembimbing 1

Prof. Ir. Haryo Winarso, M.Eng., Ph.D.

Penanggung Jawab/Dosen Pembimbing 2

1

Pendahuluan

Latar

Belakang

Urban Heat Island (UHI)

Fenomena Urban Heat Island (UHI) atau panas yang terperangkap menjadi isu signifikan di kawasan perkotaan karena pesatnya perkembangan kegiatan yang ada di dalamnya, serta berkurangnya area hijau. Haltersebutberdampakpadakenyamanantermalruang luarpadakawasan.

Khan, et al, 2022

Climate

Sensitive Urban Design (CSUD)

Climate Sensitive Urban Design (CSUD) merupakan pendekatan yang menekankan pentingnya memahami kondisi kenyamanan termal sebelum melakukan perancangan suatu kawasan, mencakup faktor-faktor seperti paparan sinar matahari, kelembapan, suhu lingkungan, serta kecepatan angin. Mempertimbangkan kenyamanan termal sangat penting dalam hal memperbaiki iklim mikro perkotaan serta mengurangi konsumsi energi yang memiliki dampak lebih luas bagi kotasecarakeseluruhan.

Tapias E dan Schmitt G, 2014

Rumusan

Masalah

Persoalan Praktis

KawasanPusatPemerintahKabupatenBandung

Kawasan sangat potensial untuk dikembangkan kegiatan komersial (perdagangan), perumahan, serta berbagai fasilitas penunjang lainnya yang berfungsi sebagai pusat aktivitas yang melayani kawasankawasan sekitarnya (berdasarkan RDTR WP Kawasan PerkotaanSoreangTerpadu).

Kawasan

Rendah Emisi (KRE)

Implementasi Kawasan Rendah Emisi (KRE) bukan hanya sekadar penetapan regulasi, melainkan sebuah tahapan kunci yang sangat relevan dengan disiplin rancang kota. Dalam mengurangi permasalahan UHI, CSUDmendukungKREdenganmenciptakanlingkungan yangmenarikuntukberjalankakidanbersepeda.KRE dirancang untuk berkontribusi pada peneduhan dan pendinginankawasansebagaipenyaringpolusiudara.

ITDP Indonesia, 2025

Kawasan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung

KawasanPusatPemerintahKabupatenBandungdipilih sebagai lokasi studi karena memiliki fungsi lahan yang beragam. Melalui pendekatan KRE, perancangan bertujuan untuk mewujudkan sebuah kawasan pusat pemerintahanyangtidakhanyanyamansecaratermal, tetapijugasehatdengankualitasudarayanglebihbaik, sertaberkelanjutan.

PenurunanKualitasUdara

Adanya potensi penurunan kualitas udara akibat beragamnya aktivitas di dalam kawasan sehingga menjadi salah satu penyebab fenomena Urban Heat Island (UHI). Selainitu,kurangnyakenyamanantermal juga menghambat aktivitas sosial masyarakat dan mengurangikualitashidupsecarakeseluruhan.

Persoalan Perancangan

DisebelahtenggaraKawasanPusatPemerintahKabupatenBandungyangmerupakanlahanpertaniandanlahankosong dapatmembuatkawasaninidilewatianginyanglebihkencang,dansuhuudarayanglebihpanasjikadibandingkandengan kawasanlainnyadiWPKawasanPerkotaanSoreangTerpadu.Diperlukanperancanganfisikkawasanmelaluipendekatan ClimateSensitiveUrbanDesign(CSUD) danKawasanRendahEmisi(KRE)seperti greencorridor, materialalbedotinggi, perancanganulangintensitasdantatamassabangunan,sertavegetasipeneduh.

Tujuan dan Sasaran

Tujuan

Merancang Kawasan Pusat Pemerintah

Kabupaten Bandung yang terletak di WP Kawasan Perkotaan Soreang Terpadu dengan pendekatanKawasanRendahEmisi(KRE)

Mengidentifikasi karakteristik permasalahan yang berkaitan dengan Kawasan Rendah Emisi (KRE) di kawasanperancangan

Menyusun prinsip perancangan terkait pendekatan KawasanRendahEmisi(KRE)

Melakukan perancangan kawasan berdasarkan pedoman perancangan kawasan secara terpadu melaluipendekatanKawasanRendahEmisi(KRE)

Menguji hasil perancangan Kawasan Pusat PemerintahKabupatenBandungyangterletakdiWP Kawasan Perkotaan Soreang Terpadu yang diusulkan terhadap peningkatan kenyamanan termal dan pengurangan emisi dengan menggunakan simulasiperangkatlunakENVI-met

Manfaat

Perancangan

Manfaat Akademis

Hasilperancangankawasanakanmemberikan kontribusi pada literatur dan panduan perancangan kawasan perkotaan, khususnya dalamkonteksKawasanRendahEmisi(KRE) dikawasanpusatpemerintah

Manfaat Praktis

Hasil perancangan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), atau Panduan Rancang Kota (PRK) yang menjadi dasar untuk studi kelayakan implementasi Kawasan Rendah Emisi (KRE)dimasadepan

Ruang Lingkup

RuangLingkupKawasan Perancangan

RuangLingkupMateri

Legenda:

Climate Sensitive Urban Design (CSUD)

Pendekatan desain yang menekankan pentingnyamemahami kondisi iklim mikro suatu kawasan dalam perancangan (Tapias E dan Schmitt G, 2014)

Urban Heat Island (UHI)

