Riau Pos Edisi Minggu 13 Januari 2019

Page 3

Riau Pos

AHAD, 13 JANUARI 2019

6

Mengenal Lebih Dekat Radioterapi Laporan HENNY ELYATI, Pekanbaru KANKER atau tumor ganas adalah suatu kelainan yang disebabkan pertumbuhan sel abnormal di tubuh. Pertumbuhan sel abnormal ini tidak mengikuti aturan pertumbuhan sel normal lainnya yang secara alami akan tumbuh jika diperlukan, contohnya pergantian sel kulit mati, pergantian sel darah merah, pertumbuhan jaringan pada luka, dan akan berhenti tumbuh jika sudah mencukupi kebutuhan tubuh. Sel kanker adalah sel normal yang kemudian berubah sifat. Pertumbuhan sel kanker biasanya baru akan disadari ketika menimbulkan keluhan. Keluhan terjadi karena jaringan kanker secara langsung menyebabkan gangguan yang dapat dirasakan, diraba atau dilihat oleh pasien, contohnya timbul benjolan abnormal di leher, atau karena jaringan kanker menimbulkan gangguan fungsi organ tubuh yang ditempatinya, contoh kanker paru menyebabkan fungsi paru tidak optimal, kanker otak menyebabkan kelainan saraf. “Oleh karena seringkali tanpa gejala maka deteksi dini menjadi sangat penting dalam diagnosa kanker. Kanker stadium awal memiliki potensi terkontrol lebih optimal. Kanker tersering di Indonesia saat ini adalah kanker paru, kanker nasofaring, kanker payudara, dan kanker leher rahim,” ujar Spesialis Onkologi Radiasi Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru dr Arry Setyawan SpOnk Rad. Terkait tatalaksana atau pengobatan kanker, terdapat beberapa modalitas pengobatan yang sudah diketahui secara medis terbukti memberikan outcome yang cukup baik dalam mengontrol sel kanker. Definisi sembuh pada kanker adalah

hilangnya sel atau jaringan kanker yang dapat terdeteksi di tubuh pasien oleh pemeriksaan fisik atau penunjang lainnya atau dapat juga berupa terhenti atau terkontrolnya pertumbuhan sel kanker. Untuk mencapai kondisi sembuh atau terkontrol tersebut diperlukan tindakan operasi, kemoterapi, dan atau radioterapi. Modalitas pengobatan tersebut dapat berdiri sendiri atau memerlukan kombinasi tindakan. Pilihan modalitas terapi tergantung stadium, jenis, dan tujuan pengobatannya. Terdapat perbedaan mendasar dari pilihan modalitas tersebut yaitu, operasi dan radioterapi bersifat terapi lokal, terbatas di daerah tubuh tertentu saja, sedangkan kemoterapi lebih bersifat terapi dengan target ke seluruh tubuh atau terapi sistemik. Selama ini pelayanan operasi dan kemoterapi untuk pasien kanker sudah diberikan RS Awal Bros Pekanbaru, oleh para dokter spesialis atau sub-spesialis kanker. Pusat layanan radioterapi di RS Awal Bros Pekanbaru akan beroperasi pertengahan tahun 2018. Apa itu tindakan radioterapi? Bagaimana tindakan ini diberikan dan mendatangkan manfaat untuk pengobatan kanker? Apakah tindakan ini berisiko untuk pendamping pasien? Mungkin menjadi pertanyaan awal yang banyak timbul saat konsultasi awal. Radiasi yang digunakan dalam radioterapi untuk tatalaksana kanker adalah jenis pancaran energi pengion yang salah satu efek interaksi nya dengan materi tubuh dapat menyebabkan kerusakan materi tersebut, melalui proses

dr Arry Setyawan SpOnk Rad berantai mulai tahap interaksi dengan atom , interaksi dengan materi di dalam sel, sampai ke skala lebih besar yaitu dengan jaringan tubuh. Radioterapi menggunakan radiasi eksternal tidak membuat pasien menjadi sumber radioaktif. Radiasi yang dipancarkan dari alat radiasi ke bagian tertentu dari tubuh pasien hanya berefek dalam hitungan kurang dari satu detik, selanjutnya kerusakan akibat efek radiasi terhadap sel atau jaringan target nya yang berlanjut, dalam hal ini sampai berakhir pada kematian sel kanker. Dosis radiasi yang diberikan kurang lebih seribu kali lebih besar dibandingkan sinar-X untuk pemeriksaan radiologi diagnostik. Lalu apakah radioterapi aman? Jawabannya adalah iya, teknik radioterapi saat ini telah berkembang ke lev-

