Tribun TImur - Selasa 14 April 2009

Page 3

EMPAT jam Gus Dur cuci darah

halaman 4 BAWASLU temukan 963 pelanggaran pemilu SELASA 14 APRIL 2009 sikap elite partai

IST

PKS Seharusnya bukan koalisi daur ulang yang hanya mengulang kegagalan dan kekecewaan. HIDAYAT NURWAHID, Mantan Presiden PKS

IST

SBY jangan mengulangi lagi kegagalannya bersama JK dalam membangun kekompakan pemerintahan baik di kabinet maupun DPR. FAHRI HAMZAH, Wasekjen DPP PKS

TRIBUN/ABS

IST

IST

IST

IST

Kalau JK kembali ke SBY, PKS akan mempertimbangkan ulang dukungan ke SBY. Kenapa begitu? Karena kami berpandangan susah membangun koalisi kalau setiap orang datang dan pergi sesuka hati. ANIS MATTA, Sekjen DPP PKS PPP Ada yang menarik dari cerita Pak Kalla. Dia bilang PPP dan Golkar samasama seperti perusahaan terbuka. Jika ada sesuatu yang memutuskan yang para pemegang saham dalam hal ini para ketua DPW, bukan owner seperti di partai lain. SURYADHARMA ALI, Ketua Umum DPP PPP Koalisi PPP menunggu hasil pemilu ini. Tetapi di arus bawah kok saya lihat lebih nyaman dengan SBY. Dan kita juga menangkap massa PPP juga lebih sreg dengan SBY lagi. CHOZIN CHUMAIDY, Wakil Ketua Umum PPP Berkaitan dengan koalisi, selaku pribadi dan Sekjen DPP PPP berharap agar PPP bisa berkoalisi dengan Partai Demokrat dan mendukung kembali SBY sebagai Calon Presiden 2009 - 2014. IRGAN CHAIRUL MAHFIZ, Sekjen DPP PPP ... jika menampilkan Ibu Mega atau Pak Wiranto sudah terbukti gagal tahun 2004. Begitu juga Pak Jusuf Kalla, suara Golkar anjlok. Prabowo satusatunya pilihan tepat untuk bertanding pada pilpres melawan SBY. EMRON PANGKAPI, Ketua DPP PPP

HALAMAN

halaman 10

3

Anis Matta Versus Jusuf Kalla ! Elite PKS Sepakat Menolak SBY-Kalla ! Tokoh PPP Pecah Tiga Jelang Pilpres JAKARTA, TRIBUN - Seteru politisi asal Sulsel kembali bergaung di Jakarta. Sekretaris Jenderal DPP PKS kelahiran Bone, Anis Matta, secara tegas menolak kembali duet Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla. Malah, satu dari delapan pendiri PKS ini, menyatakan akan membawa PKS keluar dari koalisi mendukung SBY jika Partai Demokrat menerima Golkar sebagai mitra dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009. PKS yang dimotori Anis menyatakan tak ingin berada dalam barisan koalisi yang terlalu pragmatis. Pragmatis, koalisi yang dibangun hanya atas dasar bagi-bagi kekuasaan dan menang-kalah. Karenanya, PKS sudah berancangancang angkat kaki dari koalisi “golden bridge” yang digagas Demokrat bersama PKB dan PKS, jika Partai Demokrat menyambut Golkar. “PKS tak mau terjebak dalam koalisi yang terlalu pragmatis. Seandainya Golkar masuk kan alasannya pengamanan di dewan. Menurut saya, seandainya Golkar jadi oposisi di dewan, dan koalisi yang terbentuk tidak sampai 50 persen, menurut saya tidak perlu gusar,” kata Anis, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (13/4), seperti dikutip kompas.com. Menurut dia, bagaimanapun juga, check and balances diperlukan di dewan. “Apa yang ditakutkan pemerintah, kalau proposal pemerintah bagus, yang dikhawatirkan apa?” katanya. “Kalau JK kembali ke SBY, PKS akan mempertimbangkan ulang dukungan ke SBY. Kenapa begitu? Karena kami berpandangan susah membangun koalisi kalau setiap orang datang dan pergi sesuka hati,” tegas Anis menambahkan. Wacana kembalinya duet SBY-Kalla juga membuat Wakil Sekretaris Jenderal DPP PKS Fahri Hamzah berang. “SBY jangan mengulangi lagi kegagal-