Panas yang terperangkap dan diserap oleh area permukaandikawasan (Khan,etal,2022)

Kawasan Rendah Emisi (KRE)

Strategi dalam mewujudkan kawasan perkotaan yang mempertimbangkan kualitas udara dan mendorong mobilitas berkelanjutan (ITDP Indonesia,2024)

Kenyamanan Termal Ruang Luar

Pengaruh yang disebabkan oleh parameter iklim eksternal yaitu kelembaban relatif udara, suhu radiasi rata-rata, suhu udara, dankecepatanangin

Software ENVI-met Simulasi kenyamanan termal bagi pejalan kaki yang ada di kawasan

Pendekatan Perancangan

Terpadu

dengan menganalisis kondisi kenyamanan termal dan kualitas udara pada kawasan untuk mendapatkan perancangan kawasan yang optimal terhadap kenyamanan termaldanrendahemisi

Pendekatan Berbasis Kinerja dan Simulasi

Pendekatan Kawasan Pusat Pemerintah

Penggunaan perangkat lunak ENVI-met serta EDGE Buildings memungkinkan evaluasi kinerja dari perancangan yang dibuat terhadap parameter kenyamanan termal dan efisiensienergi

Perancangan kawasan pusat pemerintah yang mendukung rendahemisidapatmendukung aktivitas para pengguna kawasan tersebut, baik bagi pegawai pemerintah, pengunjung, maupun masyarakatumum

Kawasan
Perkantoran Pusat Pemerintahan
Kawasan Komersial, Sosial Budaya, dan Pertanian
Pendekatan
Kawasan Rendah Emisi (KRE)

Alur Perancangan

LatarBelakang danIsu Perancangan

Latar Belakang

Kawasan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung di WP Kawasan Pusat Perkotaan Soreang

Terpadu memiliki tantangan sebagai kawasan pusat pemerintah dalam memperhatikan pendekatan Kawasan Rendah Emisi (KRE) dan kenyamanan termal ruang luar di dalam kawasan.

Tujuan

Pengumpulan datadanAnalisis

Rumusan Persoalan

Beragamnya aktivitas di dalam kawasan sehingga menjadi salah satu penyebab penurunan kualitas udara Selain itu, kurangnya kenyamanan termal juga menghambat aktivitas ruang luar dan mengurangi kualitas hidup secara keseluruhan.

Merancang Kawasan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung yang terletak di WP Kawasan Perkotaan Soreang Terpadu dengan pendekatan Kawasan Rendah Emisi (KRE)

Kajian Literatur

Studi literatur

Climate Sensitive Urban Design (CSUD)

Kawasan Rendah Emisi (KRE)

Kenyamanan Termal

Ruang Luar

Kawasan Pusat Pemerintah

Studi preseden Review kebijakan

RTRW Kabupaten Bandung

RDTR WPKawasan

Perkotaan Soreang

Terpadu tahun 2021 - 2040

Sasaran 2

Observasi

Tata guna lahan

Intensitas dan tata massa bangunan

Sirkulasi (jalur kendaraan, pejalan kaki, sepeda, dan lahan parkir)

Ruang terbuka (RTH, RTB, serta persebaran dan jenis vegetasi) Material tutupan lahan

Kawasan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung

Sasaran1

Iklim Mikro Kawasan

Suhu udara Suhu radiasi matahari Kecepatan angin Kelembapan relatif (Rh)

Kualitas Udara Kadar NO2 Kadar CO Kadar Polutan (PM2.5)

Prinsip dan kriteria perancangan kawasan berdasarkan pendekatan Kawasan Rendah Emisi (KRE)

Sasaran 3

Simulasi Efisiensi Energi dan Emisi Karbon pada Bangunan EDGE Buidings

Keluaran

Pengembangan Alternatif Desain 1 dan 2

Membuat 2 (dua) alternatif berdasarkan prinsip dan kriteria

Sasaran 4

Alternatif 2

Alternatif 1

Simulasi Kenyamanan Termal pada Kawasan Perancangan oleh Perangkat Lunak ENVI-met

Pemilihan alternatif perancangan dan modifikasi ulang alternatif jika hasil simulasi belum optimal

Pemilihan Desain Final: Perancangan Optimal Kawasan dengan Pendekatan Kawasan Rendah Emisi (KRE)

2

Kajian Literatur

Kajian Literatur

Climate Sensitive Urban Design (CSUD)

Pendekatan desain yang mempertimbangkan faktorfaktor iklim mikro seperti suhu radiasi matahari, kelembabanrelatif,kecepatanangin,sertasuhuudara terhadaplingkunganperkotaan

Tapias E dan Schmitt G, 2014

Urban Heat Island (UHI)

UHIdisebabkanolehsuhupanasyangdihasilkanoleh kawasan perkotaan, yang seharusnya diradiasikan kembali oleh energi matahari, namun terperangkap oleh permukaan perkotaan sehingga menyebabkan suhu udara meningkat. Sumber panas tersebut cenderung menaikan suhu daerah perkotaan dibandingkandengandaerahsekitarnya

Jabbar. H, et al, 2023

Kawasan Rendah Emisi (KRE)

Instrumen kebijakan dan proses perancangan partisipatif untuk mengurangi dan membatasi akses untukkendaraanbermotorberemisi.

