Rampai Cerpen Minggu - Agustus 2012

Page 215

Bunga Rampai Cerpen ~ Minggu Ke-VI ~ Agustus 2012

TIK-TAK langkah kaki itu kian nyaring terdengar. Bukan bukan, itu bukan langkah kaki siapa-siapa. Itu langkah kakiku sendiri. Sungguh. Padahal aku sudah berusaha untuk berjalan dengan setengah berjinjit agar setidaknya jika bersuara pun, langkah kakiku tidaklah terdengar begitu nyaring. Sayang, aku gagal. Ketakutanku, juga perasaan galau yang kian membuncah, membuat tiap hentak langkah kakiku semakin berat, semakin menimbulkan suara yang nyaring tentu saja. Koridor sekolah sudah sepi. Hati dan detak jantungku malah kebalikannya. Ah, contoh yang sangat bagus untuk menggambarkan sebuah paradoks yang sempurna. Dan, dan aku benci dengan semua ini. Aku mematung di depan pintu sebuah kelas yang seperti tak berpenghuni. Sepi sekali. Kubaca sekali lagi tulisan yang tertera persis di atas pintu. Aku takut salah masuk. Luar biasa malunya jika itu sampai terjadi. Aku sudah terlambat lebih kurang tujuh belas menit. Gobloknya aku saja kalau sampai menambah rasa malu ini dengan salah masuk kelas. Aku menarik napas perlahan lalu menghembuskannya. Sekali lagi kulihat tulisan yang tertera di atas pintu kelas. Memastikan. VIII-B. Iya, kelas VIII-B, kelasku. Aku tersenyum. Tapi itu sebentar saja. Kemudian yang terjadi adalah aku merasa sangat bodoh telah melakukannya. Tersenyum itu. Tersenyum disaat yang sama sekali tidak tepat.

206


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.