Evenue magazine #02

Page 11

IRON LUNG Text : martinus indra hermawan | Photo : Anom

13 maret 2011, minggu malam yang sangat mendukung untuk sebuah gig. Cuaca Jogja saat itu sangat bersahabat, tanpa hujan yang sempat melanda beberapa hari belakangan. Malam itu di lantai 2 Lumbung Padi, sebuah food court di bilangan Condong catur, banyak muda mudi urban yang berkumpul untuk menyaksikan aksi sebuah band legenda dari Seattle, USA. Ya, Iron Lung sebuah legenda power violence yang beranggotakan Jensen Ward dan Jon Kortland,akhirnya mampir di Jogjakarta dalam lawatan Tour South East Asia and Australia. Gig ini di buka oleh trio Grunge, Arpapple yang merupakan salah satu penggiat Jogja Grunge People. Mencoba mendobrak musik Grunge yang cenderung Nirvanaisme, walaupun masih terdengar sound khas Seattle tapi mereka sangat tergila-gila dengan noise dan feed back sound. Gitaris mereka bahkan membawa sebilah pisau dapur untuk sliding gitar sehingga menimbulkan efek noise yang gila-gilaan, dan sebagai klimaksnya membanting gitar ke lantai. Kolaborasi Dragdown serta To Die mengisi sesi berikutnya dengan mengawinkan instrumen drum dan distorted bass. Mencampurkan senyawa power violence dengan sludge, stoner dan sedikit bumbu jazz. Foggidy Acid kemudian mengajak kita untuk berkendara dengan kecepatan tinggi. Duo instrumental bas dan drum ini cukup energik membawakan apa yang mereka namakan Rock Racer Music. Untuk yang belum mengetahui, duo ini di gawangi oleh Fredi dan Somed dari Armada Racun. Di lanjutkan dengan Das Mustang, sebuah hybrid antara garage, rock n roll

Gigs Report

serta beat drum yang cepat. Inilah jadinya kalo band garage rock n roll memakai drummer pecinta Motorhead . Tiba saatnya Iron Lung menguasai venue yang kecil itu. Jensen, pria berpostur kecil, berambut ikal dengan jenggot dan kaca mata nya sekilas tampak seperti seorang geek, tapi tidak begitu dengan sound yang keluar dari gitarnya. Dengan karakter sound berat, tanpa banyak noise tapi cukup menggetarkan venue yang tidak seberapa itu. Sementara Jon, si pria tinggi besar (dan botak) ini masih sempat memiringkan set drum sebelum akhirnya membantai perangkat drum yang keliatan kecil itu di samping bertindak juga sebagai vokalis. Mereka bermain tanpa banyak berbicara, mungkin karena Jon sang vokalis masih merasa sakit perut, hasil dari makan tahu di kaki lima Jakarta. Set permainan mereka pun terhitung singkat, 9 lagu yang terangkum dalam 3 bagian. Perpaduan grinding part dengan sludgy dan sound yang gelap, sangat presisi. Mosh pit tak terhindarkan, walaupun bahaya terjatuh ke lantai bawah sangatlah besar karena samping stage tidak ada dinding, hanya ada pagar. Gig akhirnya di tutup oleh Arms Of The Few, band thrash/ grindcore dari Solo Rumble Crew ini jauh jauh datang dari Solo bersama crew mereka memakai sepeda motor. Dan mereka pun tidak menyia nyiakan kesempatan untuk bersenang-senang di sini. Sebuah set pendek dengan durasi lagu yang pendek-pendek pula, anthem-anthem sarkastik mereka sukses di bawakan dengan riang dan penuh canda tawa.

www.evenuemagz.com

| 09


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.