18122013

Page 4

4

SRIWIJAYA POST Rabu, 18 Desember 2013

PABRIK jamu Sido Muncul | KONTAN

Sido Muncul Melantai di Bursa JAKARTA,SRIPO — PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk hari ini, Rabu (18/12/ 2013) mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia, dengan penjamin pelaksana PT Kresna Graha Sekurindo Tbk dan PT Mandiri sekuritas. Presiden Direktur Sido Muncul, Irwan Hidayat sebelumnya mengatakan, dana yang diperoleh dari IPO akan digunakan untuk pengembangan pabrik yang ada saat ini. Pihaknya menargetkan pada tahun 2015 mendatang kapasitas produksi dapat meningkat hingga dua kali lipat dari saat ini.

“Peningkatan kinerja Sido Muncul tahun ini mencapai 15 persen dibanding tahun kemarin. Pada 2015, kami akan kembangkan kapasitas produksi. Selama ini 80 persen kapasitas digunakan untuk produksi Tolak Angin,” ungkapnya. Dalam penawaran publik ini, Sido Muncul juga memberi alokasi sekitar 10 persen untuk karyawan. “IPO ini kita ingin masyarakat juga ikut merasa memiliki perusahaan. Kepada karyawan juga kita akan tawarkan sekitar 10 persen dari jumlah saham,” jelasnya.(kc)

IHSG Mantap di Zona Hijau l Ditutup Naik 56,39 Poin JAKARTA,SRIPO — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa (17/12/ 2013) ini ditutup menguat sebesar 56,39 poin atau 1,36 persen di posisi 4182,35. Sepanjang hari ini, indeks melaju mantap di zona merah, setelah pada hari sebelumnya indeks mengalami jenuh jual. Nilai transaksi mencapai Rp 4,8 triliun dengan volume transaksi 7,6 miliar lot saham. Semua indeks sektoral kompak menguat, dan penguatan terbesar dicatatkan oleh industri dasar (2,81 persen) dan keuangan (2,45 persen). Hal ini sekaligus membuat IHSG menguat tertinggi di regional. Saham-saham yang men-

jadi top gainers adalah GGRM (5,18 persen), INTP (4,90 persen), TCID (7,61 persen), ITMG (2,01 persen), BDMN (11,26 persen), dan MAPI (7,14 persen). Dari regional, indeks di kawasan Asia Pasifik ditutup beragam, merespons rencana pemangkasan stimulus oleh Federal Reserve serta indeks manufaktur China yang dilaporkan melemah. Indeks Hang Seng Hongkong ditutup turun 0,2 persen menjadi 23.069,23, demikian juga indeks Shanghai yang melemah 0,45 persen di posisi 2.151,08. Adapun indeks Nikkei Jepang naik 0,83 persen di level 15.278,63. Sementara itu, nilai tukar rupiah menguat tipis sebesar 0,01 persen (kc)

BI Harus Ambil Langkah Tepat l 2014 Ekonomi Indonesia Sulit PALEMBANG,SRIPO — Terus melemahnya rupiah diujung tahun 2013 dianggap sebagai sinyalemen negatif kondisi ekonomi tahun 2014 mendatang. Jika langkah Bank Indonesia tidak tepat dalam mengambil kebijakan moneter untuk meredam penguatan dolar maka dipastikan tahun 2014 mendatang akan lebih buruk. Chief Ekonomist the Indonesia Economic Intelligence yang juga Komisaris PT Bank BRI Syariah, Sunarsip mengungkapkan itu dalam temu Responden Survei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII, Selasa (17/12). Menurut pandangannya, sepanjang tahun 2013 ekonomi Indonesia penuh ketidakpastian. Kondisi dipersulit dengan adanya krisis Amerika yang dampaknya terjadi hingga Indonesia. Sejak saat itu, carut marut ekonomi makin kompleks. Nilai tukar rupiah terus melemah yang diperparah dengan krisis neraca perdagangan akibat impor yang lebih tinggi dari ekspor. Langkah BI dalam meredam situasi dengan menaikkan suku bunga atau BI Rate hingga tiga kali berturut-turut makin meng-hempas fundamental perekonomian. Ditambah tekanan buruh yang ingin menaikkan UMR kian membuat takut para investor. Akibatnya nilai inflasi terus membengkak. Secara nasional saja, angka inflasi saat ini capai 8,9 persen. Nilai ini tertinggi sepanjang tahun 2013 mendatang. “Puncaknya BI menaikkan BI Rate hingga 7,5 persen menjadi cambuk bagi perbankan hingga dunia industri. Kebijakan moneter ini diambil BI untuk meredam atau melakukan pembatasan impor sehingga nilai

SRIPO/ZAINI

BERI PENJELASAN — Pembicara dari pengamat ekonomi juga komisaris PT BRI Syariah Sunarsi (kanan) dan Direktur departemen komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs (tengah) beri penjelasan Indonesia's Economic Out Look 2014 pada acara temu responden survei di kantor Bank Indonesia, Selasa (17/12).

tukar rupiah terus membaik serta positifnya neraca perdagangan. Ternyata apa yang diharapkan tidak sesuai. Nilai tukar rupiah terus menurun. Ini bisa jadi sinyelemen negatif kondisi ekonomi kita tahun depan,” kata Sunarsip. Dia memprediksi tahun depan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih terus terjadi. Dolar AS pun bahkan menyentuh angka diatas Rp 12.100. “Dolar diharapkan jangan sampai Rp12,5 ribu sampai Rp13 ribu, ini bukan hanya berpengaruh terhadap nilai tukar, ini akan berdampak pada inflasi, karena nilai tukar yang lemah akan berpengaruh pada harga-harga akan

naik,” kata Su-narsip. Menurut dia, Rp12.100 masih dalam jangkauan dunia usaha sekaligus kompensasi bagi ekportir, jika Dollar menguat maka ekportir diuntungkan sementara dari sisi kebutuhan impor cukup berat. Nilai tukar saat ini cukup menantang sementara potensi melemah bukan hanya di sektor Domestik, neraca perdangan dan transaksi berjalan mengalami defisit sehingga ekpor pun akan menurun. “Potensi membaik tahun ini sepertinya sulit, karena faktor volume demand tidak terlalu tinggi dan otomatis mengurangi volume ekspor, dari sisi harga sendiri jika harga turun maka deman akan turun dan akan menaik-

kan ekspor punya tantangan besar di 2014,” kata dia. Jika kondisinya seperti ini terus maka peluang rupiah melemah cukup besar namun pihaknya berharap, akan ada kebijakan ekonomi China dan Amerikabisa membantu dari segi ekternal. Disebutkan, langkah BI kedepan diharapkan bisa menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi dan moneter, mengendalikan inflasi dan nilai tukar. “Peran moneter 2014 akan dominan dibanding fiskal, tantangan yang paling besar adalah menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi sehingga inflasi bisa ter-kendali,” katanya. Sementara, Peter Jacobs Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia

(BI)mengatakan peran BI ke depan akan memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah sejalan dengan kondisi fundamental perekkonomian dengan cara salah satunya intervensi ganda melalui pasokan valas dan pembelian SBN dari pasar skunder terus dilanjutkn secara terukur. Selain itu, memperkuat kebijakan makroprudensial untuk pengelolaan kredit dan manajemen resiko perbakan dan kerjasama antar bank sentral dalam kebijakan moneter dan stabilitas sistem keuangan. “Negara maju saat ini kondisi perekonomian sedang membaik, sementara di Indonesia berbanding ter-balik, lebih sering konsumsi dibanding menabung,”katanya. (why)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.