Epaper Tanjungpinangpos 1 Juni 2014

Page 8

8

MINGGU 1 JUNI 2014

TANJUNGPINANG POS

MINGGU 1 JUNI 2014

TANJUNGPINANG POS

5

Sastra

Terus Ku Pandang Langkahnya, tapi Tak Dipedulikan (Bagian 2-habis)

Satu Hati di Titik Terakhir OLEH : Nadia Hayu Prasasti

K

F-SUHARDI/TANJUNGPINANGPOS

SERAHKAN BANTUAN: Anggota Komunitas Anak Pinang berfoto bersama usai menyerahkan bantuan sembako belum lama ini.

Komunitas Anak Pinang

Berawal dari Komunikasi di Facebook ASAL kompak langsung jadi. Itulah yang tergambar dari lahirnya komunitas anak pinang (KAP). Komunitas ini masih terbilang seumur jagung, karena baru terbentuk Minggu, 9 April 2014 lalu. Meski terbilang baru, tapi anakanak KAP terbilang aktif. Belum lama ini, program sosial telah pun mereka jalankan. Seperti memberikan sembako bagi warga yang

kurang mampu di daerah Tembeling. Kegiatan sosial itu terwujud tentu atas kesadaran dan kepedulian kepada sesama. Satu pandangan mereka, semua sama, berhak untuk hidup layak. Lalu, siapa saja mereka yang tergabung di komunitas ini? Bagaimana terbentuknya? Ternyata, KAP ini terbentuk lewat komunikasi sesama di jejaring sosial,

facebook.com. Inisiatif awalnya datang dari Rico Gunawan. Awalnya ia membuat grup di akun facebook. Ternyata, dari grup itu, komunikasi mereka semakin intens. Akhirnya, seiring berjalannya waktu, ada kopi darat dan kini lebih kurang 35 orang sudah bergabung. Tentu saja, komunikasi semakin penting. Itu yang mereka rasakan. Belakangan, mereka pun sepakat,

INFORMASI LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (ILPPD) KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2013 KEPADA MASYARAKAT 16). Indo Falcon. 17). PT. Askes. 18). Asuransi Jasindo. 19). Lippo Insurance. 20). IOM. 21). PT.Tirda Madu. 22). Asuransi Bumi Asih. 23). Asuransi Bumida. 24). PT. Numbing. 25). PT. Angkasa Pura II. c) SKPD Penyelenggara 1) Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang 2) Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tanjungpinang 2. Bidang Hukum a) Kegiatan yang dilaksanakan 1) Penunjukan Urip Santoso, SH sebagai Avocat, Pengacara dan Konsultan Hukum pada Pemerintah Kota Tanjungpinang. 2) Penunjukan Mochamad Firdaus, SH sebagai Avocat, Pengacara dan Konsultan Hukum pada Pemerintah Kota Tanjungpinang. 3) Perjanjian sewa menyewa rumah pribadi sebagai rumah dinas jabatan. 4) Perjanjian sewa menyewa rumah pribadi sebagai rumah dinas jabatan b) Mitra Yang Diajak Kerjasama 1. Urip Santoso, SH 2. Mochamad Firdaus, SH 3. Hj. Yuniarni Pustoko Weny, SH 4. Juariah c) SKPD Penyelenggara Bagian Hukum dan HAM Sekretariat Daerah Tanjungpinang 3. Perhubungan Komunikasi dan Informatika a) Kegiatan yang dilaksanakan Pengelolaan Pas Masuk Terminal Penumpang Dalam Negeri di Pelabuhan SRI BINTAN PURA Kota Tanjungpinang. b) Mitra Yang Diajak Kerjasama Kerjasama antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) cabang Tanjungpinang c) SKPD Penyelenggara Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Tanjungpinang c. Koordinasi Dengan Instansi Vertikal di Daerah a) Kegiatan yang dilaksanakan 1. Kawasan Tertib Lalu Lintas dan Perparkiran di Kawasan Pasar Kota Lama Tanjungpinang. 2. Penyusunan LAKIP Kota Tanjungpinang 3. Review LKPD Pemerintah Kota Tanjungpinang 4. Implementasi SPIP 5. Penyusunan SIM-HP b) Instansi vertikal yang terlibat 1. Kejaksaan Negeri Tanjungpinang; 2. DanWing Udara 2 Tanjungpinang; 3. Kapolres Tanjungpinang; 4. Danlanud Tanjungpinang; 5. Danlanudal Tanjungpinang; 6. Pengadilan Negeri Tanjungpinang 7. BPKP Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau. c) SKPD Penyelenggara 1. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota Tanjungpinang 2. Inspektorat Kota Tanjungpinang d. Pembinaan Batas Wilayah NIHIL e. Pengelolaan Kawasan Khusus NIHIL f. Pencegahan dan Penanggulangan Bencana a) Bencana yang terjadi - Tanah Longsor. - Kebakaran. - Angin Putting Beliung. - Gelombang Besar. - Angin Ribut b) SKPD yang menangani Satuan kerja perangkat daerah yang menangani adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tanjungpinang. g. Penyelengaraan Ketentraman Dan Ketertiban Umum a. Gangguan Yang Terjadi 1). Pelanggaran Peraturan Daerah K3 dan Kependudukan. 2). Pelanggaran Keamanan dan Ketertiban Umum. 3). Pengendalian Keamanan Masyarakat. b. SKPD Yang Menangani Satuan kerja perangkat daerah yang menangani adalan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tanjungpinang. III. PENUTUP Demikian Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kota Tanjungpinang Tahun 2013 yang dapat kami sampaikan dan kepada masyarakat Kota Tanjungpinang dengan harapan dapat memberikan tanggapan dan saran demi kemajuan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kota Tanjungpinang kedepan sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7A Tahun 2007 tentang tata cara penyampaian informasi dan tanggapan atau saran dari masyarakat atas laporan penyelenggaraan pemerintah daerah. Semoga Allah SWT selalu memberikan Taufik dan HidayahNya kepada kita semua dalam mengemban amanah dan menjalankan tugas dalam upaya mewujudkan masyarakat Kota Tanjungpinang yang adil dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tanjungpinang, 28 Maret 2014 WALIKOTA TANJUNGPINANG

