Sriwijaya Post Edisi Minggu 3 Oktober 2010

Page 13

SRIWIJAYA POST Minggu, 3 Oktober 2010

13

Jemaah Haji Dimbau Pakai Masker Gigi Diperiksa Setiap Enam Bulan ADA atau tidak ada masalah dengan gigi, seseorang diharuskan untuk memeriksakan kesehatan giginya kepada dokter setiap enam sekali. Dan jika melalukan pemeriksaan rutin, maka minta dokter mengecek semua gigi dan mulut. Masalahnya, semakin banyak orang menderita kanker pada gigi dan mulut. Kerusakan pada gigi, bisa berdampak buruk bagi kesehatan tubuh secara menyeluruh. “Orang yang sedang mengalami sakit gigi, perasaannya tidak enak dan tidak nyaman. Makan saja tidak bisa, bicara pun sulit begitu juga dengan suara bising pun kita merasa terganggu,” kata dokter gigi di poliklinik RSI Siti Khadijah, drg Asril Gafar Sikumbang. “Semuanya serba salah,” ungkapnya. Menurut Asril, pemeriksaan gigi dilakukan karena setiap hari ada kemungkinan terjadi penumpukan karang gigi, kendati setiap hari gigi selalu digosok dan dibersihkan. Selain itu untuk mencegah terjadinya penyakit gusi yang merupakan salah satu penyebab hilangnya gigi pada orang dewasa dan juga berkaitan dengan sakit jantung dan stroke. Jika sudah diketahui sejak dini dan langsung dirawat, penyakit dapat sembuh dan tidak mengkhawatirkan. Sebaliknya, jika diabaikan saja, penyakit ini bisa jadi serius hingga mencapai stadium lanjut dan dapat mengakibatkan penyakit rapuh tu-

lang sampai patah. Sebaiknya gosok gigi sekurangkurangnya dua kali sehari (setiap habis makan) dan kontrol ke dokter gigi sekaligus minta dibersihkan dari segala kotoran dan kuman yang ada di gusi dan mulut. Dalam menggosok gigi, lanjut drg Asril, orang cenderung masih memandang sebelah mata. Padahal, sekurang-kurangnya menggosok gigi dua kali sehari. “Menggosok gigi secara rutin berarti telah menghilangkan kotoran-kotoran yang menyebabkan gigi berlubang,” katanya. Napas Tak Sedap Hampir 85 persen orang dengan gejala napas tak sedap adalah karena mempunyai masalah dengan giginya. Jika bau napas disebabkan oleh masalah gigi, cuci mulut bukanlah obatnya. Itu sama dengan “topeng” alias menutupi tapi tidak menyembuhkan. Gosok gigi dan juga lidah dua kali sehari karena cara ini akan banyak mengurangi kemungkinan napas berbau.

Namun dalam pemeliharaan kesehatan gigi, konsumsi gula patut diwaspadai. Gula dari minuman ringan dan makanan lainnya bercampur dengan bakteri di dalam mulut dan menghasilkan asam yang menyerang lapisan email gigi sehingga menyebabkan gigi berlubang dan sakit pada gusi. sebaiknya batasi makanan dan minuman yang mengandung kadar gula tinggi. Selain merusak gigi, juga bukan termasuk makanan sehat. Jika dalam pemeriksaan gigi ternyata buruk, maka satu-satunya jalan harus dicabut. Banyak orang berpendapat, cabut gigi sangat menakutkan dan luar biasa sakit. Padahal, dengan kemajuan zaman dan teknologi masa kini, cabut gigi bukanlah suatu masalah besar seperti yang dibayangkan. Begitu juga halnya menambal gigi. “Disuntik sebentar, setelah itu gigi dicabut dan tidak terasa sakit,” kata drg Asril. (sin)

SRIPO/HUSIN

PERIKSA GIGI — Aktivitas pemeriksaan gigi di Poli Gigi RSMH.

