Pontianak Post

Page 3

cmyk

pontianak bisnis

Pontianak Post Sabtu 30 Maret 2013

Lokomotif kemajuan ekonomi kalbar

Merebut Media Bakrie CT Saingi Harry Tanoe JAKARTA-Isu soal akuisisi perusahaan grup Bakrie PT Visi Media Asia (VIVA) kembali menyeruak. Taipan media Chairul Tanjung (CT) dikabarkan telah meminang saham korporasi yang membawahi stasiun televisi TVOne dan ANTV tersebut. CT pun blak-blak-an sudah menyampaikan proposal pembelian Viva Group tanpa menggandeng partner. Seperti yang dilansir Reuters di Bali, bos CT Corp tersebut mengaku adalah satu di antara beberapa penawar perseroan di bawah kendali Anindya Novyan Bakrie tersebut. Dalam proposal akuisisi itu, CT berambisi untuk membeli selu-

ruh saham VIVA. “Hanya kami yang bisa membayar secara tunai (cash) 100 persen,.. kantong saya masih dalam,” ungkapnya kemarin (29/3). Perlu diketahui, CT Corp merupakan salah satu pemain besar industri media Indonesia, dan mengontrol dua stasiun televisi nasional yakni Trans TV dan Trans7. Untuk mengakuisisi VIVA group sebagai salah satu gurita bisnisnya, CT pun telah menyiapkan pundi-pundi pinjaman baru. “Prosesnya berlangsung terus. Tapi kesepakatan belum terjadi,” jelasnya tanpa mengungkapkan berapa nilai modal yang telah disiapkan. Seperti yang pernah diwartakan, keluarga Bakrie saat ini memang tengah berencana menjual saham mayoritasnya untuk

Hanya kami yang bisa membayar secara tunai (cash) 100 persen,.. kantong saya masih dalam,

mendapatkan uang guna membeli asset Bumi Plc. Bakrie dikabarkan menawarkan 51 persen sahamnya di Viva Group. Beberapa nama korporasi yang gencar diberitakan siap mencaplok saham VIVA di antaranya CT Corp dan MNC Group. Dalam lobi-lobi itu, Bakrie menawarkan kepemilikannya di Viva Group sekitar USD 1,2 miliar hingga USD 2 miliar. Sementara nilai kapitalisasi pasar Viva Group sendiri sebesar USD 800 juta atau sekitar Rp 7,6 triliun. Bagaimana analis menilai pengajuan CT sebagai calon pemilik VIVA group? CEO PT Remax Capital Lucky Bayu Purnomo mengatakan dengan masuknya CT, maka bisnis VIVA diproyeksi akan semakin berkembang.

3

Hal ini lantaran rekam jejak portofolio perusahaan CT yang listing di bursa relatif tidak memiliki masalah, sebut saja Bank Mega dan Anta Tour. “Jika transaksi dengan CT terjadi, maka semakin bagus untuk VIVA. Itu karena VIVA akan semakin solid saat bergabung dengan Trans Corp. Efeknya akan positif,” ungkap Lucky. Lucky pun menilai harga saham VIVA ke depan masih cukup prospektif. Merujuk data Bursa Efek Indonesia (BEI) per Februari 2013, saat ini rasio harga saham terhadap laba (PER/price earning ratio) VIVA sendiri mencapai 80,44 kali. Angka tersebut sangat jauh lebih tinggi dibandingkan PER industri yang hanya 19,88 kali. (gal/kim)

Kendaraan Niaga Sumbang 30 Persen JAKARTA-Pasar kendaraan niaga tahun ini diperkirakan tumbuh konservatif akibat belum membaiknya harga komoditas perkebunan seperti minyak kelapa sawit (crude palm oil), karet dan coklat. Meski begitu, kontribusi kendaran niaga ke penjualan mobil nasional masih dikisaran 30 persen.

c

cmyk

m

y

k

“Pasar kendaraan niaga masih akan tumbuh, tetapi nggak akan tinggi-tinggi. Tergantung dari harga komoditas, kalau ini bagus biasanya pertumbuhan (penjualan kendaraan niaga) akan meningkat lebih baik, bisa di atas 10 persen. Tapi kalau kondisinya masih seperti ini paling sekitar lima persen saja,” ujar

Ketua Bidang Kerjasama dan Statistik Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), Rizwan Alamsjah kemarin. Dia mengatakan, faktor utama yang paling berpengaruh pada pasar kendaraan niaga adalah kondisi harga komoditas perkebunan seperti minyak sawit, karet dan coklat yang saat ini cenderung melemah di pasar global. Motor utama penjualan kendaraan niaga tahun ini masih mengandalkan pasar sektor infrastruktur.”Investasi infrastruktur masih cukup tinggi, itu yang bisa menolong,” tambahnya.Menurut Rizwan, penjualan kendaraan niaga tahun lalu sekitar 29,7 persen dari total penjualan mobil nasional yang mencapai 1.116.230 unit. Pihaknya memperkirakan kontribusi kendaraan niaga ke total penjualan mobil nasional masih dikisaran 30 persen. “Penjualan kendaraan niaga sekitar 60-70 persen masih di segmen konsumsi untuk infrastruktur dan lain-lain, sisanya (30-40 persen) dari perkebunan dan pertambangan,” sebutnya. Presiden Direktur PT Shacmindo Perkasa, Roberto PL Gaol menilai potensi pasar kendaraan truk di Indonesia sangat besar karena pemerintah telah

merancang berbagai proyek jangka panjang 40-50 tahun kedepan. Hal itu tentunya akan membutuhkan alat transportasi yang memiliki kapasitas besar.”Pemerintah punya masterplan bangun jalan tol, gedunggedung tinggi, jembatan yang butuh truk besar,” ungkapnya. Meski penjualan truk untuk kebutuhan infrastruktur tinggi, dia menilai permintaan sektor pertambangan dan perkebunan juga tidak pernah surut. Meski begitu, dia mengakui bahwa permintaan dari kedua sektor itu mulai melirik truk berbahan bakar gas (BBG). Pasalnya pemerintah telah melarang penggunaan solar subsidi. “Solar subsidi mahal, mereka mulai lirik truk BBG,” tambahnya Dengan truk-truk BBG itu, pengusaha pertambanagan dan perkebunan akan bisa memangkas ongkos bahan bakar hingga 25 persen dari sebelumnya. Tak heran, pesanan truk BBG Shacmindo terus meningkat sejak awal tahun ini. Dalam enam bulan terakhir Shacmindo telah menjual 500 unit truk BBG. “Ini sudah tentu karena solar sangat tinggi, apalagi kalau mereka (pengusaha) harus membeli solar nonsubsidi. Truk ini juga ramah lingkungan,” jelasnya. (wir)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.