ada pertemuan atau kopi darat yang digelar satu kali dalam seminggu. Dari kopi darat itu, berbagai ide pun lahir dengan sendirinya. Sembari, keakraban terus terjalin. Lewat kopi darat itulah, ada yang mengusulkan dilakukan kegiatan sosial. Baru-baru ini, mereka menggelar kegiatan gotong-royong. Semua pun punya andil. Bagi anggota laki-laki, tentu saja memegang turun bersama-sama bergotong royong. Namun, tidak bagi yang perempuan. Mereka menjadi tukang masak. Dijuluki Dewa Penolong Usia yang muda, baik komunitas maupun usia anggotanya, ternyata tidak membatasi mereka untuk berbuat. Tentu, berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain. Itulah yang ditunjukkan Komunitas Anak Pinang. Bahkan, kini, mereka mendapat julukan dewa penolong. Julukan itu, tentu datang, karena aksi mereka bermanfaat untuk yang lain. “Ya begitulah, tanpa mandang jabatan dan ras sekalipun. Yang namanya orang butuh pertolongan ya kita pasti bantu,” kata Rico, ketua sekaligus penggagas komunitas ini. Menurut pria ramah ini, meski diantara mereka banyak berasal dari para pekerja namun terketuk pintu hati ketika mereka mendengar ada warga tersandung musibah. Ketika hal itu terjadi, banyak di antara anggota KAP yang langsung menggalang dana dan turun aksi nyata membantu korban yang sangat membutuhkan. “Kita kumpul terlebih dahulu, langsung gerak ke lokasi yang akan kita beri bantuan,”ungkap pria yang masih berstatus sebagai mahasiswa di Tanjungpinang ini. Memang, diceritakan Rico, awal mereka mendirikan komunitas ini tujuannya untuk aksi sosial. Dalam forum kecil mereka saat pembentukan, ada dua opsi yang muncul, antara KAP Sosial atau KAP Otomotif. Lantas, kebanyakan anggota Komunitas Anak Pinang sepakat memilih KAP sosial. Kini, mereka punya sekretariat di Jalan Ir Sutami Gang Teraling No 5 Tanjungpinang. Untuk keberadaan mereka di dunia maya, mereka aktif akun facebook Komunitas Anak Pinang (K.A.P). (suhardi)