el yang lebih baik dibandingkan saat pertama kali dimanfaatkan untuk keperluan medis. Dari sisi alat radiasi dan tempat tindakan dilakukan, persyaratan dan peraturan yang cukup ketat harus dipenuhi sampai suatu layanan radioterapi dapat beroperasi, dan salah satu syarat adalah keamanan radiasi di sekitar ruang tindakan yang didesain khusus untuk tujuan tersebut. Evaluasi kualitas alat dan keamanan dari bahaya radiasi rutin dilakukan sesuai keharusan perundang-undangan badan pengatur tenaga nuklir. Petugas kesehatan yang membantu pelayanan juga terlatih, profesional, dan berkualifikasi. Dari sisi pasien, teknik radioterapi saat ini terfokus dan terukur, dapat secara presisi mengenai jaringan kanker dan secara bersamaan meminimalkan kerusakan akibat radiasi pada jaringan tubuh sehat disekitarnya. Hal ini dimungkinkan karena pemetaan target terapi dan jaringan sehat secara tiga dimensi, penggunaan komputerisasi dalam perhitungan dosis radiasi, dan kemampuan alat radiasi terkini. Di seluruh dunia, jutaan pasien sudah menjalani radioterapi setiap tahunnya secara aman untuk mengobati berbagai jenis kanker. Bagaimana radioterapi dilakukan? Sama seperti tindakan terapi lain, diperlukan penegakkan diagnosa penyakit sebagai alasan pemberian radiasi. Setelah pemeriksaan dan indikasi ditentukan oleh dokter spesi-

alis radioterapi, maka pasien akan mulai menjalani proses pengobatannya. Tindakan CT scan untuk tujuan radioterapi dilakukan sebagai tahap awal (disebut juga CT scan simulasi atau CT planning), proses ini mirip dengan tindakan radiologi, perbedaannya terdapat pada tambahan alat bantu yang dicetak sesuai bentuk tubuh pasien (masker untuk fiksasi) atau penggunaan alat lain khusus untuk radioterapi. Selanjutnya dokter dan tenaga fisika medis akan menentukan target, teknik, dan dosis radiasi (disebut juga proses planning radiasi). Saat pelaksanaan radiasi hari pertama dibantu oleh petugas radiografer dan perawat, pasien akan diminta memosisikan tubuhnya seperti saat simulasi baik dengan alat bantu khusus ataupun tidak. Setelah itu alat difungsikan untuk mengantarkan radiasi pengion ke tubuh pasien sedemikian rupa sesuai dengan hasil planning-nya. Radiasi diberikan setiap hari sampai total dosisnya tercapai, 5 kali dalam satu pekan, sampai total 25-35 kali radiasi tergantung jenis kanker dan tujuan pengobatan. Apa yang menjadi target radiasi? Sesuai jenis kanker dan lokasinya pada tubuh pasien. Seperti disebutkan sebelumnya, radiasi adalah terapi lokal, diberikan hanya pada jaringan tumor ganas yang telah ditentukan berdasarkan pemeriksaan fisik atau pemeriksaan radiologi. Namun karena beberapa jenis kanker memiliki sifat mudah menyebar kesekitarnya, perluasan target radiasi diperlukan, contohnya kanker nasofaring (kanker di bagian belakang hidung) mudah menyebar ke kelenjar getah bening di leher, maka radiasi diberikan ke daerah kepala sampai leher, kanker leher rahim mengharuskan

