Warm Bodies bab 1

Page 16

Kami melayap beberapa jam, tanpa arah, lalu dia menggenggam tanganku dan mulai menuntunku ke suatu tempat. Kami melangkah tersandung-sandung menuruni eskalator yang berhenti dan keluar menuju landasan pacu. Aku mendesah letih. Dia mengajakku ke gereja. Kaum Mati telah membangun sebuah tempat suci di landasan pacu. Pada suatu saat di masa lalu yang jauh, ada yang mendorong semua truk bertangga dan menyusun menjadi lingkaran, membentuk semacam amfiteater. Kami berkumpul di sini, kami berdiri di sini, kami mengangkat lengan kami dan mengerang. Para Tulang tua menggoyang-goyangkan kaki dan tangan mereka yang tinggal tulang di lingkaran tengah, menyerukan khotbah kering tanpa kata dengan suara parau dari balik seringai penuh gigi. Aku tidak mengerti apa ini. Kurasa tak satu pun dari kami mengerti. Tetapi, inilah satu-satunya waktu kami bersedia berkumpul di bawah langit terbuka. Mulut kosmos yang sangat luas itu, dengan gunung-gunung jauh seperti geligi pada tengkorak Tuhan, menguap lebar untuk melahap kami. Untuk menelan kami ke tempat yang mungkin memang tempat kami. Pacarku tampaknya jauh lebih saleh daripada aku. Dia memejamkan mata dan mengayunkan lengannya dengan cara yang hampir kelihatan tulus. Aku berdiri di sebelahnya dan mengangkat kedua tanganku dengan kaku. Karena suatu isyarat yang tak diketahui, mungkin terpikat oleh semangat pacarku, para Tulang menghentikan 16


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.