ELAP kelip lampu menyala di suasana malam, tampak Nada berjalan-jalan sendiri di troroar dengan raut wajah tak mengindahkan suasana malam itu. Malam itu, Nada terlihat sangat murung, setiap jalan yang ia telusuri terus saja ada lamunan mengiringi diri Nada sampai-sampai ia tak menyadari bahwa ia bertabrakan dengan pejalan kaki lainnya. Tiba-tiba pusing dan badan terasa lemas Nada rasakan di tengah-tengah jalannya, dan seketika Nada jatuh tak sadarkan diri. Waktu itu, Raffi juga berada di sekitar Nada berjalan, melihat Nada jatuh tak sadarkan diri ia segera membopong tubuh Nada menuju ke rumah sakit terdekat dengan rasa khawatir melanda dirinya. “Nad, bertahanlah, aku akan membawamu ke rumah sakit.” Ujar Raffi penuh kegelisahan. Sesampai di rumah sakit, pihak rumah sakit segera menangani Nada. Sedangkan Raffi menunggu di luar dengan rasa khawatir dan kegelisahan, ia terus mondarmandir di depan ruang UGD tak sedetik pun ia selalu mencoba untuk mengintip. Tak lama dokter keluar dari ruang UGD dan menjelaskan semua pada Raffi, terlihat Raffi sangat shock dengan penjelasan dokter, ia merasakan tubuhnya serasa lemas. Nada yang telah dipindahkan ke ruang perawatan, Raffi dengan setia berada di samping untuk menuggu Nada sadar. “Nad, bertahun-tahun aku selalu berharap bisa bertatap muka denganmu, berbicara denganmu, bercanda gurau. Itu semua sudah menjadi nyata untukku, tapi melihatmu seperti ini mengacuhkanku, tak peduli padaku. Aku Raffi Nad, Raffi yang selalu ada menunggu hadirmu, aku disini.” Ujar Raffi dengan menggenggam erat tangan Nada. “dimanapun kau berada disana aku tetap ada, aku janji.” Sambil menyentuh wajah Nada dan mencium kening Nada. Keesokan harinya, Nada sudah sadar. Ia menyadari bahwa dirinya berada di rumah sakit dan ia melihat Raffi berada di dalam ruangannya sedang menyiapkan makanan untuk Nada. “apa yang kamu lakukan disini?” tanya Nada “kamu sudah sadar, ini… makanlah setelah itu kamu bisa minum obat.” Sahut Raffi sambil menyodorkan makanan untuk Nada.

“aku tidak butuh itu, aku tanya kenapa kamu ada disini?” tanya Nada dengan nada sedikit amarah. “aku yang membawamu kemari, kemarin kamu pingsan di jalan.” Jelas Raffi. “sekarang tugasmu sudah selesai, terima kasih atas bantuanmu. Sekarang kamu boleh pergi! Aku bisa mengurus diriku sendiri.” Nada mencoba bangun dari tempatnya dan berjalan keluar, tapi di tengah itu ia jatuh, untung Raffi dengan sigapnya membantu Nada berjalan. “kali ini saja, hilangkan egomu Nada.” Ujar Raffi “aku bisa sendiri.” Sahut Nada berusaha berdiri sendiri. Tanpa ada persetujuan Nada, Raffi menggendong Nada ke tempat tidurnya. “kamu sedang tak sehat, istirahatlah.” Tutur Raffi. Raffi mengurus Nada dengan penuh ketulusan sampai Nada sembuh dari sakitnya, tapi itu tak membuat Nada luluh ia tetap saja bersikap cuek dan tak mau tahu apa yang dilakukan Raffi. Setiap hari Raffi selalu mengunjungi Nada ke rumah sakit dan membawa makanan yang Nada sukai. Hari itu, saat Raffi akan masuk ke ruang rawat Nada, ia mendengar isak tangis Nada di dalam, Raffi mengintip dari balik pintu dan melihat kondisi Nada. Raffi melihat tangisan yang tidak biasa ia lihat dari Nada, tubuh Nada gemetar bersamaan air mata yang terus mengalir dari matanya. “aku akan selalu mendoakanmu, semoga kamu bahagia.” Ujar Nada bersama rasa kecewa dan hati yang hancur. Saat itu juga Nada beranjak dari tempat tidurnya, bergegas keluar dari ruangan tersebut dengan berpakaian sangat rapi. Nada berlari sekencangnya tanpa ia menyadari ada Raffi di balik pintu. Raffi tetap setia, ia mengikuti perginya langkah Nada tanpa mengalihkan pandangannya untuk Nada. Cinta Raffi benar-benar tulus untuk Nada. Langkah Nada terhenti di depan gedung yang berhias sangat indah, di dalam gedung itu sedang terlaksana acara pertunangan. Perlahan-lahan Nada masuk ke dalam gedung itu, bersamaan kondisi tubuhnya yang belum begitu sehat, Nada berusaha menguatkan hati dan perasaannya saat ia menatap sosok Damar bersama seorang wanita yang saling menyematkan cincin pertunangan saat itu. “kamu pantas mendapatkan wanita yang lebih baik Damar, dia cantik dan sempurna untuk hidup bersamamu.” Ujar