radiasi diberikan ke seluruh area perut bawah/panggul. Seperti halnya pengobatan kanker atau pengobatan penyakit lainnya, selain bermanfaat untuk kesembuhan, radioterapi berpotensi menimbulkan efek samping oleh karena jaringan sehat di sekitar tumor yang terganggu. Efek samping bersifat lokal sesuai area tubuh yang menjadi target. Radiasi daerah kepala leher kemungkinan menimbulkan nyeri menelan, sariawan, dan mulut kering. Radiasi daerah perut bawah kemungkinan menimbulkan diare. Efek samping yang dialami pasien akan diamati dan diatasi oleh petugas kesehatan dan dokter. Pemberian obat sesuai keluhan dan penyesuaian teknik serta dosis radiasi mungkin saja dilakukan jika efek samping yang timbul memerlukan intervensi. Namun, efek samping tersebut belum tentu terjadi pada setiap pasien yang menjalani radiasi, derajat keparahannya juga berbeda pada setiap individu. Pascaradiasi, efek samping akan diamati sampai dua pekan setelahnya. Evaluasi hasil pengobatan radioterapi dan efek samping secara bersamaan diperiksa saat pasien kontrol ke dokter setiap lima kali tindakan radiasi. Penilaian hasil yang

sesungguhnya baru dapat ditentukan setelah radiasi selesai diberikan seluruhnya, bahkan penilaian terkadang memerlukan waktu sampai satu bulan karena kematian sel kanker yang tidak secara langsung terjadi saat proses radiasi selesai. Sesuai pernyataan sebelumnya, sembuh tidak harus berupa pengecilan atau hilangnya kanker/tumor. Keberhasilan pengobatan kanker dipengaruhi banyak hal, prinsip utama yang terpenting, semakin dini akan memiliki peluang terkontrol/ sembuh lebih baik dibandingkan stadium lanjut. Tindakan medis dilakukan atas pertimbangan perbandingan risk and benefit. Hasil pengobatan berupa pengecilan dan hilangnya kanker merupakan benefit, sedangkan efek samping menjadi risk yang diusahakan seminimal mungkin. Perlu diingat, tidak ada pengobatan tanpa efek samping. Dan jika tumor dibiarkan karena takut dengan efek samping, maka akan muncul pertanyaan, bagaimana efeknya jika tumor dibiarkan tumbuh dan berkembang? Untuk mengetahui hal ini lebih lanjut, pembaca dapat berkonsultasi dengan dokter-dokter andal di RS Awal Bros Pekan­ baru.***

POLITIKA

Riau Pos

AHAD, 13 JANUARI 2019

PKS Janji Perjuangkan RUU Perlindungan Pendakwah Agama JAKARTA (RP) - Wakil Ketua Tim Pemenangan Pemilu Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Al Muzzammil Yusuf mengatakan partai yang dinakhodai oleh Sohibul Iman ini akan memperjuangkan perlindungan bagi para pendakwah dan simbol-simbol agama. “Jadi, saya kira perlindungan terhadap pendakwah agama dan simbol-simbol agama itu penting. Kami belajar dari kasus pembakaran bendera tauhid,” ujar Muzzammil dalam keterangan tertulis yang diterima JPG, Sabtu (12/1). Muzzammil menjelaskan, PKS akan memperjuangkan hal itu lewat Rancangan Undang-Undang (RUU) Perlindungan Simbol Keagamaan dan Aktivitas Pendakwah Agama. “PKS menilai, RUU itu penting untuk melindungi simbol-simbol semua agama yang ada di Indonesia dan melindungi aktivitas para pemuka semua agama yang ada di tanah air,” katanya. Selain itu, PKS memandang penting memperjuangkan RUU perlindungan terhadap aktivitas pendakwah agama. Menurutnya para pendakwah agama membawa misi UUD 1945 yang mengamatkan pendidikan nasional untuk meningkatkan iman, takwa dan akhlak mulia. “Lewat ini kita bisa saling menghormati antar agama. Saya kira jelas PKS akan memperjuangkan RUU ini di parlemen,” ujarnya.(jpg)

