KASIH KRISTUS MENGUBAH KONFLIK MENJADI PERSAUDARAAN SEJATI

Page 101

Seiring berjalannya waktu makin banyak definisi politik yang bergeser dari makna awalnya, misalnya Harold D Lasswell mendefinisikan bahwa politik adalah tentang “who get what, when and how” siapa mendapat apa, kapan dan bagaimana caranya. Paham inilah yang paling banyak dianut politisi saat ini di Indonesia dan di seluruh dunia, yang akhirnya mendiskreditkan makna awal politik yang luhur. Kalau melihat dari arti kata dasar dan makna awalnya, sebenarnya tidak ada yang salah dengan politik karena tujuan utamanya adalah meningkatkan kesejahteraan warga dalam suatu negara. Jadi apakah kita sebagai pengikut Kristus harus menghindari politik? Dalam Yeremia 29:7 tertulis, “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.“ Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) untuk kata “usahakanlah” berasal dari kata Ibrani “darash” yang bisa juga diartikan “mencari dengan sungguh-sungguh”, sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “usaha” adalah kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud. Jika kita selaraskan definisi politik dengan konteks ayat tersebut dengan situasi masa kini, maka kita sebagai umat pilihan Allah mau tidak mau harus ikut berpolitik. Ini dalam arti dengan sungguh-sungguh menggunakan segenap tenaga dan pikiran untuk mensejahterakan kota, bangsa atau negara di mana kita berada, baik sebagai warga negara yang bekerja di sektor swasta maupun yang terjun langsung ke politik praktis sebagai pejabat pemerintah, anggota MPR/DPR/DPD/ DPRD, kepala daerah maupun kepala negara. Singkatnya politik seharusnya sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita. Dalam Alkitab terdapat cukup banyak contoh tokoh Alkitab yang bersentuhan dengan dunia politik praktis, seperti Yusuf, Saul, Daud, Salomo, Daniel, Ester, Mordekhai, dan lainnya. Melihat kehidupan Saul maka kita dapat mengambil pelajaran tentang politik kotor yang dilakukannya. Saul membenci Daud dan menganggapnya sebagai lawan yang harus disingkirkan. Saul juga bersikap angkuh dan tidak mengandalkan Tuhan. Sebaliknya, Daud dalam berpolitik melakukan apa yang baik dan berkenan kepada Tuhan, walaupun tetap ada kesalahan-kesalahan yang ia lakukan. NAFIRI SEPTEMBER 2014

NAFIRI sep14.indd 101

101

9/21/14 8:37 AM


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.