030513

Page 31

31

Religi Teladan Umat Te

OLEH: SARIPUDIN S PD (Guru SD Islam As Shofa)

Nabi Muhammad SAW S merupakan uswah hasanah yang seharusnya diikuti oleh setiap muslim. Beliau adalah ma’shum yang dalam setiap gerak-gerik dan tingkah lakunya senantiasa di jaga oleh Allah SWT. Walaupun beliau adalah jenis manusia yang membutuhkan makan, minum, tidur, berkeluarga dan berbagai kebutuhan duniawi yang lain, tetapi beliau seorang Rasul yang diutus Allah untuk menyampaikan kebenaran, untuk menyempurnakan akhlak yan mulia. Sebagaimana telah kita ketahui, pada diri beliau terdapat empat sifat utama yang selalu melekat, yaitu: shiddiq (selalu bertindak benar), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan kebenaran) dan fathanah (cerdas). Keluhuran sikap, tingkah dan budi beliau itu sebenarnya

TAUSHIYAH “Terpujilah wahai engkau, ibu bapak guru, namamu akan selalu hidup, dalam sanubariku...” Cuplikan lagu tersebut sudah saya kenal sejak di bangku sekolah dulu. Bahkan seluruh bait lagu serta liriknya saya hafal dan tentu mengerti artinya, namun belumlah terasa menyentuh hati sanubari. Lirik itu hanya terasa di lisan belumlah masuk ke dalam hati. Belum menyatu, belum “nyurup” kalo bahasa sundanya. Mungkin karena itulah beliau, guru-guru saya menyebutkan dalam berbagai kesempatan, “suatu saat kamu akan mengerti”. Dan benar sekarang saya benarbenar mengerti! Mereka para guru menitipkan bekal pada kita berupa ilmu (science) & pengetahuan (knowledge), yang nantinya akan kita pakai dalam meniti perjalanan hidup kita. Ia berguna seperti cadangan air ketika dahaga, system reserve ketika ukuran fuel bensin merah mentok ke kiri, seperti bom waktu yang siap meledak melahirkan ide-ide yang brilian. Memang perlu waktu untuk memahami itu. Perlu kesabaran di dalam menuntut ilmu. Tidaklah kita menjadi heran ketika Imam Ahmad, seorang ulama besar perawi hadits menyebutkan, “Aku terus mempelajari

telah ada semennegatif. egatif jak beliau masih Keluhuran kanak-kanak, siikap dan tingkah jauh sebelum laaku beliau ini beliau diangteetap saja beliau kat menjadi pertahankan, Rasul. Didalam ketika beliau berteman beliau teelah menjadi selalu dikenal uttusan Allah sebagai seorang unntuk menyamyang bersikap paikan kebenaran jujur, rendah dan agama yang hati dan dapat dibebankan-Nya OLEH: SARIPUDIN S PD dipercaya. kepada beliau. Itulah Terhadap sesebabnya sejak masih kecil mua kalangan Rasulullah berbeliau telah mendapatkan ketindak dengan bilhikmah wal percayaan dari berbagai pihak, mau’idhah al-hasanah dalam dan mereka memberikan gelar menyampaikan dakwahnya, kepada beliau dengan gelar disertai tindak-tanduk yang ‘Al-Amin’. Dalam berteman serba islami, tidak bersikap beliau tidak pandang bulu dan keras menantang. Mungkin di memilih-milih antara orang sinilah letak rahasia keberkaya ataukah tidak. hasilan dakwah yang beliau Bahkan beliau sangat lakukan selama masa hidup akrab dengan siapa saja dan beliau. tidak sedikit pun memiliki Salah satu kisah yang rasa congkak, sombong, iri, cukup menarik dan sangat dengki terhadap teman-teman populer adalah ketika Nabi beliau. Sama sekali tak terlihat kelelahan dalam medan pada diri beliau, adanya sikap pertempuran. Karena saking

