Pontianak Post

Page 25

Pontianak Post

KITAB

Minggu718 Oktober Minggu Juni 2009 2009

Berhala Mesir Oleh : Dede Godjali, SH

”Dan Aku berkata kepada mereka:”Biarlah setiap orang membuangkan dewa-dewanya yang menjijikkan, ke mana ia selalu melihat dan janganlah menajiskan dirimu dengan berhala-berhala Mesir; Akulah TUHAN, Allahmu.”(Yeh.20:7).

Harun membuat patung anak lembu dari emas; hal mana sangat menggusarkan hati Musa (Kel.32:19-20). Orang Mesir membuat dan menyembah patung lembu, simbol kekayaan dan kemakmuran. Penulis kitab Amsal menyatakan:”Kalau tidak ada lembu, juga tidak ada gandum, tetapi dengan kekuatan sapi banyaklah hasil.”(Ams.14:4). Hidup makmur, kaya raya rasanya menjadi dambaan banyak orang pada berbagai zaman, termasuk sekarang ini. Korupsi telah menyusup ke berbagai lapisan masyarakat: mulai dari pembuatan KTP oleh oknum Kelurahan sampai menggolkan suatu RUU (Rancangan Undang-Undang) yang melibatkan oknum anggota DewanYang Terhormat. Suap menyuap tidak hanya terjadi di lapangan hijau (yang melibatkan pemain, wasit dan manager sebuah kesebelasan), juga telah merasuk ke meja hijau alias ruang pengadilan (disini melibatkan oknum hakim, panitera, dan banyak lagi yang lainnya). Uang alias harta membuat mata menjadi hijau. Yesus menyatakan:”Tetapi firman Allah kepadanya:”Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.”(Luk.12:20-21). Jangan ragu untuk menyingkirkan berhala Mesir ini! Bani Korah dalam sebuah mazmurnya menyatakan:”Manusia dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan dengan hewan yang dibinasakan.”(Mzr.49:21). Istri Potifar memandang Yusuf dengan berahi, lalu katanya:”Marilah tidur dengan aku.”(Kej.39:7). Dari hari ke hari nyonya rumah membujuk Yusuf, namun pemuda itu dengan sopan (tetap) menolak bujuk rayu dari istri tuannya. Yusuf seorang umat yang berhati manusia; beda dengan istri Potifar: seorang nyonya rumah yang tidak memiliki pengertian; lebih mirip dengan hewan di musim kawin. Allah melalui firman-Nya ”mengomentari” tentang Daud demikian:”karena Daud telah melakukan apa yang benar di mata TUHAN dan tidak menyimpang dari segala yang diperintahkan-Nya kepadanya seumur hidupnya, kecuali dalam perkara Uria, orang Het itu.” (I Raja.15:5). Seperti istri Potifar tertarik kepadaYusuf yang bukan suaminya, Daud pun tertarik kepada Batsyeba, yang adalah istri Uria, pahlawan perangnya. Keinginan daging bukan hanya ada di negeri Mesir, juga ada di Israel, di Babel, dan di berbagai tempat. Hewan tidak memahami lembaga perkawinan: mereka berkembang biak seturut nalurinya (bila musim kawin tiba maka ramailah suasana dalam dunia fauna). Mirip dengan hewan, bila berahi seseorang timbul, maka ramailah transaksi dengan pekerja seks komersial (PSK). Bagi laki-laki dan perempuan yang membutuhkan, PSK itu tidak membawa sial, namun memberi kenikmatan (hal inilah yang membuat PSK sukar dihilangkan, karena “memberi kenikmatan itu”). Berhala jenis ini lambat laun akan menghancurkan lembaga perkawinan, mungkin orang lebih suka kumpul kebo dari pada menikah. Kesetiaan terhadap pasangan hidup tidak lagi penting; yang utama adalah saling suka (dan bila kelak tiada lagi kecocokan langsung berpisah; tidak perlu mengurus perceraian ke pengadilan). Dalam dunia demikian, kekudusan tidak lagi dibutuhkan; kesucian dicampakkan sejauh timur dari barat! Hatihati, jangan-jangan berhala seperti ini sudah mulai bersemi di hati kita! Juru minuman Firauan berkata:”Hari ini aku merasa perlu menyebutkan kesalahanku dahulu. Waktu itu tuanku Firaun murka kepada pegawai-pegawainya, dan menahan aku dalam rumah pengawal istana, beserta dengan kepala juru roti. Pada satu malam juga kami bermimpi, aku dan kepala juru roti itu; masing-masing mempunyai mimpi dengan artinya sendiri. Dan seperti yang diartikannya itu kepada kami, demikianlah pula terjadi: aku dikembalikan ke dalam pangkatku, dan kepala juru roti itu digantung.”(Kej.41:9-11,13). Peristiwa itu terjadi dua tahun sebelumnya, dan selama itu Yusuf dilupakan oleh juru minuman Firaun (Kej.40:14,23; 41:1). Sifat egois tidak hanya monopoli juru minuman Firaun, juga bisa ada pada juru tulis (sekretaris), juru mudi (sopir/driver), juru hitung (akuntan publik) di berbagai belahan dunia. Manusia cenderung (hanya) mencintai dirinya sendiri; tidak hirau dengan sesama manusia. Orang egois mirip dengan dua anak perempuan si lintah, yang berkata:”Untukku!” dan ”Untukku”(Ams.30:15). Pembangunan hanya menciptakan kesenjangan yang semakin nyata; jurang perbedaan semakin menganga. Egoisme menjadi berhala yang menyengsarakan, menakutkan, dan mencelakakan. Di negeri kita tidak hanya ada martabak Mesir, namun juga ada berhala Mesir. *) Penulis adalah pendeta pensiun Gereja Yesus Sejati dan alumnus STK Pontianak.