Nada dengan perasaan hancur. Air mata Nada terus saja mengalir tanpa henti, ia merasa lega mendapati senyuman indah terpancar dari wajah Damar. Raffi yang berada di belakang Nada menyaksikan sendiri luka yang di alami Nada, raut wajahnya mengisyaratkan kesedihan untuk Nada. Raffi perlahan mendekati diri Nada, ia menarik tangan Nada keluar dari gedung itu. Air mata tak hentinya keluar, luka Nada begitu dalam menyaksikan pertunangan Damar dengan perempuan lain. Raffi tak tahan melihat Nada, ia memeluk erat Nada. “tenangkan dirimu, aku disini untukmu.” Ujar Raffi Dengan kondisi yang lemah membuat Nada tak bisa menahan berat tubuhnya dan tak sadarkan diri lagi. Khawatir dengan kondisi Nada, segera ia menggendong Nada kembali ke rumah sakit. Seharian itu Raffi sedetik pun tak beranjak dari tempatnya, ia selalu berada di dekat Nada. Raffi sudah mengetahui penyakit yang diderita Nada, tumor ganas yang bersarang di usus besar, hal itu yang membuat Raffi tak akan mengulang kesalahannya meninggalkan cintanya untuk Nada. Raffi yang terus berada di samping Nada tanpa melepaskan genggaman tangannya dari Nada. “sekalipun ada badai, aku tidak akan meninggalkanmu sendiri, aku akan selalu berada di sampingmu Nada. Aku janji!” ujar Raffi dengan mencium telapak tangan Nada. Berhari-hari sehabis pulang kuliah, Raffi selalu menyempatkan diri mengunjungi Nada di rumah sakit. Raffi selalu mengecek kondisi, apa yang diinginkan dan diperlukan untuk kesembuhan Nada, Raffi selalu memenuhinya. Hari itu, Raffi melihat Nada duduk terdiam di taman rumah sakit sambil memandangi pemandangan disana. Nada terdiam, muncul bayangan masa lalunya di pikirannya, melihat kembali apa yang ia alami di masa lalu. Kenangan bersama Raffi, kenangan bersama Damar yang takkan pernah hilang dari mata hatinya. “Nada, sedang apa kamu disini?” tanya Raffi menyanding Nada. Perlahan Nada membuka matanya, “menikmati sejuknya udara disini yang murni.” “sebaiknya kamu istirahat, besok operasimu kan?’ “sekian lama kamu pergi, untuk apa kamu kembali?” tanya serius Nada pada Raffi.

“mencari kembali hati yang dulu sempat kutinggalkan.” Sahut Raffi. “hati? Apa yang kamu tahu tentang hati? Bukankah hatimu terbuat dari batu.” Sahut Nada. Raffi seakan tersentak mendengar ucapan Nada yang begitu menusuk rasanya, ia perlahan berdiri dari duduknya berlutut di hadapan Nada dengan raut wajah penuh penyesalan. “apa kesalahan itu bisa termaafkan?” ujar Raffi dengan menggenggam tangan Nada. “memang kesalahan apa yang kamu perbuat, aku tak pernah merasa kesalahan itu ada pada dirimu. Mungkin aku yang salah percaya pada orang seperti dirimu.” Ucap Nada Waktu itu, seakan Raffi terdiam, menatap tajam Nada. Hal itu berbalik pada Nada, tetes demi tetes Hal itu berbalik pada Nada, tetes demi tetes air mata mengalir di pipi Nada. “hati ku sakit dengan berjalannya waktu, menanti, mengharapkanmu, itu yang bisa kulakukan setiap hari.” Ujar Raffi “aku sudah melupakannya dan tak ingin mengingat kembali hal itu.” Berdiri dari duduknya, seakan ingin meninggalkan Raffi disana. Raffi segera menarik tangan Nada menghentikan kepergiannya, “apa yang kamu inginkan?” tanya Raffi dengan serius. “hilang dari pandanganku untuk selamanya, jangan pernah lagi berusaha masuk kembali ke dalam hatiku. Satu hati yang sangat ku inginkan hanyalah hati yang bisa membuatku tersenyum lepas, bukan hati yang ingin membawaku kembali ke dalam masa lalu yang ingin kulupakan.” Jelas