Elektabilitas Kedua Paslon Stagnan, Waktunya Perkuat Penetrasi JAKARTA (RP) - Elektabilitas dua pasangan calon presiden dan wakil presiden sudah mulai stagnan. Tidak ada perubahan secara signifikan dalam tingkat keterpilihan. Mayoritas masyarakat sudah mengetahui dua kandidat tersebut. Masa pencitraan sudah selesai, sekarang saatnya mereka melakukan penetrasi ke masyarakat. Pernyataan itu disampaikan CEO dan Founder Alvara Research Center Hasanuddin Ali saat merilis hasil survei yang dilakukan lembaganya di Hotel Oria, Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Jumat (11/1). Survei terbaru Alvara dilakukan pada 11–24 Desember 2018. Hasilnya, tingkat elektabilitas kedua pasangan capres-cawapres tidak jauh beda dengan hasil survei pada Agustus dan Oktober lalu. Artinya, tidak ada perubahan tingkat keterpilihan sejak pertengahan hingga akhir 2018. ”Semakin dekat dengan pelaksanaan pemilu, tokoh capres-cawapres sudah semakin dikenal masyarakat Indonesia,” ungkap dia seperti diberitakan JPG, kemarin. Hal itu menunjukkan bahwa masa pencitraan sudah berakhir. Tiga bulan ke depan, paslon harus lebih sering turun ke bawah untuk bersentuhan langsung dengan masyarakat. Hasan yakin bahwa waktu tiga bulan mendatang sangat menentukan arah politik pada pemungutan suara 17 April. Apalagi, akan ada lima kali debat yang harus diikuti paslon, baik antarpaslon, capres, maupun cawapres. Menurut Hasan, yang menarik bukan konten yang diperdebatkan, tapi isu yang berkembang setelah debat itu selesai. Menurut dia, masyarakat akan ramai mengomentari pelaksanaan debat yang dilakukan kedua paslon. Bagaimana gaya paslon menjawab dan mengomentari pertanyaan serta bagaimana mereka menyampaikan gagasan kepada audiens. Hal itulah yang akan menjadi perhatian publik. ”Penting bagi masing-masing pihak untuk bisa mengapitalisasi isu yang berkembang setelah debat selesai dilaksanakan,” katanya.(lum/c10/fat/jpg)

EVAN ZUMARLI/JPG

KOTAK SUARA KARDUS: Sebanyak 24 ribu kotak suara kardus tiba di KPU Kota Palembang, baru-baru ini. Kotak suara tersebut didistribusikan ke PPK dan PPS seluruh Kota Palembang. Komisioner KPU Kota Palembang sedang meneliti dan menghitung kotak suara yang masuk.

Mudahkan Publik Memahami Debat Pilpres Laporan JPG, Jakarta DUA moderator debat paslon presiden dan wakil presiden putaran pertama diperkenalkan KPU secara resmi, Jumat (10/1). Dwi Novriratri Koesno, atau akrab disapa Ira Koesno, dan jurnalis senior TVRI Imam Priyono. Mereka juga dihadirkan dalam rapat persiapan debat bersama lima panelis karena Margarito Kamis berhalangan hadir. Usai pertemuan tertutup selama nyaris tiga jam itu, anggota panelis Bivitri Susanti menjelaskan bahwa rapat tersebut tidak lagi membahas substansi pertanyaan yang akan disampaikan. Melainkan hanya melakukan beberapa penajaman. Sebab, rata-rata bahasa yang digunakan oleh para panelis adalah bahasa hukum. ’’Kami sesuaikan agar nanti para moderator yang

bertanya bisa menyampaikan dengan baik, konteksnya mengerti, dan publik juga paham,’’ terangnya. Bagaimanapun, debat itu adalah kampanye yang tujuannya menyampaikan visi dan misi. Maka kalimat-kalimatnya harus didesain agar mudah dipahami oleh para pemilih. Pihaknya sudah melihat kembali pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dan moderator membantu mempermudah penyampaiannya. Komisioner KPU Pramono Ubaid Tanthowi yang hadir dalam pertemuan tersebut menjelaskan, daftar pertanyaan berupa kisi-kisi itu sudah disampaikan kepada masing-masing paslon kemarin. ’’Ada 20 pertanyaan yang bukan sama sekali multiple choice (pilihan ganda) dan juga bukan menuntut hafalan,’’ jelasnya.