OLEH: Ustaz Erick Yusuf

lelahnya Nabi beristirahat lelahnya, dan tertidur. Ketika dalam keadaan tidur itulah, salah seorang tokoh kaum Musyrikin Mekkah, yaitu Da’tsur, mendatangi beliau. Da’tsur menggertak Nabi sambil mengangkat pedangnya dan bermaksud membunuh beliau. Tetapi berkat pertolongan Allah, justru Da’tsur gemetaran untuk menatap Nabi dan secara perlahan pedang yang dibawanya untuk membunuh Nabi itu jatuh. Melihat itu Nabi segera mengambil pedang tersebut sambil mengatakan, kalau saja beliau berkehendak membalas dan membunuh Da’tsur, tentu tak akan ada orang yang bisa memberikan pertolongan kepadanya. Tetapi tidak demikian yang diperbuat Rasulullah. Beliau justru memberikan maaf atas perbuatan Da’tsur dan berdoa untuk keterbukaan hatinya. Kemuliaan pribadi Rasulullah ternyata tidak hanya muncul dari kalangan tokoh-

kan Islam, guru memiliki beberapa istilah seperti “mu’allim”, “mu’addib”, “murabbi”, “muddaris” dan “mursyid”. Istilah mu’allim dari kata dasar “ilmu berarti menangkap hakikat sesuatu. Dalam setiap ‘ilmu terdapat dimensi teori dan dimensi amal.Karena itu guru sebagai pengajar, penyampai ilmu pengetahuan secara teori dan praktiknya. Istilah mu’addib dari kata dasar adab, yang berarti etika dan moral atau juga kemajuan.Ini lebih menekankan guru sebagai Pembina moralitas dan akhlak dengan keteladanan. Istilah murabbi dari kata dasar Rabb, yang berarti menumbuhkembangkan, memelihara alam, karena itu ini lebih menekankan kepada pengembangan dan pemeliharaan baik aspek jasmani maupun rohani. Istilah muddaris dari akar kata darasa-yadrusudarsan wadurusan wadirasatan yang berarti terhapus, hilang bekasnya, menghapus, menjadikan usang, melatih, atau mempelajari. Dilihat dari pengertian ini, maka tugas guru berusaha mencerdaskan peserta didiknya dengan menghilangkan ketidaktahuan atau menghapus kebodohan mereka, serta melatih keterampilan mereka. Istilah mursyid biasa

Memaknai Rezeki

tokoh Islam dan para Ulama saja. Banyak para ilmuwan Barat juga mengakui kehebatan Nabi Muhammad, baik sebagai Nabi, sebagai pemimpin, kepala pemerintahan, sebagai kepala keluarga atau yang lainnya. Sebuah buku yang juga dengan tegas mengakui kredibiltas Rasulullah sebagai seorang pemimpin yang paling berhasil adalah “The 100: A Ranking on The Most Influential Person in History” karya Michael Hart. Di dalam buku itu, Hart menempatkan Rasulullah SAW pada nomor pertama dari seratus orang tokoh pemimpin yang paling berhasil. Kalau mengenai kepribadian Rasulullah SAW. semua orang telah mengakui kemuliaannya, maka yang harus kita lakukan adalah bagaimana agar umat Islam bisa secara kaffah meneladani segi-segi kepribadian dan kepemimpinannya untuk kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.*

Pemrakarsa Training iHAQi (Integrated Human Quotient)

digunakan untuk guru dalam Thariqah atau kelompok yang menganut mazhab tertentu. Sedangkan istilah yang umum dipakai dan memiliki cakupan makna yang luas dan netral adalah ustadz yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai “guru”. Seseorang melakukan sesuatu berdasarkan apa yang diayakini. Apa yang diyakini tersebut sangat bergantung kepada apa yang dia ketahui. Dalam bahasa yang lain; amal perbuatan sangat bergantung pada iman, dan iman bergantung pula pada ilmu. Betapa pentingnya posisi ilmu, oleh karena itu Islam sangat mengedepankan orang-orang yang berilmu. Dari Abi Darda dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda”, “Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya karena ridho (rela) terhadap orang yang mencari ilmu. Dan sesungguhnya orang yang mencari ilmu akan memintakan bagi mereka siapa-siapa yang ada di langit dan di bumi bahkan ikan-ikan yang ada di air. Dan sesungguhnya keutamaan orang yang ber-

ilmu atas orang yang ahli ibadah seperti keutamaan (cahaya) bulan purnama atas seluruh cahaya bintang. Sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para Nabi, sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambil bagian untuk mencari ilmu, maka dia sudah mengambil bagian yang besar (HR. Ahmad, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majjah) Telah bersabda Rasulullah saw, “Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai), atau orang yang belajar, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka (HR. Baihaqi) Jika kita memahami betapa besar jasa guru kepada kita semua, dan mestilah kita berupaya juga masuk ke dalam keutamaan dengan menjadi guru dalam arti yang sebenar-benarnya, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allah dan RasulNYA. Setidaknya guru bagi anak-anak kita di rumah, guru bagi anak buah kita di kantor dan lain sebagainya. Mari kita doakan para guru kita, barakallahu fiikum. Dilansir republika. co.id . (int/wsl)

