01 senin 07 2013 siantar

Page 7

SENIN

1 Juli 2013

Colt Diesel Dicuri dari Depan Rumah Sambungan Halaman 1 Jalan Kemiri, Kelurahan Kahean, Siantar Utara, Minggu (30/6) dini hari. Akibat kejadian itu, toke sayur ini mengalami kerugian Rp150 juta. Informasi dihimpun di kepolisian, korban mengetahui kehilangan itu ketika terbangun sekitar pukul 05.30 WIB. Truk Colt Diesel BK 8447 BJ yang setiap harinya diparkir di depan rumah sudah tidak ada lagi. lalu dia mencaritau dengan menanyai keluarga. Namun tak seorangpun mengetahuinya dan pencarian berlanjut dengan menanyai tetangga. Tetangga juga tidak ada yang mengetahui keberadaan Colt Diesel yang setiap harinya mengangkut hasil panen sayur dari Simalungun untuk dijual ke Kota Siantar itu. Bahkan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) turut raib karena

Pria Berjaket Loreng

Rampok Kreta dari Depan Asrama TNI AL

disimpan dalam laci dashboard truk. Tidak hanya STNK, dalam laci itu terdapat dokumen lainnya seperti speksi truk. Padahal, korban pasti mengunci pintu dan kemudi truk juga dalam keadaan terkunci. Sementara lingkungan rumahnya tergolong padat penduduk. Pencarian tak ada hasil, korban selanjutnya mendatangi Polres Siantar untuk melaporkan peritiwa itu. Selanjutnya petugas melakukan olah TKP. Kasubag Humas AKP Efendi Tarigan yang dikonfirmasi mengatakan, pihaknya sudah menerjunkan personelnya untuk mencari jejak pelaku. Diduga kuat pelaku menggunakan kunci khusus untuk membuka pintu mobil dan merusak kunci kontak truk tersebut. (dho)

Pelaku Sembunyi di Rumah Warga Sambungan Halaman 1 Polresta Medan dan Lantas Polresta Medan. InformasiyangdihimpunPOSMETRO (GRUP METRO), peristiwa lakalantas (kecelakaan lalu lintas) tersebut bermula ketika Reza mengendarai mobil Xenia hitamBM1139RJmelajukencangdariJalan Diponegoro.Saatbersamaan,mobilHijet 1000 merah BK 1926 LA yang dikemudikan Supriadi melintas dari Jalan Zainul Arifin menuju earah Sun Plaza. Saat itu Reza melaju dan menerobos lampu merah dan menabrak mobil Hijet tersebut. Bukan merasa bersalah, Reza malah kaburdanmasukkerumahsalahseorang warga. Melihat Reza masuk, jelas pemilik rumah dan beberapa warga terkejut hingga nyaris menghakiminya. BeruntungpetugasSabharaPolrestaMedandan

petugas Lantas tiba ke lokasi dan mengamankan pengemudi. “Aku takut dimassa Bang, makanya kupikir tunggu tenang dulu baru aku jumpai yang punya mobil. Makanya aku lari dari lokasi Bang,” kata Reza saat akan digiring ke Polresta Medan dan membantah dirinya dalam keadaan mabuk. Sementara itu seorang warga yang enggan namanya dikorankan mengatakan jika Reza sempat mengaku bahwa dirinya merupakan famili pemilik rumah yang dimasukinya. Tak ada korban atas peristiwa tersebut, namun kedua mobil ringsek akibat benturan keras. Petugas Lantas Aiptu A Nasution mengatakan jika kedua pengemudi berikut mobil yang dikendarai diamankan ke Satuan Lantas Polresta Medan. “Kita bawa keduanya termasuk mobilnya,” katanya. (wel)

Pasangan Kumpul Kebo Ketangkap Nyabu Sambungan Halaman 1 Kini sepasang kekasih ini, yakni MansyurNasution(30)wargaJalanMentimun, MedanBaratdanSitiAisyahalisAngel(25) masih dalam pemeriksaan penyidik Polsekta Medan Timur bersama barang buktinya. Kepada petugas, pasangan ini mengaku mengonsumsi sabu-sabu agar lebih kuat berhubungan intim. Setelahmenangkapkeduanya,petugas yang melakukan pengembangan juga berhasil menangkap bandar sabunya, Armansyah Pane (37) dari kediamannya di Jalan Tanah 600 berikut 20 gram sabusabu. Menurut keterangan Kanit Reskrim Medan Timur Iptu Jama Purba, penangkapanberawalberkatadanyalaporandari masyarakat. “Pertama kita dapat informasi di Jalan PabrikTenun,GangBelangadapestasabu di sana,” ucap Jama memulai pembicaraan. Mendapat informasi itu, petugas langsung bergerak dan menggerebek kamar kos-kosan. Ternyata benar, Mansyur sedang asyik mengomsumsi sabu-sabu bersamapasangankumpulkebonya,Angel. “Gitu kita gerebek, mereka lagi asik nyabu berdua,” sambungnya. Saat dilakukan pemeriksaan, ditemukan dua gram sabu-sabu, timbangan elektrikdanalatpenghisapsabualiasbong