25

Byar...!!! Aku MELIHAT Oleh Fr Thomas Ola, OFM Cap Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku! (Mrk 10:47)

Suatu hari seorang suster yang sedang mengadakan perjalanan, berkunjung ke wisma Karya Kasih, yang merupakan tempat tinggal orang-orang buta. Orang-orang buta tersebut dibina oleh para suster. Setelah beberapa hari, suster tamu tersebut mau berkunjung ke tempat lainnya. Tetapi jalan untuk sampai ke tempat yang mau dituju oleh suster tersebut tidak diketahui oleh semua orang sehat di situ. Mereka semua bingung. Mereka tidak tahu siapa lagi yang bisa mengantar suster tamu itu. Di tengah kebingungan itu, Lina salah seorang buta mengajukan dirinya sebagai penunjuk jalan. Semua orang melongo. Mereka heran, mengapa Lina mengajukan dirinya sebagai penunjuk jalan. Bukankah Lina buta? Mungkinkah dia bisa menjadi penunjuk jalan? Lina adalah seorang mahasiswi salah satu

Oleh : IB Heri Juniawan Kokilanani svaro rupani nari rupam patipratam, Vidya rupam kurupanam ksama rupam sapasvinam. (Artinya: burung tekutur menjadi indah karena suaranya, seorang istri menarik karena kesetiaannya kepada suami, orang yang rupanya buruk menjadi menarik karena ilmu pengetahuannya, dan karena sifat pengampun pendeta menjadi menarik).