PALEMBANG, SRIPO — Menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci merupakan impian bagi setiap muslim. Namun sering kali impian itu terkendala, salah satunya akibat sakit. Perubahan suhu (temperatur) di Indonesia khususnya di Sumsel dengan Arab Saudi jauh berbeda. Jika tidak memiliki imunitas (kekebalan) tubuh yang prima, mengakibatkan jemaah haji banyak yang sakit dan dirawat di rumah sakit. Insfeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), misalnya. Penyakit ini paling sering diliris oleh Media Center Indonesia (MCH) karena memang jumlahnya banyak. Jenis gangguan ini, misalnya influenza, asma, bronchitis, dan gangguan pernafasan lainnya. Selain itu, kelelahan fisik, dan serangan jantung koroner, juga menjadi ancaman serius bagai para jemaah haji. Meski demikian, ada cara yang bisa dilakukan untuk mencegah atau mengantisipasi agar beragam penyakit itu bisa dihindari. Kepada Dinas Kesehatan Ogan Komering Ilir (OKI) dr Mgs M Hakim M.Kes mengatakan, sebelum melakukan langkah antisipasi terhadap ISPA, jemaah haji perlu mengenali seputar penyakit ISPA tersebut. “ISPA itu kan jenisnya banyak. Apa faktor penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya itu harus diketahui jemaah haji,” katanya. Faktor penyebab ISPA, ungkap Hakim, secara garis besar ada dua sebab. Pertama, karena faktor lingkungan, dan yang kedua karena faktor riwayat kesehatan. Khusus bagi penderita asma, penyakit tersebut tidak akan kambuh, selama faktor pemicunya tidak ada. “Di Arab Saudi baik di Madinah maupun di Mekkah, lingkungannya cenderung kering, dan berdebu.

SRIPO/ZAINI

SUNTIK MENINGITIS — Aisyah (50) dari KBIH Mandiri mendapat suntikan meningitis di Puskesmas Swakelola Dempo Jalan Kolonel Atmo Palembang, Selasa (14/9).

Sedangkan bila musim dingin tiba,” katanya. Selain itu, suhu pun cenderung di bawah rata-rata sehingga berpotensi menimbulkan keluhan ISPA. Selain itu riwayat kesehatan pribadi, seperti asma juga perlu diperhatikan. Misal, bila ada yang asma-

nya kambuh karena alergi es, sepanas apapun suhunya di sana, jangan minum es,” jelasnya. Sebagai langka antisipasi, jemaah haji diimbau untuk tetap menggunakan masker yang diberikan petugas kesehatan saat vaksinasi flu dan vaksinasi men-

ingitis di Puskesmas. “Maskes sangat penting. Saat puncak haji, ada ratusan rubu orang dari berbagai pelosok dunia. Jika lima persen saja ada yang batuk, tentu banyak kuman yang beredar. Belum lagi soal debu dari gurun,” kata Hakim. (sin)

Daya Tahan Tubuh Penentu KONDISI lingkungan yang kering dan berdebu merupakan faktor utama, yang harus diwaspadai. Sebab kondisi lingkungan tersebut berpotensi mengeringkan saluran pernapasan, yang berefek pada menurunnya daya tahan tubuh. Di Arab Saudi, jika malam mungkin dingin, tapi tingkat kelembabannya hanya 20-30 persen saja. Padahal saluran pernapasan orang indonesia khususnya Sumsel, sudah terbiasa dengan tingkat kelembaban sekitar 70 persen. “Sekuat apapun daya tahan tubuh, bila saluran napas mengering, pasti akan jatuh sakit. Untuk itu solusinya, jemaah haji harus minum air putih, paling tidak tiga liter per harinya. Jemaah juga harus memakai masker, kalau bisa kita buat sendiri, dan selalu kita basahi dengan air,” kata Dr dr Yuwono M.Biomed, yang merupakan do-

sen di Fakultas Kedokteran Unsri. Sebenarnya, ungkap Yuwono, secara normal setiap saluran pernapasan pasti ada kumannya. Namun apabila daya tahan tubuh menurun, kuman tersebut baru akan bereaksi. Lama-kelamaan kondisi itu akan menimbulkan infeksi. “Untuk itulah, daya tahan tubuh juga harus selalu dijaga. Selain itu para jemaah haji, juga harus rajin melakukan check-up kesehatan, sebelum, sewaktu, dan sesudah melaksanakan ibadah haji,” katanya. Lebih lanjut, dikatakan, para jemaah haji yang mempunyai riwayat gangguan kesehatan, diharuskan untuk melanjutkan pengobatannya, atau berkonsultasi pada dokter yang ada. Sebab apabila riwayat kesehatan jelas, maka penanganan terhadap gangguan kesehatan, akan bisa lebih maksimal. (sin)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.