Buletin Interaksi PPI Jepang Edisi ke-19 - Mei 2013

Page 15

Tidak pernah terbesit sedikit pun dalam benakku bahwa suatu saat aku harus membuat paspor dan visa untuk menunaikan pendidikan ke sebuah negeri di seberang lautan. Saat mendaftarkan diri untuk mendapatkan beasiswa, yang ada dalam pikiranku adalah sekedar mencoba peruntungan, karena aku menyadari sepenuhnya kemampuan otakku yang pas-pasan. Ternyata benar juga yang dikatakan orang bahwa terkadang orang beruntung mengalahkan orang pintar. Setelah melalui beberapa tahap seleksi penerimaan beasiswa, keberuntunganpun berpihak kepadaku. Aku terpilih menjadi penerima beasiswa S2 ke luar negeri, menyisihkan beberapa kawan yang lebih pintar tapi kurang beruntung. Singkat cerita, terbanglah kami dengan pesawat Garuda menuju negerinya Doraemon yang ternyata penduduknya mengenal Indonesia dengan cukup baik. Mungkin karena dulu sebelum duet proklamator kita mengumandan-

gkan kemerdekaan, kakek atau ayah mereka pernah berkunjung ke Indonesia untuk waktu yang cukup lama. Penerbangan selama 7 jam tersebut kami lanjutkan dengan perjalanan darat menggunakan dua buah bis selama kurang lebih 6 jam. Akhirnya, tibalah kami di sebuah kota kecil namun sangat indah, dan dikelilingi oleh hamparan pegunungan yang tidak membosankan dipandang mata. Menurut salah seorang profesor, kota kecil ini merupakan salah satu penghasil beras terbaik di Jepang, sehingga tidak mengherankan bila kami dapat dengan mudah menjumpai hamparan sawah dengan padi yang sudah menguning siap panen di hampir seluruh pelosok kota Urasa. Begitu rombongan bis kami memasuki gerbang kampus, sebuah kesadaran menyeruak di antara angan-angan kami. Ternyata kami akan menjalani hidup di sebuah tempat yang jauh dari keramaian. Ya, kampus International University of Japan (IUJ) dan seluruh dormitory-


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.