Redaksi 0274 557 687 (102) / 0857 4319 6999
Halaman
SABTU WAGE 12 AGUSTUS 2017 20 DULKAIDAH 1438 NO 2295 /TAHUN 6
Sirkulasi / 0851 0212 2000 Iklan 0274 557 687 (417) 0851 0012 1000 0857 2949 3333
RP 2.000
LANGGANAN RP 55.000
www.tribunjogja.com
likes: tribun jogja
follow us: @tribunjogja
@tribunjogja
Ada Luka Tembak di Tubuh Marliem Saksi Kunci Kasus e-KTP Tewas di AS
Untuk penanganan perkara e-KTP kami punya bukti kuat, penyidikan e-KTP untuk tersangka SN (Setya Novanto) dan MN (Markus Nari) tetap jalan
JAKARTA - Saksi kunci kasus korupsi e-KTP (KTP elektronik) Johannes Marliem dikabarkan tewas di Amerika Serikat (AS), diduga akibat luka tembak. Kematian Johannes Marliem telah dikonfirmasi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). “Saya dapat informasi bahwa benar yang
bersangkutan, Johannes Marliem sudah meninggal dunia,” ucap Juru Bicara KPK Febri Diansyah kemarin. Dikonfirmasi apakah benar kematian Johannes Marlien karena bunuh diri Febri menjawab soal kronologis peristiwa pihaknya belum mengetahui secara rinci. “Info soal meninggal dunia penyebabnya apa kami belum dapat info rinci. Kematian yang bersangkutan itu domain dari aparat penegak hukum di sana,” tambah Febri. ke halaman 11
Rekaman
Kunci Nama Johannes Marliem 25 kali disebut terkait dengan mega skandal e-KTP dalam surat dakwaan Irman dan Sugiharto.
Johannes disebut pernah melakukan pertemuan di Hotel Sultan pada sekitar bulan Oktober 2010. Oktober 2010, Johannes diajak mantan Sek-jend Kemendagri, Diah Anggraini bertemu Irman, Sugiharto, Andi Narogong, Ketua Tim Teknis Pengadaan e-KTP Husni Fahmi, serta anggota DPR Chairuman Harahap di Holet Sultan. Johannes dikenalkan sebagai pihak yang menyediakan provider produk Automated Finger Print Identification System (AFIS) merek L-1. Johanes Marliem mengaku selalu merekam pembicaraan yang terkait dengan proyek e-KTP. Rekaman pembicaraan yang konon mencapai 500 gigabyte tersebut sudah diserahkan ke KPK9. Setelah pemeriksaan terhadap Johanes Marliem, KPK kemudian menetapkan Setya Novanto sebagai tersangka kasus e-KTP.
Serahkan Rekaman Penting ke KPK SAKSI kunci megaskandal e-KTP, Johannes Marliem, pernah menerangkan dalam seluruh proses pembicaraan proyek e-KTP, ia selalu merekam pembicaraan yang dilakukan. HA; tersebut dijelaskan Johanes Marliem lantaran ia ingin memiliki dokumentasi yang valid. Penjelasan tersebut disampaikan saat ia berkesempatan wawancara denganKontan, akhir Juli lalu. “Seperti wartawan kan selalu merekam juga. Hanya sebagai catatan dan referensi. Soalnya, daya
ingat saya lemah,” ucapnya. Lebih lanjut, dia pun menerangkan bahwa merekam pembicaraan suatu aksi bisnis merupakan hal yang lazim di Amerika Serikat. Ia pun mencontohkan, Presiden AS Donald Trump merekam pembicaraan dengan Direktur FBI, James Comey. Dia pun memahami dalam hukum di Indonesia, bukti rekaman tersebut tidak bisa dijadikan barang bukti di pengadilan. Namun,
Luka tembak Johanes Marliem ditemukan meninggal dunia dengan luka tembak di Amerika Serikat. Diduga, ia melakukan bunuh diri.
KPK dan Kementerian Luar negeri mengkonfirmasi kematian Johanes Marliem dan sedang mencari kebenaran penyebab kematian Marliem. KPK memastikan penyidikan KPK terhadap dua tersangka e-KTP, yaitu Setya Novanto dan Markus Nari tetap jalan.
ke halaman 11
Johannes Marliem sudah berada di Amerika Serikat pada saat kasus ini bergulir. Penyidik KPK bahkan terbang langsung ke Amerika untuk memeriksa Johannes. Ia menjadi saksi kunci megaskandal e-KTP karena mengantongi bukti pembicaraan dengan para perancang proyek Rp 5,9 triliun itu. Salah satunya, rekaman pertemuannya dengan Setya Novanto, Ketua Umum Partai Golkar yang juga Ketua DPR.
NEWS ANALYSIS
Hifdzil Alim
Peneliti PUKAT UGM
Harusnya Terlindungi Safe House
ADA dua hal penting layak jadi catatan pascameninggalnya Johannes Marliem (JM) yang disebut sebagai saksi kunci kasus korupsi E-KTP. Bukan hanya soal bagaimana kelanjutan pengusutan kasus korupsi E-KTP yang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tapi juga harus jadi perhatian DPR. Hal penting pertama, meninggalnya JM ini seharusnya bisa menjadi pesan ke DPR bahwa apa yang mereka ributkan soal safe hou-
se itu hanya dagelan dewan saja. Seharusnya status JM sebagai saksi kunci atas suatu kasus bisa dilindungi di safe house untuk mencegah peristiwa seperti itu. Asumsi yang disampaikan DPR bahwa safe house itu adalah rumah sekap karena kondisinya yang kurang layak pakai justru menunjukkan kurang cerdasnya DPR. Fungsi safe house ini jauh lebih penting karena bisa melindungi
GRAFIS/FAUZIARAKHMAN
Marissa Nasution
Grup Gamelan Inggris Sambangi Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa
Tak Semua Artis Glamour
Peter Smith 25 Tahun Belajar Gamelan Peter Smith melakukan tur untuk menggalang dana agar para siswanya yang lain yang ada di Inggris bisa berkunjung ke tanah asal gamelan di Pulau Jawa.
ORANG sering beranggapan artis identik dengan kehidupan glamour. Namun bagi Marissa Nasution, anggapan itu keliru karena tidak semua artis hidup dengan gaya bermewah-mewah. Artis ujungujungnya juga manusia biasa. (*)
L
Hal
8
IST
AGU-lagu semacam Jamuran, Duh Gusti, Jaranan dan lagu-lagu anak lainnya dinyanyikan dengan bersuka ria. Keceriaan tergambar jelas dari wajah-wajah bocah ini. Selain melagukan tembang-tembang dolanan, sebagian dari mereka ada yang memainkan sepe-
rangkat gamelan. Saron, bonang, gong, dan beberapa perangkat gamelan lain mampu dimainkan oleh anak-anak ini. Para hadirin yang tengah menyaksikan pun terhibur. Termasuk beberapa orang asing alias bule-bule berkulit ke halaman 11
TRIBUN JOGJA/HENING WASISTO
KOLABORASI - Grup gamelan asal Inggris, Sukra-Southbank Centre London yang dipimpin Peter Smith saat sambangi Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa, Kamis (10/8).
ke halaman 11
Pria 40 Tahun di Bantul Dikurung
di Kandang Sapi TAMRIN (40), warga Dumpuh RT 3 Argodadi, Sedayu, Bantul harus menghabiskan hari-harinya di kandang sapi. Lantaran mengalami disabilitas intelektual kecil, oleh Hal sejak keluarganya Tamrin sengaja dipasung. (*)
12