Bakti untuk Ibu USTAZ Abdullah Bani’mah seorang dai yang mengalami lumpuh total bercerita tentang seorang pemuda pengguna narkoba. Ia pertama kali kenal dengannya saat di rumah sakit di Jeddah. Pemuda tersebut menengok temannya yang dirawat sekamar dengan Abdullah. Ia sangat taat kepada ibunya. Pernah waktu berkumpul dengan teman-temannya di kamar rumah sakit, berderinglah telepon dari ibunya. Segera ia menjawab dengan hormat dan setelah itu ia pamit untuk pulang. Teman-temannya menahan dia. Pemuda tersebut mengatakan; Ibu saya menelepon dan minta saya membelikan sesuatu di warung.” Dia pun meninggalkan teman-temannya itu dan bersegara melaksanakan permintaan ibunya. Setelah selesai memenuhi kebutuhan ibunya, dia balik lagi ke rumah sakit. Adapun waktu yang dibutuhkan un-

tuk pulang pergi itu sekitar dua jam. Sepuluh tahun kemudian, seseorang membawanya ke rumah Ustaz Abdullah Bani’mah untuk dinasehati. Ia datang bersama seorang teman lainnya. Dua tahun setelah itu, Abdullah Bani’mah melaksanakan umrah. Di Masjidil Haram, seseorang pemuda berjenggot menghampirinya dan memberi salam untuknya. “Ustadz Abdullah, saya teman Fulan yang kenal Anda 12 tahun lalu di rumah sakit. Kami berdua pernah berkunjung ke rumah Anda sekitar dua tahun lalu. Fulan dan saya sejak pulang dari rumah Anda kami bertaubat dan memperbaiki diri.” “Kami rajin menuntut ilmu Islam dan berusaha untuk mengamalkan dan mendakwahkannya. Kami safar ke Yordania untuk kegiatan dakwah. Bulan lalu kami pulang, dan baru tiba

di Makkah.” “Teman saya, meminta saya tidak pulang ke rumah sebelum ke Masjidil Haram, untuk shalat malam, berdoa dan shalat subuh berjamaah. Selesai shalat subuh, kami berzikir sampai syuruq,” ujarnya. Setelah itu, saya tawarkan untuk sarapan berdua di rumah makan. Ia menolak, ia akan mampir ke rumah ibunya dulu dan sarapan bersamanya. Setelah itu kami berpisah. Menjelang Zhuhur, saya mendapatkan kabar melalui telepon bahwa Fulan wafat. Saya kaget. Penelepon memberitahukan bahwa Fulan datang ke rumah ibunya di pagi hari, sambil membawa sarapan. Setelah sarapan, ia sempat berbincangbincang dengan ibunya. Ia juga sempat memijit kaki ibunya, dan ia mencium kaki ibunya. Tak lama setelah itu, ia wafat, di kaki

ibunya. Ia kemudian dishalatkan di Masjidil Haram dan dikebumikan di Makkah. Bakti seorang anak kepada orang tua dan doa orang tua yang tulus untuk anaknya, sangat membantu mereka untuk kembali ke jalan Allah dan wafat dengan husnul khatimah. Al-Hafizh Abdul Haq Al-Isybili (wafat 581 H), merupakan seorang ulama dari Sevilla, Spanyol. Ia berkata: “Ketahuilah bahwa di antara sebab utama seseorang wafat dalam keadaan suul khatimah adalah cinta dunia, berpaling dari akhirat dan berani bermaksiat kepada Allah. Mungkin asalnya ia melakukan dosa kecil, mencoba satu jenis maksiat, ia mulai berpaling dari akhirat, timbul meremehkan maksiat.” “Kemudian maksiat itu menguasai hatinya, jadilah akalnya sebagai tawanan, cahaya hatinya redup, menu-