Lima Surat Suara, Warna Berbeda JAKARTA (RP) - Kapuspen Kemendagri Bahtiar mengungkapkan bahwa ada lima surat suara yang disediakan untuk calon pemilih pada Pemilu Serentak 17 April 2019 mendatang. Lima surat suara ini memiliki warna yang tidak sama. “Warna kuning untuk DPR RI, merah untuk DPD RI, biru untuk DPRD provinsi, hijau untuk DPRD kabupaten/ kota, dan warna abu-abu untuk presiden dan wakil presiden. Pemilihan warna ini berdasarkan Keputusan KPU Republik Indonesia nomor 1944/PL.02-Kpt/01/KPU/ XII/2018, tentang desain surat suara dan desain alat bantu coblos (template) bagi pemilih tunanetra pada Pemilu Tahun 2019,” ungkap Bahtiar di Jakarta, Sabtu (12/1). Bahtiar menerangkan secara rinci perbedaan disain surat suara pada Pemilu 2019. Pertama, warna abuabu untuk surat suara pilpres, dengan ukuran 22 x 31 cm, jenis kertas yang digunakan HVS 80 gram. Surat suara Pilpres

 REDAKTUR: HERIANTO BASERAH

 TATA LETAK: WAN SARUDIN

3

 REDAKTUR: HERIANTO BASERAH

TUNJUKKAN SURAT SUARA: Petugas KPU menunjukkan spesimen surat suara, baru-baru ini. Spesimen ini digunakan untuk sosialisasi ke partai politik. JPG

berbentuk lembaran empat persegi panjang yang terdiri atas dua bagian yaitu bagian luar dan bagian dalam. Kedua, warna kuning surat suara pemilu untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) sesuai dengan jumlah Daerah Pemilihan Anggota DPR, dengan ukuran 51 x 82 cm, jenis kertas yang digunakan HVS 80 gram. Surat suara Pemilu Anggota DPR berbentuk lembaran empat persegi panjang yang terdiri atas dua bagian yaitu bagian luar dan bagian dalam dan tidak ter-

dapat foto dari calon anggota DPR RI. Ketiga, warna merah surat suara Pemilu untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) terdiri atas Surat Suara untuk Pemilu Anggota DPD, terdapat sembilan kategori ukuran, dengan jenis kertas hvs 80 gram. Terdapat foto dari setiap calon anggota DPD RI. Keempat, warna biru surat suara Pemilu untuk untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi (DPRD Provinsi) sesuai dengan jumlah Daer-

ah Pemilihan Anggota DPRD Provinsi, dengan ukuran 51 x 82 cm. Tidak terdapat foto dari calon anggota DPRD Provinsi. Kelima, warna hijau surat suara Pemilu untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/ Kota (DPRD Kabupaten/ Kota) sesuai dengan jumlah Daerah Pemilihan Anggota DPRD Kabupaten/Kota, dengan ukuran 51 x 82 cm jenis kertas hvs 80 gram. Juga tidak terdapat foto dari calon anggota DPRD Kabupaten/ Kota.(jpg)

Tugas moderator nanti adalah memfasilitasi penyampaian pertanyaan yang telah dipilih paslon secara acak. Ketentuan tentang moderator sudah ada dalam UU Pemilu. Yakni, tidak boleh mengomentari dan tidak boleh memberi penilaian. ’’Dan kami harap tidak memotong juga,’’ lanjut pria kelahiran Semarang itu. Pramono menegaskan, para panelis juga tidak membahas pertanyaan terkait sikap paslon atas kasus tertentu. Sebab, yang ingin digali adalah strategi dan pandangan masing-masing paslon. Namun, masing-masing paslon dipersilakan bila ingin menggunakan contoh tertentu saat memberikan jawaban. ’’Tapi dari daftar pertanyaan kami, kami kira itu terlalu mikro,’’ tuturnya. Disinggung mengenai kemungkinan saling menjatu-

hkan antarpaslon, menurut Pramono publiklah yang lebih berhak menilai. Tugas KPU adalah mefasilitasi sesuai dengan yang digasriskan oleh UU. Selebihnya, apa yang dilakukan dan disampaikan para paslon menjadi milik publik sepenuhnya. Mengenai moderator, Pramono tidak banyak berkata-kata saat memperkenalkan. ’’Inilah moderator debat,’’ ucapnya dengan gestur kocak. Dia mempersilakan wartawan menanyai para moderator secara langsung. Ira Koesno merupakan mantan jurnalis SCTV. Dia dikenal publik saat membawakan program berita Liputan 6. Setelah pensiun dari dunia jurnalistik, Ira kini berkarier sebagai konsultan media dan juga public relations. Perempuan 49 tahun itu punya pengalaman menjadi moderator debat paslon

