Saatnya Korban BIcara : Menata Derap Merajut Langkahh

Page 98

Sekitar pukul 1 siang, saya berada di kantor Bank Rakyat Indonesia (BRI) Jalan Tanah Abang III. Suasana agak aneh. Beberapa nasabah yang juga sedang menunggu layanan nampak gelisah, bahkan ada yang membatalkan rencana transaksi. Lalu, ada seseorang membisiki saya. Katanya, dia baru saja mendapat informasi bahwa terjadi demonstrasi besar-besaran oleh mahasiswa di kawasan Semanggi. Dan, aparat bersenjata akan melakukan tembakan bebas. Kabarnya lagi, ada himbauan dari Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) kepada kantor-kantor untuk segera memulangkan karyawan. Saya pun ikut-ikutan membatalkan transaksi dan buru-buru kembali ke kantor yang tidak jauh dari situ. Benar saja. Sebagian besar karyawan di kantor saya sudah pulang. Pada mulanya saya tidak terpengaruh oleh suasana itu. Bahkan saya sempat makan siang di kantor dan masih melanjutkan pekerjaan. Tetapi tak lama kemudian kantor terasa semakin lengang. Pukul 2.30, saya pulang juga. Di perjalanan saya sempat mampir di sebuah bengkel untuk membeli oli mesin. Saya tidak merasa gelisah. Soalnya, Wawan, anak saya, selalu kami wanti-wanti agar tidak ikut demonstrasi di jalan, dan Wawan termasuk tipe anak yang patuh terhadap nasihat orangtua. Selama hayatnya, dia memang tidak pernah berulah yang merepotkan orangtua. Jadi, saya tenang-tenang saja. Sore itu saya pulang. Pukul 4.15, ketika saya sedang memotong dahan pohon jambu di samping rumah, telepon di rumah berdering. Telepon dari Wawan.

72


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.