annya bersama JK dalam membangun kekompakan pemerintahan baik di kabinet maupun DPR,” kata Wasekjen DPP PKS Bidang Komunikasi Politik Fahri Hamzah, Senin (13/4), seperti dikutip detikcom. Fahri mengingatkan sulitnya masa depan SBY jika tetap ngotot berduet dengan Kalla. “Jika itu terjadi, maka PKS berpikir sulit juga masuk dalam koalisi permanen pemerintahan SBY-JK lagi. Ini harus dipikirkan, sebab SBY bisa kalah kalau ada calon lain yang membawa haluan baru,” ujarnya. Bahkan mantan Presiden PKS Hidayat Nurwahid juga berkomentar lantang soal duet pemenang Pilpres 2004 ini. “Sinyal Partai Demokrat mungkin bisa ke Golkar untuk melanjutkan duet SBY-JK saya tidak berani memberi tanggapan. Tapi seandainya itu terjadi PKS mungkin akan berfikir ulang,” kata Ketua MPR Hidayat. Anggota Majelis Syuro PKS ini menyatakan koalisi yang terbentuk jangan sampai hanya sekadar menghadirkan status quo bagi koalisi lama. “Seharusnya bukan koalisi daur ulang yang hanya mengulang kegagalan dan kekecewaan,” kata Hidayat. Elite PPP Hanya berselang beberapa jam setelah Pemilu Legislatif, 9 April lalu, gejolak pilpres langsung melanda PPP. Wacana yang selama ini terbangun sirna. Menjelang pemilu legislatif, sejumlah elite partai ini getol mewacanakan akan berkoalisi dengan Golkar untuk mendukung Kalla. Namun, wacana itu terbalik 80 derajat seiring kian lengkapnya hasil penghitungan cepat yang ditampilkan di layar televisi. Sekjen DPP PPP Irgan Chairul Mahfiz tercatat elite PPP yang paling awal terpesona dengan kemenangan Partai Demokrat (PD) versi penghitungan cepat.

“Berkaitan dengan koalisi, selaku pribadi dan Sekjen DPP PPP berharap agar PPP bisa berkoalisi dengan Partai Demokrat dan mendukung kembali SBY sebagai Calon Presiden 2009 - 2014,” kata Irgan seperti dilansir detikcom beberapa saat setelah PT Lingkaran Survey Indonesia (LSI) merampungkan hasil quick count. Menurut orang kepercayaan Bachtiar Chamzah ini, karena kecenderungan pilihan masyarakat sudah terlihat dari besarnya perolehan Partai Demokrat dengan menjual figur SBY. Ketua DPP PPP Emron Pangkapi segera menanggapi pernyataan Irgan. “Itu adalah suara perseorangan saja, tidak mewakili PPP, akan tetapi pendapat tersebut kita terima dengan baik,” ujar Emron seperti dikutip Republika Online. Dia tetap bersikukuh membawa PPP mendukung Prabowo Subianto. “Sebab, jika menampilkan Ibu Mega atau Pak Wiranto sudah terbukti gagal tahun 2004. Begitu juga Pak Jusuf Kalla, suara Golkar

PKS Mengancam, Demokrat Tersenyum ANCAMAN mencabut koalisi yang dilancarkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bila Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berduet kembali dengan Jusuf Kalla tidak membuat Partai Demokrat (PD) takut. “Itu belum terjadi,” ujar Ketua Umum Partai Demorkat Hadi Utomo usai rapat tertutup tentang koalisi PD di DPP PD, Jl Pemuda, Jakarta Timur, Senin (13/4), sambil tersenyum seperti dilansir kompas.com. Menurut Hadi, PD tidak tergantung pada ancaman. PD bertindak untuk kepentingan bangsa dan negara. “Koalisi demi bangsa dan negara,”

KETUA Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Saifullah Yusuf, menilai duet Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla masih ideal menjadi pasangan capres dan cawapres untuk memimpin Indonesia lima tahun ke depan. Terlebih keduanya sudah saling mengenal, sehingga tidak perlu adaptasi dan bisa langsung bekerja jika terpilih

nanti. “Saya kira duet Pak SBY dan Pak JK kombinasi yang ideal,” ujar Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Anshor Saifullah Yusuf di Kantor GP Anshor, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat, Senin (13/4), seperti dikutip detikcom. Menurut pria yang akrab disapa Gus Ipul, kalau pasangan SBY-Kalla kembali diberi

kepercayaan, dia yakin berbagai program yang sudah dicanangkan akan terselesaikan pada lima tahun mendatang. “Perlu diberi kesempatan agar program-program seperti pendidikan, kemiskinan, pembanguna desa dapat dituntaskan,” kata Gus Ipul. Pasangan SBY-Kalla merupakan kombinasi ideal, dibanding SBY harus disanding-