ITDP Indonesia, 2025

Kenyamanan Termal

Kondisi psikologis yang menjadi faktor dalam melakukan penilaian kualitas iklim mikro perkotaan dan mempertimbangkannya ke dalam perancangan dalammewujudkanpembangunanberkelanjutan

Standar ISO 7730

Pertimbangan terhadap Lingkungan Fisik Perkotaan

Orientasi

Terjadi penurunan suhu udara hingga 5,5°C pada bangunan dengan orientasi utara-selatan. Selain itu, penyesuaian arah bangunan dengan aliran angin dapat meningkatkan ventilasi alami, sehingga memperbaikikualitasudaradidalambangunan

Paramita, 2013; Tsoka, 2017

Material Bangunan dan Permukaan Kota serta

Vegetasi

Material berwarna terang memiliki reflektivitas tinggi dan daya serap panas yang rendah, sementara material berwarna gelap lebih banyak menyerap panasdaripadamemantulkannya

Koch-Nielsen (2002): Stay Cool: A Design Guide for the Built Environment in Hot Climate

Kepadatan Bangunan

Bangunanyangjaraknyaberdekatanakancenderung menghasilkan pembayangan yang dapat mengurangi suhupanas

Koch-Nielsen (2002): Stay Cool: A Design Guide for the Built Environment in Hot Climate

Green Plot Ratio (GnPR)

Peningkatan GnPR berkorelasi langsung dengan peningkatan jumlah biomassa vegetasi yang dapat memberikanberbagaimanfaatekologissignifikan

Green Plot Ratio: An ecological measure for architecture and urban planning. Journal of Landscape and Urban Planning (Ong, 2002)

Kajian Literatur

Pusat Pemerintahan

Tempat yang menjadi pusat kegiatan pemerintah, yang mencakup berbagai bangunan perkantoran pemerintahdanfasilitaspenunjanguntukmendukung pelaksanaantugas-tugasdanaktivitaspemerintah

Tapias E dan Schmitt G, 2014

Simulasi ENVI-met

Terdapat salah satu fitur yaitu BIO-met yang digunakan untuk mengetahui kenyamanan termal yang datanya didapatkan dari data hasil simulasi seperti suhu udara (Ta), kelembaban relatif (Rh), kecepatan angin (v), serta suhu udara yang terperangkapdipermukaansuatuarea(TmRT)

Tapias E dan Schmitt G, 2014

Elemen Perancangan

TataGunaLahan

IntensitasdanTataMassaBangunan SirkulasidanParkir,sertaJalurPedestrian RuangTerbuka

AktivitasPendukung

SistemPenanda

Preservasi

Hamid Shirvani, 1985

Contoh Simulasi
Skema Penggunaan ENVImet

Studi Kasus

1.Climate Sensitive Urban Design (CSUD)

UrbanGreen LandUse

Latar Belakang

KotaChengdu,Cina,memilikikondisigeografisdaniklimyangsangat mempengaruhi tingkat suhu udaranya. Topografi cekungan yang dikelilingi pegunungan menyebabkan udara sulit bersirkulasi, sehingga suhu panas cenderung terperangkap di daerah rendah. KondisiiklimChengduyanglembap,kurangnyasirkulasiudarayang baik, serta intensitas sinar matahari yang rendah membuat suhu panaslebihmudahmenumpukdiwilayahtersebut.

PerancangandanSimulasi

Jalan Daye memiliki kepadatan bangunan yang lebih tinggi dan tingkat penghijauan jalan yang lebih rendah.

Alun-alun dan RTH Perkantoran Komersial

Sumber: Breathing City: Mitigating Air Pollution Through Urban Microclimate Design (Hanwen Hu, 2020)

Rekomendasiperancangan padakarakteristikbangunandi dalamkawasan: Vegetasi

Materialtutupanlahan

KonfigurasiIntensitas

Bangunan

Studi Kasus

2. Kawasan Rendah Emisi (KRE)

Studi Kasus: Kota Tua, Jakarta

Latar Belakang

Sektortransportasidaratmerupakankontributorterbesarpolusi udaradiJakartayangmenyumbangsekitar64%emisiNitrogen Oksida(NOx)dan58,9%emisiPartikulat(PM2.5)

Peraturan Gubernur Nomor 36 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Kota Tua: perlu adanya upaya pembatasan lalu lintas kendaraan bermotor untuk menjaga kelestarian bangunan dan lingkunganbersejarah

Pedestrianisasi 6 (enam) ruas jalan yang mengelilingi bagiandalamKawasanKotaTua,dengantotalluasarea intervensisebesar0,14km².Akseskendaraanbermotor dilarang memasuki area tersebut. Pengecualian diberikanhanyauntukarmadabusTransjakarta

Meningkatkan kualitas infrastruktur pejalan kaki dan pesepeda. Adanya penambahan vegetasi peneduh yang menunjukkan pentingnya elemen vegetasi dalam perancanganruangpublikyangnyaman

Sumber: ITDP Indonesia

SistemSirkulasi
JalurPejalanKakidanRuangTerbuka

Studi Kasus

3. Kawasan Pusat Pemerintah

Studi Kasus: Kawasan Inti Pusat Pemerintah (KIPP) , IKN

Latar Belakang

KawasanIntiPusatPemerintah(KIPP)terletakdikawasanintiwilayahperkotaanIbuKota Negara (IKN), serta memiliki peran utama sebagai pusat penyelenggaraan fungsi pemerintahan

Kawasanseluas6.671,56Ha

Integrasi antara ruang publik dan privat dalam lingkunganyangadaptifterhadapkonturtanaheksisting