KELUARGA bahagia dan sejahtera adalah tujuan dan sekaligus harapan ideal sebuah keluarga Indonesia. Kata bahagia selalu dikaitkan dengan aspek psikologis dan ukuran-ukuran perasaan yang paling dalam. Sementara kata sejahtera dikaitkan dengan keluarga yag cukup dalam pemenuhan kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, dan papan. Keadaan cukup tentu bersifat relatif, tetapi di dalamnya terkandung makna mampu memenuhi kebutuhan minimal, sehingga keadaan seperti itu dapat menciptakan suasana dalam keluarga tenang. Bahagia dan sejahtera dalam konteks keluarga seolah-olah mengandung pengertian tunggal, karena menggambarkan adanya situasi seimbang antara suasana batin (rohani) dan suasana lahir (jasmani). Singkat kata, sebuah keluarga belum disebut bahagia Tingkah laku sebagain pelajar semakin memprihatinkan. Sejumlah pelajar di Kota Pontianak bukan giat belajar di sekolah maupun di rumah atau pun di tempat-tempat lembaga pendidikan, melainkan lebih suka nongkrong di kafe-kafe maupun di molmol. Bagai mana meraka dapat konsentrasi untuk mengingat ilmu yang talah didapat di sekolah ? Manusia belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan di masa depan. Kecakapan dan penguasaan ilmu pengetahuan harus dipelajari agar ia mampu merubah dirinya menjadi manusia sempurna. Kebodohan tidak mungkin menjadikan manusia itu sempurna, manusia sempurna hanya dapat diperoleh melalui kecakapan atau kepandaian. Agama mengajarkan agar manusia menyempurnakan dirinya. Menghindari kejahatan, menambah kebajikan, dan membersihkan pikiran, itulah ajaran para Buddha. Perbuatan baik tidak hanya dilakukan melalui ucapan dan pikiran, tetapi juga melalui badan jasmanis yang ditunjukan dengan aktifitasnya. Perbuatan baik akan datang dari pikiran yang baik. Bagaiman mereka dapat mempraktekan perbuatan baiknya apabila dalam kesehariannya tidak pernah belajar tentang sesuatu yang baik. Ketika kesenangan indrawi yang mereka kejar dalam kehidupannya, maka penderitaanya bertambah. Hidupnya berada dalam angan-angan bukan dalam realita dan sulit untuk menerima kenyataan. Para murid

Genta Khong Hu Cu Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan, beragama dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, tidak cukup hanya bersembahyang dan membaca kitab suci menyempurnakan diri sendiri. Tetapi kita juga harus berkarya menyempurnakan orang lain, dan ikut menciptakan dunia yang damai sejahtera, dan aman sentosa. Sebagaimana disabdakan dalam kitab Daxue/ Ajaran Besar bab utama :” Jalan suci/ dao yang dibawakan Da-xue/Ajaran Besar adalah menggemilangkan kebajikan yang bercahaya, mengasihi rakyat, dan berhenti pada puncak kebaikan.” Nasehat ayat ini tidak lain adalah mengingatkan umat manusia yang mempunyai kewajiban selain mengembangkan diri sendiri, tetapi juga wajib turut berperan aktif mengembangkan orang-orang disekeli­ lingnya, dan tidak luput juga termasuk melestarikan lingkungan alam beserta seluruh sumber daya yang ada. Nasehat ini dipertegas kembali pada ayat yang terdapat dalam Kitab Lun Yu VI;30 :“Bila diri sendiri ingin tegak, maka tegakkanlah orang lain juga. Bila diri sendiri ingin maju, maka majukanlah orang lain juga.” Kalimat bijaksana yang tersebut diatas telah disabdakan dalam kitab suci agama Khonghucu yang berusia 2.500 tahun, saat

Perguruan Tinggi swasta. Dia terbiasa pergi ke kampus sendirian. Dia sudah mengenal rute perjalanan ke kampusnya. Dia juga tahu tempat yang mau dituju oleh suster tamu itu. Karena itu, dia berani mengajukan diri sebagai penolong.Dalam bacaan Injil hari ini kita mendengar, Bartimeus seorang buta beseru kepadaYesus: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku.” Bartimeus berseru-seru kepada Yesus karena dia ingin melihat. Bartimeus merasa kebutaannya membuat dia menjadi orang yang terbatas. Dia mengalami kegelapan dan kesendirian. Dia tidak dapat melihat indahnya alam. Karena kebutaannya, Bartimeus hanya mampu bekerja sebagai pengemis. Pengalaman penderitaan sebagai seorang buta membuat dia bertekad untuk menjadi seorang yang dapat melihat. Tekatnya menjadi orang sehat sepertinya sulit terbendung lagi. Ketika mendengar Yesus lewat, dia mengumpulkan keberanian dan kekuatannya. Dia lalu berseru dengan suara nyaring, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku.” Orang-orang di sekitarnya melarangnya untuk berteriak. Tetapi dia tidak mau diam. Semakin dilarang, semakin kuat dia ber-