Nada dengan melepas genggaman tangan Raffi. Suasana seakan senyap dan sunyi mendengar perkataan Nada yang membuat hati Raffi tak dapat berkata-kata lagi. “sedetik pun?” tanya Raffi Nada tak menjawab apapun, ia tetap fokus pada jalannya meninggalkan diri Raffi disana. *** “aku tak bermaksud mengulang kembali kesalahan di mana aku seperti orang jahat. Hanya saja ada kalimat yang ingin kusampaikan padamu yang kusimpan selama 6 tahun. penuh rasa bersalah meninggalkanmu disaat kamu dalam kekelaman hati. Seakan hatiku tak bisa lagi menahannya, “aku menyukaimu”, hanya itu aku selalu ingin berada di sampingmu. Aku tak peduli kamu ingin aku hilang dari hadapanmu, aku akan tetap mendampingimu sampai titik akhirmu. Be loved with you Nada membaca sepucuk surat yang ia temukan di atas kasur Nada, surat itu milik Raffi untuk Nada. Air mata menetes mengiringi pucatnya raut wajah Nada yang menampakkan tak sehat. Terdengar suara pintu terbuka, Nada saat itu merasa terkejut dengan berdirinya Damar tepat di depannya. Hatinya tak menyangka sosok Damar sekarang berdiri di hadapannya. Mereka saling melemparkan pandangan satu sama lain dengan pandangan rindu. Tatapan itu menuntun mereka menyatukan isi hati yang kini mereka rasakan dan hati mulai berbicara. “apa kabar Nada?” isi hati Damar seakan menyampaikannya pada Nada.

“baik, kamu?” “baik, aku merindukan dirimu Nada. “ “aku juga. Melihat wajahmu hari ini membuat hatiku bahagia.” “seharusnya aku bisa melupakanmu, tapi aku tak bisa, aku tau aku takkan bisa begitu saja pergi dari hadapnmu, hatiku selalu memanggilmu. Aku tak bisa kehilanganmu, walau hanya selangkah.” Ujar hati Damar yang tak bisa menahan air matanya keluar. “aku hanya bayanganmu yang harus kamu singkirkan, meski itu hanya selangkah kamu tetap harus melupakanku.” Hati Nada berbicara dengan air mata bercucuran. Kedua tangan Damar menyentuh pipi Nada, ia menatap tajam mata Nada sangat lama dan terus menangis sampai menyesakkan dadanya. Dammar tak kuasa melihat lagi wajah Nada, ia membalikkan tubuhnya perlahan meninggalkan tempat Nada. “ku katakan untuk pertama kalinya, AKU MENCINTAIMU DAMAR”. Kata itu ku teriakkan sepenuh hatiku untuk hati yang telah memberiku ketenangan dan kepercayaan. Terima kasih Damar. Kau telah pergi dari hatiku. Seiring waktu berjalan kamu harus bisa melupakanmu.” Seakan tubuh Nada lemas tak berdaya sehingga ia tak mampu menyeimbangkan tubuhnya dan jatuh ke lantai. Tubuh Nada seakan tak bisa lagi kuat untuk menahannya. “namamu tercantum dalam khayalku dan hidupku, “DAMAR” SATU HATI DI TITIK TERAKHIRKU.” (habis) Facebook: Nadya Zasky