Bangunan cerdas untuk mencapai penghematan energi hingga60%padatahun2045 ⟶ NetZeroEmission

konsep 10 minutes city. Jarak maksimal rata-rata berjalankakiyaitu±700meterdalam10menitdengan kondisitopografiyangcenderungdatar

Setiapelemenruangterbukahijaudanbiruberfungsioptimal dalam penyerapan air hujan, pengurangan suhu, dan peningkatankualitasudara

Sumber: Paparan Prinsip Rancang Kota Ibu Kota Nusantara (IKN), OIKN (2023)

TataGunaLahan
TataMassaBangunan
Sirkulasi RuangTerbuka

3

Metode Perancangan dan Simulasi

Metode Perancangan

Metode Pengumpulan Data

Datasekunder

Buku

Jurnal

Dokumenkebijakan

Laman weatherspark.com (suhu, angin, kelembapanrelatif,danradiasi)

Laman IQAir untuk kondisi konsentrasi polutan (CO,NO₂,PM2.5)

Kalkulator karbon (www.carbonfootprint.com) untuk estimasi emisi karbon per kendaraan ratarata

Observasilapangan

Kondisieksistingpadaelemenperancangan TataGunaLahan

IntensitasdanTataMassaBangunan

Sirkulasi

RuangTerbuka

AktivitasPendukung

Metode Perancangan

Metode perancangan kawasan mengadopsi metode fragmental yang sistematis. Metode perancangan

Fragmental adalah salah satu metode perancangan yang bersifat relatif singkat dan terbatas, meliputi meliputi tahapan pengumpulan data, analisis data, perumusan prinsip dan kriteria, serta perancangan kawasan Shirvani, 1985

Variabel Perancangan

1.ElemenKawasanRendahEmisi(KRE)

EmisiKendaraan

EfisiensiEnergiBangunan

Vegetasi

ProporsiRuangHijau

2.ElemenIklimMikro SuhuUdara

SuhuRadiasiMatahari KecepatanAngin KelembapanRelatif(Rh)

3.IndeksKenyamananTermal PMV

4.ElemenRancangKota TataGunaLahan

IntensitasdanTataMassaBangunan

Sirkulasi

RuangTerbuka

AktivitasPendukung

Metode perancangan berbasis pengujian oleh simulasi ENVI-Met

serta

EDGE Buildings

ENVI-Met bekerja sebagai model yang memungkinkananalisisarahdankecepatanangin, temperaturudara,kelembabanrelatifudara,radiasi matahari ⟶ biotermal(PMV)

EDGEBuildings

OutputdariperangkatEDGEyaitusertifikasiyang menerangkanbahwabangunantersebutmencapai penghematanminimal20%dikategori(Energi,dan Material)berdasarkan baseline

4

Analisis Kawasan

Gambaran Umum

Makro

KabupatenBandungmerupakankabupatenyangberadadiProvinsiJawaBaratyaituterletakantara107°22’–108°5’

Bujur Timur dan 6°41’–7°19’ Lintang Selatan. Kabupaten Bandung terdiri dari 31 Kecamatan, 270 Desa dan 10 Kelurahanyangterbagikedalam8(delapan)WilayahPengembangan(WP).KabupatenBandungmemilikibeberapa misi pengembangan wilayah, diantaranya yaitu memiliki tata kelola pemerintah yang baik atau Good Governance, berupayauntukmenjagadanmemulihkanlingkunganagartetapbersih,bebasdaripolusi,danpotensilainnyayang merusak kualitas lingkungan, dan lain-lain.Kecamatan Soreang memiliki kemiringan lahan di angka 0 - <8% atau masukkekategoridatar.

Sejarah Perkembangan Kawasan

Pusat pemerintah Kabupaten Bandung dipindahkan dari Kecamatan Baleendah ke Kecamatan Soreang pada tahun 1985, tepatnya di Kecamatan Soreang dibangun komplek perkantoran baruyangluasnyamencapai24Ha,dengandesainarsitekturyang memilikicirikhasgayaPriangan.PemindahanKomplekPemdake KecamatanSoreangmembuatpengembanganbarudiKabupaten Bandung.

Gambaran Umum

Makro

Rencana Pengembangan

SWP A, WP Kawasan Perkotaan Soreang Terpadu

KawasanperancanganberadadiSub-WilayahPerencanaan(SWP)A. danberfungsisebagaikawasanpusatpemerintah di sebelah barat deliniasi, serta kawasan sosial budaya, kawasan komersial, dan kawasan pertanian di sebelah timur deliniasikawasanperancangan.

Penataan dan pemeliharaan bangunan serta lingkungan di pusat kegiatan pemerintahan

Pengembangan fasilitas umum dan sosial skala lingkungan

Rencana pembangunan jaringan LRT/monorail, pengembangan moda BRT serta terminal dan halte

Penyediaan jalur pejalan kaki di ruas jalan strategis, street furniture, serta jalur sepeda

RDTRWPKawasanPerkotaanSoreangTerpadu2023-2042

Kondisi Iklim

Data Iklim 16 - 18 April 2025

Hasil Pengamatan Kelembapan Relatif (%Rh) Suhu Udara (°C) Kecepatan Angin (m/s) Arah Angin

Siang (1)

(1)

Siang (2)

Malam (2)

Siang (3)

Malam (3)