teriak. Seruan Bartimeus akhirnya didengar oleh Yesus. Yesus dengan penuh kerelaan menyembuhkan penyakitnya. Pengalaman menjadi buta sepertinya menakutkan banyak orang. Tetapi bila kita berkunjung ke Karya Kasih kita menemukan bahwa mereka yang dibina di Karya Kasih menemukan kebahagian yang luar biasa. Lina misalnya mampu bersaing dengan orang-orang yang sehat secara fisik. IPK yang diraihnya bahkan lebih tinggi dari mereka yang mempunyai mata normal. Para penghuni Karya Kasih belajar mandiri dan menatap masa depan mereka dengan penuh harapan. Segala pekerjaan harus mereka kerjakan sendiri. Menengok perjalanan kehidupan orang buta di Karya Kasih, kita dapat mengatakan bahwa meraka bukanlah orang buta. Mereka telah menggunakan mata hatinya untuk memandang dunia ini. Mereka menikmati indahnya kebersamaan dan indahnya hidup sebagai saudara. Lina pernah berujar, “ Seandainya aku punya mata, belum tentu aku dapat merasakan indahnya kehidupan seperti sekarang ini. Siapa tahu jika aku dapat melihat, aku menggunakan mataku secara tidak tepat.

Keluarga Sukhinah (bagian 1) jika hanya berkecukupan harta benda, namun tidak menikmati suasana batin yang baik. Peran Istri Keluarga bahagia dan sejahtera tidak bisa terwujud bila hanya dibebankan kepada istri atau suami saja, melainkan harus bersamasama. Seorang suami sebagai kepala rumah tangga dituntut tanggungjawab, sementara istri dituntut kesetiaan. Dalam ajaran Hindu disebutkan ”jangan sekali-kali engkau menyebut dirimu Bapak manakala engkau tidak pernah bertanggungjawab terhadap keluargamu”. Demikian pula dengan istri, “jangan sekali-kali engkau menyebut dirimu ibu, jika engkau tidak mampu memelihara kesetiaanmu pada suami dan anak-anakmu”. Dari pernyataan ini membuktikan bahwa laki-laki sebagai suami dan perempuan sebagai istri diberikan penegasan akan kewajiban yang berbeda, namun pada hakikatnya kedua kewajiban itu diupayakan saling bersinergi sehingga mampu menopang terciptanya keluarga bahagia dan sejahtera atau keluarga Sukhinah. Hubungan yang harmonis dan seimbang antara suami dan istri dinyatakan secara simbolis dalam konsep Ardhanareswari yaitu simbol Hyang Widhi Wasa Tuhan Maha Yang

Esa dalam manifestasinnya sebagai Purusa dan Pradhana. Purusa disimbolkan dengan Siwa (fungsi maskulin), Pradhana disimbolkan dengan Dewi Uma (fungsi feminim). Tiada sesuatu apapun tercipta, jika kedua kekuatan itu tidak menyatu. Penyatuan kedua unsur tersebut akan tercipta berbagai makhluk dan segenap tumbuhan. Konsep Ardhanareswari tersebut membuktikan bahwa Hindu memandang peranan perempuan setara dan saling melengkapi dengan laki-laki, malahan sangat dimuliakan. Berbagai sloka dalam kitab suci Hindu yang memperkuat kedudukan perempuan. Kitab Manawadharmasastra III.58 menyebutkan: Jamayo yani gehani, capantya patri pujitah, tani krtyahatanewa, winacyanti samantarah, artinya : Rumah dimana perempuannya tidak dihormati sewajarnya, mengucapkan kata-kata kutukan, keluarga itu akan hancur seluruhnya, seolah-olah dihancurkan oleh kekuatan gaib. Kutipan di atas menunjukkan bahwa perempuan dalam pandangan Hindu dianggap sangat berarti dan mulia, sebagai dasar kebahagiaan rumah tangga. Selanjutnya kitab Yajur Weda menjelaskan bahwa perempuan adalah perintis, orang yang senantiasa men-