JUMAT, T 3 MEI 2013

HIKMAH IKMAH

Pahlawan Pahlaw awan Tanpa Ta Tanda Ta a Jasa Jasa permasalahan darah haid (tentang hadis darah haidh) selama Sembilan tahun sehingga aku memahaminya”. Subhanallah, mungkin bukan hanya waktu tapi juga perlulah “peristiwa” dan tentu kehendak Allah SWT agar ilmu bermetamorfosa menjadi hikmah. Jika kita membahas kata guru dalam kamus besar bahasa Indonesia dinyatakan guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Jika dalam Wikipedia dari bahasa sansakerta secara harfiah berarti berat, namun dipahami juga dihormati. Secara umum arti guru merujuk kepada pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik atau muridnya. Dalam filosofi jawa guru dimaknai dengan“digugu dan ditiru” artinya mereka yang selalu dicontoh dan dipanuti. Seperti peribahasa “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, yang artinya: bila seorang guru melakukan suatu kesalahan, maka murid pun akan mengikuti berbuat salah juga, malahan lebih lagi. Peribahasa ini menekankan arti penting guru dalam kehidupan. Dalam dunia pendidi-

METRO RIAU

S

EKIRANYA ada kata yang begitu akrab di telinga semua orang, itulah rezeki. Tidak ada orang yang tidak mengharapkan rezeki. Bahkan, muara dari hampir setiap usaha manusia adalah mencari rezeki. Pendidikan, kedudukan, dan pekerjaan kerap dimaknai sebagai wasilah menuju rezeki. Sayang, makna rezeki pada sebagian orang telah mengalami penyempitan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rezeki adalah segala sesuatu pemberian Tuhan yang dipakai untuk memelihara kehidupan. Dengan demikian, rezeki bukan melulu makanan dan uang. Masih banyak rezeki yang kita terima bukan berwujud materi atau benda. Bahkan, menurut Rasulullah, “dua nikmat (rezeki) yang sering dilupakan kebanyakan orang adalah kesehatan dan kesempatan” (HR Bukhari). Dalam hidup ini, ada dua jenis rezeki yang diberikan Allah kepada manusia, rizqi kasbi (bersifat usaha) dan rizqi wahbi (hadiah). Rizqi kasbi diperoleh lewat jalur usaha dan kerja. Terutama jika menyangkut kekayaan dunia, rezeki jenis ini tidak mensyaratkan kualitas keimanan penerimanya. Tidak jarang kita jumpai orang yang ingkar kepada Allah tetapi hidupnya sukses. Selain sebagai hasil kerja, karena rizqi kasbi memang berasal dari sifat rahman atau pemberian Allah. Rumusnya, siapa mau berusaha, dia akan dapat. Karena itu, rezeki berupa kekayaan dunia tidak selalu mencerminkan cinta Allah kepada pemiliknya. Juga karena kekayaan harta memang tidak bernilai di hadapan Allah. “Sekiranya bobot kenikmatan dunia di sisi Allah seberat sayap nyamuk, maka Dia tidak akan memberi minum kepada orang kafir meski hanya seteguk air” (HR Tirmidzi). Lain dari itu adalah rizqi wahbi. Rezeki ini datangnya di luar prediksi pikiran manusia. Kadang malah tidak memerlukan jerih payah. Pegawai rendahan bisa saja memiliki harta melimpah. Kiai desa yang miskin papa mendadak mendapatkan biaya haji dari pemerintah. Itulah rizqi wahbi. Perolehannya lebih karena sifat rahim atau kasih sayang Allah. Itulah kenapa yang paling berpeluang mendapatkan rizqi wahbi adalah hamba yang bertakwa. Kesuksesan orang bertakwa itu lebih ditentukan oleh kualitas keimanannya daripada profesinya. “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, Dia akan memberinya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak dia sangka-sangka. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya” (QS At-Thalaq: 2-3). Seolah mengonfirmasi ayat di atas, Rasulullah bahkan menyatakan, istighfar secara rutin dapat mengundang rezeki dari arah yang tidak kita duga. “Barangsiapa melanggengkan istighfar, Allah akan melapangkan kegalauannya, memberikan solusi atas kerumitannya, dan memberikan rezeki dari arah yang tidak dia sangka sebelumnya” (HR Ibnu Majah). Tetapi, sekali lagi, rezeki bukan melulu harta. Hidup dijauhkan dari kemaksiatan adalah rezeki. Juga gairah untuk beribadah. Kemudahan menyerap ilmu jelas rezeki. Kesempatan beraktualisasi diri juga rezeki. Dan termasuk rezeki adalah ketika kita dihidupkan dalam lingkungan yang baik. Apalagi memiliki keluarga sakinah. Banyak orang stress akibat ditimpa problem keluarga. Seperti diingatkan Allah, “Wahai orang-orang beriman, sungguh di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah terhadap mereka” (QS At-Taghabun: 14). Ayat di atas jelas menegaskan bahwa istri dan anak potensial membuat hidup manusia merana. Harta yang melimpah tidak mampu menghapus duka ketika badai rumah tangga melanda. Begitu juga ketika penyakit mendera. Hidup kehilangan gairah. Berpenampilan serba mewah tetapi hati selalu berselimut duka. Mari meluruskan cara pandang. Alangkah meruah rezeki yang telah kita terima. Limpahan rezeki materi itu memang wajib disyukuri. Tetapi sungguh naif ketika bermacam rezeki non materi justru kita ingkari. Hanya kepada Allah, senantiasa kita langitkan doa agar diberikan limpahan rezeki berupa harta yang halal, pasangan yang baik, anak-anak yang berbakti, rumah atau lingkungan yang nyaman, dan kehidupan yang bertabur berkah. Dilansir republika.co.id. (int/wsl)