Sumber:weatherspark.com

Iklim

Mikro

Ilustrasi Arah Angin dalam Kawasan

Sumber:HasilOlahan,2025

Kesimpulan

Temperatur Permukaan Tanah (°C) atau Land Surface Temperature

Sumber:HasilOlahan,2025

Sianghari=78-88% ⟶ cukupuntukmenciptakankenyamanantermal;Malamhari>90% ⟶ jenuhdanmenyebabkan ketidaknyamanantermal

Temperatur udara di siang hari berada di atas 25°C sehingga dapat menimbulkan ketidaknyamanan termal di KabupatenBandung

Pola angin di kawasan ini menunjukkan dominasi angin siang hari yang berhembus dari arah barat laut ke arah tenggaradengankecepatansedanghinggatinggi,sertaanginmalamhariyangberhembusdariarahselatan-barat dayakearahutara-timurlautdengankecepatanyanglebihrendah

Variasisuhumengindikasikanadanyaperbedaankarakteristikpermukaandantutupanlahandidalamkawasan,yaitu areadenganLSTlebihtinggicenderungmenjadisumberpanasyangdapatmeningkatkanketidaknyamanantermal (38°)yaituterdapatdisebelahtimurkawasanperancangan

Kondisi Emisi

Indeks Kualitas Udara (AQI)

PM2.5 (μg/m )3 Level Deskripsi

0 - 12,0

12,1 - 35,4

35,5 - 55,4

55,5 - 150,4

Jumlah Polutan

Jumlah NO2

2

Kualitasudarabaikdanbersih

Kualitas udara cukup dapat diterima, namun ada risiko bagibeberapaorangyangsensitifterhadappolusiudara

Gangguan kesehatan akan dialami sekelompok orang yangsensitif,dankelompokoranglainnyamemilikirisiko lebihrendah

Gangguan kesehatan yang lebih serius akan dialami sekelompok orang yang sensitif, dan kelompok orang lainnyajugamemilikirisiko

Kabupaten Bandung secara umum masuk dalam kategori "sedang" atau “moderate”, dengan polutan PM2.5 yang konsentrasinya mencapai 16.5 μg/m ⟶ melampaui ambang batas aman yang direkomendasikanWHOyaitu15μg/m untukrata-ratadalam24jam 3 3

Sumber:AQI.in;HasilOlahan,2025

Tingkat NO di Kabupaten Bandung berdasarkan AQI.in adalah13ppb ⟶ amandansehatbagimasyarakat,angka tersebut berada di bawah ambang batas WHO yaitu sebesar13.29ppb

Jumlah CO

Tingkat emisi CO di Kabupaten Bandung berdasarkan AQI.in yaitu 157 ppb ⟶ aman dan sehat bagi masyarakat, angka tersebut berada di bawah ambang batasWHOyaitumaksimal3.490ppb

Tata Guna Lahan

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BandungTahun2016-2036,Kawasaninimemilikistruktur tata guna lahan yang mencakup fungsi utama sebagai kawasan pusat pemerintah, serta dilengkapi dengan kawasankomersial,kawasansosialdanbudaya,danruang terbukayangmenunjangaktivitasmasyarakat

Pertanian 11.1%

SosialBudaya 16.7%

Pemerintahan

55.6%

PerdagangandanJasa 16.7%

Intensitas dan Tata

Massa Bangunan

01

Orientasi Bangunan

02 Hampir seluruh bangunan di kawasan ini menghadap ke jalur pejalan kaki maupun jalur kendaraan, serta menunjukkan konektivitas dan aksesibilitas yang aktif. Terdapat beberapa bangunan yang fasad bangunannya menghadap utara ataupun selatan. Sedangkan bangunan lain banyakmenghadapketimurataubarat.

Jarak antar bangunan

Terdapat beberapa blok bangunan yang jaraknya cukup rapat memiliki pembayangan antar bangunan yang baik sehingga dapat menurunkansuhupermukaan dan suhuudara di sekitar bangunan. Sementara itu, sebagian besar bangunan lainnya memiliki jarak yang cukupbesar denganbangunansekitarnya.

Sumber:HasilOlahan,2025

Sirkulasi Kendaraan

Car Oriented Street

Jalandiseluruhkawasanmerupakanjalandenganberorientasikankendaraanbermotor,baikdiluarKomplek PemdamaupundidalamKomplekPemda.

Car Oriented Street di luar dan di dalam kawasan

Green Corridor

Terdapat beberapa green corridor yang belum konsistendibeberapaareadidalamkawasan.

Green Corridor di beberapa area di dalam kawasan.

Analisis Jumlah Kendaraan di Dalam Kawasan

Kawasan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung mulai dari kantor dinas, fasilitas pelayanan publik, hingga fasilitas penunjang lainnya, dapat diketahui bahwa total Satuan Ruang Parkir (SRP) sebanyak 1.159 SRP. Angka tersebut mengindikasikan bahwa kawasan ini memiliki potensi untuk menampung sekitar 1.159 unit kendaraan bermotorpadajam-jamsibuk Berdasarkan perhitungan kalkulator emisi karbon (www.carbonfootprint.com), dirata-ratakan jumlah konsumsi bensin oleh per kendaraan yaitu 1.500 liter/tahun dapat menghasilkan 4 tCOe. Sehingga dapat diketahui bahwa di dalam Kawasan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung terdapat total emisi sebesar 4.636 tCOe/tahun

Jalur Pejalan Kaki

Kemiringan atau Slope

Permukaanlandaidengankemiringan0–5%

Vegetasi

Di beberapa jalur pejalan kaki sudah memiliki kanopiberupapohonyangmemberikannaungan, namun ada beberapa jalur pejalan kaki belum memiliki kanopi berupa pohon yang cukup untuk memberikannaungan

Perhitungan Emisi Karbon Eksisting

Perhitungan emisi karbon diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kondisi eksisting dapat mengurangi atau menambah emisi karbon berdasarkanvegetasiyangadadidalamkawasan. Perhitungan emisi karbon yang dihitung berdasarkan Standar Khusus Nomor 89/SALTRA/KBPI/6/2024KementerianKLHK:

Diperolehtotalemisikarbonyangdihasilkanoleh kawasan perancangan eksisting yaitu sebesar 111,1TonCO2/tahun.