Akhiri Perang Dingin Selama Belasan Tahun

sampai sharing jika SBY terpilih sebagai presiden. “Kita saling cek soal keseriusan koalisi.” Wakil Sekjen PKB A Hilmy Faisal Zaini menambahkan PKB tetap akan berkolasi dengan Demokrat bila SBY-JK kembali berduet jadi capres dan cawapres. “Kita tetap mendukung pasangan itu, walaupun terlebih dahulu memperjuangkan Muhaimin sebagai pasangan SBY,” ucapnya. PKB menurutnya tidak mengambil sikap seperti PKS jika SBYJK kembali berduet akan keluar

dan minus dari pasangan ini. “Kolaborasi yang bagus. Sulit cari komposisi seideal ini,” tegasnya. Gus Ipul mengaku mendapat mandat dari para kiai se-Jawa Timur untuk tetap melanggengkan duet SBY-Kalla. “Kiai di Jatim ingin keduanya terus karena program-program SBY-JK sangat menyentuh,” (bie) tandasnya.(bie)

Dua Jenderal Berkoalisi, Potensi Chaos Tinggi

ANTARA/WIDODO S JUSUF

DUA “musuh bebuyutan” akhirnya berdamai. Dua mantan petinggi TNI yang menjadi pengendali partai, Wiranto dan Prabowo Subianto, sepakat bersatu untuk menghadang laju Partai Demokrat serta koalisinya dalam Pilpres 2009. Kedua jenderal yang selama ini dianggap berlawanan itu akhirnya menyatu untuk satu kepentingan. Pertemuan Wiranto yang juga Ketua Umum DPP Partai Hanura dengan yuniornya Prabowo yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Senin (13/4), dinilai memiliki sejarah yang sarat makna. Itulah pertemuan pertama mereka selama 11 tahun terakhir. Pertemuan juga dinilai mengakhiri “perang dingin” keduanya yang sekian puluh tahun terpendam.

kan dengan tokoh lain. “Mereka sudah saling kenal, tidak perlu bulan madu. Langsung kerja,” katanya Latar belakang kedua pemimpin ini, menurut Gus Ipul, bisa saling mengisi dari Jawaluar Jawa, militer-sipil, yang satu ahli di ilmu pertahanan satu lagi ahli bidang politik dan ekonomi. Walaupun begitu Gus Ipul mengakui, masih ada plus

ulasan

SEPAKAT MENYATU - Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto (kanan) menyambut kedatangan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto (kiri), di kantor DPP Partai Hanura, Jakarta, Senin (13/ 4). Dalam pertemuan itu, keduanya sepakat mendirikan sekretariat bersama (sekber).

“Pertandingan itu kan bisa saja berubah. Bisa saja, kita masuk ke arena pertandingan yang sama di mana kita saling berlomba untuk menang. Dalam politik, itu biasa. Saya justru heran kenapa kalau Gerinda - Hanura seakan-akan menjadi sesuatu yang fenomenal,” jelas Wiranto seperti dkutip kompas.com. Sebelum pertemuan Wiranto menampik segala isu rivalitas antara dirinya dengan Prabowo sejak era 1998-an. Sesuai catatan sejarah, hubungan Wiranto-Prabowo memburuk menyusul lengsernya Soeharto dari pucuk pemerintahan. Pada 24 Agustus 1998, Panglima ABRI/ Menhamkan Jenderal Wiranto memecat Letjen Prabowo .(bie) sebagai anggota TNI terkait kasus penculikan aktivis.(bie)