Tanya Ustadz ? Harian Pagi Metro Riau bekerjasama dengan As Shofa membuka ruang tanya ustadz bagi kaum muslimin dan muslimat. Pertanyaan dapat dilayangkan ke email: andie_pku@yahoo.com. Atau kirim ke nomor 0813 6539 4351. Rubrik ini diasuh oleh: Ust. Qaimul Hakky dan Ustad Rahman.

TANYA UST T: Ustad, saya mau bertanya tentang akibat jika seseorang selalu mementingkan dunia, mohon penjelasannya.. tup pintu hidayah. Peringatan tidak bermanfaat lagi baginya dan nasehat tidak melunakkan dirinya. Sebelum kematian tiba, ia mendengar samar-samar ada suara yang memanggilnya ke jalan istiqamah, ia tidak dapat memahaminya meskipun penyeru mengulangi seruannya.” “Ketahuilah bahwa suul khatimah tidak akan menimpa orang yang istiqamah secara lahir dan hati yang bersih. Suul khatimah hanya akan menimpa orang yang rusak akidahnya dan berani melakukan dosa-dosa besar. “Barangkali ia kecanduan dosa, sehingga maut menjemputnya ketika ia belum sempat bertaubat. Maut merenggut jiwanya sebelum ia memperbaiki dirinya dan kembali kepada Allah. Akhirnya setan bersorak gembira atas kemenangannya.” Dilansir republika. co.id. (int/wsl)

Hamba Allah (HP 087790931XXX) JAWAB : Saudaraku pencinta Fidinillah, Dunia adalah jemabatan menuju akhirat, karena semua kita terlahir di dunia, makan minum di dunia, kita menjalani hidup sementara di dunia. Jadikanlah dunia sebagai tempat berladang amal, menabung pahala untukmenuju kehidupan yang hakiki. Perbandingan kehidupan dunia dengan akhirat adalah satu hari diakhirat sama dengan seributahun di dunia, begitu lama dan abadinya kehidupan akhirat. Semua yang dilakukan di dunia ini akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak, walaupun hanya sekecil zarrah berupa kebaikan atau keburukan akan diperlihatkan.(QS. Al Zalzalahayat 7-8 ) Manusia hidup di dunia banyak yang dilalaikan oleh kesibukan dunia, sebagaimana pertanyaan saudara. Bekk erja dari pagi sampai sore kadang sampai malam hanya untuk mengejar dunia semata, mengumpulkan harta untuk mempercantik rumah, membeli kenderaan mewah, membeli berbagai perabotan, selalu tukar ganti aksesoris di rumah, membeli perhiasan dan memakai baju yang mahal. Namun disayangkan karena melakukan semua itu dengan melupakan perintah Allah, tidak pernah membaca ayat-ayat Allah, tak pernah mengunjungi rumah Allah, tak pernah shalat dan puasa, apalagi untuk berzakat dan bersedekah. Bercampur baur dalam hartanya antara yang halal dan yang haram, sungguh sangat disayangkan. Seolah-olah mereka menganggap bahwa hidup di dunia ini selamanya dan seolah pula kalau mati nanti hany akan menjadi tanah dan selesai semua urusan. Padahal tidak demikian adanya. Allah akanmemberikan laknat didunia dan di akhirat. (QS.AlAhzabayat 57 )


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.