Jalur pejalan kaki dengan kanopi pohon
Jalur pejalan kaki tanpa kanopi pohon

Ruang Terbuka

Peraturan Ruang Terbuka Hijau

Berdasarkan RDTR Wilayah Perencanaan Kawasan Perkotaan Soreang Terpadu Tahun 2023-2042, ketentuan dalam merancang ruang terbuka yaitu dengan menyediakan minimal 10% RTHdisetiapkavlingbangunan.

Green Corridor

Area hijau pada jalur pejalan kaki dibuat dengan menyediakan lanskap yang menjadi elemen peneduhdanatraktifpadakawasanperancangan.

04

Ruang Terbuka Hijau Antar Blok Bangunan

Ruang terbuka di dalam Kawasan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung ditempatkan pada ruang antar blok kawasan dengan memanfaatkanpembayangandarivegetasiberupa pohon-pohontinggisertadaribangunan.

05

Ruang Terbuka Publik

Terdapat ruang terbuka publik di dalam kawasan berupa hutan kota komplek pusat pemerintah, taman rusa, green corridor, taman difabel, Lapangan Upakarti, taman perpustakaan, dan tamanbuah.

06

Klasifikasi Fungsi Vegetasi

3(tiga)fungsiutamauntukmeningkatkankualitas udara, antara lain vegetasi penyerap debu dan polutan, pereduksi Karbon Monoksida (CO), dan pereduksiNitrogenDioksida(NO₂).

07

Perhitungan Green Plot Ratio (GnPR)

Angka GnPR kondisi eksisting berada di angka 1,14danmasihdibawahstandardariprinsipyang ditetapkan, yaitu GnPR ≥ 1,5 untuk kawasan perkantoran.

Prinsip dan Kriteria

Perancancangan

TataGunaLahan

Variabel

Perancangan: Fungsi

Prinsip: Creating adaptive urban environments that respond to climate variability

BentukdanTata

Variabel

AreaHijau

Menambahkan greenbelt disekitarkawasansertataman-taman kecilyangtersebaryaitu pocketpark

Koerniawan,2022;CoolingSingapore,2017

Penggunaan lahan

Maksimal70%untukareaterbangundanminimal30%untukarea RTH

RDTRWPKawasanPerkotaanSoreangTerpaduTahun2023-2042

MassaBangunan Prinsip: Optimizing building massing for temperature regulation

Massa Bangunan

Perancangan: MassaBangunan

BentukdanTata MassaBangunan

Variabel

Perancangan: BentukBangunan

Prinsip: Selecting heatreducing materials for sustainable environments

H/WOptimal≤0,75yaitudengantipebangunanberlantairendah terbuka(LCZ6),dianggapoptimalkarenamemungkinkanaliran anginmencapaitingkatpejalankaki,menciptakankondisiyang sejukdannyamanolehpembayanganbangunansebagaipeneduh yangsignifikan

StayCool:ADesignGuidefortheBuiltEnvironmentinHotClimate,Koch-Nielsen, 2002

Menambahkanelemensepertibreezewayshorizontal,halaman terbuka,ataubentukruangterbukalainnyadibagiandasar bangunan yang dapat memfasilitasi pergerakan udara dan menciptakanaliranventilasisilangantarbangunan

Qaiddkk,2016;Emmanuel,2005

Orientasi bangunan utara-selatan memberikan kenyamanan termalyanglebihbaik

Paramita,2013;Tsoka,2017

Material

Sirkulasi Kendaraan

Variabel Perancangan: Sirkulasi Kendaraan Bermotor

Prinsip: Designing roof shapes for heat and pollution mitigation

Prinsip: Regulating vehicle circulation density based on urban functions

Atap

Memanfaatkanfasaddenganpeneduhdinamis,fasadkromogenik, fasadaktifsurya(activesolarfaçade)danfasaddenganventilasi aktif

Attiadkk,2020

IndeksReflektansiSuryaatau Solar Reflectance Index (SRI) minimum29(atauAlbedo>0,3)

Mengidkk,2009;SimulasiEDGEBuildings

Menggunakan material bangunan inovatif seperti material fotokatalitik pendingin, material retro-reflektif, atau material termokromikuntukbangunan

StudiKasus:ClimateSensitiveUrbanDesign(CSUD)–Chengdu,The SouthwesternofChina

Menyediakan greenroof

StudiKasus:ClimateSensitiveUrbanDesign(CSUD)–Chengdu,The SouthwesternofChina

Street Redesign

Mengubah jalur kendaraan bermotor menjadi jalan yang berorientasipadamanusia,misalnyamelaluikonsep sharedstreet ataupedestrianisasitotaldibeberaparuasjalan