ULASAN

Puisi Membawa Bersama Debar Dunia (Bagian 1) Puisi Beranjak NISCAYALAH sebagai pangkal-tolak dan tolok di dalam menulis sebuah puisi sehingga menjadi benar-benar puisi masih sukar dipastikan. Kenyataan semacam itu pada akhirnya sehingga dewasa ini memunculkan banyak terokaan, percakapan dan beda pendapat. Bahwa dari atau bersebab apa dan bagaimana munculnya perasaan dan pikiran sampai menggesa dan menggerakkan seseorang (penyair) “menyediakan” dirinya bersama waktu menulis puisi, tak mudah dikatakan. Dalam kaitan ini tidak ada salahnya pula jika ada yang berpendapat puisi ditulis tersebab peristiwa-peristiwa sosial, ketuhanan, alam lingkungan, dan apa-apa saja yang berlaku mengitari sang pengarang. Mungkin juga ada yang berpendapat perkara yang ikut menyertai dalam menulis puisi adalah potensi pengetahuan, pendidikan, pengalaman dan kedewasaan pemikiran seseorang (penulis itu sendiri). Lain perkataan tak terlepas dari kematangan jiwa. Dengan demikian maka sebuah puisi beranjak boleh saja dari pemikiran, dan segala apa yang terjadi di luar (di alam lingkungan) sang pengarang itu sendiri. Beranjaknya puisi amat ditentukan dan bergantung dengan kemampuan dan kemahiran sang penyair di dalam menangkap, merekam, menyerap dan memaknai apa-apa yang wujud sampai yang ghaib sekalipun. Karenanya diperlukan kemampuan yang memadai untuk memadukan daya pikir, perasaan dan kreativitas—melahirkan tulisan berujud puisi. Jika kita ikuti dan cermati puisi-puisi di berbagai belahan dunia, khususnya Nusantara, khasnya Indonesia, puisi-puisi yang ditulis itu tampaknya beranjak dari tradisi, budaya ataupun adat istiadat. Ada pula yang beranjak dari pasang surutnya sejarah pergerakan atau perjuangan bangsa Indonesia, baik akibat penjajah ataupun dinamika orde perjalanan bangsa dengan pemerintahan dalam negara Indonesia yang sudah merdeka. Ketimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan

ataupun kebodohan dan kemiskinan senantiasa pula menjadi corak dalam puisi-puisi ataupun karya sastra lainnya yang lahir di negeri ini. Bersamaan dengan itu, maka kita mengenal adanya priodesasi (angkatan-angkatan) di dalam kepengarangan sastra di Indonesia sebagaimana yang diperkenalkan dan dipopulerkan oleh HB Jassin. Perkara yang sejati dipahami adalah tentang hakikat puisi adalah bagian dari karya sastra. Karena puisi sebagai karya sastra maka sekali-kali jangan smpai diabaikan dan apatah lagi dilupakan bahwa puisi yang ditulis hendaklah sebagai proses dan hasil kreativitas(karya seni). Bila berhasil memperlakukan puisi semacam itu maka puisi yang lahir niscayalah bukan sebagai abstraksi telanjang dari apa yang terlihat ataupun terjadi dan apalagi seumpama khotbah. Ia tak sekedar bercerita. Selari penjelasan di atas elok kita ikuti pendapat “tua” tentang sastra yang diungkapkan Rene Wellek dan Austin Warren yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesiaoleh Melani Budianta (Gramedia, 2013)setiap karya sastra pada dasarnya bersifat umum dan sekaligus bersifat khusus, atau lebih tepat lagi: individual dan umum sekaligus.Yang dimaksud dengan individual di sini tidak sama dengan seratus persen unik atau khusus. Seperti setiap manusia—yang memiliki kesamaan dengan umat manusia pada umumnya, dengan sesama jenisnya, dengan bangsanya, dengan kelasnya, dengan rekan-rekan seprofesinya—setiap karya sastra mempunyai ciri-ciri yang khas, tetapi juga mempunyai sifat-sifat yang sama dengan karya seni yang lain. Dengan demikian sebagai penulis puisi (penyair) sejatinya dapat memahami apa sebetulnya perkara-perkara yang berkaitan dengan puisi, karena dengan itulah dapat menjadi bekal yang memadai untuk menulis puisi yang baik. Sebagaimana dikatakan Wellek dan Warren, puisi jangan diklasifikasikan hanya berdasarkan isi dan temanya, tetapi menyangkut jenis wacananya. Dalam menguraikan puisi tidak cukup hanya sampai dalam bentuk prosatetapi mempelajari “makna”

masih patutkah kuhitung segala milikku selembar celana dan selembar baju ketika kusebut berulang nama-Mu: taramtemaram bayang bianglala itu (1961)

