M&I Magz Vol.45

Page 24

INSIGHT

Yuswohady Praktisi Pemasaran dan ex. Sekjen Indonesia Marketing Association

Branding

atas bukanlah untuk melebih-lebihkan. Itu

UMKM

Indonesia. Tak percaya? Coba tengok data-

karena memang sektor ini memiliki kekuatan dan pengaruh yang luar biasa bagi ekonomi data berikut. Pada tahun 2011 lalu, jumlah UMKM kita mencapai 55,2 juta unit, sebuah jumlah yang luar biasa besar. Itu artinya secara unit sektor-sektor ekonomi kita didominasi oleh sektor UMKM hingga mencapai 99.9%. Ruarrr biasa!!! Sektor usaha besar hanya berjumlah sekitar 5000 unit atau 0,01%. Dengan jumlah doc image : lifeneverstopstrending.blogspot.com

sebanyak itu UMKM menyerap sebanyak 101 juta tenaga kerja atau 86,6% dari total tenaga kerja kita sebanyak 117,5 juta dan menghasilkan produk domestik bruto (PDB) Rp. 4.303,6 triliun atau 57,9% dari total PDB kita sebesar 7.427 triliun rupiah. Yang dimaksud usaha mikro adalah perusahaan yang memiliki omset maksimal 300

K

juta rupiah dan aset maksimal 50 juta rupiah

enapa UMKM (usaha mikro-

negara maju baru, kalau UMKM kita hanya

kecil-menengah) harus dibangun

menjual komoditas dan produk-produk

mereknya? Karena kalau puluhan

bernilai tambah rendah. Kenapa bernilai

juta (yup, puluhan juta!) UMKM

tambah rendah? Karena tidak ada “suntikan”

kita memiliki merek yang kokoh, mereka akan

branding di situ. Ingat, Starbucks bisa laku

menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia

Rp.40.000 (bukan cuma Rp 4.000) berkat

menjadi big ten ekonomi dunia. Karena kalau

suntikan branding ini.

merek UMKM kita tangguh, mereka akan Yang sanggup memanggul agenda mahabesar

angkatan kerja kita. Karena kalau merek

membangun merek UMKM bukanlah

UMKM kita solid, mereka akan memiliki global

pemerintah, melainkan para entrepreneur

competitiveness penghasil devisa sekaligus

yang menjadi pelaku bisnis UMKM di seluruh

menjadi tameng agar rupiah tidak di KO dolar.

pelosok Nusantara. Dengan bekal daya juang empat-lima, semangat kemandirian (tidak

Pekerjaan membangun merek UMKM adalah

mengemis-ngemis minta proteksi pemerintah),

agenda mahabesar setiap anak negeri untuk

dan kompetensi berkelas dunia, saya yakin

menyongsong dua momentum kesempatan

mereka akan sukses mengemban misi mulia

“sekali sepanjang hayat” (saya menyebutnya

ini.

“Twin Megatren Indonesia”) yaitu momentum “bonus demografi” dan momentum “revolusi

Tulang Punggung

konsumen kelas menengah”. Saya bisa pastikan

Argumentasi saya mengenai pentingnya

kita tak akan mampu lolos dari “middle-income

membangun merek (building brand)

trap” alias tak mampu masuk dalam jajaran

perusahaan-perusahaan di sektor UMKM di

Vol. 45| Oct-Nov 2013

juta rupiah sampai 2,5 miliar rupiah dan aset antara 50-500 juta rupiah. Usaha menengah memiliki omset 2,5 miliar rupiah sampai 50 miliar rupiah dan aset 500 juta rupiah sampai 10 miliar rupiah. Sementara usaha besar memiliki omset di atas 50 miliar rupiah dan aset di atas 10 miliar rupiah. Di antara sektor

menyerap ratusan juta (yup, ratusan juta!)

24

setahun. Usaha kecil memiliki omset 300

UMKM, secara jumlah unit, memang sektor mikro sangat mendominasi mencapai 54,6 juta unit atau 98,8%. Dari gambaran komposisi pelaku ekonomi tersebut, menjadi jelas bahwa bangsa ini harus sadar, harus bangun, harus ambil langkah super cepat untuk memprioritaskan sektor ini secara ekstra serius. Kalau barusan saya sebut “bangsa ini” maka itu bukan melulu pemerintah, yang justru paling berperan adalah para entrepreneur UMKM-nya sendiri. Di tangan merekalah sesungguhnya nasib bangsa ini ditentukan. Karena itu saya tak


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.