Generasi Muda

Oleh Buddha pada zaman dahulu dilatih tidak hormat dan tidak mematuhi untuk mengamati dan memprakte- Saiman SS guru, tidak menghormati dan kan Dharma. Salah satunya adalah menghayati ajaran (Dharma), tidak Maha Kassapa, Ia mengamati bahwa pada menhargai persekutuan sangha (perkumpulan zaman dahulu tidak banyak peraturan tetapi rahib Buddha), mengabaikan latihan dan banyak orang saleh. tidak lagi berkonsentrasi ; kelima kondisi Dahulu tidak banyak pelajaran dan latihan, tersebut merusak, menyebabkan mundur tetapi lebih banyak siswa yang mencapai dan lenyapnya ajaran yang benar”( Samyutta pengetahuan tertinggi. Ia bertanya-tanya Nikaya XVI: 13). mengapa terjadi seperti itu ? Buddha menSetiap manusia mengharapkan kebahagiajawab bahwa kemuduran itu timbul karena an dan ingin melepaskan diri dari penderitaan. munculnya orang-orang yang sesat, ajaran Tanpa memiliki pengetahuan dan pikiran yang benar tidak terpelihara. Walaupun yang benar, maka manusia akan kehilangan lebih banyak peraturan dan latihan, tanpa arah dan tenggelam dalam penderitaan. Tidak memahami dan menghayati dengan baik sedikit anak-anak yang mengalami stres dan terhadap peraturan dan pengetahuan yang bingung bagaimana membebaskan diri dari diperolehnya, maka sedikit kemungkinan keterikan duniawi. Ada yang meratap, ada siswa yang berhasil mencapai pengetahuan yang putus asa, dan ada yang memberontak tertinggi atau kemajuan batin. Manusia bukan bahkan kalap sehingga menjadi pemabuk sebuah mesin atau robot yang tidak memiliki untuk yang katanya untuk melupakan rasa dan nafsu. stresnya. Untuk itu perlu adanya pembinaan secara Ketidak mampuan seseorang dalam menmanusiawi sehingga kepribadiannya akan ghadapi tantangan hidup akan membuatnya berkembang, memahami kesulitan orang semakin jauh dari apa yang dicita-citakan lain, dan penderitaan orang lain sehingga yaitu kebahagiaan. Orang-orang yang kurang hidupnya tidak hanya ditukukan pada ke- pengetahuan dan kebijaksanaan akan melasenangan semata. Sabda Buddha yang ter- kukan perbuatan buruk yang memuaskan cantum dalam Kitab Suci Samyutta Nikaya dirinya seketika tetapi akan menghasilkan XVI menyebutkan” Bila para siswa , bhikkhu penderitaan yang berkepanjangan. dan bhikkhuni, upasaka dan upasika berlaku Dijelaskan dalam Ratna Kuta Sutra,