Oleh: H. Abdul Kadir Ibrahim puisi dari keseluruhan strukturnya yang kompleks, sehingga langsung berhadapan dengan inti struktur puitis: citra, metafora, simbol, dan mitos. Perkara yang kiranya mustahak sebagai beranjaknya menulis puisi, tidak dapat diperkatakan hanya suatu hal (sebab) atau perkara saja, melainkan bermacammacam. Bisa dari perkara yang wujud dan bisa pula dari yang ghaib. Bisa dari peristiwa bersejarah dan juga dari hal-hal yang enteng ataupun remeh-temeh. Bisa dari kejiadian yang hebat ataupun dahsyat dan dari yang sama sekali tidak menggerunkan. Pangkalnya lag-lagi amat tergantung dan ditentukan oleh “kedewasaan” pribadi dan kemampuan secara totalitas sang penulis (pemyair) itu sendiri sengan segala pembacaannya. Maka tulislah puisi sebelum pagi bertukar hari lagi dan sehingga ianya membawa bersama debar dunia! SAJAK DESEMBER Sapardi Djoko Damono kutanggalkan mantel serta topiku yang tua ketika daun penanggalan gugur: lewat tengah malam. Kemudian kuhitung hutang-hutangku pada-Mu mendadak terasa: betapa miskinnya diriku; di luar hujan pun masih kudenggar dari celah-celah jendela. Ada yang terbaring di kursi, letih sekali

Merimbas Kata Sanggam Puisi Seperti sudah kita singgung dan pertegas dalam dedahan yang lalu-lalu, puisi begitu bergantung dengan kata-kata. Karena itu sama sekali tidak ada celah bagi seorang penulis puisi (penyair) untuk berleka-leka dengan kata mubazir, rancu, berulang sebagai tak perlu. Penyair akan berupaya semaksimal mungkin untuk menggunakan kata dengan epektif, efisien, padu dan mengena. Kalau kita umpamakan dalam dunia pertukangan ada alat tajam sejenis kapak, yang disebut dengan cetai atau perimbas. Fungsi alat itu adalah untuk menghalus atau merapikan papan yang sudah ditarah. Dengan perimbas juga bisa membentuk kayu menjadi sesuatu dalam wujudnya yang diinginkan oleh tukangnya. Bahwa pada lazimnya perimbas digunakan untuk menarah bagian-bagian sulit dari sebuah kayu yang sedang dibentuk. Samalah halnya dengan puisi. Sungguh diperlukan kemampuan dan kemahiran seorang penulis (penyair) untuk mengambil dan menempatkan kata di dalam leretan kata puisinya. Setelah puisi disusun sedemikian rupa, tentu masih ditemukan juga kata yang sebenarnya belum tepat—apakah karena maknanya, persajakannya ataupun metaforanya—sehingga diperlukan kemampuan memperhalusnya yang kita katakan sebagai merimbasnya. Jadi seorang penyair pun dituntut kepakarannya dalam merimbas kata sehingga terpilih kata yang dapat membangun puisinya dengan baik dan indah. Dengan demikian, maka bermaksudlah tidak sengak (semuanya) kata yang terpikirkan atau dirasakan lalu diluahkan menjadi puisi. Ini perlu dipahami dan diterapkan secara ketat agar puisi yang dituliskan tidak menjadi meracau, dan mengaruk atau mengaru dengan liar dan sama sekali bukan sebagai puisi. Seorang penu-