sertauangRp250ribudarihasilpenjualan. “Tersangka ini membeli sabunya dari Tanah 600, lalu diecernya lagi sekalian dipakainyalagi,”jelasperwiradengandua balok emas di pundaknya ini pada POSMETRO (GRUPMETRO). Dari pengakuan Mansyur, polisi tak menunggu lama. Pihaknya langsung menujuJalanTanah600tempattersangka membeli sabu. Dan berhasil menangkap Armansyah Pane dari kediamannya dan ditemukan barang bukti sabu-sabu sebanyak20gram,timbanganelektrikdan uang hasil penjualan Rp5,7 juta. “Bandarnya kita amankan dari kediamannya di Tanah 600. Kini masih kitalakukanpemeriksaanterhadapketiga tersangka,” kata mantan Panit Narkoba Polresta Medan ini. Menurutnya, Mansyur sudah 2 tahun kecanduan butiran kristal tersebut. “Sudahkecanduandiasejakduatahun lalu, jadi karena pekerjaannya tidak ada dia nekat menjadi agen sabu-sabu bersama pasangan kumpul kebonya,” ujarnya. Dia mengatakan, keduanya mengonsumsi sabu-sabu agar menambah stamina saat berhubungan intim. “Mereka nyabu agar tahan lama saat berhubungan,” ucap Jama. Kini ketiga tersangka masih dalam pemeriksaan guna proses lebih lanjut. (eza)

Foto Fachril

Candra yang ditipu pria berjaket loreng keretanya dibawa kabur.

DELI SERDANG- Candra Sahputra (19) warga Buluh Cina, Kecamatan Hamparan Perak,Deli Serdang, menjadi korban perampokan pria berjaket loreng dan bersenjata pisau. Akibatnya, kreta Supra X 125 plat toko milik karyawan PT Toba Surimi Indonesia dilarikan dari depan asrama TNI AL, Jalan Bawal, Kelurahan Titipapan, Kecamatan Hamparan Perak, Minggu (30/6) sore. Informasi dihimpun METRO, sore itu Candra baru pulang kerja dari pabrik pengolahan udang tempatnya bekerja. Ketika keluar dari pabrik, masih di depan PT Musimas, seorang pria tak dikenal bejaket loreng berbadan besar menumpang minta diantarkan ke simpang KIM, Mabar.Tanpa curigan Candra mengantarkan pelaku, ternyata pelaku mengajak Candra mutar - mutar hingga ke arah Simpang Dobi. Belum juga ingin turun, pelaku

meminta diantarkan ke kawasan Asrama TNI AL Titipapan. “Sudah keliling-keliling aku bawa dia, alasannya mau diantar ke rumah familinya,” kata Candra. Setibanya di depan Asrama TNI AL di lorong sunyi, pelaku minta diberhentikan. Candra pun memberhentikan kretanya, lantas pelaku langsung menolak tubuh Candra dari kreta hingga terjatuh. Kemudian pelaku mengeluarkan pisau mengancam agar Candra tidak melawan dan langsung kabur membawa kreta karyawan PT Toba Surimi Indonesia itu. Kejadian naas itu membuat Candra kebingungan dan langsung menelpon orangtuanya dan melaporkan kejadian itu ke Mapolsek Medan Labuhan. “Waktu dia bawa kreta aku, aku sempat menjerit tapi tak ada yang menolong karena lokasi itu sunyi kali,” kata Candra di kantor polisi. (ril)