PERTEMUAN Prabowo Subianto dan Wiranto ini membuktikan bahwa dalam dunia politik itu tidak ada perseteruan yang abadi. Meskipun Prabowo dan Wiranto ini bersitegang menjelang Presiden Soeharto lengser, dan hingga kini disebut-sebut masih menyimpan luka lama itu, terbukti mereka mau bertemu. Begitu terjun dalam dunia politik, mereka kini membuktikan bahwa tidak ada kepentingan yang abadi. Segala yang tidak mungkin, bisa terjadi di dunia politik. Terhadap pertemuan kedua tokoh pendiri partai Gerindra dan Hanura pada Senin (13/4) siang, saya menilai ini adalah langkah manuver politik yang menujukkan mereka berdua telah menguasai detail bagaimana berpolitik. Prediksi saya, pertemuan ini untuk membahas koalisi kedua partai untuk melawan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada pemilu presiden yang digelar bulan Juli nanti. Prabowo dan Wiranto, akan menjadikan SBY sebagai musuh bersama dalam pilpres nanti. Dengan demikian, Pilpres 2009 ini akan lebih seru daripada Pilpres 2004. Kalau Pilpres 2004, SBY dilawan dua jenderal yakni Wiranto dan Agum Gumelar yang maju sendiri-sendiri, kini akan dilawan oleh dua jenderal yang tergabung dalam koalisi. Wiranto sendiri, saya prediksi akan lebih serius untuk mengalahkan SBY. Soalnya, ini adalah kesempatan terakhir bagi Wiranto untuk maju. Kalau tahun 2009 ini Wiranto maupun koalisinya kalah, maka pada Pemilu 2014 nanti kesempatan Wiranto kian menipis karena dua kali gagal. Potensi terjadinya chaos pada Pilpres 2009 ini juga lebih besar ketimbang 2004. Dua jenderal yang masing-masing memiliki partai sekaligus pengikut setia, kini akan menjadikan jenderal yang dulu adalah anak buahnya sebagai lawan. Tapi dengan pengalaman bangsa Indonesia yang sudah terbiasa menghadapi pemilihan langsung dan calon yang banyak dan memiliki kepentingan dan kekuatan besar, maka meskipun peluang chaos besar, saya prediksi tetap aman. Justru pertarungan menjelang pilpres akan lebih seru. (Persda Network/yls) * Kastorius Sinaga, Pengamat Politik

Matangkan Koalisi, SBY Telepon Ketum PKB JAKARTA, TRIBUN - Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar membenarkan dia mendapat telepon dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pembicaraannya terkait masalah masa depan koalisi PKB dan Partai Demokrat. “Saya telah dihubungi Pak SBY, pembicaraanyamasalahkoalisidalam menghadapi pilpres 2009. Tapi belum membicarakan kesepakatan,” kata Muhaimin, Senin (13/4). Menurut Muhaimin, pembicaraan hanya menyangkut rencana pematangan koalisi. Dijelaskan, pembicaraan belum

tegasnya. Sebelumnya, Ketua DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengatakan bahwa PD ingin membangun koalisi yang tidak hanya membentuk pemerintahan yang kuat, tetapi juga bisa membangun dukungan parlemen yang kuat. Untuk itu, dibutuhkan dukungan mayoritas parlemen sehingga segala kebijakan pemerintah bisa dijalankan secara efektif. Anas malah menyarankan SBY kembali menggandeng Kalla dengan alasan sudah sehati dan saling mengenal dibanding mencari figur (bie) baru yang belum terlalu dikenal.(bie)

GP Ansor: Kiai Se-Jatim Ingin SBY-JK

Hadapi SBY, Prabowo-Wiranto Bersatu JAKARTA, TRIBUN - Ketua Umum DPP Partai Hanura Wiranto menggelar pertemuan tertutup dengan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto, Senin (13/4). Pertemuan membahas hasil pemilu. Keduanya menyepakati membentuk sekretariat bersama (sekber). Prabowo mengambil inisiatif lebih awal setelah menerima sinyal dari seniornya untuk menerima. Seakan tak mau kehilangan momen, Prabowo segera meluncur ke SekretariatDPPPartaiHanura, JlDiponegoro, Jakarta Pusat, untuk menemui mantan atasannya di militer itu. “Kami sepakat untuk mendirikan sekretariat bersama, bukan hanya Hanura dan Gerindra melainkan juga dengan 23 partai yang lain,” kata Wiranto usai pertemuan, seperti dikutip kompas.com. Ke wartawan, hasil pemilu yang dinilai mengecewakan dijadikan konsumsi jumpa pers. Namun, bisa dipastikan pertemuan keduanya membahas persiapan menghadapi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009. Menurut Wiranto, jika masalah kecurangan pemilu dibiarkan maka nantinya percuma saja penyelenggaraan pilpres. Dan ada berbagai permasalahan di pemilu, terutama soal daftar pemilih tetap yang dinilai berantakan. “Percuma pilpres hanya sandiwara saja,” ujar Wiranto. Dalam kesempatan itu, Prabowo ditemani Ketua Umum Gerindra Suhardi dan petinggi Gerindra lainnya, antara lain, Muchdi Pr, Fadli Zon, dan A Muzani. Sedang Wiranto ditemani antara lain oleh salah seorang pimpinan DPP Hanura, Fuad Bawazier. Pertemuan dilakukan selama 1,5 jam sejak pukul 12.00 WIB. “Sekretariat bersama ini juga akan dilengkapi lembaga bantuan hukum yang akan bekerja untuk menemukan faktafakta pelanggaran hukum,” tutup Wiranto.(bie)