­­­­­

Bila Ingin Maju iri kepada orang yang sekarang juga diterapkan Oleh: berbuat lebih baik dari dalam teori ekonomi MAKIN Medan-Sumut kita, sebagaimana dismodern yang berwawasan abdakan Nabi Khongcu lingkungan. Logikanya sederhana saja; Bila sebagai produsen tidak :” Bila melihat orang lebih bijaksana, maka memperhatikan kesejahteraan masyarakat wajib kita berusaha menirunya. Sebaliknya lingkungannya, dan membiarkan masyarakat bila melihat orang tidak bijaksana, maka sekitarnya tetap miskin, maka dengan sendi- pertama sekali kita periksa diri terlebih rinya daya beli masyarakat akan rendah, dan dahulu, apakah kita juga berbuat kesalahan barang produksinya tidak mencapai omset yang sama dengan dia?”. Selanjutnya Kita juga siap berkompetisi penjualan yang memadai. Sebaliknya produsen yang cerdas dan secara sehat, sebagaimana sikap “seorang bijaksana, akan berusaha meningkatkan Susilawan suka berlomba tetapi tidak mau kesejahteraan masyarakat sekitarnya, yang berebut”. Lalu kita juga siap mengalah juga berarti meningkatkan daya beli mereka, kepada orang yang lebih baik dari kita, maka pada akhirinya omset penjualan akan dan membina diri agar dapat berbuat yang meningkat, juga tercipta lingkungan yang terbaik dari yang baik. Bila suatu hari kita dapat membantu aman harmonis. Jadi konsep orang yang mau maju sendiri dan membiarkan orang orang lain maju dan kita juga maju, tentu ini lain tetap bodoh/ terbelakang, supaya tidak adalah sebuah ibadah yang sangat bernilai dapat menyaingi dirinya, adalah konsep tinggi di mata Tuhan. Karena pengabdian yang keliru; Karena konsep seperti itu mulia sebagai mahluk ciptaan Nya dapat hanya akan menghambat kemajuan dirinya diwujudkan secara nyata. Tetapi semua itu juga. Hukum suci Tuhan adalah membantu harus dimulai dari urutan yang paling dasar, tumbuh segala sesuatu yang ingin tumbuh/ yaitu (1) “Cukupkan pengetahuan” dengan baik, dan membantu rubuh segala sesuatu meneliti hakekat setiap perkara, dengan tidak berhenti-henti belajar, (2) “Mengimankan yang telah rusak/ busuk. Sikap mental “ingin maju dan siap mem- tekad”, bila orang dapat melakukannya 1 bantu orang lain maju” harus dilandasi kali, maka kita harus mampu melakukannya hati yang suci dan tahu malu. Kita tidak 100 kali, dan bila orang melakukannya 10

Aku juga belum tentu mau menolong orang lain dengan suka cita” Pengalaman Bartimeus dan Lina mengingatkan kita betapa berharganya mata. Mata adalah jendela kehidupan. Dengan mata kita melihat dunia. Ada orang yang menggunakan matanya untuk melihat dunia yang gelap. Karena itu dia tersesat ke jalan yang salah. Sedangkan ada orang yang menggunakan matanya untuk melihat terang dan dia menjadi anak-anak terang. Banyak orang dalam bacaan Injil hari ini melarang Bartimeus untuk bertemu Yesus. Mereka malu melihat Bartimeus. Tetapi Bartimeus tidak menghiraukan larangan mereka. Dalam kisah Lina, kita menemukan bahwa justru Lina yang mampu membantu suster yang membutuhkan pertolongan. Lina menolong suster tersebut dengan suka cita. Apakah dalam kehidupan harian, kita telah menggunakan mata kita untuk membantu orang lain? Ataukah kita lebih menggunakan mata kita untuk menghalangi orang lain untuk mencapai kesusksesan?Yesus setia membantu kita untuk melihat indahnya dunia ini, maka kita juga harus membantu orang lain untuk melihat keindahan dunia ini.