Tukang Timbang Ikan Dibacoki Teman

Sambungan Halaman 1 (29/6) pukul 09.00WIB. Saat itu pemilik ikan menimbang kepada Kemaluddin Hutagalung. Iri dengan kondisi tersebut, tukang timbang berinisial A menarik keranjang berisi ikan milik si pamuge untuk ditimbang di timbangan miliknya. Saat itu, sempat terjadi aksi saling tolak antara tersangka dengan Kemal. Tidak senang dengan kondisi itu, sekira pukul 20.00 WIB, tersangka bersama seorang temannya berinisial D mendatangi korban yang masih berada di pasar ikan dengan membawa kelewang. Kemudian

Sambungan Halaman 1 sekitar pukul 17.30 WIB. Data dihimpun POSMETRO (GRUPMETRO), Jessica bersama teman-temannya merupakan mahasiswi di University of Sidney, Australia. Menurut teman korban, Alice Lim, kejadian itu berawal saat mereka sedang menumpangi becak bermotor (betor) usai melihat keindahan Masjid Raya Al-Mashun di Jalan Sisingamangaraja.

keduanya langsung membacok Kemal berulang kali. Setelah dibacok dua kali, Kemal melarikan diri ke lantai 2 Pasar Ikan Mina Nauli. Tak puas sampai di situ, kedua tersangka mengejar dan sempat membacok betis Kemal saat melarikan diri. Kedua pelaku berhasil mendapatkan Kemal di lantai 2 dan kembali membacokinya. Tidak ingin mati sia-sia, Kemal melakukan perlawanan dengan melemparkan kursi panjang ke arah kedua tersangka. Saat itu korban berhasil melarikan diri dan bersembunyi di rumah warga tak jauh dari lokasi kejadian. Masih merasa tidak

puas, kedua pelaku mengejar Kemal, tetapi tidak berhasil menemukannya. “Setelah kedua pelaku itu pergi, Kemal dibawa oleh warga ke RSU FL Tobing Sibolga,” terang Kadijah (37), istri Kemal saat ditemui sedang menemani suaminya di RSU FL Tobing, Minggu (30/6). Ibu empat anak ini mengaku baru mengetahui kabar pembacokan suaminya setelah ada telepon dari seseorang, mengatakan suaminya kritis dibacok orang. Namun pagi saat terjadi adu mulut antara suaminya dan seorang penimbang ikan, dia masih menyaksikan hal itu.

Akibat kejadian tersebut, Kemal mengalami luka bacok di wajah sebelah kanan, lengan kiri, punggung dan betis. Ada juga luka sayatan di beberapa bagian tubuhnya. Saat ini, Kemal dirawat secara intensif di RSU FL Tobing. Sedangkan kedua pelaku masih dalam pencarian polisi. Sementara itu, Kapolres Sibolga Kota AKBP Guntur Agung Supono menegaskan, pihaknya akan segera menangkap kedua pelaku pembacokan tersebut. Dia menjelaskan, tim telah diturunkan melakukan pencarian dan pengejaran terhadap kedua pelaku. (fred)

Saat beberapa meter dari Masjid Raya, tiba-tiba sepedamotor yang mereka kendarai dipepet oleh dua orang pelaku. Dengan cepat, pelaku yang duduk di boncengan langsung merampas tas ransel yang diletakkan di belakang betor tersebut. Ternyata tas yang dijambret itu adalah milik Jessica yang berisi paspor, 1 unit iPhone, uang tunai Rp400 ribu, 1 unit kamera Sony dan dua kartu kredit dengan total kerugian sekitar Rp10 juta.

Alice mengatakan, mereka berenam berencana pulang ke hotel tempat mereka menginap di Karibia Hotel, Jalan Timor Medan. Namun, akibat peristiwa ini rencana tersebut terganggu. Setelah membuat laporan, Jessica dan dua temannya dijemput taksi. “Dia (Jessica, red) ke Konsulat karena paspornya hilang,” ungkap Alice yang didampingi Belinda dan Hanna, dua temannya sesama mahasiswi Animal Science di Uni-

versity of Sidney Australia. Hanna menambahkan, mereka berenam baru tiba di Medan pada Sabtu (29/6) lalu. Di provinsi ini, mereka berencana ke Bukit Lawang melihat Orangutan. “Ya, ini baru pertama kali kemari. Besok (hari ini, red) rencananya mau ke Bukit Lawang lihat Orangutan,” tandasnya sembari masuk ke gedung Sat Reskrim Polresta Medan untuk menemani Alice membuat laporan. (eza/gus)

Mahasiswa Australia Dijambret

Bangunan Bersejarah Ludes Dilalap Sijago Merah Sambungan Halaman 1 kantor Serikat Pekerja Tekstil Sandang dan Kulit Tingkat II Kota Medan. Api yang berasal dari lantai II langsung cepat merembet ke gedung lainnya hingga mengenai 5 gedung yang ada di sebelahnya, termasuk kantor Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Medan Barat. Bagian atas gedung yang terbuat dari kayu balok sangat cepat membuat api kian membesar hingga menimbulkan kepulan asap hitam dan tebal.