anjlok. Prabowo satu-satunya pilihan tepat untuk bertanding pada pilpres melawan SBY.” Ketua Umum DPP PPP Suryadharma Ali memastikan elite partainya terbagi tiga dalam menghadapi Pilpres 2009. “Ada yang ingin ke SBY, JK, dan Prabowo,” kata Ketua Umum DPP PPP, Suryadharma Ali usai bertemu Kalla di kediaman, Jl Mangun Sarkoro, Menteng, Jakarta, Minggu (12/4) lalu. Suryadharma menegaskan, keinginankeinginan tersebut masih sebatas aspirasi elite PPP. Kepastian mengenai capres yang bakal didukung PPP, akan diambil dalam rapat pimpinan nasional (rapimnas). Namun, di depan wartawan, Menteri Koperasi RI ini melontarkan pernyataan yang menyiratkan dukungan ke Kalla. “Ada yang menarik dari cerita Pak Kalla. Dia bilang PPP dan Golkar sama-sama seperti perusahaan terbuka. Jika ada sesuatu yang memutuskan yang para pemegang saham dalam hal ini para ketua DPW, bukan owner seperti di partai lain,” jelasnya.(bie)

dari koalisi. “Kalau PKS seperti itu silakan saja. Tapi kita tidak lah. Kita melihat duet SBY-JK itu masih menjadi duet yang patut diperhitungkan pada Pilpres 2009 nanti,” kata Hilmy. Jika SBY-Kalla berduet, PKB menilai merupakan pasangan yang layak dipertahankan. “Tapi perlu dikomunikasikan lebih lanjut lagi,” tegasnya. Yang jelas, PKB akan memperjuangkan duet SBY-Muhaimin, selanjutnya lihat saja bagaimana nanti.(Persda Network/mur)

Diminta Tanda Tangani Antimonopoli Agung: Golkar bagi rakyat. Karenanya, Komisi Pengawas pasangan capres dan cawapres Persaingan Usaha (KPPU) Condong ke Demokrat KETUA mendatang harus sosok yang Benny Pasaribu berharap para JAKARTA, TRIBUN - Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Agung Laksono mengatakan mempertahankan koalisi antara Partai Demokrat dan Partai Golkar untuk Pemilu Pilpres 8 Juli 2009 menjadi kecendrungan terbesar partai berlambang pohon beringin tersebut. “Kecenderungannya Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar adalah berkoalisi dengan Partai Demokrat, karena suara-suara publik seperti itu,” ujar Agung

Laksono di sela-sela rapat paripurna pembukaan masa sidang DPR di Jakarta, Senin (13/4). Agung mengakui, memang di Golkar masih ada kehendak agar Ketua Umum Jusuf Kalla tetap maju sebagai calon presiden, berapa pun perolehan suara Partai Golkar. Menurutnya, kecenderungan itu demi kepentingan menjaga stabilitas politik dan mewujudkan kinerja pemerintahan yang lebih baik.(Persda Network/js)

calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang akan bersaing dalam Pemilihan Presiden 2009 mendatang harus mempunyai visi anti praktek monopoli di dunia usaha. Salah satu komitmen antimonopoli tersebut bisa diwujudkan dengan menandatangani pakta integritas antipersaingan usaha tidak sehat. “Monopoli usaha merupakan salah satu sumber kemiskinan

antimonopoli,” kata Benny dalam diskusi bertema Penegakan Hukum Persaingan Usaha di Jakarta, Senin (13/4). Menurut Benny, pemberantasan praktek monopoli penting artinya dalam meningkatkan daya beli masyarakat. “Penurunan tingkat kemiskinan itu bisa dilakukan kalau pemerintah bisa menghapus praktek monopoli di dunia usaha,” jelasnya.(Persda Network/yls)

c m y k


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.