Mentari Hindu ganjurkan tentang pentingnya aturan dan ia sendiri melaksanakan aturan itu. Perempuan adalah pembawa kemakmuran, kesuburan dan kesejahteraan bagi keluarga. Perempuan sebagai makhluk Tuhan memiliki kompleksitas peran (religius, estetis, ekonomis maupun sosial). Besarnya peran perempuan sebagai istri dalam pembentukan keluarga bahagia dan sejahtera, menyebabkan istri tidak sematamata dimaknai sebagai seorang perempuan yang melahirkan, tetapi mereka yang mampu memberikan keteduhan bagi keluarganya. Lebih jauh tentang peranan wanita, Adia Wiratmadja dalam bukunya : Wanita Hindu Suatu Proyeksi (1991) membagi peranan wanita dalam lima jenis, yaitu (1) Peranan wanita sebagai istri, pendamping suami. (2) Peranan wanita sebagai ibu, pendidik dan pengasuh anak (3) Peranan wanita dalam pelaksanaan agama, utamanya penyelenggaraan upacara-upacara keagamaan. (4) Peranan wanita dalam kehidupan masyarakat, sebagai penumbuh kembangkan nilai-nilai yang baik dalam keluarga dan masyarakat. (5) Peranan wanita dalam pembangunan, sebagai ibu rumah tangga maupun wanita karier.** bahwa orang yang melaksanakan latihan disiplin rohani harus melatih diri dengan sifat mencari, dengan sifat waspada menghadapi semua fenomena. Waspada berarti secara jeli dan hati-hati dalam menangkap semua fenomena yang muncul menurut sifat aslinya. Segala fenomena dan proses perubahan akan terjadi pada setiap saat. Tidak ada sesuatu yang kekal di muka termasuk apa yang kita cintai dan kita sayangi akan berubah menjadi sesuatu yang membosankan bahkan membenci. Ketika kondisi masyarakat sudah berubah, harus dibarengi dengan paradigma yang berubah juga. Contoh, anak belajar untuk mencari ilmu dan kemampuan diri agar kelak menjadi anak yang mampu menghadapi tantangan termasuk persoalan mencari nafkah kehidupan, bukan untuk mencari legalitas formal yaitu sebuah selembar kertas yang dinamakan ijazah. Konon Patriarch Vi, Hui-neng (138-713), tidak bisa membaca tulisan. Ketika mengajar, ia justru belajar dengan menyuruh murid untuk membacakan kitab. Kemudian, ia yang membahas dan menerangkan isi kitabitu secara mendalam. Kitab Suci dan semua buku merupakan sarana yang sangat penting dalam proses belajar. Bagaimana seorang anak pelajar yang tidak pernah membaca buku, mungkinkah mereka akan menjadi anak yang pandai dan bijaksanan.? Ini akan menjadi tanggung jawab bersama dalam membangun bangsa. kali, maka kita harus mampu melakukannya 1000 kali, dengan demikian meski kita bodoh sekalipun dapat menjadi pandai. (3) “Meluruskan hati”, dengan cinta kasih sebagai sifat kemanusiaan, dan kebenaran/ keadilan sebagai jalan sucinya / dao (4) “Membina diri”, jadikanlah diri kita setiap hari menjadi manusia baru, bila bersalah segera memperbaiki; seperti terukir di tempayan Raja Suci Chen Thang, “Bila suatu hari dapat memperbarui diri, perbaruilah terus tiap hari, dan jagalah agar menjadi manusia baru selama-lamanya. (5) “Membereskan rumah tangga sendiri”, ibarat menempuh perjalanan jauh harus dimulai dari dekat, bila rumah tangga belum beres, bagaimana dapat membereskan orang lain? (6) Barulah dapat turut “Mengatur negeri sendiri”, (7) Bila diri sendiri telah teratur, barulah dapat turut “Mendamaikan dunia”. Karena bila diri sendiri belum terbina, maka hal-hal besar tidak akan sanggup kita selesaikan; ibarat “Pokok yang bengkok tidak akan mempunyai ujung yang lurus, dan Pokok yang kacau tidak pernah menghasilkan penyelesaian yang baik” (Da-xue, bab utama,7). Demikian untuk berbuat baik kepada orang lain sekaligus kepada diri sendiri, semua orang akan sanggup melakukannya, karena semua watak sejati yang ada dalam diri manusia adalah baik adanya, sebagaimana di frimankan Tuhan. Pertanyaannya hanya pada adakah tekad serta kemauan kita?.**


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.