Api pertama kali dilihat oleh Kiki (25), parbetor yang kerap mangkal di sekitar lokasi. Saat itu ia melihat asap tebal dari kantor Serikat Pekerja Tekstil Sandang dan Kulit. Dengan cepat ia memberitahu kepada warga sekitar yang langsung berusaha menyelamatkan barang-barang dari dalam gedung. “Pas lagi melintas aku Bang, jadi ada aku lihat asap di atas gedung paling ujung sana. Langsung kukasihtau sama warga, tapi itupun sempat orang itu tak percaya. Jadi kupaksa untuk melihat, rupanya

betul ada kebakaran,” jelas pria ini. Saat kebakaran terjadi, keenam gedung tersebut dalam keadaan kosong dan tak ada aktivitas di dalamnya. Lima gedung merupakan Kantor Serikat Pekerja Seluruh Indonesia sementara satu gedung lainnya merupakan kantor AMPI. Sebanyak 15 unit mobil dari Dinas Pencegahan Kebakaran Kota Medan dikerahkan untuk memadamkan api yang tampak sulit dipadamkan. Sekitar 2 jam bergelut menjinakkan api, petugas akhirnya mampu me-

madamkan api. Ketua DPD AMPI Sumatera Utara M Syaf Lubis yang tampak di sekitar lokasi mengatakan belum mengetahui pasti penyebab kebakaran tersebut. Katanya, bangunan tersebut merupakan bangunan tua yang didirikan pada tahun 1919. Sementara Kapolsek Medan Barat Kompol Nasrun Pasaribu mengatakan masih menyelidiki asal api dan masih mencari para saksi yang melihat kejadian tersebut. “Masih kita lidik ya, saksi juga masih kita cari,” katanya. (wel)

Sambungan Halaman Satu Ibu & Bayi Disandera di RS Tiara Sambungan Halaman 1 Pasalnya, setelah melahirkan Jumat (14/6) lalu, keluarganya tidak punya uang menebus biaya persalinan hingga Rp20 juta. Ketika ditemui di RS Tiara kamar 12, Rini menceritakan, ia masuk RS Tiara Jumat (14/6) malam. Tidak berapa lama tiba di RS Tiara, ia menjalani operasi sesar. Sebab bayinya lahir premature. “Usianya masih 7 bulan,” ujarnya. Enam hari kemudian, dokter yang menanganinya menyatakan kalau Rini sudah bisa pulang. Kesehatannya sudah normal dan dianjurkan melanjutkan istirahat di rumah. NamunRinitakpulangkarenapihak rumahsakit

memintanya menebus biaya persalinan hingga Rp20 juta, baru bisa pulang. “Kami tak punya uang sebanyak itu, makanya, saya dan bayiku tidak diizinkan pulang,” ujar Rini sedih. Memang kata dia, sejak tanggal 20 itu, dia tidak dibebankan lagi biaya perobatan dan biaya inap. Awalnya, dia mengaku dirawat di kamar nomor 19 tapi sejak tidak mampu bayar, ia ditempatkan di kamar nomor 12 . “Untuk makan, saya beli sendiri. Terkadang dibawa keluarga dari rumah,” katanya lagi. Sedangkan anak pertamanya yang lahir 24 Juni lalu, masih dirawat di ruang tabung. Bayi perempuannya lahir dengan berat 1,1 kilogram. Ia menyebutkan, suaminya sudah berusaha

mencari uang pinjaman menebus biaya persalinan. “Sampai hari ini, sudah terbayar Rp16 juta. Uang itu kami pinjam dari bidan desa di kampung,” ungkap istri Tama, sales baut sepedamotor. Selama di rumah sakit, Rini didampingi keluarganya secara bergantian. Seperti saat disambangi METRO, Minggu (30/6), Rini didampingi adiknya Reni, masih duduk di bangku kelas 3 SMA. Humas Rumah Sakit Tiara Yuyun, ketika dikonfirmasi,membenarkanpasienatasnamaRini terpaksa ditahan di RS Tiara, karena tidak mampu membayarbiayaperobatan.Iamengatakan,pasien atas nama Rini terutang sebesar Rp20 juta,