ITDPIndonesia,2025

Membuatkantongparkiryangterpusat

ITDPIndonesia,2025

Prinsip dan Kriteria

Perancancangan

Sirkulasi Kendaraan

Variabel

Perancangan: Sirkulasi

Kendaraan Bermotor

Variabel

Perancangan:Jalur Pedestriandan Sepeda

RuangTerbuka

Variabel

Perancangan: RuangTerbuka Hijau

Prinsip: Reducing heat absorption with sustainable road materials

Prinsip: Optimizing pedestrian slope for ease of movement

Prinsip: Integrating microclimate elements for thermal comfort

Prinsip: Facilitating healthy wind flow with green space design

Prinsip: Improving quality of life through accessible green open spaces

Material Persentase penerimaan radiasi matahari oleh material beton dinilaipalingminimaldaripadaaspal

StayCool:ADesignGuidefortheBuiltEnvironmentinHotClimate,Koch-Nielsen, 2002

Kemiringanatau slope

Vegetasi

Orientasi

Koefisien Hijau

RuangTerbuka

Variabel Perancangan: RuangTerbuka Hijau

Prinsip: Mitigating urban heat island effects through strategic green spaces

Jenis Vegetasi

Dijalurdengankemiringan0-5%,pejalankakidapatbergerak dengankecepatanlebihcepat(5km/jam)

StudiKasus:ClimateSensitiveUrbanDesign(CSUD)–Chengdu,The SouthwesternofChina

Penambahanelemenvegetasisebagaikanopihijaudisepanjang jalurpejalankakidansepedauntukmenyediakannaunganserta menyaringpolusiudara

Emmanuel,2005;StudiPreseden:KonsepPerancanganKIPPIKN

Menambahkantamanhijau(greencourtyard)yangtersebaruntuk mendistribusikanpotensianginyangdatangkekawasan

CoolingSingapore,2017

Menyediakanminimal10%RTHdisetiapkavling,sertaGreenPlot Ratio(GnPR)minimal1,5untuksemuakavlingpengembangan baru untuk kawasan perkantoran dan menyediakan tutupan kanopiminimal50%diatassemuajalurpejalankaki

RDTRWPKawasanPerkotaanSoreangTerpadu2023-2042;GreenPlotRatio (Ong2002)

VegetasiPenyerapDebu

Polutan:

1.AsamKeranji

2.JambuAir

3.KembangMerak

4.Trengguli

5.Sonokeling

VegetasiyangDapatMereduksi NO: 2

1.Lolipopmerah(Jacobina carnea)

2.Kihujan(Malphigiasp)

3.Akalipamerah(Acalypha wilkesiana)

4.Nusaindahmerah (Mussaendaherythrophylla)

5.Daunmangkokan(Notophanax scultellarium)

6.Kacapiring(Gardeniaaugusta)

7.Azalea(Rhododendronindicum)

8.Bakung(Crinumasiaticum)

DLHKKotaSemarang,2018

Vegetasi yang Dapat MereduksiCO:

1.Trambesi (Samanea saman)

2.Cassia(Cassiasp)

3.Kenanga (Canangium adoratum)

4.Pingku (Dysoxylum excelsum)

5.Beringin(Ficusbenyamina)

6.Mahoni (Swettiana mahagoni)

7.Jati(Tectonagrandis)

8.Nangka (Arthocarpus heterophyllus)

9.Johar(Cassiagrandis)

10.Akasia (Acacia auriculiformis)

Variabel Perancangan: RuangTerbukaBiru

Prinsip: Enhancing cooling and humidity balance through water features

FiturAir

Menyediakanbadanairdikawasan perancanganyangberfungsi untukmenurunkansuhudanmeningkatkankelembapankawasan

StudiPreseden:KonsepPerancanganKIPPIKN;CoolingSingapore,2017

5

Arahan Perancangan

Visi Misi Perancangan

Visi

Mewujudkan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung Di WP Kawasan Perkotaan Soreang Terpadu yang RendahEmisidenganMengutamakanKenyamananTermal,KeberlanjutanLingkungan,danMobilitasInklusif MelaluiPenerapanKawasanRendahEmisi(KRE)

Microclimate and Outdoor Thermal Comfort

Mewujudkan lingkungan perkotaan yang adaptif terhadap kondisi iklim mikro setempat melalui tata guna lahanfleksibeldaninfrastrukturhijau yangresponsif

Menggunakan material yang berkelanjutan, seperti penggunaan permukaan yang reflektif panas dan material perkerasan (pavement) rendahpenyerapanpanas

Merancangataphijauyangresponsif terhadap iklim untuk meningkatkan sirkulasiudaradanmereduksipolusi partikel

Urban Morphology and Building Mass

Mengoptimalkanbentukdanorientasi massa bangunan untuk mendukung ventilasi alami dan pengendalian suhu

Menjamin kualitas udara dan efek pendinginan melalui perencanaan koridor angin, buffer vegetatif, dan bentuk bangunan yang memungkinkan permeabilitas angin maksimal

Perancangan Kawasan Pusat Pemerintah Kabupaten Bandung melalui Pendekatan Kawasan Rendah Emisi (KRE)

Low-Emission Mobility and Accessibility

Meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas transportasi umum dan pejalan kaki dengan menyediakan jalur transportasi umum dan pedestrian yang teduh, serta desain kemiringan jalur pejalan kaki yang ramahbagisemuapengguna

Green and Blue Open Space

Meningkatkan cakupan ruang terbuka hijau dan biru secara strategismelaluipocketpark,koridor hijau, dan ruang terbuka biru untuk mendukungkeanekaragamanhayati, daninteraksisosial.

Meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan menghadirkan ruang-ruang yang sehat, nyaman secara termal, dan selaras dengan kondisiiklimmikrokawasan Mengintegrasikanelemeniklimmikro dan fitur air yang mampu menurunkan suhu ruang luar kawasan dan menciptakan ruang publikyangnyamantermal

Alternatif Perancangan

Tata Guna Lahan

Didominasizonaperkantoran

Alternatif 1 (Skenario Terpilih)

Tata Massa Bangunan

Sirkulasi

Pedestrian-isasitotaldi beberaparuasjalan Jumlahruasjalantidak diintervensi

Kantongparkir=lapangan

Orientasi fasad utaraselatan Adaptifterhadapangin

Ruang Terbuka

PenanamanBerlapis

KoridorHijau

Emisi vegetasi = 10,6 Ton CO /tahun 2

GnPR=1,5

Tata Guna Lahan

Didominasi zona perkantoran danRTH

Tata Massa Bangunan

Orientasi fasad dominasi utara-selatan Adaptifterhadapangin

Sirkulasi

Pedestrianisasi total di komplekperkantoran Ruasjalandiintervensitotal

Kantong parkir = gedung parkir

Ruang Terbuka

PenanamanBerlapis

KoridorHijau

Emisi vegetasi = 10,3 Ton CO /tahun 2 GnPR=1,95

6

Sintesis Perancangan

Urban Design Framework (UDF)

PerancanganKawasanPusatPemerintahKabupatenBandungmelalupendekatanKawasanRendahEmisi (KRE)dibuatberdasarkanprinsip-prinsipyangsudahdisusunpadatahapanperancangan.Hasilperancangan kawasanalternatif2terpilihsebagaiskenarioterbaik:

Key Points:

Konsep tata guna lahan dirancang secara fleksibel di atas area seluas 39,8 Ha untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan iklim dan kebutuhan sosial. Selain itu, pocket park (taman-tamankecil)yangtersebardiantarabangunan danjalurpedestriandisediakanuntukmeningkatkankualitas lingkungan dan mendukung aktivitas masyarakat di dalamnya.

Tata Guna Lahan
Pemerintahan
Pertanian

Urban Design Framework (UDF)

Intensitas dan Tata Massa Bangunan

Arahanginsiang

Arahanginmalam

Key Points:

Semua bangunan utama baru diorientasikan menghadap Utara-Selatan

MenjagarasioH/Wagartidaklebihdari0,75,menciptakantipologi bangunanberlantairendahyangterbuka(LCZ6)untukmemaksimalkansirkulasiudara.

Stabilised Soil Blocks dan atap (greenroof).

Desain bangunan dirancang untuk menciptakan

Green Corridors yaitudenganmengubahjalan-jalaninternalutamamenjadikoridorhijaudengan mengurangi lajur kendaraan, menambahkan median jalan bervegetasi, serta menyediakan jalur pejalankakidansepedayanglebardanternaungikanopipohon.

Parkir terkonsolidasi yaitu dengan mengganti kantong-kantong parkir di permukaan dengan struktur parkir vertikal yang memiliki fasad hijau atau mengubahnya menjadi lahan parkir permeabelyangternaungi.

Konektivitas pejalan kaki untuk memastikan seluruh jalur pedestrian aman, nyaman, dan terhubungdenganbaikkeseluruhfungsididalamkawasan

Urban Design Framework (UDF)

Ruang Terbuka

Key Points:

Green Corridor atau koridor hijau yang membentang dari barat laut ke tenggara, sejajar dengan arahangindominan,untukmenarikudarasejukkedalamkawasan.

Penanaman berlapis dengan mengkombinasikan pohon tinggi (seperti Angsana, Mahoni) dengan semakpadat(sepertiKacaPiring)untukmemaksimalkanpenyerapanpolutan(debu,CO,danNO₂). Green Plot Ratio (GnPR) sebesar 1,95 (target minimal 1,5 untuk kawasan perkantoran) untuk menyediakantutupankanopivegetasibagikawasan.

Integrasi elemen air dengan memadukan fitur air secara strategis untuk membantu menurunkan suhudanmeningkatkankelembabanudara

Komparasi Kenyamanan Termal

Komparasi Emisi Karbon

Kondisi kenyamanan termal Alternatif 2:

Pukul 08.00 WIB angka PMV berada di rata-rata maksimal 1,41 yaitu mengindikasikan “hangat yang nyaman”

Pukul 12.00 WIB angka PMV berada di 2,30 yaitu mengindikasikan“hangat”

Pukul 17.00 WIB angka PMV berada di 0,49 yaitu mengindikasikan“dinginyangnyaman”

Vegetasi Kendaraan Bangunan

Vegetasi: mengubah kerapatan vegetasi menjadi 42 pohon / Ha serta mengubah luas area tanam pada kawasanmenjadi27,86Hapadaalternatif2

Material: 1) Dinding eksterior yaitu Stabilised Soil

Blocks; 2) Atap dingin SRI ≥ 78 atau green roof, dan menambah material beton pracetak; serta 3) Kaca jendelasingleglazing

Sirkulasi:Pedestrianisasitotaldikomplekpemda,serta penyediaan gedung parkir 4 (empat) lantai dengan ± 308SRP

Visualisasi Perancangan

Program Studi Magister Rancang Kota

Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan

Institut Teknologi Bandung 2025

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.