saat pilpres 2004 dan pilgub DKI Jakarta 2017. Sementara, Imam Priyono merupakan jurnalis senior di TVRI. Pada 2016 lalu, Komisi Penyiaran Indoensai mengganjar pria 38 tahun itu dengan penghargaan sebagai penyiar berita terbaik. Mantan Abang Jakarta 2004 tersebut berpengalaman menjadi moderator di sejumlah pilkada. di antaranya, Pilgub Sumsesl, Sumut, Bali, Pilwali Bandung, dan Pontianak. Imam membenarkan penjelasan Bivitri mengenai penguatan pertanyaan. Dia diberi kesempatan menguatkan kata per kata serta memilih diksi yang kira-kira mudah dipahami publik dari segala kalangan. ’’Jadi substansi yang bisa jadi begitu rumit, kompleks dan kadang begitu akademis, bisa diartikulasi dengan bahasa publik,’’ jelasnya.(byu/das)

Lima Partai Aman, Sisanya Berpeluang dan Terancam Gagal Survei InDEX Research JAKARTA (RP) - Pemilihan anggota legislatif (Pileg) 2019 semakin mendekat. Beragam alat peraga kampanye bertebaran dipasang para calon anggota legislatif (caleg) yang berebut dukungan dan simpati calon pemilih. Elite-elite partai politik (parpol) pun gencar bermanuver untuk memperbesar peluang dipilih oleh rakyat. Bagaimana dinamika kampanye yang telah berjalan lebih dari tiga bulan berdampak pada elektabilitas parpol? Temuan lembaga survei Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research menunjukkan bahwa lima besar parpol dipastikan lolos masuk ke Senayan, sedangkan sisanya berpeluang maupun terancam tidak akan lolos. “PDIP, Gerindra, Golkar, PKB, dan Demokrat berada pada posisi aman melewati

ambang batas parlemen (parliamentary threshold) sebesar 4 persen,” ungkap Direktur Eksekutif indEX Research Vivin Sri Wahyuni dalam keterangan tertulis yang diterima JPG, Sabtu (12/1). Dari hasil survei indEX, kelima parpol meraih elektabilitas di atas ambang batas tersebut. PDIP menempati posisi puncak dengan raihan 25,7 persen, disusul Gerindra pada posisi kedua sebesar 14,7 persen. “Gerindra berhasil menggeser Golkar ke posisi ketiga dengan raihan 9,8 persen,” katanya. Sementara di posisi keempat ditempati oleh PKB (7,5 persen) dan kelima Demokrat (4,6 persen). Sedangkan enam parpol lainnya masih berpeluang untuk dapat menembus ambang batas, dengan memperhitungkan margin of error survei. Keenam parpol tersebut adalah Nasdem (3,5 persen), PPP (3,3 persen), PKS (3,2 persen), PAN (2,6 persen), PSI (2,3 persen), dan Perindo

(2,2 persen). Sedangkan lima parpol terbawah hampir dapat dipastikan gagal mengirim wakil ke Senayan. Meskipun sudah ditambah margin of error, elektabilitas kelima parpol masih belum dapat mencapai 4 persen. “Kelima parpol itu adalah Hanura (1,0 persen), PBB (0,9 persen), Berkarya (0,8 persen), PKPI (0,4 persen), dan Garuda (0,1 persen),” ungkapnya. Masih ada sebanyak 17,4 persen responden yang menyatakan tidak tahu atau tidak menjawab. Angka tersebut turun dibandingkan survei sebelumnya pada periode November 2018 sebesar 20,6 persen. Adapun survei indEX Research dilakukan pada 15-24 Desember 2018, dengan jumlah responden 1200 orang. Metode survei adalah multistage random sampling dengan margin of error lebih kurang 2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.(jpg)

 TATA LETAK: WAN SARUDIN


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.