ditambah biaya rawat bayinya sebesar Rp2,3 juta, sehingga total biaya sebesar Rp22,3 juta. Iamenceritakan,RinimasukRSTiaraJumat(14/ 6)malam.Sampaidirumahsakit,kondisiRinikritis. Di samping pasiennya hamil, Rini juga mengidap panyakit ginjal dan jantung. “Makanya, sampai di rumah sakit, Rini langsung masuk ICU. Sebagaimana aturan rumah sakit, sebelum masuk ruangICUpihakkeluargapasienharusmembayar panjar biaya. Namun terhadap pasien Rini, kita tidak berlakukan itu. Kita utamakan keselamatan bayi dan ibunya. Obat-obatan yang dibutuhkan pasien, kita dahulukan. Bahkan susu yang dibutuhkan,tidakadadiSiantar,kitausahakandari Medan dengan biaya dari rumah sakit,” paparnya.

Cum Laude Melalui Clearing House Model Ketut Sambungan Halaman 1 sis bisnisnya: pengiriman surat dan pengiriman uang. Surat sudah digantikan e-mail atau handphone. Kartu Lebaran sudah digantikan SMS. Pengiriman uang sudah tidak lagi dengan wesel. Sudah digantikan dengan hanya satu klik di jasa perbankan atau satu sentuhan di handphone. Bisakah Pos Indonesia mentransformasikan dirinya dari ancaman kematian? Berhasilkah direktur utamanya, I Ketut Mardjana, mengomandani perubahan arah yang begitu drastic? Bisakah karyawan yang sudah telanjur mencapai 25.000 orang itu memahami kenyataan baru?AtaukahkapalindukPosIndonesiaituharus kehilangan arah di lautan luas untuk kemudian tenggelam ke dasarnya? Sungguh misi yang beratnya tak tepermanaikan. Dan hasilnya adalah: Ketut Mardjana lulus dengan predikat summa cum laude! Mungkin saya berlebihan, tapi saya memang suka terharu melihat orang yang berhasil keluar dari kesulitan. Apalagi dalam suasana lingkungan birokrasi yang tidak bisa fleksibel seperti BUMN. Di swasta sering terjadi perusahaan berhasil keluar dari krisis dengan melakukan perubahan

yang drastis. Perubahan itu bisa dilakukan dengan lebih mudah karena fleksibilitas swasta yang hampir tak terbatas. Sedangkan di BUMN kungkungan peraturannya sering menakutkan. Sungguh tidak mudah melakukan transformasi besar di sebuah BUMN. Kini masa-masa kritis transformasi itu sudah lewat. Badai yang menerpa Pos Indonesia sudah berlalu. Gelombang laut sudah reda. Hujan pun tinggal rintik-rintik. Sesekali saya masih menerima SMS dari lingkungan dalam Pos Indonesia. Tapi, isinya sudah lebih memberikan harapan. Tentu saya kagum dengan anak buah yang tabah, teguh, dan ngotot seperti Ketut Mardjana itu. Saya melihat kian lama kian banyak Dirut BUMN yang memiliki keteguhan, ketabahan, dan kengototan seperti itu. Praktis kini saya hanya lebih banyak memuji secara terang-terangan daripada memaki di dalam hati. Kunci utamanya, saat mulai menakhodai kapal bocor Pos Indonesia yang lagi oleng itu, Ketut tidak ikut mabuk. Dia tetap bisa berpikir jernih bagian mana yang harus ditangani dulu. “Modernisasi sistem komunikasi,” ujar Ketut yang aslinya orang dengan darah keuangan tersebut. “Semua kantor pos serentak saya hubungkan dengan satelit. Yang tidak bisa ditangani sistem telekomunikasi biasa saya pasangi visat,”