lis puisi mesti dapat menggunakan arena tulisan yang sempit dan terbatas, sehingga tidak punya ruang untuk menyembikan puisi-puisinya dengan kata yang tiada berguna. Julianto dengan puisinya “Harapan Kosong” (Tanjungpinang Pos, 4 Mei 2014), sebenarnya mempunyai potensi untuk merangkai kata dengan elok sehingga menjadi puisi. Dari leretan kata yang digunakan dalam puisinya itu memang terlihat dan terbaca jelas ada beberapa kata yang sebenarnya tidak perlu diulang. Misalnya “Kata mereka”, “semua akan”. “kami”, dan “yang tertipu”. Padahal puisinya mungkin dapat dirimbas menjadi: kata mereka semua akan berubah/ menjadi baik// kami yang tertipu oleh kata bijaknya/ janji manisnya// datang saat mereka butuh/ setelah itu tak// apakah harus seperti itu?// kami binatang jalanan/ orang bodoh/ yang mudah engkau tipu// kami yang tidak mengerti dunia/ gemerlapmu/ permainan emasmu// yang kami tahu hanyalah/ ketenangan/ keamanan/ dilindungi/ dihargai// bagi kami/ sangat berharga// kami berharap/ kepadamu/ pemimpin kami. Jika ditilik terhadap keseluruhan puisi Julianto, maka kita akan menemukan bagaimana masih perlunya merimbas kata-kata. Dalam kaitan ini kata yang terpilih, dengan persajakan, simbol, metafora, ciri dan citra. Untuk mendapatkan puisi yang elok tidak ada cara lain yang mesti dilakukan oleh Julianto selain membaca puisi-puisi pengarang lain, lalu selanjutnya menulis dan terus menulis. Sebati dengan itu senantiasa merimbas atau memperhalusnya bersama lenggang perjalanan waktu yang terus berubah dan berganti dari hari ke hari. Julianto, sebagai pesan sederhana, selamilah secara mendalam dan sampai apa-apa tradisi sastra di Kepulauan Riau, khasnya di KijangBintan. Sebab bagaimanapun sebuah puisi mesti ada keuinikan dan keunikan itu akan terasa menjadi pembeda kalau ianya berpautan pula dengan nuansa (lokal genius) tempatan (Kijang-BintanKepri). Dalam Tanjungpinang Pos (Ahad, 4 Mei 2014) terdapat pula puisi penyair

perempuan Susy Aning Setya (Seragen), yakni “Perempuan Hujan”, “Menyentuh Langit”, “Seripa Wajah Papa”, dan “Rumah”. Seperti sudah dijelaskan dalam dedahan terdahulu, puisi-puisi Susy Aing Setya (SAS) nyatalah sebagai mempertegas ianya sudah sebagai seorang penyair. Bagi kita yang terasa menonjol dari puisi-puisi penyair perempuan ini, adalah kemampuan dan kemahirannya dalam menganjung berbagai hal menjadi sebuah puisi. Berbabit itu pula, ia terlihat begitu percaya diri dan kuat di dalam menempatkan kata judul setiap puisinya. Bahwa kata judul puisinya saja sebenarnya sudah sebagai puisi. Tanjungpinang Pos (Ahad, 18 Mei 2014) terdapat empat puisi karya E. Naz Achmad yang berjudul “Kalam Riau”, “Sepanjang Jalan Kenangan Abadi”, “Di Tulisan Kertas Berwarna” dan “Tanpa Syair”. Saya menyebutnya—mungkin tidak tepat dan apalagi mengena dan pas, mohon maaf jika tak mengena—bahwa puisi-puisi E. Naz Acmad sangat kaya akan eksistensi lokal genius (rasa tempatan). Dengan kata lain bahan, materi, muatan (fakta) sebagai yang diambil olehnya untuk menjadi serangkaian puisinya, sudah menukik dan mengena. Hanya menjadi catatan kita—dan dalam ulasan lalupun sudah kita dedahkan—penyair kita ini masih sangat kita harapkan untuk memanfaatkan kata-kata sebagai metafora, puitika, khas dan unik serta mengena di dalam serangkaian puisi-puisinya. Bahwa sebuah puisi yang dinarasikan dari apapun obyeknya dan hanya dengan mengedepankan persajakan dari kata awal sehingga akhir atau beberapa kalimat, masih ada terasa yang kurang bagi puisi itu utuh sebagai sebuah puisi. Jika penyair ini memasukkan kata-kata metafora, simbol, puitika maka niscayalah puisinya terasa mencakau makna yang dalam, luas dan seni sediakalanya. Sebagai usul—tentu selama ini sudah—tidak ada salahnya penyair kita ini membaca dan membandingkan dengan karya-kaya penyair lainnya sebagai “naratif” seperti Taufiq Ismail, WS Rendra ataupun Rida K Liamsi. (bersambung)

Untuk mengasah bakat, minat, dan hobi para pembaca, Tanjungpinang Pos menerima hasil karya sastra untuk diterbitkan di setiap edisi Minggu. Sertakan identitas dan foto penulis, lalu kirimkan ke email tanjungpinangpos@yahoo.com. Redaksi Tanjungpinang Pos hanya menerima karya sastra berupa puisi, prosa, cerpen yang belum pernah terbit di media cetak lain.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.