tambahnya. Memang “awak kapal” Pos Indonesia sempat “berontak”. Lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Keuangan Jakarta yang meraih doktor ekonomi dari Monash University Melbourne ini dianggap melakukan pemborosan besar-besaran. Langkahnya dinilai bisa menguras keuangan perusahaan yang sudah mulai mengering. Tapi, Ketut tidak mundur. Dia sudah telanjur basah. Ketut sudah telanjur memutuskan pensiun dini dari statusnya sebagai pegawai negeri dengan jabatan yang sudah sempat mencapai setingkat direktur di Kemenkeu. “Saya harus berhasil,” katanya. “Bayangkan,” kisah Ketut kepada saya, “dulunya untuk membayar gaji saja harus jualan aset,” ungkapnya. “Orang mau menguangkan wesel tidak ada uangnya,” tambahnya. Tentu saya bisa membayangkannya. Untung hal itu tidak terjadi di zaman awal-awal saya menjadi wartawan. Ketika saya masih menggantungkan hidup dari penghasilan saya menulis berita di koran-koran. Waktu itu, setiap minggu, saya menerima wesel dari Jakarta. Kadang dari Tempo, kadang dari Kompas. Atau dari media lain. Setiap kali menerima wesel pos, saya langsung naik bemo ke kantor pos di Kebon Rojo, Surabaya, untuk menguangkannya. Kadang berboncengan

dengan istri karena uangnya akan langsung dipakai membeli beras. Waktu itu kantor pos masih jaya. Selalu ada uang untuk membayar kiriman wesel untuk saya. Alhamdulillah, Pos Indonesia kembali jaya. Tidak saja sudah menemukan jalan yang benar, tapi juga sudah menemukan jalan tol yang lebar. Yang membuat Ketut mendapatkan summa cum laude adalah ini: berhasil mengidentifikasi kekuatan Pos Indonesia yang paling kuat. Apakah itu? “Trust!” katanya. Kepercayaan. Saya menyetujuinya 100 persen. Tidak saja menemukan, Ketut juga akan menggunakan kekuatan utamanya itu untuk landasan bisnisnya di masa depan. Memang Pos Indonesia juga memiliki kekuatan utama lainnya: network yang luas. Tapi, network saja tidak cukup. Gabungan network dan trust itulah yang akan digunakan Ketut untuk masa depan cerah Pos Indonesia. Bagi saya kombinasi network dan trust tersebut sekaligus merupakan sumbangan besar untuk Indonesia sebagai negara. Itu akan bisa menutupi salah satu kelemahan republik ini di bidang ekonomi: tidak adanya lembaga yang berfungsi sebagai clearing house. Akibatnya, bisnis e-commerce tidak begitu berjalan di Indonesia. Orang masih takut membeli barang melalui

Pertama kali tiba di rumah sakit, sambung Yuyun, suaminya Rini mengatakan kepada dokter supaya memberikan pelayanan yang maksimal kepada istrinya. “Persoalan biaya, tidak ada masalah. Tapi berikanlah pelayanan maksimal kepada istriku,” pinta suami Rini yang ditirukan Yuyun. Masih kata Yuyun, pertama pasien masuk rumahsakit,pihaknyalangsungmemberikanobat seharga Rp2 jutaan. Selain itu, obat-obatan jenis lainnya juga diberikan kepada pasien terkait penyakityangdiidapnya.“Tanggal20Junikemarin, seharusnyapasiensudahbisapulang.Dankepada bayi yang lahirnya prematur, kita mengusulkan supaya membuat kotak-kotak dari kaca dan diterangi panas lampu,” katanya. (osi/dro) internet. Takut nomor kartu kreditnya disalahgunakan orang lain. Takut penjualnya tidak benar-benar mengirim barang yang dibelinya. Takut uangnya hilang begitu saja. Ketut akan mengatasi tiga ketakutan tersebut sekaligus. Pos Indonesia akan membangun mal secara besar-besaran: Plaza Pos Indonesia. Lokasinya di langit internet. Orang bisa membeli barang di Plaza Pos Indonesia. Melakukan pembayaran secara online. Uangnya ditahan di Pos Indonesia sampai penjualnya benar-benar kirim barangnya. Kalau barang tidak dikirim, pembeli bisa mengambil kembali uangnya di kantor pos atau via rekening bank. Sebaliknya, penjual juga merasa aman karena dijamin Pos Indonesia. Inilah bisnis kepercayaan. Pembeli percaya ke kantor pos, penjual percaya ke kantor pos. Ketut tidak akan mengambil jasa di transaksi keuangannya. Pos Indonesia hanya mengharapkan dari jasa pengiriman barangnya. Kalau program Ketut ini berjalan, inilah momentum besar bagi pengusaha kecil yang serius. Yang mampu membuat produk yang bermutu dengan harga bersaing. Tidak perlu sewa mal dan tidak perlu takut tertipu pembayarannya! Bangkitlah Plaza Pos Indonesia! Bangkitlah UKM kita! (*)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.